PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu bahan alami yang dapat menghalangi sinar matahari dan berfungsi sebagai tabir surya adalah biji mahoni (Puspitasari, et al., 2019). Menurut Rasyad, et al., biji mahoni mengandung alkaloid, steroid, saponin, terpenoid dan flavonoid yang efektif sebagai antioksidan (Rasyad, et al., 2012).
Rumusan Masalah
Pada penelitian Ermawati et al., (2020), uji SPF in vitro dilakukan dengan mengukur absorbansi pada rentang panjang gelombang 290–320 nm dengan spektrofotometer UV-Vis (Ermawati, et al., 2020). Dengan latar belakang tersebut, dilakukan penelitian terhadap formulasi tabir surya yang mengandung ekstrak alkohol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) dan nilai SPF diuji secara in vitro dengan spektrofotometri UV-Vis.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) sebagai krim tabir surya. 3) Masyarakat dan industri.
Tinjauan Umum Biji Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)
- Klasifikasi Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)
- Deskrispsi Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)
- Kandungan Biji Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)
Buahnya bulat, berlipat lima, berwarna coklat, bijinya pipih dan agak tebal, ujungnya berwarna hitam (Aktsar, et al., 2019). Mahoni juga tumbuh di Asia Tenggara dan Pasifik, yaitu India, Indonesia, Filipina, dan Sri Lanka (Aktsar, et al., 2019).
Kulit
- Epidermis
- Dermis
Sel-sel pada lapisan ini mengalami mitosis untuk membentuk sel-sel baru guna membantu peremajaan kulit. Ada beberapa lapisan keratinosit berlapis-lapis di dalamnya dan bagian dalam mempertahankan mitosis untuk membantu penggantian sel abu-abu di luar (Dwivedi, et al., 2019).
Radiasi Sinar Ultra Violet
Penguatan elektron ini akan membentuk dimer siklobutana dimerpirimidin dan dimer ikatan silang pirimidin yang khas. Ini menjadi lebih mematikan ketika berkontribusi pada aktivasi mutagenesis dan fotokarsinogenesis (Dwivedi et al., 2019).
Tabir Surya
- Tabir surya fisika
- Tabir surya kimia
- SPF (sun protection factor)
Saat ini, terdapat 17 bahan yang disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai tabir surya, yang dapat dikategorikan secara luas sebagai tabir surya fisik dan kimiawi (Dwivedi, et al., 2019). Tabir surya fisik mengandung sejumlah partikel tidak larut yang memantulkan sinar berbahaya (Dwivedi, et al., 2019). Tabir surya fisik memiliki spektrum yang luas sehingga dapat melindungi dari paparan sinar UVA dan UVB, stabil, hipoalergenik dan tidak terserap melalui kulit, bahkan dapat digunakan oleh anak-anak (Minerva, 2019).
Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6 bulan, karena tabir surya dapat menembus kulit dan menyebabkan iritasi kulit (Minerva, 2019). Tabir surya kimia membentuk lapisan pelindung tipis di permukaan kulit untuk menembus untuk menyerap sinar UV. Tabir surya membantu sistem pertahanan tubuh kita menyerap atau memantulkan atau menyebarkan sinar matahari, dan kemampuannya untuk melakukannya ditentukan oleh sun protection factor (SPF) (Dwivedi et al., 2019).
Faktor perlindungan matahari membandingkan waktu yang dibutuhkan kulit yang terlindungi dari sinar matahari untuk terbakar dengan waktu yang dibutuhkan kulit yang tidak terlindungi untuk terbakar. Nilai SPF dihasilkan dengan menghitung area under the curve (AUC) antara 2 panjang gelombang berurutan menggunakan persamaan A.J.
Simplisia Dan Metode Penyarian
- Simplisia
- Metode penyarian
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan, sel tumbuhan atau campuran dari ketiganya, seperti Datura Folium dan Fructus Piperis nigri (Mukhriani, 2014). Mekanisme kerjanya adalah mengeluarkan secara paksa isi sel dari tumbuhan atau mengeluarkannya dari dalam sel dengan cara tertentu, atau mengambil bahan tumbuhan lain yang dipisahkan dari tumbuhan dengan cara tertentu (Utami, et al., 2013). Simplisia hewan adalah simplisia yang dapat berupa zat bermanfaat yang diperoleh dari hewan dalam bentuk utuh atau termasuk di dalamnya, tetapi tidak dalam bentuk kimia murni seperti minyak ikan (Oleum iecoris asseri) dan madu (Mel depuratum) (Mukhriani, 2014). ).
Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia berupa pelikan atau mineral yang belum diolah melalui proses sederhana dan tidak murni secara kimiawi (Utami, et al., 2013). Setelah panen dilakukan pemisahan basah (sortasi) untuk memisahkan kotoran dan benda asing, bagian yang tua dan kecil serta bahan yang lebih halus atau lebih kasar. Penggunaan air kotor dapat mencegah penurunan bahkan peningkatan jumlah mikroorganisme pada bahan.
Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah zat-zat terlepas ke dalam bahan (Mukhriani, 2014). Pemangkasan biasanya dilakukan hanya pada bahan yang besar dan tidak lunak seperti akar, rimpang, batang, bagian buah, dll.
Ekstraksi
- Ektraksi
- Metode ektraksi
Persyaratan untuk jenis kemasan ini adalah memastikan kualitas produk yang dikemas, kemudahan penggunaan, penanganan yang ringan, perlindungan barang selama pengangkutan, tidak beracun dan reaksi tidak reflektif dengan zat lain. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan bubuk herbal dalam pelarut yang sesuai dalam wadah inert tertutup pada suhu kamar. Kerugian utama dari metode perendaman ini adalah sangat memakan waktu dan membutuhkan pelarut dalam jumlah besar, dan beberapa senyawa mudah hilang.
Metode ini merupakan proses maserasi yang dimodifikasi menggunakan gelombang ultrasonik (sinyal frekuensi tinggi, 20 kHz). Dalam metode perkolasi, bubuk sampel dibasahi secara bertahap dengan sabun (bejana silinder dengan katup di bagian bawah). Hal ini dilakukan dengan menempatkan sampel bubuk dalam pembungkus selulosa (kertas saring dapat digunakan) di atas sampel yang ditempatkan di vial dan di bawah kondensor.
Keunggulan metode ini adalah proses ekstraksi berlangsung secara kontinyu, sampel diekstraksi dari pelarut murni yang terbentuk melalui proses pemekatan, sehingga tidak membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa tahan panas dapat terurai karena ekstrak berada pada titik didih yang tetap (Mukhriani, 2014).
Skrining Fitokimia
Studi Penelitian Yang Relevan
Ekstrak etanol dan ekstrak biji mahoni murni memiliki potensi yang lebih rendah sebagai tabir surya. Nilai SPF yang diperoleh dari ekstrak etanol adalah 0,66, sedangkan nilai SPF untuk ekstrak murni adalah 1,18.
Kerangka konseptual
Kerangka konseptual di atas menggambarkan apa yang ingin dilakukan oleh peneliti yaitu memformulasi tabir surya dari ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) dan menentukan nilai SPF yang terkandung dalam biji mahoni, yang diketahui memiliki kandungan flavonoid yang tinggi sebagai antioksidan. Ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) yang dihasilkan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%, selanjutnya dilakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, steroid dan terpenoid. pada ekstrak etanol biji mahoni, dilanjutkan dengan uji reaksi untuk memastikan ada tidaknya kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, steroid dan terpenoid pada ekstrak etanol biji mahoni. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan tiga formula krim pelindung sinar matahari dengan ekstrak biji mahoni dengan perbedaan jumlah bahan aktifnya.
Pada uji daya sebar, sampel diletakkan di atas gelas bundar berdiameter 15 cm, diletakkan satu gelas lagi di atasnya selama 1 menit dan diamati. Serta dilakukan pengujian dan penentuan nilai SPF secara in vitro dengan metode spektrofotometri UV-Vis pada ketiga formulasi tersebut. Ketiga formulasi krim tabir surya ekstrak biji mahoni dilarutkan dalam etanol 70% kemudian diukur pada panjang gelombang 290-320 nm dengan nilai serapan minimal 0,05.
Setelah dilakukan perhitungan, dapat ditentukan nilai SPF tabir surya ekstrak etanol mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) berdasarkan nilai SPF-nya, yaitu tanpa tabir surya (SPF <2), efek minimal (SPF 2-11), sedang efek (SPF 12-30) dan perlindungan tinggi (SPF > 30). Untuk mengetahui formula mana yang memiliki nilai SPF tertinggi dengan kestabilan produk yang baik.
Hipotesis
- Waktu Dan Tempat
- Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
- Desain Penelitian
- Variabel
- Variabel Bebas
- Variabel Terikat
- Variabel Terkendali
- Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
- Populasi
- Sampel
- Teknik Sampling
- Alat Dan Bahan
- Alat
- Bahan
- Definisi Operasional
- Prosedur Penelitian
- Pengumpulan Dan Pembuatan Simplisia Biji Mahoni
- Standardisasi Simplisia
- Pembuatan Ekstrak Dan Skrining Fitokimia
- Formulasi Sediaan Krim Tabir Surya
- Evaluasi Sediaan Krim Tabir Surya
- Uji Organoleptis
- Uji Homogenitas
- Uji pH
- Uji Daya Sebar
- Uji Daya Lekat
- Penentuan Potensi Tabir Surya
- Analisis Data
- Skema Kerja
- Alur Pembuatan Simplisia
- Alur Pembuatan Ektrak Etanol
- Alur Formulasi Sediaan Krim
- Alur Uji Sifat Fisik Sediaan Krim
- Alur Penentuan Potensi Tabir Surya Dengan Nilai SPF
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sifat fisik sediaan krim (organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat) dan nilai SPF yang diperoleh dari masing-masing konsentrasi untuk mengetahui potensi tabir surya krim tabir surya ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni). ) ( L.) Jacq.). Variabel kontrol pada penelitian ini adalah alat, beban yang digunakan pada uji daya lekat, uji daya sebar dan suhu yang digunakan untuk uji stabilitas krim tabir surya ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.). Populasi dalam penelitian ini adalah biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) yang terdapat di Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kg biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) yang dibuang dari kulit bijinya. Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk mengukur penyerapan sediaan krim tabir surya dari ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.). Pada pengujian ini sediaan krim tabir surya ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) diamati secara organoleptik yaitu warna sediaan, bentuk sediaan dan aroma sediaan.
Pada pengujian ini pembuatan krim tabir surya ekstrak etanol dari biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) dilakukan dengan cara mengambil sampel krim tabir surya sebanyak 1 gram kemudian dioleskan pada kaca transparan, kemudian dilakukan pengecekan. apakah terjadi pemisahan fasa air dan fasa minyak (Puspitasari, 2019). Pada pengujian ini pembuatan krim tabir surya ekstrak etanol dari biji mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) dilakukan dengan cara mengambil sampel krim tabir surya sebanyak 0,5 gram kemudian diencerkan dengan 5 ml air suling.
- Determinasi Biji Mahoni
- Pengumpulan Bahan Dan Pengolahan Simplisia
- Ektraksi Serbuk Simplisia Biji Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.)
- Hasil Standardisari Simplisia
- Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Biji Mahoni
- Hasil Pembuatan Sediaan Krim
- Hasil Uji Karakteristik Sediaan Krim
- Uji Organoleptis
- Uji Homogenitas
- Uji pH
- Uji Daya Sebar
- Uji Daya Lekat
- Hasil Uji Nilai SPF Dengan Spektrofotometri UV-Vis
Pengumpulan bahan dilakukan selama 5 hari, dan berat basah total biji mahoni adalah 2 kg. Pengujian organoleptik pada sediaan krim ekstrak etanol biji mahoni dilakukan secara indera yaitu dengan mengamati warna, bentuk dan aroma tabir surya. Formulasi 1 (8%) Putih Pseudo-coklat Semi-padat Bau sedikit berbeda dari biji mahoni Formulasi 2 (10%) Putih Pseudo-cokelat Semi-padat Khas biji mahoni Formulasi 3 (14%) Coklat muda Semi-padat Khas mahoni biji.
Hal ini dikarenakan warna dasar krim yang digunakan berwarna putih dan ekstrak biji mahoni berwarna coklat. Hal ini menjelaskan bahwa bahan-bahannya tercampur dengan baik, sehingga kemungkinan memiliki efektivitas terapi yang baik karena ekstrak etanol biji mahoni yang merupakan zat aktifnya tersebar merata (Andriani, 2016). Untuk mengetahui potensi tabir surya krim ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni (L) Jacq), dilakukan uji in vitro menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui nilai SPF-nya dengan persamaan mansyur.
Skor SPF formulasi 3 lebih tinggi karena mengandung ekstrak biji mahoni paling banyak yaitu 4,2 gram. Dari hasil uji faktor proteksi ini diperoleh data, semakin tinggi ekstrak etanol biji mahoni yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai faktor proteksi yang diperoleh.
Kesimpulan
Saran
Penentuan kandungan flavonoid total pada ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni L.) menggunakan metode spektrofotometri Uv-Vis. Uji nefrotoksisitas ekstrak etanol biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap tikus putih wistar jantan. 3 29 Juni 09.45 cuci Berulang kali untuk memastikan biji mahoni bersih dari kotoran. 12.23 dicacah dengan memotong biji mahoni.
Gelas beaker yang telah dipanaskan ditimbang, kemudian ditambahkan 2 gram simplisia biji mahoni dan dipanaskan kembali selama 30 menit kemudian ditimbang. Hasil maserasi untuk uji sari larut etanol diambil sebanyak 20 ml, kemudian diuapkan dalam penangas air, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105˚C selama 1 jam dan ditimbang.
Hasil Determinasi
Proses Pembuatan Simplisia
Standardisasi Simplisia
Proses Pembuatan Ekstrak
Formulasi Krim
Hasil Uji Karakteristik Krim
Proses Uji Nilai SPF
Perhitungan
Hasil SKrining Fitokimia
Hasil Uji Nilai SPF
Hasil Uji Statistik
Logbook Penelitian