KEANEKARAGAMAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA SUBSTRAT DAN LIMBAH YANG BERBEDA
SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Fiqiatul Uswah NIM: 180104016
PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
KEANEKARAGAMAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA SUBSTRAT DAN LIMBAH YANG BERBEDA
SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Oleh:
Fiqiatul Uswah NIM: 180104016
PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
KEANEKARAGAMAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA SUBSTRAT DAN LIMBAH
YANG BERBEDA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Ge
Fiqiatul Uswah NIM: 180104016
PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
ii
KEANEKARAGAMAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA SUBSTRAT DAN LIMBAH
YANG BERBEDA SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH EKOLOGI HEWAN
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Fiqiatul Uswah NIM: 180104016
PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
iii
iv
v
vii
viii MOTTO
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, pengelihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur.1
1 Kementrian Agama Republik Indonesia, 2020. Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Jakarta), QS. An-Nahl: 78.
ix
PERSEMBAHAN
“Skripsi ini kupersembahkan khusus kepada kedua orang tuaku: Bapak Amrin (Alm) dan Ibu Sa’adah tercinta. Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas do’a dan segala jasa, pengorbanan, pikiran dan material yang tidak akan pernah dapat penulis balas dengan apapun, serta mereka telah menjadi penyemangatku dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT. memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan pengorbananmu. Serta saudaraku: Ririn Anggraini, Didik Kurniawan, Wiji Astuti dan Novita Fuji Rahayu yang telah menjadi penyemangat dalam setiap perjuanganku”.
x
KATA PENGANTAR
Alhamndulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya semata yang mampu membawa penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dan kita haturkan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat islam dari alam jahiliah menuju alam yang terang benderang yakni Agama Islam.
Teristimewa peneliti mengucapkan kepada kedua orang tua tercinta yang senantiasa berdo’a, berusaha, mendukung serta tak hentinya meminta kemudahan kepada Allah SWT untuk kebaikan dan selalu membimbing dan menyayangi Ananda.
Selain itu, pembuatan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan dan semangat serta do’a dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
xi
1. Prof. Dr. Suhirman, M.Si selaku pembimbing I dan Muhsinul Ihsan, M. Sc selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat dan koreksi dengan detail secara terus- menerus ditengah kesibukannya menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Dr. M Harja Efendi, M.Pd selaku ketua Prodi di Program Studi Tadris IPA Biologi yang telah memberikan penulis kesempatan dalam membuat dan menyusun skripsi ini.
3. Segenap Dosen Program Studi Tadris IPA Biologi yang telah membantu mensuport dan mendukung penulis untuk berkarya.
4. Dr. Jumarin, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang berperan untuk memimpin terlaksananya penyelenggaran pendidikan di UIN Mataram.
5. Prof. Dr. H. Masnun, M. Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk mengemban ilmu dan memberikan bimbingan dan peringatan untuk tidak berdiam berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai.
xii
6. Teman-teman seperjuangan kelas A Biologi 2018 yang selalu membersamai dari awal semester hingga akhir.
7. Sahabat-sahabatku yang selalu menemani, mensupport serta saling berbagi kisah, keluh kesah, gundah didalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala yang berlipat-lipat dari Allah swt. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua semesta, Aamiin.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada pada tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang akan menyempurnakan sangat penulis harapkan.
Mataram, 05 September 2022 Penulis
Fiqiatul Uswah
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN LOGO ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ... v
PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vi
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... vii
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat ... 8
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 9
E. Telaah Pustaka ... 10
F. Kerangka Teori ... 28
G. Metode Penelitian ... 31
xiv
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 38
A. Hasil Identifikasi Makrozoobentos di Sungai Ancar ... 38
B. Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Bahan Ajar Berupa Panduan Identifikasi Makrozoobentos di Sungai Ancar ... 62
BAB III PEMBAHASAN ... 71
A. Keanekaragaman Struktur Komunitas Makrozoobentos pada Substrat dan Limbah yang Berbeda di Sungai Ancar 71 B. Pemanfaatan Hasil Penelitian Berupa Buku Panduan Identifikasi Makrozoobentos di Sungai Ancar ... 78
BAB IV PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelas, Famili dan Spesies Makrozoobentos pada Stasiun I, 27
Tabel 2.2 Indeks Keanekaragaman, Indeks Kekayaan, Indeks Kemerataan, dan Indeks Dominansi pada Stasiun I , 28
Tabel 2.3 Parameter Kualitas Air pada Stasiun I, 29
Tabel 2.4 Kelas, Famili dan Spesies Makrozoobentos pada Stasiun II, 32
Tabel 2.5 Indeks Keanekaragaman, Indeks Kekayaan, Indeks Kemerataan, dan Indeks Dominansi pada Stasiun II, 33
Tabel 2.6 Parameter Kualitas Air pada Stasiun II, 34
Tabel 2.7 Kelas, Famili dan Spesies Makrozoobentos pada Stasiun III, 38
Tabel 2.8 Indeks Keanekaragaman, Indeks Kekayaan, Indeks Kemerataan, dan Indeks Dominansi pada Stasiun III, 39
Tabel 2.9 Parameter Kualitas Air pada Stasiun III, 40 Tabel 2.10 Hasil Validasi Validator, 49
Tabel 2.11 Hasil Masukan dan Saran Validator, 50
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Trochidae,15
Gambar 1.2 Tubifex sp,16
Gambar 1.3 Aeschnophlebia anisoptera, 17 Gambar 1.4 Peta Lokasi Penelitian, 22 Gambar 2.1 Dugesia subtentaculate, 30 Gambar 2.2 Corbicula javanica, 30 Gambar 2.3 Tarebia granifera, 31 Gambar 2.4 Smicridea sp, 35
Gambar 2.5 Hemadipsa sylvestris, 36 Gambar 2.6 Anentome helena, 37 Gambar 2.7 Alitta virens, 38
Gambar 2.8 Parathelphusidae convexa, 41 Gambar 2.9 Thiara scabra, 42
Gambar 2.10 Thaiara pantherina, 43
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Penelitian.
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian.
Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik.
Lampiran 4 Validasi Instrumen.
Lampiran 6 Surat Menyurat.
xvii
“Keanekaragaman Struktur Komunitas Makrozoobentos Pada Substrat Dan Limbah Yang Berbeda Sebagai Bahan
Ajar Mata Kuliah Ekologi Hewan”
Oleh:
Fiqiatul Uswah NIM 180104016
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk memberikan informasi tentang keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Ancar dan kevalidan buku panduan identifikasi makrozoobentos di Sungai Ancar sebagai bahan ajar bagi mahasiswa Tadris IPA Biologi UIN Mataram. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui dua tahapan yaitu untuk penelitian keanekaragaman makrozoobentos metode pengumpulan data yang digunakan adalah tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Sedangkan metode pengumpulan data untuk penelitian buku panduan adalah metode 4D yang direduksi menjadi metode 3D (Define, Design, dan Devepelopment).
Teknik analisis data yang digunakan adalah untuk menghitung nilai indeks keanekaragaman, kemerataan, kekayaan dan dominansi makrozoobentos digunakan rumus Shanon-Wiener dan untuk perhitungan kevalidan buku panduan menggunakan teknik validasi. Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Ancar pada limbah pertanian adalah 0,821 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Ancar tergolong rendah sehingga termasuk dalam kriteria keadaan tidak stabil, nilai indeks kemerataan sebesar 0,748 yang menunjukkan bahwa kemerataan makrozoobentos di Sungai Ancar termasuk kedalam kemerataan tinggi dalam kondisi komunitas stabil, nilai indeks kekayaan sebesar 0,600 yang menunjukkan bahwa kekayaan spesiesnya
xviii
rendah dan nilai dominansi sebesar 0,215 yang menunjukkan dominansi spesies rendah. Pada limbah rumah tangga adalah 1,162 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Ancar tergolong sedang sehingga termasuk dalam kriteria keadaan stabil, nilai indeks kemerataan sebesar 0,722 yang menunjukkan bahwa kemerataan makrozoobentos di Sungai Ancar termasuk kedalam kemerataan tinggi dalam kondisi komunitas stabil, nilai indeks kekayaan sebesar 1,038 yang menunjukkan bahwa kekayaan spesiesnya rendah dan nilai dominansi sebesar 0,376 yang menunjukkan dominansi spesies rendah. Dan pada limbah tahu adalah 1,494 yang menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman makrozoobentos di Sungai Ancar tergolong sedang sehingga termasuk dalam kriteria keadaan stabil, nilai indeks kemerataan sebesar 0,928 yang menunjukkan bahwa kemerataan makrozoobentos di Sungai Ancar termasuk kedalam kemerataan tinggi dalam kondisi komunitas stabil, nilai indeks kekayaan sebesar 1,515 yang menunjukkan bahwa kekayaan spesiesnya rendah dan nilai dominansi sebesar 0,244 yang menunjukkan dominansi spesies rendah
Hasil validasi buku panduan dikembangkan menunjukkan bahwa buku panduan dinyatakan valid dengan memperoleh persentase validitas 80% hal ini menandakan bahwa buku panduan yang dikembangkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar pendukung pada mata kuliah Ekologi Hewan.
Kata kunci: Makrozoobentos, Sungai Ancar, Substrat, Limbah, Bahan Ajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sungai Ancar Mataram memiliki aliran yang melewati kawasan banyak pemukiman, sehingga masyarakat sekitar memanfaatkan aliran sungai sebagai keperluan pengairan sawah, pembuangan sampah rumah tangga dan pembuangan sampah industri tahu dan tempe serta berbagai kegiatan sehari-hari masyarakat dilakukan seperti mencuci, mandi dan kakus2. Hasil penelitian menunjukkan adanya bahan pencemar pada sungai ancar yang diakibatkan oleh bahan oganik yang berasal dari sampah warga maupun sampah industri tahu dan tempe. Data tersebut diperoleh dari hasil penelitian yang didominasi oleh temuan Tubifex sp yang merupakan salah satu anggota Filum Annelida yang digunakan sebagai bioindikator pencemaran3.
2 Ida Bagus Rai, “STUDI KUALITAS AIR SECARA FISIKA DAN KIMIA SUNGAI ANCAR – KOTA MATARAM,” Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo 1, no. 1 (2019).
3Iwan Doddy Dharmawibawa, “Struktur Komunitas Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai Ancar Kota Mataram,” Bioscient : Jurnal Ilmiah Biologi 7, no. 1 (2019) : 42.
2
Kurangnya ketersediaan air bersih dan kerusakan alam yang terjadi dimana-mana tidak lepas dari ulah tangan manusia sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum Ayat 41.
Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat maupun di laut yang disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi, kerusakan di alam termasuk berkurangnya air bersih di sebabkan oleh ulah tangan manusia sendiri dan terjadinya hal tersebut merupakan teguran dari Allah supaya manusia kembali ke jalan yang benar dan kembali menjaga kelestarian lingkungan. Karena ulah manusia ketersediaan air bersih semakin berkurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dari makhluk hidup, sehingga perlu dilakukan keonservasi dan pembinaan terhadap keadaan lingkungan tersebut. Seperti
3
yang dijelaskan oleh Shihab (2002) dalam tafsir Al Misbah menterjemahkan ayat ini bahwa kerusakan-kerusakan yang terjadi baik di darat maupun di laut terjadi karena ulah tangan manusia sendiri. Allah SWT menghendaki kerusakan- kerusakan tersebut agar mereka bertobat dari perbuatan tersebut.
Limbah ialah benda yang sudah tidak dianggap keberadaanya, tidak dibutuhkan dan harus secepatnya dibuang. Limbah adalah benda sisa yang berasal dari masyarakat normal. Adapun zat limbah adalah: padat, cair dan gas4. Pembuangan limbah tanpa dikelola terlebih dahulu ke aliran sungai dapat menyebabkan aliran sungai mengalami pencemaran, yang nantinya akan mempengaruhi substrat dasar perairan serta organisme makrozoobentos yang hidup di dalamnya5.
4Nani Muliyani et al., “Pelatihan Pembuatan Produk Hiasan dengan Limbah Kain Perca di Kelurahan Pangkalan Jati Kota Depok,” Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat 2, no. 02 (2019): 142.
5 Satmoko Yudo, “Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung Di Wilayah Dki Jakarta Ditinjau Dari Paramater Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen Dan Bakteri Coli,” Jurnal Air Indonesia 6, no. 1 (2018).
4
Substrat adalah permukaan dimana suatu organisme hidup, substrat bawah perairan meliputi bebatuan, lumpur serta pasir. Substrat bawah perairan dibagi menjadi 2 ialah substrat yang hidup yang berupa karang hidup, alga serta sponge serta substsrat yang tidak hidup berupa karang mati, batu karang, pasir serta lumpur. Subsrat bawah perairan memiliki fungsi tertentu di dalam perairan, salah satu contohnya merupakan bebatuan yang berperan selaku tempat tinggalnya keanekaragaman makrozoobentos 6.
Makrozoobentos merupakan hewan akuatik yang tinggal di dasar perairan dan permukaan perairan. Makrozoobentos digolongkan menjadi fitobenthos dan zoobenthos, makrozoobentos memiliki sifat toleransi dan tingkat sensitif terhadap kondisi lingkungannya. Kisaran toleransi dari makrozoobentos pada lingkungan berbeda-beda, komunitas makrozoobentos dapat ditentukan dengan sifat fisika, kimia, dan biologi perairan.Masuknya limbah ke dalam perairan
6 Oktiyas Muzaky Luthfi et al., “Kondisi Substrat Dasar Perairan Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang,” Journal of Marine and Aquatic Sciences 5, no. 1 (2018): 77.
5
akan mempengaruhi komposisi dan kelimpahan spesies dari makrozoobentos. Oleh karena itu makrozoobentos dapat dijadikan sebagai bioindikator suatu perairan. Data penelitian keanekaragaman dan keseragaman makrozoobentos di Perairan Bedagai menunjukkan tergolong tinggi karena didominasi makrozoobentos, berdasarkan analisis sifat fisika kimia dan karakteristik organisme makrozoobentos maka perairan bedagai dapat digolongkan tercemar sedang7.
Petunjuk praktikum ialah pedoman praktikum yang berisi tentang tahapan-tahapan dalam melaksanakan proses praktikum sehingga kegiatan praktikum bisa berjalan dengan lancar8.
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain, hasil penelitian Fisesa et al, (2014) menunjukkan perubahan kualaitas air di semua stasiun tidak terdapat perbedaan, akan tetapi pada kondisi makrozoobentos
7 Hendro Pranoto, “Studi Kelimpahan dan Keanekaragaman Makrozoobentos di Perairan Bedagai, Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai,” Jurnal Biosains 3, no. 3 (2017):125.
8 Diyah Ayu Widyaningrum dan Titik Wijayanti, “Implementasi buku petunjuk
praktikum biokimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah,” Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan 4, no. 02 (2019): 58–67.
6
memiliki perbedaan, sehingga perubahan kondisi kualitas air tidak dapat mengindikasikan perubahan terhadap struktur komuniras makrozoobentos dan yang menyebabkan perbedaan struktur komunitas makrozoobentos tersebut lebih di sebabkan oleh kandungan substrat dan keberadaan bahan organik9. Penelitian Efendi (2016) menunjukkan struktur komunitas mempunyai nilai rendah yang diakibatkan oleh kegiatan masyarakat sekitar yang berlebihan, sehingga membuat komunitas zooplankton terdampak pencemaran10. Penelitian “Analisis Kualitas Air Kali Ancar dengan Menggunakan Bioindikator Makroinvertebrata” juga menunjukkan bahwa tingkat kualitas air di kali Ancar Mataram tergolong kualitas rendah karena spesies yang banyak ditemukan adalah spesies cacing merah yang biasanya dijumpai di perairan yang berkualitas tercermar atau
9 Erni Dian Fisesa et al, “Kondisi perairan dan struktur komunitas makrozoobentos di Sungai Belumai Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara,” Depik 3, no. 1 (2014) : 1-9
10 Ismail Efendi, Ali Imran, “Struktur Komunitas Zooplankton di Area Permukaan Muara Sungai Ancar Kota Mataram” Jurnal Pendidikan Mandala. Volume 1 (2016): 90.
7
berkualitas buruk11. Pada penelitian Listantia (2020) menunjukkan kandungan fosfat PO43- memiliki konsentrasi yang sangat tinggi karena pengambilan sampel berada di sungai yang dekat dengan persawahan dan pemukiman penduduk, sehingga input masukan senyawa phospor ke sungai sangat besar12, dan penelitian “Effect of Tauge Extract and Starter Volume on the Quality of Liquid Fertilizer Whey Tofu” menunjukkan pupuk cair limbah tahu mempunyai kandungan nitrogen (N-total) optimum ialah pupuk cair yang mempunyai kode sampel X3Y1 merupakan penambahan 750 mL ekstrak tauge dan 5 mL EM 4 sebesar 0,13%13.
Dari hasil beberapa penelitian diatas menunjukkan belum adanya penelitian mengenai keragaman makrozoobentos dalam kaitannya dengan pencemaran Sungai Ancar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menilai struktur
11 Khairuddin, Muhammad Yamin Dan Abdul Syukur, “Analisis Kualitas Air Kali Ancar dengan Menggunakan Bioindikator Makroinvertebrata,”
Jurnal Biologi Tropis 16, no. 2 (2016): 10– 22.
12 Nora Listantia, “Analisis Kandungan Fosfat PO4 Dalam Air Sungai Secara Spektrofotometri Dengan Metode Biru-Molibdat,” Sij 3, no. 1 (2020): 59–
65.
13 Hulyadi Hulyadi, Dahlia Rosma Indah, dan Ika Suyanti, “Effect of Tauge Extract and Starter Volume on the Quality of Liquid Fertilizer Whey Tofu,” Jurnal Ilmiah IKIP Mataram 8, no. 1 (2021): 86–98.
8
komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keanekaragaman struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar ?
2. Bagaimana hasil validitasi buku panduan identifikasi makrozoobentos di Sungai Ancar ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar.
b. Untuk mengetahui hasil validitasi buku panduan identifikasi makrozoobentos di Sungai Ancar.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai keanekaragaman makrozoobentos yang ada di sungai ancar kepada
9
masyarakat dan dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi peneliti serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menambah informasi tentang keanekaragaman makrozoobentos yang ada di sungai ancar.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup
Dalam suatu penelitan terdapat sebuah batasan- batasan yang harus diketahui oleh peneliti agar penelitian yang dilakukan tidak melebar jauh dari fokus masalah yang diteliti. Oleh karena itu ruang lingkup dalam penelitian ini terfokus pada struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda sebagai bahan ajar mata kuliah ekologi hewan. Penelitian ini lebih menekankan pada keanekaragaman struktur komunitas makrozoobentos di Sungai Ancar dan fungsinya sebagai bahan ajar mata kuliah ekologi hewan.
10 2. Setting Penelitian
Adapun setting penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Lombok Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Sungai Ancar.
E. Telaah Pustaka 1. Sungai Ancar
Sungai Ancar merupakan sungai dengan panjang aliran 21 km dengan luas DAS ± 63 km2 yang melewati Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela.
Masyarakat sekitar beramai-ramai menggunakan aliran aliran sungai untuk berbagai kegiatan, salah satu kegiatan berupa pengairan sawah,budidaya ikan air tawar, dan penanaman tumbuhan lainnya. Tidak hanya kegiatan itu saja, sungai ancar juga difungsikan untuk membuang sampah rumah tangga, dan sampah industri tahu tempe.
Karena terjadi pengalihan fungsi menyebabkan sungai ancar memiliki peluang untuk terkontaminasi lebih banyak dan bisa berakibat fatal akan sumber energi air, yaitu bisa memunculkan kendala kehancuran dan bahaya
11
untuk seluruh makhluk hidup yang tergantung pada sumber daya air14.
2. Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air merupakan sesuatu pergantian kondisi yang terjalin di daerah- daerah ataupun tempat- tempat penampungan air, semacam laut, sungai, danau, sawah, air tanah serta lain- lain yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Misalnya pembuangan sisa kegiatan pertanian menimbulkan meningkatnya isi nutrien pada tubuh air sehingga memunculkan eutrofikasi.
Pembuangan sampah organik pada tubuh sungai menimbulkan menyusutnya oksigen terlarut di dalam air sehingga memunculkan kegoncangan pada ekosistem tersebut (organisme kekurangan persediaan oksigen terlarut). Pembuangan sampah yang dicoba oleh kegiatan industri ataupun pabrik berbentuk bermacam logam berat,
14 Iwan Doddy Dharmawibawa, “Struktur Komunitas Annelida Sebagai
Bioindikator Pencemaran Sungai Ancar Kota Mataram,”…, hlm. 43.
12
racun organik, minyak, nutrien, serta padatan yang bisa mengganggu ekosistem15.
Dalam Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 menekankan atas pengolahan kadar Air serta Penanganan Pencemaran Air. Berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 Pasal (1), pencemaran air didifinisikan dengan:
“masuknya atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia.
Sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang berdampak air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukanya”.
Pergantian pola konsumsi warga berlangsung efek banyaknya masyarakat dan laju pertumbuhan daerah.
Akan ukuran lahan akan tetap, keadaan ini menyebabkan terbentuknya penyusutan daya dukung lingkungan. Oleh sebab itu, pergantian ataupun kemerosotan tentang lingkungan hidup diakibatkan oleh sikap warga. Kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga, pertanian serta
15 Suhirman. 2016. Biologi Umum I. Mataram: Penerbit PIU IsDB UIN
Mataram.
13
industri pastinya menimbulkann limbah yang bila tidak diolah dengan baik akan berakibat kepada penyusutan mutu lingkungan. Penyusutan mutu lingkungan dalam perihal degradasi air merupakan akibat dari limbah buangan yang belum diolah ke tubuh sungai yang tidak terkontrol16. Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 akan pengolahan air serta penanganan pencemaran, air berdasarkan baku mutu dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu sebagai berikut17 :
a. Kelas 1, ketersediaan airnya bisa dimanfaatkan sebagai air minum dan dapat menjadi syarat yang sama terhadap kegunaanya.
b. Kelas 2, ketersediaan airnya bisa dimanfaatkan sebagai sarana wisata air, budidaya ikan, maupun pengairan untuk sawah dan dapat dijadikan syarat yang sama terhadap kegunaanya.
16Herda Sabriyah Dara Kospa dan Rahmadi Rahmadi, “Pengaruh Perilaku Masyarakat Terhadap Kualitas Air di Sungai Sekanak Kota Palembang,”
Jurnal Ilmu Lingkungan 17, no. 2 (2019): 212.
17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, „Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air‟, 2001, h. 4.
14
c. Kelas 3, ketersediaan airnya bisa dimanfaatkan sebagai budidaya ikan, pengairan sawah, peternakan, dan dapat dijadikan syarat yang sama terhadap kegunaanya.
d. Kelas 4, ketersediaan airnya bisa dimanfaatkan sebagai pengairan sawah dan dapat dijadikan syarat yang sama terhadap kegunaanya.
Pembagian kelas didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baik kualitas air dan kegunaanya. Tingkatan kualitas air kelas 1 ialah tingkatan yang terbaik. Secara relatif, tingkatan kulitas air kelas 1 kualitasnya lebih baik dari pada kelas 2 dan seterusnya. Air dikatakan tercemar pada Peraturan Pemerintah Nomor. 82 Tahun 2001 pasal 14 ayat 1 atas Pengolahan Air serta Penanganan Pencemaran Air, akan kualitas air tidak cocok dengan standar baku kualitas air yang sudah diresmikan serta air dikatakan bagus kualitasnya apabila kualitas air cocok dengan standar baku kualitas air yang sudah diresmikan.
Perbandingan tentang air bersih dan tercemar, secara kasat mata dengan gampang bisa dilihat dari aspek fisiknya.
15
Tetapi, guna menguji apakah air itu tercemar ataukah tidak, dibutuhkan pengujian secara kimiawi serta biologisnya18.
3. Limbah
Limbah ialah bahan sisa yang dibuang yang bersumber pada kegiatan manusia ataupun alam yang belum mempunyai nilai ekonomi. Limbah identik dengan hal menjijikkan, kotor, bau dan sumber penyakit.Bentuk limbah ada yang padat dan cair, limbah padat biasa berasal dari aktivitas domestik maupun industri, sedangkan limbah cair merupakan sisa hasil suatu aktivitas yang berupa cair. Limbah cair berdasarkan sifatnya, berupa sifat fisika dan sifat agregat, logam, anorganik, nonmetalik, organik agregat dan mikroorganisme19.
Berdasarkan sifatnya limbah dibedakan menjadi limbah organik dan anorganik. Limbah organik adalah
18 Edi M Jayadi. 2016. Pengantar Ilmu Lingkungan. Mataram: Penerbit Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.
19 Lilis E Sunarsih. 2018. Penanggulangan Limbah. Yogyakarta: Penerbit CV BUDI UTAMA.
16
limbah yang dapat diurai atau limbah yang dapat membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan lainnya. Limbah ini dapat diolah menjadi kompas. Sedangkan limbah anorganik adalah limbah yang tidak terurai atau sulit membusuk, seperti plastik, wadah pembungkus makanan, plastik mainan dan lain-lain20.
Pembuangan limbah ke sungai tanpa dikelola terlebih dahulu akan menyebabkan sungai menjadi tercermar dan membuat organisme yang hidup didalamnya akan terganggu, salah satu organisme yang akan terdampak dari pembuangan limbah ke sungai adalah makrozoobentos, hidupnya yang dapat berdiam (sesil) serta merupakan deposit feeder (pengakumulasi) serta filter feeder (penyaring) yang dapat mengakumulasi suatu bahan pencemar di dalam tubuhnya. Dari cara hidup yang menetap dan tingkat mobilitasnya yang rendah membuat makrozoobentos bisa digunakan sebagai
20 Achsin Muhammad Afandi, Ihsanul Rijal, dan Tamzil Aziz, “Metode Elektrolisis,” Jurnal Teknik Kimia 23, no. 2 (2017): 114–19.
17
penentu kualitas suatu perairan atau disebut dengan bioindikator perairan21.
4. Substrat
Tekstur substrat terdiri atas pasir, lumpur serta bebatuan, tekstur substrat tersebut dikelompokkan lagi menurut grafik segitiga Shepard. Kawasan dengan tekstur substrat lumpur berliat membuat tingginya partikel terlarut serta tersuspensi dalam kolom air. Hal tersebut hendak berdampak pada rendahnya kandungan oksigen dalam sedimen ataupun hipoksia. Spesies yang bisa hidup dalam keadaan demikian cuma spesies- spesies tertentu.
Hal ini hendak berakibat pada tingginya kemelimpahan serta dominansi dan merendahkan nilai keanekaragaman, sehingga jenis substrat hendak mempengaruhi terhadap kemelimpahan, dominansi serta keanekaragaman makrozoobentos.
21 Maria Ulfa, Pande Gde Sasmita Julyantoro, dan Alfi Hermawati Waskita
Sari, “Keterkaitan Komunitas Makrozoobentos dengan Kualitas Air dan Substrat di Ekosistem Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali,”
Journal of Marine and Aquatic Sciences 4, no. 2 (2017): 179-190.
18
Substrat perairan dapat menentukan perkembangan dan keberadaan organisme makrozoobentos. Arus deras pada sungai dapat menentukan perkembangan dan keberadaan organisme makrozoobentos. Pada Filum dan Moluska sering ditemukan pada substrat dasar berupa bebatuan dengan kondisi sungai yang berarus deras.
Sedangkan Filum Annelida dan Moluska lebih sering ditemukan pada substrat berpasir dan berlumpur22.
5. Makrozoobentos
Makrozoobentos adalah hewan invertebrata yang hidup pada sedimen dasar perairan dan relatif menetap pada substrat dasar perairan, karena itu makrozoobentos selalu terdampak oleh pencemar yang masuk kedalam perairan23. Berdasarkan ukurannya benthos dibagi menjadi tiga yaitu : mesobenthos, mikrobenthos dan makrobenthos. Pada mesobenthos ukuran organisme
22 Grasideo V.E. Pelealu, Roni Koneri, dan Regina Rosita Butarbutar,
“Kelimpahan Dan Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Air Terjun Tunan, Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara,” Jurnal Ilmiah Sains 18, no. 2 (2018): 97.
23Mhd Nur Allatif, Izmiarti Izmiarti, dan Nofrita Nofrita, “Bioassessment of Batang Kandis River Water Quality Using Macrozoobenthos in Koto Tangah district, Padang City,” Jurnal Biologi UNAND 9, no. 1.
19
mencapai 0,1-1,0 milimeter, misalnya golongan Protozoa yang berukuran besar (Cnidaria), cacing yang berukuran kecil dan Crustacea yang sangat kecil, misalnya Ostracoda. Untuk mikrobenthos ukuran oraganisme kurang dari 0,1 milimeter, misalnya Protozoa. Sedangkan makrobenthos merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan dapat tersaring oleh saringan 1,0x1,0 milimeter yang pada pertumbuhan dewasanya mencapai 3-5 milimeter, misalnya Mollusca, Arthropoda dan Annelida24.
a. Klasifikasi Makrozoobentos
Makrozoobentos mempunyai kepekaan terhadap pergantian mutu karena diakibatkan bermacam aspek, antara lain ialah bahan pencemar.
Karena kepekaanya pada bahan pencemar, makrozoobentos dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu25 :
24 Sapto Purnomo P. 2014. Metode Sampling Penelitian Makrobenthos dan
Aplikasinya. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.
25 Melati Ferianita Fachrul, Metode Sampling Bioekologi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 102.
20 1) Kelompok Intoleran
Kelompok makrozoobentos yang hanya bisa hidup pada daerah air yang belum terkontaminasi ataupun terkontaminasi ringan, sebab mempunyai toleransi rendah terhadap bahan- bahan yang masuk ke bawah perairan.
2) Kelompok Toleran
Kelompokmakrozoobentos yang hanya sanggup hidup di perairan yang terkontaminasi berat dengan kepadatan yang besar sebab mempunyai energi toleran yang besar terhadap bahan- bahan yang sudah terkontaminasi.
3) Kelompok Fakulatif
Kelompok makrozoobentos yang sanggup hidup dengan energi toleran yang sedang terhadap bahan yang sudah terkontaminasi sehingga makrozoobentos bisa hidup serta tumbuh dalam keadaan air yang terkontaminasi sedang sampai berat sekalipun.
21
Makrozoobentos hidup dalam jaring-jaring makanan pada ekosistem perairan berfungsi selaku konsumen tingkat 2 maupun herbivora pemakan plankton, karnivora, detritivore serta pemakan suspensi. Berdasarkan cara makan makrozoobentos dibedakan menjadi 2 kelompok yakni penyaring air(filter feeder), serta pengambil makanan dalam substrat dasar(deposit feeder). Tiap jenis mempunyai habitat substrat yang khusus pula. Filter feeder semacam moluska, crustaceae serta ecinodermata sering ditemui diatas substrat berpasir menyaring partikel melayang. Sebaliknya deposit feeder ditemui dalam substrat berlumpur. Deposit feeder mencari makanandalam lumpur dengan cara menyesuaikan bahan organik yang bisa dicerna26.
26 Lintang Kawuri, “Kondisi Perairan Berdasarkan Bioindikator Makrobentos Di Sungai Seketak Tembalang Kota Semarang,” Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) 1, no. 1 (2012): 1–5.
22
b. Macam-Macam Makrozoobentos 1) Mollusca
a) Gastropoda
Gastropoda ialah jenis mollusca yang sering ditemui diperairan. Dapat masuk ke dalam mollusca sebab mempunyai badan yang terdiri dari kepala, leher, kaki serta punuk, viceral ( jerohan)27. Gastropoda biasanya berlindung pada balik bebatuan, menempel di tanaman air, dan membenamkan diri di pasir.
Gambar 1.1 Trochidae
Sumber : pusat penelitian oseonografi 2010.
27 Maskoeri Jasin. 1989. Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
23 2) Annelida
a) Oligochaeta
Oligochaeta ialah anggota Filum Annelida memiliki rambut yang minim. Hermaprodit maupun monoceus dengan perkembang biakan secara generatif dengan perkawinan serta vegetatif dengan regenerasi merupakan sifat dari Oligochaeta. Ada Kitellum (Selzadel) yang berfungsi sebagai alat reproduksi. Pada ruas 9-11 terdapat receptaculum seminis yang berfungsi sebagai penampung sel-sel spermatozoa28.
Gambar 1.2 Tubifex sp
Sumber : pustakadunia. com
28Sri Maya & Nurhidayah. 2020. Zoologi Invertebrata. Widina Bhakti Persada.
Bandung.
24 3) Insecta
a) Odonata
Odonata menghabiskan sebagian hidupnya buat terbang, imago odonata mempunyai badan memanjang, ramping serta keahlian terbang yang sangat baik, nimfa hidup di air (akuatik) dengan wujud labium unik buat menangkap mangsa. Imago memiliki 2 pasang sayap wujud mirip serta venasi yang banyak. Nimfa serta imago ialah predator bermacam serangga serta organisme lain. Ordo odonata dibagi jadi 2 sub ordo ialah Anisoptera serta Zygoptera 29.
29 Dwi Wahidati Oktarima. 2015. Pedoman Mengoleksi, Preservasi Serta Kurasi Serangga dan Arthropoda Lain. Badan Karantina Pertanian Kementrian Pertanian.
25
Gambar 1.3 Aeschnophlebia anisoptera Sumber : commons.wikimedia.org
6. Metode Identifikasi Makrozoobentos
Metode identifikasi makrozoobentos yang digunakan berupa metode purposive sampling.
Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan jaring surber yang berukuran 25 cm X 40 cm yang dilengkapi dengan jaring penampung. Jaring surber diletakkan ke arah datangnya aliran, setelah itu sedimen yang terdapat di bagian luasan petak dikeruk serta digosok. Kegiatan ini bertujuan supaya makrozoobentos serta sedimen yang hanyut bisa tertampung dalam jaring surber. Jaring surber berikutnya dinaikan serta hasil dari sampel dimasukkan ke dalam plastik sampel berlabel,
26
dengan diberi alkohol 70%. Hasil sampel yang di dapat dipilih untuk memudahkan dalam identifikasi. Seleksi sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu UIN Mataram. Sesudah itu sampel yang telah dipilih dimasukkan ke dalam botol sampel untuk diamati di mikroskop dengan perbesaran 10X10 berikutnya di identifikasi menggunakan buku identifikasi immature insect, Aquatic insect serta buku pedoman mengoleksi, preservasi dan kurasi serangga dan Arthropoda lain.
7. Petunjuk Praktikum
Petunjuk praktikum merupakan dasar penerapan praktikum yang berisi tata cara persiapan, penerapan, uraian informasi serta pelaporan. Fungsi petunjuk praktikum sebagai sarana yang dibutuhkan supaya aktivitas praktikum di laboratorium berjalan dengan lancar, dengan kata lain kegiatan pembelajaran dapat tercapai, memperkecil kecelakan yang bisa saja terjadi di
27
laboratorium30. Praktikum sendiri ialah cara belajar yang menjelaskan konsep dengan menggunakan alat, bahan ataupun kejadian alam secara langsung. Dengan aktivitas praktikum mahasiswa akan semakin percayadan semangat untuk ingin mengetahui suatu hal, memperbanyak pengalaman, meningkatkan perilaku ilmiah dan hasil belajar hendak lebih bertahan lama. Kelebihan utama menggunakan metode praktikum karena kegiatan praktikum mencakup kompetensi pengetahuan (kognitif), perilaku (afektif), serta keahlian (psikomotorik). Aktivitas praktikum bisa membantu partisipan peserta didik turut aktif dalam aktivitas pendidikan, sebab partisipan peserta didik ikut serta langsung dalam proses pembelarannya.
Kebiasaan bekerja ilmiah, yang biasanya dilaksanakan di laboratorium bisa meningkatkan keahlian dalam menekuni serta membongkar bermacam permasalahan,
30 Miftah Firjatillah, Eka Junaidi, dan Aliefman Hakim, “Pengembangan
Petunjuk Praktikum Kimia Bahan Alam: Ekstraksi Senyawa Kardol dari Kulit Biji Jambu Mete,” Chemistry Education Practice 3, no. 2 (2020):
116.
28
tidak hanya permasalahan dalam bidangnya tetapi pula permasalahan di luar bidangnya dalam kehidupan31. F. Kerangka Teori
Pencemaran sungai ancar merupakan akibat dari aktivitas manusia yang melakukan kegiatan disekitar sungai ancar seperti: mandi, mencuci dan membuang limbah. Jenis limbah yang dibuang yaitu limbah rumah tangga, limbah pertanian dan limbah industri tahu dan tempe32, dari pembuangan jenis limbah ini nantinya akan mempengaruhi jenis substrat dan keanekaragaman dari makrozoobentos. Selain jenis limbah yang berbeda keanekaragaman makrozoobentos juga dapat dipengaruhi oleh substrat dasar perairan, jenis substrat yang berbeda membuat jenis makrozoobentos yang menghuninya juga berbeda. Misalnya, substrat dasar perairan yang bebatuan dihuni oleh jenis makrozoobentos dari filum Arthropoda dan Mollusca dan substrat dasar perairan yang berpasir dihuni
31 Ulfiana Dyah et al., “Pengaruh Petunjuk Pratikum Guided Discovery Terhadap Keterampilan Melakukan Percobaan dan Mengkomunikasikan Hasil Pada Tema Tekanan,” Unnes Science Education Journal 5, no. 2 (2016): 70805795–229, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.
32 Ida Bagus Rai, “STUDI KUALITAS AIR SECARA FISIKA DAN KIMIA SUNGAI ANCAR– KOTA MATARAM”…, hlm. 3.
29
oleh jenis makrozoobentos dari filum Annelida dan Mollusca dan substrat berlumpur dihuni oleh filum Arthropoda dan Mollusca33. Dari hasil penelitian nantinya akan disusun sebagai acuan petunjuk praktikum ekologi hewan.
33 Grasideo V.E. Pelealu, Roni Koneri, dan Regina Rosita Butarbutar, “Kelimpahan Dan Keanekaragaman Makrozoobentos Di Sungai Air Terjun Tunan, Talawaan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara,”…, hlm.
98.
30
Bagan Kerangka Teori Pencemaran Sungai Ancar
Aktivitas Manusia
Mandi Mencuci Membuang Limbah
Limbah Rumah Tangga
Limbah Pertanian
Limbah Industri Tahu dan Tempe
Keanekaragaman Struktur Komunitas Makrozoobentos
Substrat
Bebatuan Berpasir
Arthropoda dan Mollusca
Annelida dan Mollusca
Sebagai Acuan Petunjuk Praktikum Ekologi
Hewan
Berlumpur
Arthropoda dan Mollusca
31 G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan metode kualitatif. Dimana metode kualitatif didefinisikan selaku prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari orang-orang serta perilaku yang bisa diamati34.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2022 di Sungai Ancar, dengan menggunakan tiga kali pengulangan dengan tiga stasiun yang berbeda, lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Stasiun I berlokasi di Lingsar pada daerah peta berwarna hijau dengan bagian yang dekat dengan persawahan dan perkebunan, stasiun II berlokasi di jembatan Karang Bedil pada daerah peta berwarna kuning dengan bagian yang padat penduduk dan statsiun III berlokasi di Kekalik Gerisak pada daerah peta berwarna merah muda dengan
34 Moleong, Lexy,“Metodologi Penelitian Kualitatif” (EdisiRevisi). (Bandung : Remaja Rosda Karya.2006, hlm, 170.
32
bagian sungai tempat pembuangan limbah industri tahu dan tempe.
Gambar 1.4 Peta Lokasi Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek asal dari data yang diperoleh. Terdapat dua sumber data dalam penelitian yakni sumber data primer dan sumber data skunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah deskripsi identifikasi keanekaragaman makrozoobentos. Data primer ini didapatkan langsung dari lokasi pengambilan sampel makrozoobentos.
33 b. Sumber data skunder
Sumber data skunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber, tetapi melalui orang lain atau dokumen berupa hasil penelitian terdahulu35.
4. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa mikroskop, termometer, PH meter, jaring surber, ember, saringan, sikat gigi, pinset, nampan plastik, botol kaca/plastik spesimen, kamera, alat tulis, buku identifikasi makrozoobentos, dan larutan alkohol 70%.
5. Prosedur Penelitian
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi Sungai Ancar, koleksi sampel dan pengamatan makrozoobentos.
a. Observasi Sungai Ancar
Sungai ancar merupakan sungai yang melintasi empat kecamatan yaitu : Kec. Narmada, Kec.
35 Sugiarto, E. “Menyusun Proposal PenelitianKualitatif”. (Yogyakarta: Suaka Media, 2015, hlm 12.
34
Cakranegara, Kec. Mataram dan terakhir Kec.
Ampenan.
b. Koleksi sampel
Koleksi sampel pada penelitian ini dilakukan di sungai ancar. Koleksi sampel makrozoobentos menggunakan jaring surber berukuran 25 cm x 40 cm yang dilengkapi dengan jaring penampung.
c. Pengamatan identifikasi makrozoobentos
Pengamatan identifikasi pada makrozoobentos yaitu memakai buku identifikasi immature insect, Aquatic insect dan buku pedoman mengoleksi, preservasi serta kurasi serangga dan Arthropoda lain.
6. Analisis Data
a. Indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’)
Digunakan untuk mengetahui keanekaragaman hayati biota yang diteliti. Indeks keanekaragaman menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan jumlah individu perspesies.Untuk mengetahui indeks
35
keanekaragaman dihitung menggunan rumus shanon winner di bawah ini :36
H’ = -∑ Pi ln Pi Pi =
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman jenis ni = Jumlah individu dari spesies ke-i N = jumlah individu total
Pi = ni/N Dengak kriteria jika :
H’≤ 1 = Tingkat Keanekaragaman Rendah 1< H′≤ 3 = Tingkat Keanekaragaman Tinggi
H’>3 = Tingkat Keanekaragaman Tinggi
Kriteria indeks keragaman menurut Shannon Wiener didefinisikan sebagai berikut: Jika H’ < 1 keanekaragaman spesies pada daerah tersebut rendah, keseragaman pada komunitasnya komunitas rendah, dan keadaan pada perairan tersebut sudah tercemar.
Jika 1 < H’ <3, keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang, kestabilan
36Dedi stiadi, Keanekaragaman spesies tingkat Pohon di Taman Wisata Alam Ruteng NTT, Bogor, 2004, Vol. 6, No. 2, Biodiversitas, Hal. 119
36
komunitas sedang, keadaan perairan telah tercemar sedang, dan jika H’ > 3 keanekaragaman tinggi, jumlah tiap spesies tinggi, perairan bersih dan belum tercemar.
b. Indeks kemerataan E = H’ / ln S Ket :
E = indeks kemerataan jenis H’ = indeks keanekargaman jenis S = jumlah jenis
ln = logaritma natural Kriteria :
0 < E < 0,4 = kemerataan kecil, komunitas tertekan
0,4 < E < 0,6 = kemerataan sedang, komunitas labil
0,6 < E < 1,0 = kemerataan tinggi,komunitas stabil
c. Indeks kekayaan R = (S - 1)/ ln N
Ket :
R = indeks kekayaan jenis
S = jumlah jenis
N = jumlah total individu seluruh jenis
37 Kriteria :
Jika nilai R < 3.5 maka kekayaan jenis tergolong rendah
Jika nilai R = 3.5 – 5.0 maka kekayaan jenis tergolong sedang
Jika nilai R > 5.0 maka kekayaan jenis tergolong tinggi.
d. Indeks dominansi C = Σ (Pi)2 Ket :
C = indeks dominansi jenis
Pi = proporsi jumlah individu ke-i dengan jumlah total individu seluruh jenis
Kriteria :
0 < C < 0,5 = dominansi rendah 0,5 < C < 0,75 = dominansi sedang 0,75 < C < 1 = dominansi tinggi.
38 BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Hasil Identifikasi Makrozoobentos di Sungai Ancar
1. Stasiun I
Berdasarkan hasil penelitian struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar pada stasiun I yang berlokasi di Desa Gegelang dengan substrat berupa pasir dan limbah pencemar berupa limbah pertanian, ditemukan spesies makrozoobentos yang berbeda-beda. Makrozoobentos yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan Kelas, Family dan Spesies yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Kelas, Famili dan Spesies Makrozoobentos pada Stasiun I
No Kelas Famili Spesies Jumlah
1. Bivalvia Corbiculidae Corbicula javanica 13
2. Turbellaria Dugesiidae Dugesia subtentaculate 14
3. Gastropoda Thiaridae Tarebia granifera 1
Struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar ditemukan sebanyak 3 spesies. Adapun spesies yang paling tinggi
39
yaitu Dugesia subtentaculate dengan jumlah 14 spesies.
Spesies kedua yaitu Carbicula javanica dengan jumlah 12 spesies dan spesies paling rendah yaitu Tarebia granifera dengan jumlah 1 spesies.
Hasil perhitung indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, indeks kemerataan dan dominansi makrozoobentos yang ditemukan di Sungai Ancar dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Indeks Keanekaragaman, Indeks Kekayaan, Indeks Kemerataan dan Dominansi.
Indeks Stasiun I
Keanekaragaman (H’) 0.821
Kekayaan (R) 0.600
Kemerataan (E) 0.748
Dominansi (C) 0.215
Dari hasil data yang diperoleh indeks keanekaragaman (H’) sebanyak 0.821 dengan kriteria keanekaragaman rendah, kondisi ini mengambarkan bahwa jumlah spesies rendah dan penyebaran spesies tergolong sedikit, indeks kekayaan (R) sebanyak 0.600 dengan kriteria rendah, menggambarkan kondisi kekayaan spesies
40
makrozoobentos rendah, indeks kemerataan (E) sebanyak 0.748 dengan kriteria tinggi, menggambarkan kondisi kemerataan spesies makrozoobentos yang tinggi dengan komunitas stabil, dan indeks dominansi (C) sebanyak 0.215 dengan kriteria rendah, menggambarkan kondisi dominansi spesies makrozoobentos rendah.
Pengukuran faktor abiotik seperti suhu dan pH sangat penting dilakukan sebelum pengambilan sampel karena suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kondisi air sungai. Hasil pengukuran suhu dan pH pada stasiun I dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3
Parameter Kualitas Air Stasiun I
No Parameter Stasiun I
1. pH air 7,7
Suhu (0C) 27
Sebelum pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi pH dan suhu air. Nilai pH pada stasiun I yaitu 7,7 dan suhu air pada stasiun I yaitu 270C.
41
a) Deskripsi Makrozoobentos yang Ditemukan di Stasiun I
1) Dugesia subtentaculate
Dugesia subtentaculate mempunyai tubuh pipih, lonjong dan lunak dengan panjang tubuh sekitar 5- 25 mm. Bagian kepala berbentuk segitiga tumpul, mempunyai 2 titik mata di mid dorsal37. Dugesia subtentaculat merupakan kelompok makrozoobentos intoleran karena memiliki kemampuan hidup pada air yang belum tercemar ataupun tercemar ringan, oleh karena itu Dugesia subtentaculate sering digunakan sebagai bioindikator air bersih38.
37 Hertien Koosbandiah Surtikanti, “Pemeliharaan sPlanaria Dalam Perkembangbiakan Secara Vegetatif Pendahuluan Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan,” Biota 15, no. 1 (2010): 80– 84.
38 Edi Junaedi Lisdari Hotifah, Zaenal Abidin, “Trent Biotic Index (Tbi) Makrozoobentos Pada Perairan Lotik Di Sekitar Talaga Remis Kabupaten Kuningan,” Quangga 8, no. 1 (2016): 18–23.
42
Gambar 2.1 Dugesia subtentaculate lensa okuler (eyepiece) 10 x ocular.
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
2) Corbicula javanica
Corbicula javanica mempunyai cangkang yang kuat dan simetris, bentuk cangkang agak bundar.
Cangkang luar bewarna kuning kecokelatan. Lebar cangkang dapat mencapai 3-4 cm39. Corbicula javanica hidup pada aliran sungai yang bersih sehingga sering digunakan sebagai bioindikator air bersih. Selain itu, Corbicula javanica juga merupakan kelompok makrozoobentos intoleran
39 Efraim Samson dan Daniati Kasale, “Keanekaragaman Dan Kelimpahan Bivalvia Di Perairan Pantai Waemulang Kabupaten Buru Selatan,” Jurnal Biologi Tropis 20, no. 1 (2020): 78.
43
karena memiliki kemampuan hidup pada air yang belum tercemar ataupun tercemar ringan40.
Gambar 2.2 Corbicula javanica
lensa okuler (eyepiece) 10 x ocular.
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
3) Tarebia granifera
Tarebia granifera mempunyai panjang yang berkisar antara 1-4 cm, mempunyai bentuk cangkang memanjang dengan bagian ulir utama membesar, permukaan cangkang bergelombang membentuk garis-garis horizontal yang terputus- putus, mempunyai apeks runcing dengan lekuk sifon
40 Endri Junaidi, Effendi P Sagala, dan Joko, “Kelimpahan Populasi dan Pola Distribusi Remis (Corbicula sp.) di Sungai Borang Kabupaten Banyuasin,”
Jurnal Penelitian Sains 13, no. 3 (2009): 50–54.
44
sempit dan runcing41. Tarebia granifera hidup pada perairan tercemar sedang maupun berat sekalipun karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengakumulasi bahan-bahan pencemar tanpa mati terbunuh karena dapat menyembunyikan diri di dalam cangkangnya. Oleh karena itu, Tarebia granifera digolongkan ke dalam kelompok makrozoobentos toleran karena memiliki kemampuan hidup pada perairan yang tercemar berat karena mempunyai energi toleran yang besar terhadap bahan-bahan yang sudah tercemar 42.
41 A. Annawaty Rizki Ramadhana Takdim, “Keanekaragaman Dan Kelimpahan Keong Air Tawar (Mollusca: Gastropoda) Di Sungai Pomua Palandu Dan Sungai Toinasa, Poso, Sulawesi, Indonesia: Diversity And Abundance Of Fresh Water Snail (Mollusca: Gastropoda) In Pomua Palandu Stream And Toinasa Stream, Pos,” Natural Science: Journal of Science and Technology 8, no. 2 (2019): 144–52.
42 Endang Rustiasih, I Wayan Arthana, dan Alfi Hermawati Waskita Sari,
“Keanekaragaman dan Kelimpahan Makroinvertebrata Sebagai Biomonitoring Kualitas Perairan Tukad Badung, Bali,” Current Trends in Aquatic Science 1, no. 1 (2018): 16.
45
Gambar 2.3 Tarebia granifera lensa okuler (eyepiece) 10 x ocular.
(Dokumentasi Pribadi, 2022)
2. Stasiun II
Berdasarkan hasil penelitian struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar pada stasiun II yang berlokasi di Desa Karang Bedil dengan substrat berupa bebatuan dan limbah pencemar berupa limbah rumah tangga, ditemukan spesies makrozoobentos yang berbeda-beda. Makrozoobentos yang ditemukan dikelompokkan berdasarkan Kelas, Famili dan Spesies yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
46
Tabel 2.4
Kelas, Famili dan Spesies Makrozoobentos pada Stasiun II
No Kelas Famili Spesies Jumlah
1. Clitellata Haemadipsidae Haemadipsa sylvestris 5
2. Insecta Hydropsychidae Smicridea sp 24
3. Gastropoda Buccinidae Anentome helena 2
4. Gastropoda Thiaridae Tarebia granifera 15
5. Polychaeta Nereididae Alitta virens 1
Struktur komunitas makrozoobentos pada substrat dan limbah yang berbeda di Sungai Ancar ditemukan sebanyak 5 spesies. Adapun spesies yang paling tinggi yaitu Smicridea sp dengan jumlah 24 spesies, spesies kedua yaitu Tarebia granifera dengan jumlah 15 spesies, spesies ketiga yaitu Haemadipsa sylvestris dengan jumlah 5 spesies, spesies keempat yaitu Anentome helena dengan jumlah 2 spesies, dan spesies kelima merupakan spesies paling rendah yaitu Alitta virens dengan jumlah 1 spesies.
Hasil perhitung indeks keanekaragaman, indeks kekayaan, indeks kemerataan dan dominansi makrozoobentos yang ditemukan di Sungai Ancar dapat dilihat pada Tabel 2.5 sebagai berikut :
47
Tabel 2.5
Indeks Keanekaragaman, Indeks Kekayaan, Indeks Kemerataan dan Dominansi.
Indeks Stasiun II
Keanekaragaman (H’) 1.162
Kekayaan (R) 1.038
Kemerataan (E) 0.722
Dominansi (C) 0.376
Dari hasil perhitungan data diperoleh indeks keanekaragaman (H’) sebanyak 1.162 dengan kriteria keanekaragaman sedang, kondisi ini mengambarkan bahwa jumlah spesies sedang dan penyebaran spesies tergolong stabil, indeks kekayaan (R) sebanyak 1.038 dengan kriteria rendah, menggambarkan kondisi kekayaan spesies makrozoobentos rendah, indeks kemerataan (E) sebanyak 0.722 dengan kriteria tinggi, menggambarkan kondisi kemerataan spesies makrozoobentos yang tinggi dengan komunitas stabil, dan indeks dominansi (C) sebanyak 0.376 dengan kriteria rendah, menggambarkan kondisi dominansi spesies makrozoobentos rendah.
Pengukuran faktor abiotik seperti suhu dan pH sangat penting dilakukan sebelum pengambilan sampel karena
48
suhu dan pH merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kondisi air sungai. Hasil pengukuran suhu dan pH pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 2.6
Tabel 2.6
Parameter Kualitas Air Stasiun II
No Parameter Stasiun II
1. pH air 7,8
Suhu (0C) 28
Sebelum pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan pengukuran faktor abiotik yang meliputi pH dan suhu air. Nilai pH pada stasiun II yaitu 7,8 dan suhu air pada stasiun II yaitu 280C.
a) Deskripsi Makrozoobentos yang Ditemukan di Stasiun II
1) Smicridea sp
Smicridea sp mempunyai tubuh yang terdiri dari kepala, dada dan perut, serta mempunyai tiga pasang kaki pada bagian dadanya. Bentuk larva Smicridea sp seperti ulat dengan kepala yang berkembang, tungkai thoraks mempunyai tambahan seperti pengait dan ekor berbentuk agak