• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Metode Penelitian

Metode adalah sebuah cara atau jalan, apabila dikaitkan dengan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah metode kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang sedang dikaji.22 Metode terhadap suatu persoalan amatlah penting, ini artinya metode yang digunakan haruslah tepat agar substansi persoalan dapat tersentuh dan terdistorsi.

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian perpustakaan (library research), karena data yang digunakan berasal dari bahan- bahan kepustakaan yaitu buku-buku dan kitab-kitab. Sumber data yang dipakai meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer dalam penelitian kali ini adalah “al-Kutub al-Tis’ah” beserta terjemahanya, terlebih khususnya adalah Kitab Sunan Abu Daud dan kitab syarahnya yaitu Aunul ma’bud yang membahas tentang tiga macam fitnah dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar. Sedang data sekunder adalah kitab dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya Tahdzib al-Tahdzib karya Ibn Hajar Al- Asqolani, Tahdzib al-Kamal karya Abu al-Hajjaj, al-Ta’dil wa al-Tarjih karya Ibn Hatim al-Razi, al-Tsiqqat karya Ibn Hibban dan lain-lain.

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini melakukan riset kepustakaan (library research).

Secara umum, skripsi ini akan menggunakan literatur yang bersumber dari bahan tertulis, seperti buku, jurnal, dan artikel. Studi pustakadiperlukan sebagai salah satu tahap pendahuluan untuk memahami lebih dalam hal-hal baru yang tengah berkembang di lapangan atau masyarakat.

22 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm

14 2. Pendekatan

Adapun pendekatan yang digunakan adalah:

a. Pendekatan ilmu hadis, dalam pendekatan ini yang digunakan adalah pendekatan ma’nil hadis

b. Pendekatan sosial, dalam pendekatan ini adalah hal-hal yang terkait tentang kehidupan sosial seseorang

3. Pengumpulan Data

Data yang dimaksud adalah hadits-hadits mengenai fitnah yang dikutip dari beberapa kitab matan Hadits dalam Software Maktabah Syamilah dan juga Lidwa Pusaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadits. Sedangkan data-data lainya adalah mengenai biografi periwayat Hadits dan pandangan ulama’ kritikus tentang periwayatan yang penulis kutib dari kitab-kitab rijal al-Hadis diantaranya kitab Tahzib al-Tahzib, al-Isabah dan sebagainya untuk keperluan penelitian sanad Hadits, metode ini dikenal dengan Takhrij al-Hadis23.

4. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisa data-data adalah deskriptif analitik, dalam arti data-data yang sudah terkumpul dan tersusun kemudian dianalisa atau di interpretasikan dengan berpedoman pada kaidah kesahihan hadis yang meliputi sanad dan matan yang telah ditentukan oleh ulama’. Data yang lainya adalah biografi dan komentar para ulama’ kritikus terhadap periwayat yang penulis kutip dari banyak kitab dan tidak seluruhnya penulis data dan informasi dalam setiap kitab karena terjadi banyak pengulangan.

23 Takhrij al-Hadits adalah penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadits yang bersangkutan. Lihat, M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 43.

15

Setelah diperoleh gambaran yang jelas dari hasil analisis data-data yang terkumpul dan tersusun tadi, kemudian langkah selanjutnya adalah dengan melakukan i’tibar al-sanad.24 Dengan demikian dapat ditemukan sanad-sanad lain yang mendukung baik dari tingkatan sahabat maupun ta<bi‘<n dan ta<bi‘

ta<bi‘<n Untuk memperjelas dan memudahkan proses al-i‘tibar, maka sangat diperlukan sekali pembuatan skema seluruh sanad hadits yang menjelaskan tentang fitnah.Adapun langkah pembuatan skema tersebut adalah:

a. Jalur seluruh sanad hadis yang menerangkan tentang fitnah.

b. Nama-nama periwayat untuk seluruh hadis yang menjelaskan tentang fitnah yaitu mulai dari periwayat pertama (sahabat) sampai mukharrijnya.

c. Metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat.25 Kemudian dilanjutkan langkah selanjutnya yaitu meneliti periwayat, ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat yaitu ke-‘adil-lan dan ke- dabit-annya. Ke-‘adil-lan disini berhubungan dengan kualitas pribadi, sedangkan ke-dabit-annya berhubungan dengan kapasitas intelektual. Setelah itu diambil suatu kesimpulan awal berupa nilai atau kualitas sanad hadis tersebut.

Setelah penelitian sanad disimpulkan, langkah selanjutnya adalah penelitian terhadap matan hadis yang meliputi:

a. Meneliti susunan lafal yang semakna.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari lafal-lafal yang semakna dari beberapa riwayat hadits yang sudah didapatkan melalui proses takhrij al-

24 Al-I’tibar secara etimologis adalah “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Adapun menurut istilah, al-i’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu Hadits tertentu, supaya dapat diketahui ada tidaknya periwayat yang lain untuk sanad Hadits yang dimaksud. Lihat Suryadi dan M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: TH-Press, 2012), hlm.67.

25 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi,.... hlm. 42.

16

Hadits. Proses pencarian ini dimaksudkan untuk menentukan apakah Hadits tersebut diriwayatkan secara makna ataukah lafaz.

b. Menyimpulkan kandungan hadis.

Penelitian kandungan matan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah matan Hadits tersebut memang benar-benar perkataan Nabi ataukah bukan.

Karena itu melalui penelitian kandungan Hadits ini, penulis mencoba mengkaji kembali makna-makna yang terkandung dalam sebuah hadis dan mencoba merelevansikannya dengan kebutuhan zaman yang keberadaannya selalu berubah.

c. Menyimpulkan hasil penelitian matan.

Setelah meneliti matan Hadits dari segi susunan lafal, kandungan matan dan juga aspek lain seperti, apakah pada matan tersebut mengandung ziyadah ataukah tidak, maka akan diperoleh kesimpulan bahwa Hadits tersebut secara matan dikatakan sahih atau da’if.

Dokumen terkait