• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN BIDARA

N/A
N/A
Muh. Fadil Abdiliansyah

Academic year: 2023

Membagikan "FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR DARI EKSTRAK DAUN BIDARA "

Copied!
68
0
0

Teks penuh

Judul Karya Ilmiah ini adalah : “Formulasi sediaan sabun cair dari Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)” yang disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian program studi D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan. Penulisan Ilmiah ini dapat disusun dan diselesaikan tepat waktu, antara lain penulis memberikan kontribusinya. Ketua Program Studi D3 Farmasi Helvetia Institute Medan serta Dosen Pembimbing dan Penguji I yang telah banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan Karya Ilmiah ini.

Dosen Penguji II yang memberikan data-data yang bermanfaat bagi Peningkatan Penulisan Ilmiah ini. Penguji III yang memberikan masukan-masukan yang bermanfaat demi penyempurnaan Karya Ilmiah ini.

Latar Belakang

Sabun cair adalah suatu sediaan pembersih kulit yang terbuat dari bahan dasar sabun dengan tambahan bahan lain yang diperbolehkan dan digunakan untuk mencuci tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai sifat anti bakteri adalah ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana), tumbuhan ini mengandung polifenol, saponin dan tanin. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk memformulasi ekstrak daun bidara menjadi sediaan sabun mandi cair (4).

Perumusan Masalah Penelitian

Hipotesis Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kerangka Konsep penelitian

Daun Bidara

  • Klasifikasi Daun Bidara (Ziziphus mauritiana) Kerajaan :Plantae
  • Manfaat Daun Bidara
  • Pembagian Sabun
  • Reaksi Penyabunan

Sabun mandi cair adalah salah satu jenis sabun yang berbentuk sediaan cair (cair) untuk membersihkan kulit, dibuat dari bahan dasar sabun dengan tambahan bahan-bahan lain yang diperbolehkan dan digunakan untuk mandi tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Berdasarkan jenis sabunnya, sabun dibedakan menjadi 2 bagian yaitu cair dan batangan. Sabun mandi cair mempunyai keunggulan antara lain proses produksinya yang relatif sederhana, biaya produksi yang rendah dan penyimpanan yang mudah untuk digunakan sehingga sabun tidak mudah rusak (DepkesRI, 1996). Bahan dasar sabun mandi cair yang memberikan hasil baik adalah Minyak Zaitun dari Potassium Hydroxide (KOH), karena dapat mengurangi kekeringan kulit setelah 35 hari pemakaian dan tidak menyebabkan iritasi kulit baik primer maupun sekunder (6).

Gambar 2.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)
Gambar 2.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)

Bahan-Bahan Formulasi Sabun Cair dan Fungsinya a. Minyak Zaitun

Sabun berbahan dasar gliserol Trigliserida (lemak/minyak) Pembuatan sabun atau reaksi saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping.Gliserol sebagai produk samping juga mempunyai nilai jual. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki tekstur sabun yang lebih kuat. Sabun mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air, namun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ionik (11).

Pengisi dan pengental CMC (Sodium Carboxy Methyl Cellulose) berfungsi untuk membentuk sabun secara massal dan menambah kekentalan pada sabun.

Kulit

  • Pengertian Kulit
  • Struktur Kulit
  • Jenis-jenis Kulit
  • Fungsi Kulit

Lapisan luar atau epidermis ini sebagian hidup ditutupi oleh lapisan sel-sel mati yang mengeras, lapisan sel-sel mati ini kemudian rontok dan digantikan oleh sel-sel baru pada lapisan di bawahnya. Lapisan dalam atau dermis dibentuk oleh jaringan fleksibel dan elastis, jaringan kolagen dan serat elastis yang memberi warna pada kulit. Pada ujungnya kelenjar ini membentuk pori-pori kulit. Kelenjar minyak menghasilkan sabun dalam jumlah besar pada wajah dan punggung untuk melumasi kulit agar tetap sehat. Sementara kelenjar keringat berfungsi membuang kotoran dan mengatur suhu tubuh, dermis terbentuk dari serat protein kolagen dan elastin.

Ciri-ciri jenis kulit normal adalah tidak terlalu berminyak dan tidak terlalu kering, bening, segar, elastis, pori-pori kecil, kelembapan baik, dan warna merata. Ciri-ciri jenis kulit kering adalah kering, kusam, pecah-pecah serta mudah mengelupas dan berkerut (9). Ciri-ciri jenis kulit berminyak adalah basah, berkilau, mudah berjerawat, komedo, bisul, dan pori-pori terbuka, serta bila disentuh meninggalkan bekas (minyak).

Kulit sensitif jenis kulit ini memiliki reaksi berlebihan terhadap objek atau kondisi tertentu: kosmetik, cuaca, suhu atau bahan kimia. Ciri-ciri jenis kulit sensitif adalah mudah memerah, perih, atau gatal jika bersentuhan dengan zat tertentu, yang sering kali disertai dengan munculnya jerawat. Korteks, lapisan tengah dan sensitif, merupakan bagian utama batang rambut dan mengandung sejumlah pigmen yang menentukan warna rambut.

Kuku merupakan bagian ujung dari lapisan berwarna merah muda yang menebal (siratum corneum), Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari adalah pangkal kuku, bagian kuku yang terdiri dari badan kuku. (pelat kuku). ), yaitu bagian kuku yang terletak di atas jaringan lunak ujung jari, dan yang menonjol ke depan disebut kuku bebas.

Gambar 2.2. Struktur Kulit
Gambar 2.2. Struktur Kulit

Ekstrak

Definisi Ekstrak

Kumpulkan seluruh maserat, lalu evaporasi dengan evaporator vakum atau evaporator bertekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental. Perkolasi merupakan suatu metode penyaringan yang dilakukan dengan melewatkan cairan penyaring melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Perkolasi, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara membasahi 10 bagian simplisia dengan 2,5 bagian hingga 5 bagian pelarut, menaruhnya dalam wadah tertutup selama sekurang-kurangnya 3 jam.

Tuangkan cairan penyaring secukupnya hingga cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat lapisan cairan penyaring, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan filtrat berulang kali agar selalu ada lapisan pelarut di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada titik didihnya, dalam waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya refluks.

Pencernaan merupakan maserasi kinetik pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan yaitu pada suhu 40°-50°C. Infus adalah ekstraksi dengan air sebagai pelarut pada suhu penangas air (bejana infus direndam dalam penangas air 96°-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit). Soxhletisasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut baru yang umumnya digunakan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya refluks.

Pelarut semipolar merupakan pelarut yang dapat mengekstrak senyawa polar dan nonpolar dan sebaliknya digunakan 80% hasil ekstraksi agar ikut terekstraksi (18).

Jenis Penelitian

  • Waktu Penelitian
  • Bahan-Bahan
  • Pengolahan Sampel
  • Pemeriksaan Sediaan Sabun Cair

Pencucian dilakukan dengan cara mencuci daun bidara dengan air mengalir, mengeringkannya tanpa terkena sinar matahari langsung, kemudian digiling hingga menjadi bubuk. F1 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 1 gram F2 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 3 gram F3 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 5 gram 3.5.3. Siapkan bahan baku (asam stearat, minyak zaitun, KOH, parfum dan aquadest) dan bahan tambahan (ekstrak daun bidara) yang diperlukan untuk membuat sabun cair.

Kemudian dilanjutkan dengan formulasi sabun dasar yang sama dengan penambahan ekstrak daun bidara 3% dan 5% kemudian ditambahkan aquades hingga volume 100 ml. Pemeriksaan sabun cair dilakukan dengan cara inspeksi; uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji tinggi busa, uji iritasi pada sukarelawan. F1 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 1 gram F2 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 3 gram F3 : Formula sabun dengan ekstrak daun bidara 5 gram F4 : Kontrol positif.

Uji pH sabun cair dilakukan dengan menggunakan pH meter (dikalibrasi dengan larutan buffer pH sabun cair yang diharapkan berada dalam rentang pH standar dalam SNI, yaitu pH 8-11). Uji tinggi busa terhadap air suling bertujuan untuk mengukur kestabilan sabun cair dalam bentuk busa. Sampel sabun cair 50 ml hingga 0,1% dalam air suling ditempatkan dalam gelas ukur 100 ml tertutup dan dikocok secara teratur selama 20 detik.

Cara membuat: Sediaan sabun cair dioleskan pada bagian belakang telinga relawan, kemudian didiamkan selama 24 jam, dan diamati perubahan yang terjadi berupa iritasi kulit, gatal dan kasar.

Tabel 3.2. Perencanaan Skala Uji Organoleptis  Parameter
Tabel 3.2. Perencanaan Skala Uji Organoleptis Parameter

Hasil Formulasi Sediaan Sabun Cair

  • Uji Homogenitas
  • Pengujian Daya Busa
  • Uji Iritasi
  • Uji Hedonik

Pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada benda kaca atau bahan transparan lainnya, kemudian diratakan, jika tidak terdapat butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen (17). Sampel sabun cair hingga 0,1% dalam air suling ditempatkan 50 ml dalam gelas ukur versus 100 ml dan dikocok secara teratur selama 20 detik. Sediaan tersebut dioleskan di belakang telinga sukarelawan kemudian ditutup dengan plester agar tidak luntur kemudian dilihat apakah menimbulkan iritasi pada kulit sukarelawan atau tidak setelah pengamatan selama 24 jam dan diperoleh hasil sebagai berikut (19).

Pengujian yang diutamakan untuk hasil sediaan sabun cair siap pakai terhadap tekstur sabun, warna sabun dan aroma sabun. Terdapat 4 skala penilaian yaitu: Sangat bagus, Bagus, Kurang bagus, Kurang bagus. Rencananya jumlah peneliti sebanyak 10 orang dan hasil akhir akan disajikan dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui kombinasi ekstrak daun sabun bidara mana yang lebih disukai. oleh peneliti.

Tabel 4.2.  Data  Pengecekan  Homogenitas  Sediaan  Sabun  Cair  Ekstrak   Daun Bidara
Tabel 4.2. Data Pengecekan Homogenitas Sediaan Sabun Cair Ekstrak Daun Bidara

Pembahasan

Pada pengujian homogenitas sediaan sabun cair diperoleh hasil konsentrasi 5% dan sediaan homogen tanpa adanya butiran dan butiran kasar pada objek kaca. Pemeriksaan pH menunjukkan sediaan yang dibuat tanpa penambahan EDB (Ekstrak Daun Bidara) mempunyai pH sekitar 8,3, sedangkan penggunaan EDB (Ekstrak Daun Bidara) mempunyai pH berkisar antara 8,5 – 8,7. Semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak daun bidara maka semakin tinggi pH yang dihasilkan, sehingga formula dapat digunakan untuk membuat sabun mandi cair (14).

Uji daya berbusa sediaan sabun cair untuk mengetahui ada atau tidaknya busa yang dihasilkan pada formulasi yang dibuat baik pada sediaan tanpa penambahan ekstrak maupun pada formulasi dengan tambahan ekstrak, dan dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sediaan sabun cair dengan tambahan ekstrak. Ekstrak daun bidara dapat menghasilkan busa baik tanpa penambahan ekstrak maupun dengan penambahan ekstrak daun bidara. Uji iritasi kulit dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya efek samping dengan cara mengoleskan sediaan dibelakang telinga untuk melihat apakah terdapat tanda kemerahan, gatal dan kasar pada kulit relawan, dari tabel diatas tidak terdapat efek samping pada kulit relawan. berupa kemerahan, gatal dan kekasaran pada kulit yang tercipta. Dari tabel data uji preferensi menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi 1% sangat disukai oleh peneliti.

Kesimpulan

Saran

Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair dari Ekstrak Daun Catnip (Orthosiphon aristatus (BI) Miq.) Program Studi Farmasi S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. UJI Aktivitas antipiretik ekstrak daun bidara (Ziziphus bayamristi L) terhadap mencit jantan (Mus Musculus) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Bpk. Masobar Dala, Formulasi sediaan sabun padat ekstrak etanol buah Asam Glugur (Garcinia atroviridis Griff. et Anders) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

Formulasi sabun cair antiseptik dengan ekstrak etanol bunga selada air (Impatiens balsamina L) dan uji efikasinya terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Formulasi dan evaluasi sabun mandi cair berbahan dasar ekstrak tomat (Lycopersicum esculentum Mill) dengan bahan dasar minyak zaitun.

Gambar

Gambar 1.1.Kerangka Konsep Konsentrasi Ekstrak
Gambar 2.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana)
Gambar 2.2. Struktur Kulit
Tabel 3.2. Perencanaan Skala Uji Organoleptis  Parameter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji banding aktivitas antijamur menunjukkan bahwa sediaan sabun cair ekstrak etanol memiliki aktivitas yang lebih kecil dibandingkan dengan sabun cair

Sabun cair cuci piring yang dipreparasi menggunakan ekstrak tanaman lidah buaya dengan penambahan ekstrak sebesar 50 mL memiliki persentase kestabilan busa pada menit

Telah dilakukan penelitian tentang formulasi sediaan sediaan sabun mandi padat ekstrak etanol daun afrika ( Vernonia amygdalina Dell). Tujuan dari penelitian ini

Hasil pengujian mutu sabun cair ekstrak etanol bunga Pacar air yang memenuhi persyaratan sesuai dengan standar yang ditetapkan SNI ialah uji organoleptik, uji

Uji Stabilitas Busa Sabun Cair Ekoenzim KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian organoleptik, pH, viskositas, bobot jenis dan stabilitas busa, sediaan sabun cair cuci tangan berbasis

Aktivitas antioksidan dari ekstrak tomat dan sabun cair yang mengandung ekstrak tomat ditentukan dengan uji DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil.. , antioksidan, sabun cair,

Untuk mengetahui layak atau tidaknya sediaan sabun cair yang dibuat, maka dilakukan uji mutu fisik terhadap sabun cair kombinasi kulit nanas dan lidah buaya, yang meliputi uji

Variasi volume ekstrak daun sembukan setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun cuci tangan cair dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan sabun cuci tangan cair baik secara