Fitnah Dalam Perspektif Hadis (kajian Tah{li>li>} pada Riwayat Abdullah bin Umar)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Agama Jurusan Ilmu Hadis
pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ZULKIFLI NIM: 30700116039
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Zulkifli
NIM : 30700116039
Tempat/ Tgl. Lahir : Bulukumba, 18, Agustus, 1998 Jurusan/Prodi/Kkonsentrasi : Ilmu Hadis
Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat Alamat : JL. R.S faisal 11, No 20
Judul : Fitnah dalam Perspektif Hadis (Kajian Tah{li>li>}
Pada Riwayat Abdullah Bin Umar)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil kaya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat. Atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hokum.
Samata-Gowa, 26 Februari 2021
Penyusun
Zulkifli
NIM: 30700116039
ii
iii
KATA PENGANTAR
ُهَدْي ِزَم ُئِفاَكُي َو ُهَمَعِن ْىِفا َوُي اًدْمَح . َنْيِمَلاَعْلا ِّبَر ِللهِ ُدْمَحْلَا .ِمْيِحَّرلا ِنَم ْحَّرلا ِالله ِمْسِب . َكِناَطْلُس ِمْي ِظَع َو َكِه ْج َو ِلَلاَجِل ْىِغَبْنَي اَمَك ُرْكُّشلا َكَل َو ُدْمَحْلا َكَلاَنَّبَراَي
Setelah melalui waktu dan proses pengerjaan yang panjang , akhirnya skripsi ini dapat selesai. Untuk itu, penulis memanjatkan segala puji dan rasa syukur atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Salawat serta salam penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw. sebagai penerang jalan menuju Tuhan yang penuh dengan cahaya kebenaran. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan yang penulis peroleh dari berbagai pihak tanpa bantuan tersebut skripsi ini tidak akan bisa selesai.
Pertama-tama peneliti ingin menyampaikan rasa teerimakasih yang tulus kepada orangtua peneliti yakni ayahanda Wandy dan ibunda Hamsinah, berkat mereka peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, peneliti juga ingin menyampaikan terimakasih yang amat dalam kepada Bapak Dr. A. Darussalam M.Ag selaku pembimbing I peneliti, dan juga Ibu Dr. Risna Mosiba. Lc. M.Thi, selaku pembimbing II. Terimakasih sedalam dalamnya juga kepada Dr. H. Mukhlis Mukhtar, M.Ag. dan Ibu Dr. Marhany Malik, M,Hum, selaku penguji, yang senantiasa memberikan saran dan masukan kepada peneliti yang sangat membantu pembuatan skripsi ini. Selanjutnya, peneliti sudah sepatutnya pula menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A,Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Bapak Prof. Dr. Mardan, M.Ag, selaku Wakil Rektor I, Dr.
wahyuddin, M.Hum, selaku Wakil Rektor II, dan Prof. Dr. Darussalam, M.Ag selaku Wakil Rektor III. Ucapan terima kasih juga sepatutnya penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Muhsin Mahfudz, M.Ag selaku
iv
Dekan bersama Dr.Hj. Rahmi Damis, M.Ag , Dr. Hj. Darmawati H, M.HI dan Dr. Abdullah Talib M.Ag selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ushuluddin, Filsafat Politik UIN Alauddin Makassar. Ucapan terima kasih penulis juga ucapkan kepada Bapak Andi Muh. Ali Amiruddin,S.Ag,M.A selaku ketua Prodi Ilmu Hadis dan Dr. H. Muh. Ali Ngampo,M.Ag, selaku sekretaris jurusan Ilmu Hadis. Selanjutnya saya ucapkan terimakasih teramat dalam kepada teman-teman peneliti yakni Intan Permata Sari S.Sos, Zainal Bahri Umar S.Ag, A. Aunul Ma’bud, dan saudari Sri Rahayu Lestari, karena berkat bantuan dan support dari mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
v Daftar Isi
Kata Pengantar ...i
Daftar isi ...iii
Pedoman transliterasi ...i
Abstrak ...x
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Pengertian Judul dan Ruanglingkup Penelitian...7
D. Kajian Pustaka ...9
E. Metode Penelitian...13
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...16
BAB II TINJAUAN UMUM ...18
A. Pengertian Fitnah ...18
B. Macam-macam Fitnah ...20
C. Implikasi Akibat Fitnah...30
BAB III TAKHRIJ AL-HADIS ...37
A. Takhrij al-Hadis ...37
B. Kritik Sanad ...45
BAB IV ANALISIS KANDUNGAN HADIS ...61
A. Pemahaman Hadis tentang 3 Jenis Fitnah ...61
1. Interpretasi Tekstual ...61
vi
2. Interpretasi Intertekstual...66
3. Interpretasi kontekstual ...71
B. Bentuk-Bentuk Fitnah dalam Hadis ...73
1. Fitnah al-Ah}la>s ...73
2. Fitnah al-Sarra>’ ...76
3. Fitnah al-Duhaima>’ ...78
BAB V PENUTUP ...80
A. Kesimpulan ...80
B. Saran ...81
Daftar pustaka ...82
i
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ا
AlifTidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
ب
Ba B Beت
Ta T Teث
s\a s\ es (dengan titik di atas)ج
Jim J Jeح
h}a h} ha (dengan titik di bawah)خ
Kha Kh Ka dan haد
Dal D Deذ
z\al z\ zet (dengan titik di atas)ر
Ra R Erز
Zai Z Zetس
Sin S Esش
Syin Sy Es dan yeص
s}ad s} es (dengan titik di bawah)ii
ض
d}ad d} de (dengan titik di bawah)ط
t}a t} te (dengan titik di bawah)ظ
z}a z} zet (dengan titik di bawah)ع
‘ain ‘ Apostrof terbalikغ
G G Geف
Fa F Efق
Qaf Q Qiك
Kaf K Kaل
Lam L Elم
Mim M Emن
Nun N Enو
Wau W Weـه
Ha H Haء
hamzah ’ Apostrofى
Ya Y YeHamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
iii 2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ ا
Fathah a Aَ ا
Kasrah i Iَ ا
Dhammah u UVokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama
ْ ىَـ
fat}ahdanya’ai
a dan i
ْ وَـ
FathahdanwauAu
a dan u
Contoh:
َْفـ يـَك
: kaifaَْل وـَه
: haulaiv 3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Nama
...
... |َْا
َْى Fathah dan alif atau
ya’ a a dan garis di atas
ىــــِـ
Kasrah dan ya’ i i dan garis di atasوــُـ
Dammah dan wau u u dan garis di atasContoh:
َْتاَـم
: mataىـَمَر
: ramaَْلـ يـِق
: qilaُْت وُـمـَي
: yamutu4. Ta’ marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu: ta’ marbutah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta’
marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
v Contoh:
ِْلاَف طَلأاُةـَض وَر
:raudah al-atfalُْةَل ِضاَف لاُْةـَنـ يِدـَمـ لَا
: al-madinah al-fadilahُْةَم كِحل ا
: al-hikmah5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid (ـّـ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
َْانـَـّبَر
: rabbanaَْانــ يَـّجـَن
: najjainaْ قَح لِا
: al-haqqَْمـِـّعُن
: nu“imaْ وُدـَع
: ‘aduwwunJika hurufْىber-tasydid di akhir sebuah kata dan di dahului oleh huruf kasrah (ّْىـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i.
Contoh:
ْ ىـِلـَع
: ‘Ali (bukan ‘Aliyyatau ‘Aly)ْ ىـِـبَرـَع
: ‘Arabi (bukan ‘Arabiyyatau ‘Araby)vi 6. Kata Sandang
Kata sandang dalam system tulisan Arab di lambing kandengan huruf
ْْ لا
(aliflam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
ُْسـ مـَّشلَا
: al-syamsu(bukanasy-syamsu)ُْةَلَز لَّزلَا
: al-zalzalah (az-zalzalah)ُْةَفَس لَف لَا
: al-falsafahُْدَلاـِــبـ ـلَا
: al-biladu 7. HamzahAturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
َْن وُرـُم أَـت
: ta’murunaُْع وـَّنــلَا
: al-nau‘ْ ء يـَش
: syai’unُْت رـِمُأ
: umirtuvii
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al- Qur’an), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian
dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fi Zilal al-Qur’an
Al-Sunnah qabl al-tadwin
9. Lafz al-Jalalah (
الله
)Kata “Allah”yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudaf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
ِْاللهْ ُن ـيِد
dinullahِْللاِب
billahAdapun ta’ marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz al-jalalah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ِْاللهِْةَمـ ــحَرْ يِفْ مـُه
hum fi rahmatillah 10. Huruf KapitalWalau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
viii
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bilanama diri di dahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).
Contoh:
Wa ma Muhammadunillarasul
Innaawwalabaitin wudi‘alinnasilallazi bi Bakkata mubarakan Syahru Ramadan al-laziunzilafih al-Qur’an
Nasir al-Din al-Tusi Abu Nasr al-Farabi Al-Gazali
Al-Munqiz min al-Dalal
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagainama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abu al-Walid Muhammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu al-Walid Muhammad (bukan: Rusyd, Abu al-Walid Muhammad Ibnu)
Nasr Hamid Abu Zaid, ditulis menjadi: Abu Zaid, Nasr Hamid (bukan: Zaid, Nasr Hamid Abu)
ix B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt. = subhanahu wa ta‘ala saw. = sallallahu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salam
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Ali ‘Imran 3: 4
HR = Hadis Riwayat.
PI = Pendidikan Islam
DEPAG = Departemen Agama
PAI = Pendidikan Agama Islam
S1 = Strata Satu
S2 = Strata Dua
SMP = Sekolah Menengah Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas
UU Sisdiknas = Undang-Undamg Sistem Pendidikan Nasional BKMT = Badan Kontak Majelis Taklim
ROHIS = Rohani Islam
REMAS = Remaja Mesjid
RRI = Radio Republik Indonesia
LKKB = Latihan Keterampilan Baris Berbaris PPK = Penguatan Pendidikan Karakter
x Abstrak Nama : Zulkifli
NIM : 30700116039 Jurusan : Ilmu Hadis
Fakultas : Ushuluddin, Filsafat dan Politik
Judul : Fitnah dalam Perspektif Hadis (Kajian Tah{li>li>} Pada Riwayat Abdullah Bin Umar)
Penelitian ini membahas tentang Fitnah dalam perspektif hadis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) menetahui pengertian fitnah dalam prespektif hadis 2) untuk mengetahui kualitas hadis dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar, 3) untuk mengethui maksud dari fitnah Ahlas, zarrah dan duhaima.
Dalam menjawab masalah tersebut, penulis menggunakan pendekatan multidisipliner, yaitu pendekatan linguistik, pendekatan ilmu hadis dan pendekatan ilmu ma’a>nil h}adi>s\.
Setelah mengadakan penelitian maka peneliti menemukan bahwa, 1) Fitnah dalam perspektif hadis yang peneliti dapat simpulkan adalah Fitnah asal kata dari bahasa arab (َ ةة نْت فلا) yang bermakna ujian dan cobaan.
2) Hadis yang dibahas peneliti status sanadnya sahih dengan dua jalur periwayatan. Dan kedua jalur hadis yang dibahas secara teks dan makna sama. 3) Fitnah Ahlas adalah plural dari kata halasun yang bermakna kain di bawah pelana kuda atau unta. Lalu dalam hadits di atas Rasulullah َ ةةص
ةةةةة َمةةةةةي عَالله menggambarkan fitnah tersebut dengan terjadinya َ ةةةةة ه
َ ْ ةةة ح . Arti kata َ ةةة ه adalah lari, maksudnya sebagian manusia lari dari
sebagian yang lain dikarenakan peperangan dan permusuhan.
Fitnah sarra’ maksudnya adalah kesenangan, bisa berupa kekayaan, kesehatan, atau keselamatan dari musibah yang justru menjerumuskan kepada maksiat.
Fitnah duhaima` dapat dianggap sebagai fitnah besar yang terjadi sebelum kemunculan Dajjal. Dengan kata lain, fitnah duhaima`
merupakan pembuka jalan bagi keluarnya Dajjal, sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kesempurnaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya, salah satunya adalah dengan adanya kemampuan mengelola panca indera yang luar biasa penggunaannya yaitu lisan.1
Selamat tidaknya manusia (Muslim) dalam hidup ini tergantung pada kemampuannya mengatur lisan atau tidak menyakiti orang lain, Seperti dalam salah satu hadis:
ِْن بِْ َّاللهِْد بَعْ نَعٍْرِماَعْ نَعَْليِعَم سِإْ نَعْىَي حَيْاَنَثَّدَحَْلاَقٍّْيِلَعُْن بْوُر مَعْاَنَرَب خَأ
َْلاَقْوٍر مَع
ِْلَسْ نَمُْمِل سُم لاُْلوُقَيَْمَّلَسَوِْه يَلَعُْ َّاللهْىَّلَصِْ َّاللهَْلوُسَرُْت عِمَس ْ
ْ َنوُمِل سُم لاَْم
ُْه نَعُْ َّاللهْىَهَنْاَمَْرَجَهْ نَمُْرِجاَهُم لاَوِْهِدَيَوِْهِناَسِلْ نِم
2
Artinya:
Telah mengabarkan kepada kami 'Amr bin Ali, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma'il dari 'Amir dari Abdullah bin 'Amr, dia berkata; "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Orang muslim adalah orang yang seluruh kaum muslimin merasa selamat dari lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang."
Menjaga lisan bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yang mustahil untuk dilakukan, jadi kita bisa setidaknya meminimalisir sesuatu yang salah yang biasa keluar pada lisan kita. Lisan merupakan hal yang
1 Lukman Santoso Az, Jagalah Lisanmu (Yogyakarta: Pustaka Insan Imani, 2008), h. 2.
2 Nasa’I No 4910, Kitab Iman dan Syareatnya, Bab Sifat Muslim.
2
sangat erat kaitannya dengan fitnah, sebab dengan lisan seseorang bisa menimbukan fitnah.
Fitnah merupakan suatu kebohongan besar yang sangat merugikan dan termasuk dalam dosa yang tak terampuni oleh Allah SWT.3 Itu sebabnya Islam melarang umatnya memfitnah sebab fitnah adalah haram.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa fitnah artinya perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelaskan orang, seperti menodai nama baik dan merugikan kehormatan orang.4 Fitnah adalah asal kata dari bahasa arab (َ نْت فلا) yang bermakna ujian dan cobaan.5
Di dalam al-Qur’an dan hadis ada banyak sekali makna tentang fitnah, seperti fitnah maksudnya adalah syirik dalam agama Islam, tidak berada dari jalan yang benar, sesat, pembunuhan dan kebinasaan, perselisihan dan peperangan, kemungkaran dan kemaksiatan. Termasuk juga menyebar berita dusta atau bohong atau mengada-ngada yang lalu merugikan orang lain juga termasuk dalam fitnah.6
Fitnah yang dimaksud dalam Islam merupakan suatu hal yang masih sangat banyak dilakukan oleh orang-orang Islam itu sendiri untuk tujuan menjatuhkan orang lain atau untuk tujuan buruk lainnya. Fitnah merupakan suatu perbuatan yang disandarkan/dilandaskan kepada orang lain dimana orang yang di tuduh tidak melakukan perbuatan tersebut.
Fitnah merupakan satu perbuatan yang sangat tercela karena dengan
3 Journal, Umar Latif, Konsep Fitnah Menurut al-Qur’an.
4 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 412
5 Tim Penyusun, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, Yogyakarta:
Dana Sakti Primayasa, 2005
6 Ani, “Konsep Fitnah Dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Tahlili} atas QS al- Anfal/8:25)”, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar 8 November 2017
3
memfitnah orang maka kita dapat mencemarkan nama baik orang tersebut, menjatuhkan harga diri orang yang di fitnah, dan banyak lagi masalah yang akan datang kepada orang yang di fitnah. Jadi Ketika seseorang melakukan fitnah maka akan banyak dampak buruk yang timbul baik itu untuk orang yang di fitnah maupun untuk dirinya sendiri.
Dampak yang sering ditimbulkan akibat fitnah yaitu munculnya penyakit hati berupa syirik, angkuh, kikir dan juga fitnah akan dapat menyebabkan kesengsaraan, dan berbagai hal buruk lainnya.7
Dalam al-Qur’an sendiri banyak dijelaskan tentang fitnah dan bahaya dari fitnah bahkan dikatakan bahwa fitnah lebih kejam dari membunuh, seperti dalam firman Allah SWT:
ْ مُهووووُمُت فِقَثْ ُِووو يَحْ مُهووووُلُت قاَو
ْ َنوووِمْ دوووَشَأُْةوووَن تِف لاَوْ مُكووووُجَر خَأْ ُِووو يَحْ نووو مْمُهووووُجِر خَأَو
ْ مُكوُلَتاووووَقْنِ ووووَفِْهوووويِفْ مُكوُلِتاووووَقُيْىووووَّتَحِْماَرووووَح لاِْدِجوووو سَم لاَْدوووونِعْ مُهوُلِتاووووَقُتََُْوِْلوووو تَق لا
َْنيِرِفاَك لاْءاَزَجَْكِلَذَكْ مُهوُلُت قاَف
Artinya:
“Dan bunuhlah mereka dimanapun kamu temui mereka, kemudian usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu; dan fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidil Haram terkecuali jika mereka perangi kamu di tempat tersebut. Jika mereka perangi kamu maka perangilah mereka. Demikianlah balasan untuk orang kafir.”
(QS.Al-Baqarah : 191).
Jadi dari ayat diatas yaitu fitnah merupakan salahsatu perbuatan yang dapat menimbulkan kekacauan. Fitnah juga dapat menimbulkan dampak buruk seperti merenggangkan hubungan antara teman, dan memunculkan rasa benci terhadap teman, dapat merampas harta, dapat
7 https://muslim.or.id/29271-dampak-fitnah-4.html , Diakses Pada Rabu 29 Januari, 2020
4
menyakiti hati orang lain dan juga dapat mengganggu kebebasan seseorang dalam beragama.
Selain dalam surat Al-Baqarah ayat 191. Larangan dan bahaya fitnah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 217 dan At-Taubah ayat 49.
ِْ ّاللهِْليِبووَسْنووَعْ دووَصَوْ روويِبَكِْهوويِفْ لاووَتِقْ لووُقِْهوويِفٍْلاووَتِقِْماَرووَح لاِْر هووَّشلاِْنووَعَْكَنوُلَأوو سَي
َْم لاَوِْهووِبْ روو فُكَو
ْ َنووِمُْرووَب كَأُْةووَن تِف لاَوِْ ّاللهَْدوونِعُْرووَب كَأُْهوو نِمِْهووِل هَأُْجاَروو خِإَوِْماَرووَح لاِْدِجوو س
ْنووووَمَوْ اوُعاَ َتوووو ساِْنِإْ مُكِنوووويِدْنووووَعْ مُكو دُرووووَيَْىووووَّتَحْ مُكَنوُلِتاووووَقُيْ َنوووووُلاَزَيََُْوِْلوووو تَق لا
َْفْ رِفاوووَكَْووووُهَوْ توووُمَيَفِْهوووِنيِدْنوووَعْ مُكنوووِمْ دِدوووَت رَي
ْاَي ن دووولاْيوووِفْ مُهُلاوووَم عَأْ توووَ ِبَحَْكَِـوووَل وُأ
َْنوُدِلاَخْاَهيِفْ مُهِْراَّنلاُْباَح صَأَْكَِـَل وُأَوِْةَرِخلآاَو
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai berperang di bulan haram. Katakanlah “Melakukan perang pada bulan haram merupakan (dosa) besar. Tetapi menghalangi orang di jalan Allah dan ingkar kepada-Nya (menghalangi orang yang masuk) Masjidil Haram dan juga mengusir penduduk yang ada disekitarnya lebih besar (dosanya) menurut pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Mereka tidak akan pernah berhenti perangi kamu sampai murtad, jika sanggup. Barangsiapa orang yang murtad dari agamanya, kemudian dia mati dalam keadaan kekafiran maka akan sia-sia amalnya di dunia maupun di akhirat dan mereka merupakan penghuni neraka dan akan kekal di dalamnya (QS.Al-Baqarah:217)”.
ْ ةَ ي ِحُمَلَْمَّنَهَجَّْنِإَوْ اوُ َقَسِْةَن تِف لاْيِفََُْأْي نِت فَتََُْوْي لْنَذ ئاُْلوُقَيْنَّمْمُه نِمَو نيِرِفاَك لاِب
ََْ
Artiny:
“Diantara mereka ada orang berkata “berilah saya izin (tidak berperang) dan janganlah menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahwa orang yang terjerumus ke dalam fitnah dan sesungguhnya Jahannam itu benar meliputi orang kafir.
(QS.At-Taubah:49).
5
Fitnah merupakan salahsatu hal yang paling dilarang bukan hanya dalam kehidupan sosial tapi agama pun sangat melarang hal itu. Ketika seseorang memfitnah maka dia bisa menghancurkan hidup orang lain yang bisa saja sampai korban fitnah itu sengsara di dunia. Oleh karena itu, ketika ada suatu berita maka jangan langsung percaya sebelum diketahui kebenarannya, sebab jangan sampai kita mempercayai fitnah. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 6.
ٍْةَلاَهَجِبْاًم وَقْاوُبيِصُتْ نَأْاوُنَّيَبَتَفٍْ َبَنِبْ قِساَفْ مُكَءاَجْ نِإْاوُنَمآْ َنيِذَّلاْاَه يَأْاَي
َْنيِمِداَنْ مُت لَعَفْاَمْ ٰىَلَعْاوُحِب صُت َْف
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang orang fasik membawa berita maka periksa berita tersebut dengan teliti agar tidak menyebabkan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang nantinya akan menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan tersebut”.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa ketika kita ada seseorang yang menyampaikan berita tentang orang lain maka alangkah baiknya untuk memastikan atau mencaritahu sendiri tentang berita itu, itu sebagai bentuk kehati- hatian untuk terhindar dari fitnah, sebab fitnah bukanlah perkara kecil melainkan fitnah merupakan salahsatu dosa besar.8
Adapun alasan penulis membahas tentang fitnah karena. Belakangan ini penulis sering kali mendengar ceramah terkait fitnah Jadi penulis ingin mencaritahu lebih dalam lagi tentang fitnah ini dalam perspektif hadis. Hadis yang penulis pilih untuk penelitian ini menjelaskan tentang 3 jenis fitnah yang menurut penulis masih sangat asing di kalangan masyarakat. Adapun hadis yang penulis akan bahas dalam penelitian ini adalah:
8 https://aceh.tribunnews.com/2014/06/16/dosa-berbuat-fitnah diakses pada 29, Januari, 2020
6
ُْدووو بَعْيِنَثَّدوووَحِْةَرووويِ ُم لاْووووُبَأْاَنَثَّدوووَحْ يوووِص مِح لاٍْديِعوووَسِْنووو بْ َناوووَم ُْعُْنووو بْىوووَي حَيْاَنَثَّدوووَح
ِْناووَهِْنوو بِْروو يَمُعْ نووَعَْةووَب تُعُْنوو بُْء َلاووَع لاْيِنَثَّدووَحٍْمِلاووَسُْنوو بِْ َّالله
ْ ُت عِمووَسَْلاووَقْ يووِس نَع لاْ ٍئ
ُْلووووُقَيَْروووَمُعْ َنووو بِْ َّاللهَْدووو بَع
ْيوووِفَْرَْ كَأوووَفْ َنَتوووِف لاَْرَكَذوووَفِْ َّاللهِْلووووُسَرَْدووو نِعْاًدووووُعُقْاوووَّنُك ْ
ِْس َلاوو حَ لأاُْةووَن تِفْاووَمَوِْ َّاللهَْلوووُسَرْاووَيْ لووِئاَقَْلاووَقَفِْس َلاوو حَ لأاَْةووَن تِفَْرووَكَذْىووَّتَحْاووَهِر كِذ
ِْهَْلاَق
ْ ِل هَأْ نِمٍْلُجَرْ يَمَدَقِْت حَتْ نِمْاَهُنَخَدِْءاَّرَّسلاُْةَن تِفَّْمُثْ ب رَحَوْ بَرَهَْي
ْ ُساوووَّنلاُْ ِلَ ووو صَيَّْموووُثْ َنووووُقَّتُم لاْيِئاوووَيِل وَأْاوووَمَّنِإَوْيووو نِمْ َس يوووَلَوْيووو نِمُْهوووَّنَأُْمُع زوووَيْيوووِت يَب ووَن تِفَّْمووُثٍْتَلووِضْىووَلَعٍْكِرَوووَكٍْلووُجَرْىووَلَع
ِْةووَّمُ لأاِْهِذووَهْ نووِمْاًدووَحَأُْعَدووَتْ َُِْءاَم يَه دوولاُْة
ْيوو ِس مُيَوْاووًنِم ُمْاووَهيِفُْلووُجَّرلاُْ ِبوو صُيْ تَداووَمَتْ تووَََق ناَْلوويِقْاَذِ ووَفًْةووَم َلُْهوو تَمَ َلْ َُِّإ
ِْهووووويِفَْقاوووووَفِنْ ٍَُْناوووووَميِإِْطاَ ووووو سُفِْن يَطاَ ووووو سُفْىوووووَلِإُْساوووووَّنلاَْريوووووِصَيْىوووووَّتَحْاًرِفاوووووَك
ْ
ْ نووِمْ وَأِْهووِم وَيْ نووِمَْلاَّجَّدوولاْاوُرِ َت ناووَفْ مووُكاَذْ َناووَكْاَذِ ووَفِْهوويِفْ َناووَميِإْ ٍَُْقاووَفِنِْطاَ وو سُفَو
ِْهِدَغ
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Utsman bin Sa'id Al Himshi berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al Mughirah berkata, telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Salim berkata, telah menceritakan kepadaku Al 'Ala bin Utbah dari Umair bin Hani Al 'Ansi ia berkata; Aku mendengar Abdullah bin Umar berkata, "Saat kami duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bercerita tentang fitnah, panjang lebar beliau bercerita seputar fitnah itu hingga beliau menyebutkan tentang fitnah Al Ahlas. Seorang laki-laki lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu fitnah Al Ahlas?" beliau menjawab: "Adanya permusuhan dan peperangan, kemudian fitnah kesenangan yang asapnya muncul dari bawah kedua kaki seorang laki-laki ahli baitku. Ia mengaku berasal dari keturunanku, padahal bukan. Wali- waliku hanya orang-orang yang bertakwa. Kemudian orang-orang akan berdamai pada seorang laki-laki layaknya pangkal paha yang bertumpuk di tulang rusuk (kesepakatan yang semu). Kemudian akan muncul fitnah seorang yang buta (dengan kekuasaan), tidak seorang pun dari umat ini kecuali ia akan mendapat satu tamparan di mukanya (bencana kerusakan darinya). Ketika fitnah itu telah dianggap usai, namun fitnah tersebut justru berkelanjutan. Seorang laki-laki yang paginya beriman menjadi kafir di waktu sore, sehingga manusia akan menjadi dua kelompok; sekelompok orang yang beriman dan tidak ada kemunafikan dalam keimanannya, dan sekelompok orang yang penuh kemunafikan dan tidak ada keimanan padanya. Jika kondisi kalian sudah begitu, maka
7
tunggulah munculnya Dajjal pada hari itu atau keesokan harinya."
(H.R. Abu Daud No. 3704).
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka untuk lebih mempertajam dalam penelitian ini, dapat dirumuskan pokok- pokok permasalahan yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut:
1. Apa itu fitnah dalam perspektif hadis?
2. Bagaimana kualitas hadis tentang fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar?
3. Apa itu fitnah Al Ahlas, Al Sarra’ dan fitnah Al Duhaima’?
C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian
Sebagai langkah awal dalam skripsi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman maka peneliti akan menjelaskan beberapa variable penting yang ada pada judul skripsi sebagai berikut.
1. Fitnah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa fitnah artinya perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelaskan orang, seperti menodai nama baik dan merugikan kehormatan orang.9
Disebutkan juga dalam (QS al-Nisa/4: 112), dari kata buhta<n (kebohongan yang besar), melakukan hal yang tidak masuk akal, sehingga yang mendengarnya merasa heran.10 Dalam akar kata Arab dengan huruf- huruf نْتْف menunjuk pada makna ibtila> wa ikhtiba>r (ujian dan cobaan),
9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 412
10 Mardan, Wawasan al - Qur’an Tentang Malapetaka, Jakarta 2008,h. 39.
8
imtiha>n (ujian), al-ihra>q (membakar atau menyiksa), misalnya, fatantu al- z\ahaba fi> al-na>r (aku telah membakar emas dalam api), Juga berarti al- imtih{a>n wa al-ibtila>’ wa al-d}ala>l wa al-is\m wa al-az\a>b (ujian, cobaan, kesesatan, dosa, dan siksaan). Menurut al-Ragib al-Asfahani (w. 502 H), kata fitnah dalam al-Qur’an yang terambil dari akar kata fatana, pada mulanya ia berarti (membakar emas untuk mengetahui kadar kualitasnya).
Kata tersebut digunakan oleh al-Qur’an dalam arti‚ memasukkan ke neraka atau siksaan, seperti dalam (QS al-Zariyat /51: 1314).11
2. Perspektif Hadis
Pengertian perspektif atau sudut pandang sebenarnya dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam mengartikan sesuatu yang biasa dipaparkan baik secara lisan dan tulisan12 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perspektif adalah cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya), atau disebut dengan sudut pandang; pandangan.13
Hadis juga disebut sunnah, hadis adalah perkataan, perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam.
Hadis merupakan sumber hukum Islam selain al-Qur'an, dalam hal ini kedudukan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.14
Setelah mengetahui pengetian dari perspektif dan hadis maka dapat disimpulkan bahwa perspektif hadis adalah melihat sesuatu dari sudut pandang hadis yang merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an.
3. Tah{li>li>}
11 Mardan, (Wawasan al - Qur’an Tentang Malapetaka), Jakarta 2008, h. 37.
12http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-perspektif-atau-sudut- pandang/ Diakses Pada 22, Januari 2020.
13 https://kbbi.web.id/perspektif Diakses Pada 22, Januari 2020.
14 https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis
9
Tah{li>li> adalah salah satu metode penafsiran yang berusaha menerangkan arti ayat-ayat al-Qur’an dengan berbagai seginya.15 Tah{li>li> adalah bahasa Arab yang berarti membuka sesuatu atau tidak menyimpang sesuatu darinya16 atau bisa juga berarti membebaskan, mengurai, menganalisis.17 Dalam pemaparannya, tafsir metode Tah}li>li> meliputi pengertian kosakata, muna>sabah (hubungan antara ayat), sabab al-nuzu>l (jika ada), makna global ayat, mengungkap kandungan ayat dari berbagai macam pendapat ulama yang tidak jarang berbeda satu dan lainnya.18
D. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah yang berguna memberikan kejelasan dan batasan tentang informasi yang digunakan melalui khazanah pustaka, terutama yang berkaitan tentang tema yang dibahas.
Dalam hal ini, hadis tentang fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar.
Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana objek penelitian dan kajian terhadap Fitnah dalam Perspektif Hadis dalam Hadis Riwayat Abdullah bin Umar dan hadis-hadis yang membahasnya, penulis telah menemukan beberapa karya ilmia yang berkaitan tentang judul tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penelitian dan kajian terhadap hadits-hadits Nabi Saw
15 Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al - Qur’an, (Cet.
I; Bandung: Pustaka Setia, 2004). h. 94
16 Abu al-H{usain Ahm} ad ibn Fa>ris ibn Zakariya>, Mu’jam Maqa>y i>s a l-Lugah al‘Arabiyyah, Juz II (Mesir: Da>r al-Fikr, t.th.).h. 20
17 M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah dan ‘Ulumu al - Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008). h. 172
18 Ani, “Konsep Fitnah Dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Tahlili} atas QS al-Anfal/8:25)”, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar 8 November 2017
10
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, sehingga diperoleh kerangka pikir mewarnai kerangka kerja dan dapat memperoleh hasil maksimal, serta untuk memastikan apakah ada penelitian tentang Fitnah dalam Perspektif Hadis dalam Hadis Riwayat Abdullah bin Umar atau belum, sehingga nantinya tidak terjadi pengulangan (repetisi) yang sama dengan penelitian sebelumnya.
Dalam penelitian kali ini, penulis menggunakan beberapa karya ilmiah yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung atas tema di atas diantaranya berkaitan dengan ilmu fiqh. Penelitian ini penulis fokuskan pada bab fitnah yaitu hal yang berkaitan tentang tiga jenis fitnah dari riwayat Abdullah bin Umar.
Adapun karya ilmiah yang berkaitan dengan fitnah antara lain, skripsi tentang Konsep Fitnah dalam Al-Qur’an karya Ani dari jurusan Ilmu al-Qur’an dan tafsir Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Skripsi ini fokus membahas tentang fitnah dalam surah Al- Anfal/8; 25. Dengan menggunakan pendekatan tafsir Tah{li>li. Peneliti ini menitik beratkan pada tiga pokok yaitu 1. Hakikat fitnah, 2. Bagaimana wujud fitnah, dan 3. Apa dampak fitnah. Hasil dari penelitian ini adalah menunjuk pada fitnah yaitu;
siksaan atau ujian dan cobaan atas perbuatan manusia. al-Qur’an secara tegas memerintahkan manusia agar menjaga diri dari fitnah, dari segi positif, dan negatif dengan mengingatkan manusia agar takut pada siksa Allah dan berhati- hati menyikapinya, serta mengikuti perintah Allah dan Rasulnya, dan mengajak pada kebaikan dan mencengah pada keburukan. Bahwa Allah akan mengenakan secara merata baik yang zalim maupun yang diam terhadap maksiat, maka sama
11
saja bagi mereka, sehingga Allah menjatuhkan bencana secara merata karena adanya sebab yang dilanggar.19
Selain itu ada juga karya ilmiah yang berkaitan dengan fitnah antara lain, tesis dari Habibuddin tentang Fitnah dalam al-Qur’an program studi tafsir hadis pasca sarjana IAIN Sumatera Utara, dalam tesisnya dijelaskan tentang fitnah memiliki banyak makna selain dari makna ujian dan cobaan, yaitu, seperti menyiksa, mengusir, membuat kekacauan, tipu daya, upaya memalingkan, menyesatkan, kekafiran atau syirik, azab, aniaya, membuat alasan, dan gila.
Namun setelah melakukan pengkajian terhadap ayat-ayat fitnah, penulis menyimpulkan, bahwa makna-makna tersebut secara keseluruhan pada dasarnya bermuara pada makna awalnya, yaitu ujian dan cobaan. Jadi si peneliti menjelaskan tentang fitnah secara garis besar dalam al-Qur’an.20
Karya fitnah antara lain, skripsi tentang fitnah dalam perspektif al-Qur’an karya Husniani dari jurusan Ilmu al-Qur’an dan tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Ar-raniry Darussalam, Banda Aceh. Jadi skripsi ini menjelaskan tentang makna fitnah dalam al-Quran, penulis dapat menyimpulkan bahwa: fitnah tidak hanya bermakna ujian atau cobaan, melainkan dalam konteks ayat al-Quran melahirkan 15 pengertian yaitu; syirik, penyesatan, pembunuhan, menghalangi dari jalan Allah, kesesatan, alasan, keputusan, dosa, sakit, sasaran, balasan, ujian, azab, bakar, dan gila. Secara bahasa kata fitnah berarti memikat, menggoda, membujuk, menyesatkan, membakar dan menghalang-halangi. Sedangkan menurut istilah kata fitnah yaitu; ‘azabtahuma
19 Ani, “Konsep Fitnah Dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Tahlili) atas
QS al-Anfal/8:25)”, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar 8 November 2017.
20Habibuddi, “Fitnah dalam Al-Qur’an” Program Studi Tafsir Hadis Program Pasca Sarjana IAIN Sumatra Utara, Medan 2002.
12
bin naari’, yang maksudnya engkau telah melelehkan perak dan emas itu dengan api untuk membedakan yang buruk dari yang baik.21
Penulis juga menggunakan kitab Aunul Ma’bud (syarah sunan Abu Daud) karena hadis yang penulis pilih adalah hadis dari riwayat Sunan Abu Daud. Jadi hadis yang penulis pilih terletak pada kitab “fitnah dan peperangan besar” dalam bab “penjelasan tentang fitnah dan dalil-dalilnya” pada halaman 54.
Selain itu ada juga karya ilmiah tentang fitnah yang penulis ambil sebagai sumber antara lain. Jurnal dari Umar Latif yang berjudul “Konsep Fitnah dalam Al-Qur’an.” Jadi jurnal ini juga membahas tentang macam macam fitnah dan berbagai makna dari fitnah.
Dari beberapa sumber yang telah peneliti kumpulkan belum ada yang membahas terkait tiga jenis fitnah yang dijelaskan dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar, jadi peneliti mengangkat judul fitnah dalam perspektif hadis dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar (kajian Tah{li>li pada riwayat Abdullah bin Umar). Karena dalam hadis ini, ada tiga jenis fitnah yang disebutkan, dan belum ada penjelasan lengkap terkait tijenis fitnah tersebut, maka dari itu peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang apa maksud dari tiga fitnah tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menitik beratkan pada Fitnah dalam perspektif hadis, jenis-jenis fitnah, dan apa dampak dari Fitnah.berbeda dengan penelitian Ani tentang fitnah dalam surah Al-Anfal/8; 25. Dengan menggunakan pendekatan tafsir Tah{li>li. Yang dimana peneliti ini menitik beratkan pada dua pokok yaitu Hakikat fitnah dan bagaimana wujud fitnah.
21 Husniyani, “Fitnah dalam Perspektif Al-Qur’an ”, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh 22 Februari 2016.
13 E. Metode Penelitian
Metode adalah sebuah cara atau jalan, apabila dikaitkan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah metode kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji.22 Metode terhadap suatu persoalan amatlah penting, ini artinya metode yang digunakan haruslah tepat agar substansi persoalan dapat tersentuh dan terdistorsi.
Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian perpustakaan (library research), karena data yang digunakan berasal dari bahan- bahan kepustakaan yaitu buku-buku dan kitab-kitab. Sumber data yang dipakai meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer dalam penelitian kali ini adalah “al-Kutub al-Tis’ah” beserta terjemahanya, terlebih khususnya adalah Kitab Sunan Abu Daud dan kitab syarahnya yaitu Aunul ma’bud yang membahas tentang tiga macam fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar. Sedang data sekunder adalah kitab dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya Tahdzib al-Tahdzib karya Ibn Hajar Al- Asqolani, Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj, al-Ta’dil wa al-Tarjih karya Ibn Hatim al-Razi, al-Tsiqqat karya Ibn Hibban dan lain-lain.
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini melakukan riset kepustakaan (library research).
Secara umum, skripsi ini akan menggunakan literatur yang bersumber dari bahan tertulis, seperti buku, jurnal, dan artikel. Studi pustakadiperlukan sebagai salah satu tahap pendahuluan untuk memahami lebih dalam hal-hal baru yang tengah berkembang di lapangan atau masyarakat.
22 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm
14 2. Pendekatan
Adapun pendekatan yang digunakan adalah:
a. Pendekatan ilmu hadis, dalam pendekatan ini yang digunakan adalah pendekatan ma’nil hadis
b. Pendekatan sosial, dalam pendekatan ini adalah hal-hal yang terkait tentang kehidupan sosial seseorang
3. Pengumpulan Data
Data yang dimaksud adalah hadits-hadits mengenai fitnah yang dikutip dari beberapa kitab matan Hadits dalam Software Maktabah Syamilah dan juga Lidwa Pusaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadits. Sedangkan data-data lainya adalah mengenai biografi periwayat Hadits dan pandangan ulama’ kritikus tentang periwayatan yang penulis kutib dari kitab-kitab rijal al-Hadis diantaranya kitab Tahzib al-Tahzib, al-Isabah dan sebagainya untuk keperluan penelitian sanad Hadits, metode ini dikenal dengan Takhrij al-Hadis23.
4. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data-data adalah deskriptif analitik, dalam arti data-data yang sudah terkumpul dan tersusun kemudian dianalisa atau di interpretasikan dengan berpedoman pada kaidah kesahihan hadis yang meliputi sanad dan matan yang telah ditentukan oleh ulama’. Data yang lainya adalah biografi dan komentar para ulama’ kritikus terhadap periwayat yang penulis kutip dari banyak kitab dan tidak seluruhnya penulis data dan informasi dalam setiap kitab karena terjadi banyak pengulangan.
23 Takhrij al-Hadits adalah penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadits yang bersangkutan. Lihat, M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 43.
15
Setelah diperoleh gambaran yang jelas dari hasil analisis data-data yang terkumpul dan tersusun tadi, kemudian langkah selanjutnya adalah dengan melakukan i’tibar al-sanad.24 Dengan demikian dapat ditemukan sanad-sanad lain yang mendukung baik dari tingkatan sahabat maupun ta<bi‘<n dan ta<bi‘
ta<bi‘<n Untuk memperjelas dan memudahkan proses al-i‘tibar, maka sangat diperlukan sekali pembuatan skema seluruh sanad hadits yang menjelaskan tentang fitnah.Adapun langkah pembuatan skema tersebut adalah:
a. Jalur seluruh sanad hadis yang menerangkan tentang fitnah.
b. Nama-nama periwayat untuk seluruh hadis yang menjelaskan tentang fitnah yaitu mulai dari periwayat pertama (sahabat) sampai mukharrijnya.
c. Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat.25 Kemudian dilanjutkan langkah selanjutnya yaitu meneliti periwayat, ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat yaitu ke-‘adil-lan dan ke- dabit-annya. Ke-‘adil-lan disini berhubungan dengan kualitas pribadi, sedangkan ke-dabit-annya berhubungan dengan kapasitas intelektual. Setelah itu diambil suatu kesimpulan awal berupa nilai atau kualitas sanad hadis tersebut.
Setelah penelitian sanad disimpulkan, langkah selanjutnya adalah penelitian terhadap matan hadis yang meliputi:
a. Meneliti susunan lafal yang semakna.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari lafal-lafal yang semakna dari beberapa riwayat hadits yang sudah didapatkan melalui proses takhrij al-
24 Al-I’tibar secara etimologis adalah “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Adapun menurut istilah, al-i’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu Hadits tertentu, supaya dapat diketahui ada tidaknya periwayat yang lain untuk sanad Hadits yang dimaksud. Lihat Suryadi dan M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: TH-Press, 2012), hlm.67.
25 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi,.... hlm. 42.
16
Hadits. Proses pencarian ini dimaksudkan untuk menentukan apakah Hadits tersebut diriwayatkan secara makna ataukah lafaz.
b. Menyimpulkan kandungan hadis.
Penelitian kandungan matan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah matan Hadits tersebut memang benar-benar perkataan Nabi ataukah bukan.
Karena itu melalui penelitian kandungan Hadits ini, penulis mencoba mengkaji kembali makna-makna yang terkandung dalam sebuah hadis dan mencoba merelevansikannya dengan kebutuhan zaman yang keberadaannya selalu berubah.
c. Menyimpulkan hasil penelitian matan.
Setelah meneliti matan Hadits dari segi susunan lafal, kandungan matan dan juga aspek lain seperti, apakah pada matan tersebut mengandung ziyadah ataukah tidak, maka akan diperoleh kesimpulan bahwa Hadits tersebut secara matan dikatakan sahih atau da’if.
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dengan mengacu pada beberapa rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kualitas sanad dan matan hadits yang membahas fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar.
2. Mengetahui bagaimana pendapat para ulama’ tentang fitnah.
3. Mendapatkan informasi tentang tiga jenis fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan khazanah ilmu pengetahuan Islam terutama pemikiran tentang kualitas Hadits tentang fitnah serta menambah cakrawala dan pengembangan intelektual dalam masalah ke Islaman.
17
2. Secara sosial, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk menambah wawasan terkait tiga jenis fitnah dalam hadis tersebut.
18 BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Fitnah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa fitnah artinya perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelaskan orang, seperti menodai nama baik dan merugikan kehormatan orang.26 Fitnah dalam bahasa arab berbeda dengan fitnah dalam KBBI, Fitnah adalah asal kata dari bahasa arab (َ نْت فلا) yang bermakna ujian dan cobaan.27
Di dalam al-Qur’an dan hadis ada banyak sekali makna tentang fitnah, seperti fitnah maksudnya adalah syirik dalam agama Islam, tidak berada dari jalan yang benar, sesat, pembunuhan dan kebinasaan, perselisihan dan peperangan, kemungkaran dan kemaksiatan. Termasuk juga menyebar berita dusta atau bohong atau mengada-ngada yang lalu merugikan orang lain juga termasuk dalam fitnah.28
Dalam riwayat Karimah dan Al Ushaili kata “basmalah” disebutkan sesudah
“kitab fitnah”. Kata al fitan adalah bentuk jamak dari kata fitnah.
Ar-Raghib berkata,”Arti asal kata al fitan adalah memasukkan emas ke dalam api sehingga tampak yang baik dan dari yang buruk dan digunakan untuk perbuatan memasukkan seseorang ke dalam neraka, yaitu dengan makna
“siksaan” seperti firman Allah dalam surah Adz-Dzariyat ayat 14,
ْ ْ مُكَتَن تِفْ ۟اوُقوُذ
([Dikatakan kepada mereka],”Rasakanlah fitnah kamu.”), atau sesuatu yang
26 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008), h. 412
27 Tim Penyusun, Ensiklopedi al-Qur’an Dunia Islam Modern, Yogyakarta: Dana Sakti Primayasa, 2005
28 Ani, “Konsep Fitnah Dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Tahlili} atas QS al-Anfal/8:25)”, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar 8 November 2017
19
didapatkan saat siksaan seperti firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 49,
ْ ََُأ وُ َقَسْ ِةَن تِف لٱْىِف
(ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus dalam fitnah), atau ujian seperti firman-Nya dalam surah Thaha ayat 40,اًنوُتُفْ َكَّٰنَتَفَو
(Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan), atau kesulitan dan kelapangan yang menimpa manusia. Namun kata ini lebih sering digunakan dalam konteks“kesulitan”. Allah berfirman dalam surah Al-Anbiya’ ayat 35,
ْ رَّشلٱِبْ مُكوُل بَنَو
ًْةَن تِفِْر يَخ لٱَو
(Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah [yang sebenar-benarnya]), begitu pula firman-Nya dalam surah Al Isra’ ayat73,
َْكَنوُنِت فَيَلْ ۟اوُداَكْنِإَو
(Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu).Maksudnya, menjerumuskanmu dalam cobaan dan kesulitan dalam melaksanakan apa-apa yang diwahyukan kepadamu.”
Dia berkata,”Fitnah bisa berupa perbuatan-perbuatan dari Allah dan dari hamba, seperti cobaan, musibah, pembunuhan, siksaan, kemaksiatan, dan perkara yang tidak disukai lainnya. Jika berasal dari Allah, maka itu terjadi dalam rangka hikmah. Bila berasal dari manusia bukan dalam urusan Allah maka tercela. Allah telah mencela manusia yang menimbulkan fitnah seperti firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 191,
ِْل تَق لٱْ َنِمْ دَشَأُْةَن تِف لٱَو
(Fitnah lebih besar bahayanya daripada pembunuhan), firman-Nya dalam surah Al Buruj ayat 10,ْ َنيِنِم ُم لٱْ۟اوُنَتَفْ َنيِذَّلٱْ َّنِإ
ِْتَٰنِم ُم لٱَو
(Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan), firman-Nya dalam surah Ash- Shaffaat ayat 162,
َْنيِنِتَٰفِبِْه يَلَعْ مُتنَأْٓاَم
(Kamu tidak dapat menyesatkan [seseorang]terhadap Allah), firman-Nya dalam surah Al Qalam ayat 6,
ُْنوُت فَم لٱُْمُك ييَأِب
(Siapadi antara kamu yang gila), dan firman-Nya dalam surah Al Ma’idah ayat 49,
َْكوُنِت فَيْنَأْ مُه رَذ حٱَو
(Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu).”20
Ulama lain berkata,”Asal kata fitnah artinya ujian. Kemudian digunakan untuk segala sesuatu yang dikeluarkan oleh cobaan dan ujian kepada perkara yang tidak disukai. Selanjutnya digunakan untuk segala sesuatu yang tidak disukai atau mengarah kepadanya seperti kekufuran, dosa, pembakaran,aib, kecurangan, dan selain itu.”29
B. Macam-macam fitnah
Sejumlah kalangan ahli tafsir, termasuk al-Razi ketika menafsirkan kata fitnah lebih mengarah kepada konstruksi al-Qur’an daripada mencoba mengalihkan makna itu sendiri kepada yang lain. Maksud ini di mana interpretasi terhadap fitnah mengacu kepada sikap yang dilahirkan di luar kemampuan manusia. Oleh karena itu, di kalangan ahli tafsir memformalisasikan kata fitnah kepada sasaran yang disebutkan di atas dan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Fitnah bermakna ujian dan cobaan
Pemaknaan fitnah dari segi ujian dan cobaan, di antaranya ada yang menunjukkan berupa nikmat dan kesulitan. Bentuk fitnah dari segi materi bisa meliputi isteri, suami, anak, harta atau kebendaan lainnya. Sementara dari segi non-materi mencakup tipu daya, setan, malaikat, kenyamanan, kematian, jabatan, rahmat, rezeki, sosial dan hukum. Di sini, pemahaman fitnah dari segi ujian dan cobaan lebih kepada penekanan persoalan setan, sehingga seseorang ikut terpedaya dan kemudian melahirkan sejumlah perbuatanperbuatan yang selalu diukur secara materi. Konsep ujian dan cobaan dicontohkan al-Qur’an dalam beberapa kisah dan termasuk kisah Nabi Yusuf. Surat Yusuf
29 Al-Imam al-Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Al- Bukhari Jilid 5, Terj. Imam Mudzakir, Lc, Makruf Abdul Jalil, (Cet; I, Jakarta: Pustaka As-Sunnah Jakarta, 2010), h. 2
21
ayat 30 yang menjelaskan tentang ujian atau cobaan dan yang menimpa pada Nabi Yusuf as yaitu sebagai berikut:
َْمۡلاْىِفْ ةَو ۡسِنَْلاَقَو
ْ هِسۡفـَّنْ ۡنَعْاَهٮٰتَفُْدِواَرُتِْزۡيِزَعۡلاُْتَاَر ۡماِْةَنۡيِد اًّبُحْاَهَفَ َشْ ۡدَقْ ْۚ
ْ
ْؕ
ْ
ٍْنۡيِب مٍْلٰلَضْ ۡىِفْاَهٮ ٰرَنـَلْاَّنِا
Artinya:
Dan perempuan-perempuan di kota berkata, "Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesatan yang nyata."
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang isteri raja Mesir telah menggoda kepada Nabi Yusuf dengan menfitnah untuk melanyaninya.
Namun Nabi Yusuf tidak melayani apa yang menjadi ajakan Zulaihah.
Maka Yusuf dicebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan bahwa dialah yang mencoba menggoda terhadap Zulaihah. Walaupun sudah jelas, bahwa Yusuf tidak melakukan perbuatan tersebut maka nabi Yusuf mencoba untuk bersabar dan memperkuat imanannya dalam menghadapi ujian atau cobaan yang menimpanya dan Yusuf memilih dipenjarakan daripada diuji dalam hal wanita. Ketika dimasukkan dalam penjara, perasaan Yusuf bercampur antara sedih dan gembira, sedih karena ia dipenjarakan dengan tuduhan yang keji itu, sehingga akan mengundang penilaian negatif orang yang tidak mengerti kebenaran yang sesungguhnya tentang dirinya. Dan gembira karena ia terbebas dari rumah tuannya, dan fitnah. Akan tetapi penjara baginya merupakan awal kebaikan nasib (betapa banyak kebaikan itu tersimpan di balik kesengsaraan dan kepedihan). Yusuf dimasukkan penjara bersama dua orang pemuda pelayan raja. Mereka di antaranya adalah Nabo, kepala bagian minuman raja. Dan Malhab, kepala bagian penyediaan kue-kue. Keduanya dituduh mencoba melakukan
22
pembunuhan terhadap raja dengan racun. Setelah berapa lama di penjara, mereka bermimpi yang kemudian Nabo menceritakan: saya b