• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN LEMBAGA PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

N/A
N/A
MALIK FUAD AFFANDY

Academic year: 2023

Membagikan "PELAKSANAAN LEMBAGA PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

270

PELAKSANAAN LEMBAGA PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI

BANDA ACEH)

THE IMPLEMENTATION OF THE PRETRIAL INSTITUTIONS IN THE JUSTICE SYSTEM CRIMINAL (RESEARCH IN THE JURISDICTION OF THE DISTRICT

COURT BANDA ACEH)

Mayzsazsa Dwi Lestari

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putro Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh

e-mail : mayzsazsa27@gmail.com

Dahlan Ali

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh

Abstrak - Pasal 1 angka 10 KUHAP “Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, yaitu : sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka, sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan, permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan”.namun dalam prakteknya masih saja terdapat berbagai kelemahan lembaga praperadilan ini juga masih kurang efektif sebagai lembaga pengawasan baik dikarenakan faktor pengaturannya maupun dalam praktiknya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa lembaga praperadilan merupakan lembaga kontrol horizontal bagi aparat penegak hukum dengan tujuan melindungi hak tersangka dari kesewenangan aparat penegak hukum namun hanya terdapat 8 kasus dari 4 tahun terkahir, hal ini mencerminkan ketidakeksistensian lembaga ini dikarenakan begitu pengaruhnya faktor penghambat yang ditemui. Sedangkan hambatan yang dialami oleh lembaga praperadilan adalah ketidaktegasan KUHAP, manajemen perkara praperadilan masih lemah, kesimpangsiuran teknis hukum acara pemeriksaan perkara praperadilan, serta arogansi aparat penegak hukum.

Kata Kunci: Pelaksanaan Lembaga Praperadilan, Hakim, Aparat Penegak Hukum

Abstract- Article 1 number 10 KUHAP, pretrial belong to the district court to examine and cut off the manner set out in this statutes : legitimate or not an arrest and detention at the request or a suspect or his family or other parties by the power of the suspect, legal or not the termination of the investigation or the termination of the prosecution at the request to being law and justice the demand for restitution or rehabilitation by the suspect or his family or other parties for his power that the ruling did not put on trial while in practice there are still a number of weaknesses pretrial are less effective supervisory institutions as well as the regulations and in practice the results of the study explained that the pretrial control is a horizontal law enforcement officials in order to protect the rights of suspects from arbitrariness law enforcement officials but there only 8 case of 4 years are. This reflects not be famous of this institution because so the effect of these pay factors which hinder that have been visited. While a hitch by wich was happening in the institutios to provide assistance to pratrial is indecisiveness KUHAP, case management pretrial were yet in weakness powerless, as well as technical and inspections which must with the public cooperation law spirit keeps the matter hidden pretrial, as well as arrogance law enforcement officials.

Keywords: The Implementation of the Pretrial Institutions, Judge, law enforcement

PENDAHULUAN

Praperadilan adalah sebuah inovasi yang dilakukan dengan membentuk lembaga baru berdasarkan KUHAP. Dimana praperadilan ini merupakan sebuah lembaga yang digunakan

(2)

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang melanggar atau melampaui batas.

Penyusunan KUHAP itu dengan mengambil semangat HAM melalui hukum internasional yang sekarang sudah menjadi bagian dari Custamory Law.

Praperadilan tidak diatur di dalam Herziene Inlands Reglement (HIR).1

Praperadilan adalah salah satu lembaga yang muncul karena semangat Negara hukum yang murni, dimana memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai pengawas dimana aparat penegak hukum menjadi sasaran pengawasan agar tidak melakukan tindakan melawan hukum. Proses ini juga diatur dalam KUHAP.

Suatu proses yang dijadikan sebagai alat control dalam sub sistem peradilan pidana adalah praperadilan.2

Dalam Pasal 1 angka 10 KUHAP menyebutkan : “praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus cara yang diatur dalam undang-undang ini : a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka atau

keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan kepengadilan.

Maka dari itu, perlu dibangun budaya untuk saling mengontrol dalam proses peradilan pidana yang dilakukan oleh masing-masing sub sistem agar cita-cita negara hukum dengan tujuan keadilan, kepastian, kemanfaatan dapat di rasakan oleh warga negara Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang diikuti adalah metode yuridis empiris dengan variable penelitiannya yaitu “Pelaksanaan Lembaga Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana” dan untuk mendapatkan data dan bahan penelitian ini, digunakan penelitian lapangan. Penelitian data (field research) digunakan agar mendapatkan data utama yaitu dengan melakukan

1 R. Soeparmono, Praperadilan dan Penggabungan Perkara Ganti Kerugian dalam KUHAP, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 6.

2 Hari Sasangka, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2007, hlm. 191.

(3)

wawancara kepada responden sejumlah 6 orang dan juga informan 2 orang seperti yang sudah ditentukan. Penelitian dengan mengunjungi perpustakaan atau dapat juga disebut penelitian kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar mendapatkan data tambahan (data sekunder) dengan menggunakan sumber UU, KUHAP, dsb.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Praperadilan di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh.

Lembaga praperadilan dimaksudkan sebagai lembaga yang diciptakan untuk melakukan sistem pengawasan yang ditujukan pada perlindungan hak-hak yang harus diperoleh tersangka/terdakwa, dimana Hakim Praperadilan berfungsi sebagai examinating judge terhadap penegakan hukum formil (hukum acara pidana) terkait sah atau tidaknya suatau pelaksanaan upaya paksa.3

Saat ini masyarakat telah sadar hukum, apabila seseorang berperkara dan dia ditahan maka muncul perasaan tidak senang atau tidak puas, diajukanlah gugatan praperadilan melalui pengacara atau kuasa hukumnya, dapat kita katakan dia mencoba-coba atau adu nasib jika dia berhasil maka dia bebas, jika dia kalah maka dilanjutkan pokok perkaranya. Disinilah guna lembaga praperadilan ini, dimana jika pihak kepolisian telah sesuai dengan mekanisme dan prosedur aturan yang terdapat di instansi yaitu sesuai dengan KUHAP, KUHP, dan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia(POLRI), maka tidak ada kesewenangan aparat dalam menjalankan tugasnya.4

Adanya tindakan penyidik dalam penyelidikan, penyidikan dan penangkapan dapat saja disertai dengan tata cara yang melanggar hukum. Maka tersangka dapat menuntut melalu lembaga ini. Upaya tersebut dapat dilakukan tersangka yang mengalami tindakan kesewenangan dari aparat untuk menghentikan dilakukannya penyidikan ataupun penahanan.5

3 Suwono,SH.,SE,M.Hum., Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019.

4Raswin, Kepala Sub Unit Bantuan Hukum Polda Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 05 April 2019

5Danil Rahmatsyah, Kasi Kanegtibum dan TPUL Kejaksaan Tinggi Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 April 2019

(4)

Lembaga Praperadilan dimaksudkan sebagai lembaga yang diciptakan untuk melakukan pengawasan terhadap perlindungan hak-hak tersanga/terdakwa, dimana Hakim Praperadilan berfungsi sebagai examinating judge terhadap penegakan hukum formil (hukum acara pidana) terkait sah atau tidaknya suatu pelaksanaan upaya paksa.6

Namun berdasarkan hasil yang diperoleh setelah penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa terhadap upaya praperadilan yang ditempuh oleh pencari keadilan yaitu tersangka atau terdakwa jarang mendapat putusan sesuai dengan yang dikehendaki terdakwa. Kondisi ini berpeluang terjadi pada banyak perkara praperadilan yang diajukan.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun law enforcement dimana kegiatan penegakan hukum dilakukan dengan tujuan agar hukum dapat menjadi sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengatur, dan mengikat subjek-subjek hukum didalam aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan menaati proses peradilan pidana dengan melibatkan peran aparat penegak hukum itu sendiri seperti kepolisian, kejaksaan, pengacara, dan badan-badan peradilan. Lain hal yang didapatkan ketika proses penelitian dilakukan. Proses praperadilan di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Banda ini tidak seperti yang sudah ditentukan menurut aturan yang berlaku.

Di Wilayah Hukum ini yaitu Pengadilan Negeri Banda Aceh melalui Sistem Informasi Penelurusan Perkara (SIPP) didapatkan data bahwa sejak Tahun 2016 sampai 2019 hanya tercatat sejumlah 8 kasus yang memiliki penetapan praperadilan, 1 dikabulkan, 5 ditolak, 2 dinyatakan gugur.

Angka ini menunjukkan bahwa proses ini belum mampu eksis dimasyarakat, masyarakat masih dalam budaya berpikir “takut hukum”. Sumber daya manusia masyarakat Indonesia belum memiliki pandangan sadar hukum.

Berdasarkan hasil penelitian dari sedikitnya kasus praperadilan yang terdapat pada 4 tahun terakhir menunjukkan tidak populernya lembaga praperadilan ini didalam proses acara pidana, dimana perbandingan penetapan putusan yang ditolak dan dikabulkan sangat jauh, kondisi ini terjadi disebabkan banyak faktor. Ada faktor pertimbangan hakim yang sesuai dengan apa yang diharapkan tersangka atau pihak ketiga yang mengajukan praperadilan, terdapat juga faktor pertimbangan hakim yang tidak sesuai dengan permohonan si pemohon.

6 Suwono,SH.,SE,M.Hum., Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019

(5)

Pelaksanaan praperadilan sebenarnya sangat rumit, dimana perkaranya itu seperti merupakan perkara pidana yaitu melakukan praperadilan terhadap aparat penegak hukum dalam menangani perkara pidana tapi kenyataannya itu perkara pidana tersebut diperiksa mengikuti proses pemeriksaan perkara perdata. Hal ini yang kemudian mengakibatkan tidak mungkin terselesaikannya Praperadilan secara tepat waktu menurut peraturan perundang- undangan sehingga otomatis dipelukan penambahan waktu lebih dari 7 hari.7

Hal tersebut dalam praktik bukan merupakan suatu pelanggaran dalam arti formal karena adanya kesepakatan para pihak, jika dilaksanakan kurang dari 7 hari maka hakim tidak mendapatkan esensi apa yang dipermasalahkan dalam praperadilan itu karena tentu akan memakan waktu yang lebih lama dalam pembuktian,kecuali para pihak telah mempersiapkan betul saksi, sanggahan-sanggahan, atau lainnya maka bisa diputuskan dalam waktu singkat.

Disamping itu, ketentuan-ketentuan praperadilan yang menentukan 7 hari bagi hakim yang memeriksa itu merupakan dilema, disatu sisi melanggar legalitas daripada ketentuan 7 hari disisi lain hakim ingin memeriksa esensi dari pada itu, jadi selama waktu yang ditentukan itu tidak melanggar dari kesepakatan maka tidak akan menjadi permasalahan8

Dalam pelakanaan praperadilan, putusan hakim belum tentu dipandang adil oleh para pihak yang bersangkutan. Disamping itu hakim selaku manusia, tidak luput dari suatu kesalahan. Jika para pihak yang bersangkutan dalam perkara tersebut tidak bisa menerim dan keberatan terhadap putusan hakim, maka diperbolehkan untuk melakukan upaya hukum.

Jika pelaksanaan praperadilan diwilayah hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh lebih dominan penetapan hakim menolak pengajuan praperadilan, bisa disebabkan banyak faktor.

Tetapi dalam kode etik hakim tidak dapat mengomentari putusan hakim lainnya, jadi dapat disimpulkan jika penetapan ditolak atau dikabulkan ataupun gugur itu semua atas pertimbangan hakim baik dikarenakan faktor aparat penegak hukum sudah sesuai menjalankan tugas menurut aturan yang berlaku atau faktor tersangka (pihak ketiga) yang masih kurang kesadaran hukum khususnya tentang adanya lembaga praperadilan ini.9

7 Dr.Cahyono,S.H.,M.H. Hakim Praperadilan Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 2 April 2019

8 Dr.Cahyono,S.H.,M.H., Hakim Praperadilan Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 2 April 2019

9Sadri,S.H.,M.H., Humas dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019.

(6)

2. Faktor Penghambat yang ditemui Lembaga Praperadilan dalam Menangani Perkara Praperadilan di Pengadilan Negeri Banda Aceh.

Adapun yang menjadi faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan praperadilan yang ditemui adalah :

1. ketidaktegasan KUHAP mengenai praperadilan

Lembaga praperadilan masih menyisakan masalah yang serius baik dalam pengaturannya maupun dalam praktik/di lapangannya. Dalam sistem hukum, hukum acara pemeriksaan praperadilan dalam KUHAP belum cukup rinci dan jelas.

Praperadilan memang hadir sebagai upaya komplein dan kontrol horizontal terhadap kewenangan dari instansi-instansi yang terkait seperti penyidik dan penuntut, meskipun dianggap sebagai kemajuan besar, namun jika dilihat dari rumusannya praperadilan dirancang dengan setengah hati.

Didalam acara pemeriksaan praperadilan Pasal 82 ayat (1) huruf (c) KUHAP

“pemeriksaan perkara praperadilan dilakukan dengan acara cepat dan selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya”.10

Ini merupakan penghambat yang dirasakan oleh hakim praperadilan, juga kelemahan yang dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pihak ketiga yaitu tersangka, serta pemaksaan bagi aparat hukum yang terlibat seperti penyidik dan penuntut dimana para pihak harus memenuhi acara pembuktian dalam waktu singkat.11

2. Manajemen perkara praperadilan yang masih lemah

Pada prakteknya, lembaga praperadilan sampai saat ini masih belum efektif dalam melakukan usaha utuk menjamin pemenuhan hak-hak minimum dari yang seharusnya didaptkan bagi pencari keadilan, khususnya bagi masyarakat miskin, mereka yang dianiaya, serta mereka yang bahkan tidak mengerti dan paham hukum.12

Belum lagi dalam berproses praperadilan memiliki zona abu-abu, dimana pembatasan antara peradilan pidana dan perdata yang juga kemudian membuat eksistensi lembaga ini yang memang dari sejak awal tidak eksis.

10H.S Brahmana, Hukum Acara Pidana (Criminal Procedure Law), Medan: Ratu Jaya, 2016, hlm. 297.

11Suwono,SH.,SE,M.Hum., Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019

12Marlianita,S.H.,M.Hum., Penasehat hukum/Advokat di Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 09 April 2019

(7)

Dengan batasan 7 hari bagi hakim untuk segera memutus penetapan praperadilan ini menimbulkan kedilemaan, disisi lain hakim ingin menjalankan acara pemeriksaan sesuai dengan KUHAP yaitu acara pemeriksaan perkara praperadilan dengan acara peradilan singkat tetapi disisi lain hakim juga tidak ingin terlalu terburu-buru sehingga tidak memenuhi esensi terhadap apa yang dipermasalahkan didalam praperadilan itu.

Lain lagi permasalahan yang dialami oleh tersangka sebagai pemohon, dimana pihak tersangka ingin mencari keadilan dari sikap kesewenangan aparat yang merugikan hak-hak tersangka yang seharusnya dilindungi tetapi pada kenyataannya dengan waktu yang singkat itu membuat tersangka merasa dirugikan saat pokok perkaranya telah dilimpahkan ke pengadilan otomatis hakim langsung memberikan penetapan gugur terhadap perkara praperadilan tersebut. Padahal jika kita lihat hal ini bukan dikarenakan kemauan pihak tersangka.13

Di wilayah hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh juga permasalahan ini terbukti dimana perkara praperadilan diperiksa lebih dari 7 hari dikarenakan fasilitas juga terbatas dimana dalam satu hari bukan perkara praperadilan saja yang diperiksa tetapi bermacam- macam perkara baik pidana maupun perdata, tidak mungkin juga lembaga praperadilan ini di anak kandungkan sedangkan perkara lain dianak tirikan oleh praperadilan walaupun lembaga praperadilan ini menyangkut hak-hak asasi manusia (HAM).14

3. kesimpangsiuran teknis hukum acara pemeriksaan perkara praperadilan antara penggunaan prinsip pidana atau perdata

Mengenai hukum acara pemeriksaan perkara praperadilan, perihal terbatasnya pengaturan mengenai prosedur dan tata cara proses praperadilan sendiri dengan mengacu kepada KUHAP pun masih kurang efektif dan tegas, ini kemudian yang mengakibatkan dalam proses praperadilan itu hakim memutuskan menggunakan pendekatan asas-asas hukum acara perdata. Dampak lain yang muncul juga yaitu adalah tumpang tindih antara dua hukum

13Marlianita,S.H.,M.Hum., Penasehat hukum/Advokat di Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 09 April 2019

14 Dr.Cahyono,S.H.,M.H. Hakim Praperadilan Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 2 April 2019

(8)

acara yang digunakan dalam proses praperadilan, dan sudah tentu membuat situasi yang tidak setara bagi pihak yang berperkara dalam proses praperadilan yang sudah ditempuh.15

4. Arogansi aparat penegak hukum yang masih kuat

Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya diantara aparat penegak hukum terdapat sifat arogansi masing-masing instansi dengan perbedaan-perbedaan pengaturan, pola pikir dan lain sebagainya.

Aparat penegak hukum dalam perkara praperadilan ini sendiri pasti selalu merasa tersinggung bilamana instansi nya digugat, hal ini yang memunculkan sifat arogansi dari aparat penegak hukum, yang dapat menimbulkn ketidakmanfaatan bahkan kerugian dari pihak lainnya seperti pihak tersangka yang seharusnya hak asasi nya harus dilindungi.16

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari Bab I sampai Bab III, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Lembaga praperadilan merupakan lembaga kontrol horizontal bagi aparat penegak hukum dengan tujuan melindungi hak asasi manusia yaitu hak tersangka dari kesewenangan para aparat pengak hukum dalam menjalankan tugasnya. Pelaksanaan praperadilan di wilayah hukum Pengadilan Negeri Banda Aceh dilakukan oleh tersangka maupun kuasa hukumnya, dengan penetapan hakim hanya terdapat 8 kasus dari 4 tahun terakhir. Tidak semua permohonan yang diajukan mendapat tanggapan positif dari hakim, dengan penetapan terdapat 1 kasus yang dikabulkan, 5 kasus ditolak, dan 2 kasus dinyatakan gugur. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor pengaturannya maupun faktor implementasi/pada praktiknya.

2. Faktor penghambat yang ditemui lembaga praperadilan juga membuat lembaga praperadilan masih belum berfungsi sebagai mana mestinya, padahal lembaga praperadilan merupakan satu-satunya tempat mengadu bagi para tersangka yang mengalami kesewenangan aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas bagaimana semestinya, juga untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan melindungi hak tersangka.

15Suwono,SH.,SE,M.Hum., Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019

16 Danil Rahmatsyah, Kasi Kanegtibum dan TPUL Kejaksaan Tinggi Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 April 2019

(9)

Beberapa faktor penghambat yang ditemui diantaranya ketidaktegasan KUHAP mengenai pengaturan lembaga praperadilan, manajemen perkara praperadilan yang masih lemah, kesimpangsiuran teknis hukum acara pemeriksaan perkara praperadilan antara penggunaan prinsip pidana atau perdata, arogansi aparat penegak hukum yang masih kuat.

Dengan ketidakefektifan lembaga praperadilan inilah yang mendorong pembuat Undang-Undang dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP) akan membahas lebih spesifik lagi mengenai aturan lembaga praperadilan ini, agar kedepannya dapat menciptakan keadilan yang seadil-adilnya bagi para pencari keadilan.

DAFTAR PUSTAKA

Danil Rahmatsyah, Kasi Kanegtibum dan TPUL Kejaksaan Tinggi Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 08 April 2019

Dr.Cahyono,S.H.,M.H. Hakim Praperadilan Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 2 April 2019

H.S Brahmana, Hukum Acara Pidana (Criminal Justice System), Medan: Ratu Jaya, 2016 Hari Sasangka, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Praperadilan dalam Teori dan

Praktek, Bandung: Mandar Maju, 2007.

Marlianita,S.H.,M.Hum., Penasehat hukum/Advokat di Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 09 April 2019

R. Soepomo, Praperadilan dan Penggabungan Perkara Ganti Kerugian dalam KUHAP, Bandung: Mandar Maju, 2003.

Suwono,SH.,SE,M.Hum., Ketua Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019.

Sadri,S.H.,M.H., Humas dan Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Maret 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis putusan praperadilan di dalam praktek hukum perkara pidana yaitu berupa isi putusan hakim yang memutuskan bahwa putusan praperadilan ditolak atau diterima, dari

Dan bahwa dalam pemeriksaan perkara pelanggaran lalu-lintas menggunakan acara pemeriksaan cepat dengan hakim tunggal, tidak diperlukan berita acara pemeriksaan,

Praperadilan telah diatur dalam Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan bahwa, Praperadilan. adalah wewenang

Upaya untuk menjamin agar ketentuan-ketentuan dalam KUHAP tersebut dapat terlaksana sebagaimana yang dicita-citakan, maka didalam KUHAP diatur lembaga baru dengan nama

Pasal 80 KUHAP memberikan hak kepada penuntut umum dan pihak ketiga yang berkepentingan untuk mengajukan pemeriksaan kepada praperadilan mengenai sah atau tidaknya

Karena tujuan Praperadilan memberikan keputusan penilaian hukum tentang pemeriksaan pendahuluan terhadap tersangka seperti yang dimaksud dalam Pasal 77 KUHAP, yang

Misalnya mengenai ada atau tidaknya surat perintah penangkapan (pasal 18 KUHAP), atau ada tidaknya surat perintah penahanan (pasal 21 ayat (2) KUHAP). Hal ini sering

Bahwa Pengaturan lembaga praperadilan didalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP yang tercantum dalam Pasal 1angka 10, Bab X Bagian kesatu dari Pasal 77 sampai dengan