• Tidak ada hasil yang ditemukan

surat kontrak penelitian - SIMAKIP - Uhamka

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "surat kontrak penelitian - SIMAKIP - Uhamka"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan resiliensi akademik antara mahasiswa putra dan putri di UHAMKA yang dianalisis melalui model outcome. Berbagai kesulitan tersebut menuntut siswa memiliki ketahanan akademik untuk mengatasi berbagai kesulitan dan menghadapinya untuk menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Ketahanan akademik ini sangat penting bagi mahasiswa, terutama mahasiswa yang mendekati tingkat akhir, terutama yang sedang mengerjakan disertasi.

Ketahanan akademik merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit dan beradaptasi dengan situasi sulit dan penuh tekanan di bidang akademik (Panundra dan Endang, 2016). Kajian ini berfokus pada resiliensi dan kemampuan mahasiswa untuk bertahan dan beradaptasi dalam tugas-tugas akademik, yang dikenal dengan academic resiliensi (Martin dan Marsh, 2003).

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Resiliensi

Pada individu yang resilien dalam menghadapi kesulitan, ciri khas yang muncul adalah keyakinan bahwa mereka dapat pulih dan bangkit dari situasi yang membuat mereka trauma. Individu yang tangguh dapat menafsirkan kesulitan apa pun yang diberikan oleh pelajaran atau pengalaman kepada diri mereka sendiri sehingga mereka dapat dimintai pertanggungjawaban untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, resiliensi tidak terlepas dari faktor risiko dan faktor protektif, sehingga individu yang dapat beradaptasi dengan konflik memiliki faktor protektif yang kuat.

Individu yang resilien tidak boleh lari atau menghindari faktor resiko, tetapi harus dapat menerima dan menghadapi kondisi tersebut dengan faktor protektif sehingga dapat beradaptasi dengan baik terhadap masalah yang dialami individu tersebut. Namun, individu yang kurang mampu mengendalikan emosinya cenderung mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Individu yang memiliki kontrol impuls yang tinggi dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman agar dapat merespon masalah dengan tepat.

Sebaliknya, orang yang memiliki kendali impuls rendah akan cepat mengalami perubahan emosi ketika dihadapkan pada suatu masalah, sehingga regulasi emosinya rendah. Orang yang memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu bisa berubah menjadi lebih baik akan menjadi pribadi yang tangguh. Segala kehidupan yang akan dihadapi oleh individu yang memiliki sifat optimis akan terkontrol dengan baik arah hidupnya.

Individu yang resilien memiliki analisis kausal yang baik, dimana mereka tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukan, tetapi akan mengidentifikasi apa saja yang menyebabkan masalah. Sebaliknya, individu yang tidak dapat secara akurat mengidentifikasi penyebab masalah membuat kesalahan yang sama. Individu yang berempati cenderung memiliki kehidupan sosial yang positif, sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut tangguh.

Self-efficacy menggambarkan individu yang memiliki keyakinan bahwa mereka dapat memecahkan masalah yang mereka alami dan keyakinan bahwa mereka mampu mencapai kesuksesan. Individu yang ulet dan percaya diri akan mengetahui cara mencari solusi yang tepat atas permasalahan yang ada dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam mencapai kesuksesan.

Resiliensi Akademik

Grotberg menyatakan bahwa komponen resiliensi merupakan sumber resiliensi, sedangkan Revich dan Shatte menyebutkan komponen resiliensi sebagai faktor resiliensi. Pemikiran atau tantangan negatif yang begitu besar menekan dan menghambat selama proses pembelajaran sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dan melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan benar (Hendriani, 2016). Definisi lain dari academic resiliensi adalah konsep yang menunjukkan ketangguhan seseorang dalam menangani berbagai tugas akademik dalam pendidikan (Corsini, 2002).

Hal ini menggambarkan siswa atau mahasiswa yang ulet dan tidak mudah putus asa meskipun menghadapi berbagai kesulitan akademik. Ia akan memiliki keyakinan dalam menghadapi kesulitan dan mampu mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya. Siswa berketahanan akademik atau mahasiswa memiliki kompetensi sosial, kecakapan hidup seperti mampu memecahkan masalah, berpikir kritis dan berinisiatif selama proses pembelajaran (Bernard, 1991).

Menurut Henderson dan Milstein (2003), siswa atau mahasiswa yang berketahanan akademik memiliki kemampuan yang berbeda-beda pada setiap siswa dan meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Selain itu, siswa yang resilien menunjukkan coping yang positif terhadap berbagai kondisi yang membawa tekanan, sehingga nantinya dapat menyelesaikan studinya dengan hasil yang baik (Fuerth 2008, Boatman, 2014). Ketahanan akademik dipandang sebagai kekuatan atau keunggulan, kualitas, karakteristik yang dimiliki siswa, serta proses yang bisa.

Ketahanan akademik muncul ketika siswa menggunakan kekuatan internal dan eksternal untuk mengatasi, menekan, dan menghalangi berbagai pengalaman negatif selama proses pembelajaran sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dan melakukan persyaratan akademik dengan baik (Morales, 2010, dan Howell, 2011 dalam Boatman, 2014). ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa resiliensi akademik adalah kemampuan siswa atau mahasiswa dalam bertahan dan mengatasi berbagai jenis kesulitan dan tuntutan akademik yang dihadapinya secara adaptif serta mampu memecahkan masalah dan berinisiatif selama proses pembelajaran.

Aspek Resiliensi Akademik

30 Individu memiliki cara adaptif dalam mengatasi berbagai tuntutan akademik sehingga mereka dapat merefleksikan kekuatan dan kelemahannya sendiri dan membantu individu lain yang menunjukkan perilaku adaptif tersebut. Respon individu yang muncul sebagai bentuk adaptasi dalam menghadapi kesulitan sehingga menggambarkan kecemasan, emosi negatif, optimisme, dan penerimaan negatif yang dialami individu sepanjang hidupnya. Individu yang resilien mampu mewujudkan dalam dirinya berbagai emosi negatif sebagai bentuk respon dengan cara beradaptasi menghadapi masalah.

Dimensi Resiliensi Akademik

Dimensi ini terlihat dari kemampuan siswa dalam mengelola dan mengendalikan berbagai tantangan yang datang dalam proses pembelajaran. Kecemasan adalah perasaan yang dialami siswa ketika memikirkan pekerjaan sekolah, pekerjaan rumah atau ujian. Sedangkan perasaan khawatir adalah ketakutan siswa ketika tidak mengerjakan tugas sekolah, pekerjaan rumah atau ujian sekolah dengan baik.

Kemampuan siswa untuk terus berusaha menjawab secara memadai untuk memahami suatu masalah, sekalipun masalah itu sulit dan penuh tantangan.

Faktor Resiliensi Akademik

Selain itu, Rojas (2015) menjelaskan bahwa faktor individu yang mendorong individu menjadi tangguh secara akademik adalah optimisme yang tinggi, empati, harga diri, harga diri, pengendalian diri, tujuan dan misi yang jelas dalam penentuan akademik, motivasi dan kemampuan memecahkan masalah dengan baik. Sementara itu, dukungan sosial berupa bimbingan dan dukungan keluarga memberikan kontribusi yang signifikan dalam memperkuat resiliensi akademik mahasiswa berisiko.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Sampel Penelitian

Teknik Analisis Statistik

Sampel penelitian berjumlah 333 siswa, terdiri dari 255 perempuan dan 78 laki-laki.Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling yaitu siswa kelas V dan VII.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Hasil Penelitian

RESILIENSI

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa nilai sig pada uji Levene's untuk persamaan varian adalah 0,192 > 0,05 yang berarti bahwa varian data antara laki-laki dan perempuan adalah homogen atau sama. Sedangkan hasil uji beda dapat dilihat dari nilai sig.2 (2-tailed) sebesar 0,94 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat resiliensi siswa laki-laki dan perempuan. Sesuai dengan penelitian (Sunarti, Islamia, Rochimah, & Ulfa, 2018) menyatakan tidak ada perbedaan elastisitas, hal ini terlihat dari hasil yang menunjukkan (p=0,067; p>0,05), hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh (Sandani et al., 2015) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan resiliensi antara pria dan wanita dengan hasil menunjukkan p = 0,76 (p < 0,05), penelitian lain dilakukan oleh (Ebrahimi, Keykhosrovani, Dehghani, & Javdan, 2019; Purnomo, 2014) tidak menunjukkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian (Erdogan et al., 2015) yang menemukan bahwa laki-laki menunjukkan resiliensi yang lebih tinggi daripada perempuan, berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Kenya yang menemukan perbedaan resiliensi berdasarkan jenis kelamin, dimana perempuan memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi. lebih tinggi, hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih kuat secara akademis dibandingkan pria dan juga wanita cenderung lebih sulit dalam bekerja dan wanita memiliki komunikasi yang baik, empati yang baik. Melihat penjelasan tersebut, terlihat bahwa jenis kelamin tidak termasuk dalam faktor yang mempengaruhi resiliensi seseorang. Gender adalah pembagian dua jenis permainan manusia yang ditentukan secara biologis dan terkait dengan alat reproduksi dan terkait dengan fisik (Purnomo, 2014).

Pada penelitian ini tidak ada perbedaan, baik laki-laki maupun perempuan berada pada kategori sedang, menurut peneliti karena responden dalam penelitian masih terbatas karena jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa resiliensi tidak dapat dilihat hanya berdasarkan jenis kelamin, tetapi berdasarkan faktor lainnya. Gambar 4 menunjukkan bahwa resiliensi siswa perempuan dan laki-laki sama-sama rentan dalam menjawab 30 butir soal, meskipun terlihat bahwa garis merah cenderung lebih tinggi daripada garis biru dalam menjawab 30 butir soal yang diberikan, namun secara umum. laki-laki dan perempuan berada pada level yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada siswa laki-laki saat menjawab instrumen dan mengingat jumlah siswa perempuan lebih banyak dari siswa laki-laki, sehingga hal ini mempengaruhi hasil dalam kemampuan menjawab instrumen. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat resiliensi mahasiswa UHAMKA berada pada kategori sedang dan tidak ada perbedaan resiliensi antara laki-laki dan perempuan, karena berdasarkan temuan bahwa laki-laki dan perempuan pada keadaan resiliensi sedang karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang muncul baik dari dalam maupun luar diri siswa, baik siswa laki-laki maupun perempuan, faktor tersebut seperti kematangan diri, dukungan sosial, dan pengendalian diri, serta faktor lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Namun peneliti memiliki keterbatasan dalam penelitian, peneliti hanya mendapatkan sampel siswa laki-laki yang sedikit dibandingkan dengan siswa perempuan, hal ini membuat peneliti tidak dapat menganalisis secara mendalam tentang aspek-aspek lain tersebut.

Tabel 2. < Hasil Independent Sampel T-test Resiliensi Akademik berdasarkan Jenis  Kelamin >
Tabel 2. < Hasil Independent Sampel T-test Resiliensi Akademik berdasarkan Jenis Kelamin >

IDENTITAS JURNAL

Hasil yang dicapai memuat identitas hasil penelitian yang dicapai oleh peneliti sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

IDENTITAS SEMINAR

Sehingga resiliensi awal penelitian selanjutnya adalah melihat hubungannya dengan variabel lain seperti kebahagiaan, pemaafan, kecerdasan emosional dan sebagainya. Banyak hal yang perlu dikaji, antara lain masalah urutan kelahiran, latar belakang budaya, tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Peneliti akan meninjau hubungan resiliensi dengan psikologi positif dan masalah demografi lainnya yang tidak dipelajari dalam penelitian ini.

Jalingo Metropolis dalam Focus College Of Education, Nigeria Jurnal Global ILMU SOSIAL MANUSIA Linguistik & Pendidikan Volume 13 Edisi 14 Versi 1.0 Tahun 2013 Jenis: Double Blind Peer Review Jurnal Riset Internasional Penerbit: Global Journals Inc. Perbedaan gender dalam ketahanan akademik dan prestasi akademik di antara siswa sekolah menengah di Kiambu County, Kenya.

Gambar

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Tabel 1.&lt; Kategori Resiliensi Akademik &gt;
Gambar 1.&lt; Kategori Resiliensi Akademik &gt;
Gambar 2.&lt; Data Deskriptif &gt;
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dalam hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa modul biologi berintegrasi nilai Islam dengan pendekatan inkuiri pada sub materi