PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI PROSA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA
KELAS VIII MTs NURHIDAYAH RABBIN KECAMATAN BUNGAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat GunaMemeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
[
O L E H SUMIATI. M 10533 7055 12
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
TNIVARSITAS
MUHAMMADIYAH
MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DANILMU
PE]I{DIDIKAN\atna l..rn
PERSETUJUAN PAMBIMBING
Pe*ingkatatr Kemampuan N,{engapresiasi prosa l\4enggunakan Metode sosiodrama siswa Kelas
vIII
MTs t{urhidavah Rabbin Kecamatan BungayaSumiati M
10533705s 1 2
Program
Studi
: Pegffi<an Bafoap_dp4 SaJfuonesiaFakultas Keqirrtran dan Ih:ru Pendidrliei:
sr:elah rlincnksa Giin diteliti. skr:insj ini telah fil.-ir:enuhi !;?rs-varalan ullLik dii, , ir,atr
\,{akassai 22 Novernber 20lG Iitsel*ir.u cleh
Pp(r1rirnl'rnglII
amsurio M. Hum.
Diketahui
oleh I
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
/! /)
i- ,-\ll
nl'''1'"'
' , twt\ ffY\W
Dr. Munirah, M. it ! pd.
, NBM:'951d76 Dr. H. anojsur<r
ru
ri, M. [-[um.
\
T
\IVERSITAS S{t]}IAMh,L{DI}'AH
FAK[] I-TAS KEGTJRTIAI{ T}AN I LN{T]MAKASSAR
PEI{DIDIKAN
\
LEMBAR PEII{GESAHAN
skripsi aras Nama SUMIATI
M,
NIM: 10533705512 direrirna dan disahkan oleh Panitia tJjian Skripsi berdasarkax Surat Keputusan Rektor I--niversitas \,{uharmaadiyah N,fakassarNomor: t1?'rahun 1438 }112016. Tangga}7 Novemi:er 20i6 Ir,'{. sebagai salah satu syarat gEna mernperoleh geiar sarjana Pendidikan pada Jrrusan Fendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Kegtruau dan Ilmu !:endidik.nii Ui:ivffsita.s lluharnmadiyah h.{akassar pada hari Serin tanggal r 4 l\,lov:;:iber 2fl l$.
Mak*.:rsar, 25 h4.5haram
-
I438ll26
Okt,:ber
2016 htF.lriE I t1-
ni;iN
,
lli. ti
AbrlLil }tahmari Srririm. S. ir , &,f;-ii-
i:
And; Sukr:'dvamsuri. L,i. iirnr,,.Klraerucldin, S. Pd.. h,{. Pr:
1.
Drs I''ird:. -\aier, S. Pd." iU Pd..2.
Abdan Syakur, S. Pd.. N,{. Pd.3.
Dra. H-!. Rosleuy B" \4. Si.1.
lJr. ltiisrnini \,ladeamin. ]\{. l1d.Disahkan Oieh :
,--'ffi#ry{
1.
2.
T.n
Penga-,vas 1-rnuln Ketua
Sel,retaris Pellguji
ffirurakassar N
Vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Allah tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang diberikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
Kelapangan sesudah kesempitan
Skripsi ini di peruntukkan sebagai wujud terimakasih,cinta kasih dan saying penulis kepada:
Ayah Handa dan Ibunda tercintas erta Adik-Adikku yang
telahmencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakan ku setiap waktu. Semoga
Allah senantiasa mengabulkan doa-doamu.
Kepada kakanda Norma,s.pd Beserta Keluarga.
Dosen pembimbing (Ayah handa Dr. H.Andi Sukri Syamsuri,M.Hum dan Bapak Andi Adam,S.Pd.,M.Pd ) Penulis merasa bangga memiliki
pembimbing seperti kalian .
Para sahabatku (RohaniAzis, Diana, Ratnadewi, Risnawati dan yang lainnya) tiadacinta, tiada kehangatan yang penulis rasakan tanpa kalian.
Penulis tidak akan menjadi siapa-siapa, sehingga perjuangan panjang penulis dalam menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, akhirnya dapat tercapai sesuai cita-cita dan anggan penulis selama ini.
Teman-temankudi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2012 FKIP UNISMUH
*Pembaca yang budiman*
vii ABSTRAK
SUMIATI M ,2016. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama Siswa Kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin KecBungaya. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FakultasKeguruandanIlmuPendidikan.UniversitasMuhammadiyah
Makassar.Dibimbing oleh H. Andi Sukri Syamsuri,dan Andi Adam.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan Mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan. Bungaya sebanyak 25 siswa. Penarikan sampel dilakukan dengan cara observasi dan tes.
metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu metode tes mengapresiasi prosa. Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistic deskriptif untuk melihats kor rata-rata persen tase dan lembar observasi keatifan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan mengapresiasi prosa siswa dapat dilakukan dengan menggunakan metode sosiodrama.Terbukti dengana dan yapeningkatan hasil belajar siswa dari hasil siklus I dan siklus II bahwahasil data , dari siklus I kes iklus II telah meningkat.
Hasil tes siklus I diperolehskor rata-rata sebesar 55,72 dalam kategori kurang.
Jadi, Padasiklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 8,0 termasuk dalam kategori baik dan melebihi nilai rata-rata klasikal yang ditetapkan yaitu 7,5. Jadi, dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 23,14%.
Kata Kunci: MengapresiasiProsadanMetodeSosiodrama
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii
SURAT PERNYATAAN...iv
SURAT PERJANJIAN ...v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...vi
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ...x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR , HIPOTESIS A. Hasil Penelitian yang Relevan ...7
B. Teori-Teori Pendukung ...8
1. Hakikat Pembelajaran Sastra...8
2. Pengertian Apresiasi Sastra...10
C. Pengertian Prosa...15
D. Jenis-Jenis Prosa ...15
E. Metode Sosiodrama...18
F. Teknis Penggunaan Metode Sosiodrama ...19
G. Kerangka Pikir ...21
H. Hipotesis Tindakan...24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...25
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ...25
C. Prosedur Penelitian ...26
xi
D. Instrumen Penelitian...31
E. Teknik Pengumpulan Data...35
F. Teknik Analisis Data ...36
G. Indikator Keberhasilan ...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...39
1. Siklus I ...39
2. Siklus II ...48
B. Pembahasan...56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...63
B. Saran...64 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga meliputi materi kesastraan. Keduanya diharapkan mendapatkan porsi seimbang sehingga tidak ada salah satu bidang yang dianaktirikan.
Sastra sebagai pengalaman adalah stimulus pada murid untuk bisa meleburkan diri dalam proses apresiasi sastra. Sastra sebagai bahasa adalah kompetensi murid untuk mengekspresikan diri dalam konstruksi bahasa dengan pertimbangan estetika dan linguistik. Belajar sastra menjadi proses belajar untuk praktik bahasa. Apresiasi adalah proses membaca dan menilai sastra adalah memberi stimulus pada murid untuk menggemari, menikmati, menilai, mengkritisi, mereaksi dan memproduksi.
Tujuan pembelajaran Sastra pada dasarnya, sastra menjadi sangat penting untuk diajarkan dan menjadi bahan acuan siswa dalam kehidupan yang sesungguhnya. Rusyana 1982 Andi sukri syamsuri 2012:8 mengemukakan tujuan pembelajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang sastra.
Pengajaran sastra tidak semata hanya untuk mencetak manusia menjadi sastrawan saja, melainkan sastra bisa menjadi medium yang dapat mengasah serta
mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Pengajaran apresiasi sastra yang berupa apresiasi prosa tidak hanya bermanfaat untuk menunjang keterampilan berbahasa siswa, melainkan juga dapat memperkaya pengalaman, pandangan hidup, dan juga mengasah kepribadian siswa.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar dirinya. Guru dipandang dari segi siswa merupakan faktor dari luar dirinya. Di sekolah pelaksanaan pembelajaran apresiasi prosa masih kurang maksimal sebab masih banyak ditemukan guru yang memakai cara-cara konvensional, baik pada penggunaan metode pembelajaran maupun penggunaan media dalam pembelajarannya. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya motivasi siswa dalam mempelajari materi dan akhirnya tidak menutup kemungkinan pembelajaran berjalan monoton dan kurangnya kreativitas siswa. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas VIII MTS Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa nilai apresiasi prosa siswa pada saat ini yang mendapat ketuntasan belajar hanya 10 siswa dari 25 siswa. Guru masih kesulitan untuk menghadirkan media dalam pembelajaran apresiasi prosa. Biasanya guru menugasi salah satu siswa untuk mengapresiasi prosa di kelas atau menugasi siswa untuk mengapresisi prosa secara kelompok. Untuk penugasan, kebanyakan berupa tugas rumah, sehingga di dalam kelas jarang dilakukan praktik apresiasi prosa. Selanjutnya dari hasil observasi, guru kesulitan dalam mengelola materi pelajaran apresiasi prosa. Selama pembelajaran berlangsung guru menggunakan
metode konvensional dengan banyak memberikan ceramah. Hal tersebut berdampak pada kurangnya interaksi antara guru dengan murid karena hanya terjalin komunikasi satu arah.
Lain halnya jika pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan dengan metode yang inovatif dan juga ditambah menggunakan media yang sesuai dengan pembelajaran, tentu akan meningkatkan kreativitas siswa dan siswi akan lebih terpacu untuk belajar. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan materi belajar akan memberikan pengalaman belajar bagi siswa yang sangat dibutuhkan untuk mengonstruksi sebuah pengetahuan. Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menentukan pendekatan dan metode yang akan digunakan sebelum melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu pendekatan dan metode tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan menjadi objek pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing namun yang penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah ketepatan dalam memilih, menentukan mana diantara metode-metode itu yang lebih tepat dan cocok diterapkan dalam situasi pengajaran serta kemampuan mengkombinasikan metode-metode yang telah di tetapkan itu secara harmonis dan serasi. Dengan kata lain untuk menyajikan pengajaran yang lebih menarik perhatian atau minat bagi anak didik antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya amatlah diperlukan dengan metode yang berbeda, bahkan diantara bahan-bahan materi tertentupun
memerlukan metode yang berlainan, meskipun masih di dalam satu bidang studi tertentu.
Menurut Romlah (2006: 104) sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.
Menurut Winkel dalam dewa Ketut (1987:543) menyatakan bahwa sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari yang diperankan.
Dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiodrama merupakan teknik dalam bimbingan kelompok untuk memecahkan masalah sosial melalui kegiatan bermain peran. dalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peran tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Sehingga individu akan dapat menghayati secara betul-betul terjadi dalam situasi yang sebenarnya.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak mengenal berbagai macam ragam metode pengajaran, salah satunya metode sosiodrama dan bermain peran.
Memang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik guru dituntut agar menguasai metode-metode pengajaran, sehingga selain tercapainya tujuan, siswa dapat menerima, mencerna, paham dan mengerti pelajaran yang di ajarkan.
Pembelajaran sastra di sekolah adalah suatu tindakan atau kegiatan yang harus dilakukan secara berencana. Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Prosa menggunakan Metode Sosiodrama adalah Pembelajaran drama yang dapat mencapai hasil atau setidak-tidaknya dapat mendekati arah dan tujuan apabila faktor-faktor yang merupakan kendala pembelajaran drama dapat diatasi
Sejalan dengan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan metode sosiodrama untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi prosa pada siswa kelas VIII MTS Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Menggunakan Metode Sosiodrama MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, manfaat penelitian ini antara lain:
a. Memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih rinci dan mendalam tentang Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Prosa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama siswa Kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
b. Memberikan wawasan bagi peneliti di dalam Mengapresiasi Prosa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama siswa Kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbi Kecamatan Bungaya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan peneliti lanjut. Untuk lebih jelasnya, tampak pada uraian berikut ini:
a. Manfaat bagi guru yaitu memberikan masukan dan pertimbangan empiris untuk memilih Metode pembelajaran Sosiodrama. Selain itu, memotivasi guru menciptakan Metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
b. Manfaat bagi siswa, yaitu memberikan kesempatan dan pengalaman yang menyenangkan dalam pembelajaran Mengapresiasi Posa dengan menggunakan Metode Sosiodrama dan
c. Manfaat bagi peneliti, yaitu mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam mengembangkan kemampuan yang ada.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Setiasih (2006) dengan penelitiannya yang berjudul, Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama Satu Babak dengan Teknik Pelatihan Terbimbing dan Media VCD Siswa Kelas VIIID SMP N 3 Ungaran.Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis naskah drama siswa melalui teknik pelatihan terbimbing dengan dibantu media VCD.Penelitian Setiasih ini, sudah cukup bagus namun penggunaan media yang dipilih mempunyai beberapa kelemahan antara lain kurang efektif dari segi waktu untuk mempersiapkan media dan kelas menjadi terlalu gaduh. Merujuk pada penelitian Setiasih di atas, maka peneliti membuat media baru yang lebih sederhana namun efektif dan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan menulis naskah drama.
Megawati (2007 )dengan penelitiannya yang berjudul, Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama melalui Teknik Latihan Terbimbing Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Sragi Kabupaten Pekalongan. Menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis teks drama siswa dari 55,57 menjadi 68,16 pada siklus I dan dari 68,16 menjadi 76,30 pada siklus II. Disebutkan pula adanya perubahan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih positif. Akan tetapi dalam
penelitian tersebut masih memakan waktu yang cukup lama bagi siswa untuk menentukan ide cerita, sehingga belum ada efisiensi dalam alokasi waktu.
Muyassaroh (2007) dengan penelitiannya yang berjudul Peningkatan Menulis Teks Drama dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas VIII E SMPN 3 Ungaran, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis teks drama melalui komponen pemodelan.
Penelitian tindakan kelas ini sudah cukup bagus namun pendekatan pembelajaran yang digunakan dan langkah-langkah pembelajarannya hampir sama dengan penelitian pada tahun yang lalu, yaitu penelitian Komariyah. Penelitian-penelitian diatas membuktikan bahwa kompetensi siswa dalam menulis naskah drama merupakan hal yang penting untuk dicapai. Oleh sebab itu, peneliti juga mengangkat masalah yang sama.
Atas dasar ketiga penelitian di atas, maka penulis tertarik pula mengadakan penelitian dengan judul “ Peningkatan kemampuan mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama pada siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya.
B.Teori-Teori Pendukung
1. Hakikat Pembelajaran Sastra
Pembinaan apresiasi sastra dalam pembelajaran sastra melalui usaha mendekatkan anak kepada sastra, yakni menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta anak kepada sastra. Dengan kata lain, pembinaan apresiasi sastra akan menimbulkan minat baca siswa terhadap karya sastra. Melalui usaha ini diharapkan pembelajaran sastra dapat membantu menumbuhkan
perkembangan aspek kejiwaan anak sehingga terbentuk suatu kebutuhan pribadi yang utuh.
Menurut Dick (1989), pengertian apresiasi sebagai tingkat terakhir yang dapat dicapai dalam domain afektif pencapaiannya memerlukan waktu yang sangat panjang serta prosesnya berlangsung setelah pendidikan formal berakhir. Terkait dengan pernyataan Dick tersebut, kiranya dapat dipahami bahwa apresiasi sastra yang sempurna sukar dicapai di bangku pendidikan. Oleh karena itu, apresiasi yang dibina di bangku pendidikan dapat dikatakan sebagai proses menuju apresiasi yang sebenarnya.
Tujuan pembelajaran sastra bagi siswa sekolah menengah umum diharapkan mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, menciptakan estetika dalam berkomunikasi, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Rahmanto (1988:20) mengemukakan bahwa pembelajaran sastra yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi cipta sastra pada prinsipnya mencakup dua segi, yaitu: (1) peningkatan kemampuan menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra, dan (2) peningkatan keberanian dan keterampilan kreatif dalam mengungkapkan gagasan, pengalaman, dan perasaan dalam berbagai bentuk karya sastra serta membahas secara lisan atau tertulis karya sastra tersebut.
Menurut Wardani (1981:2) pembelajaran sastra berfungsi sebagai berikut:
1. Melatih keempat keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis).
2. Menambah pengetahuan tentang pengetahuan hidup manusia seperti adat- istiadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.
3. Membantu mengembangkan diri.
4. Membantu membentuk watak.
5. Memberi kenyamanan, keamanan, dan kepuasan, melalui kehidupan manusia dan fiksi.
6. Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman-pengalaman baru hingga dapat melarikan diri sejenak dari kehidupan yang nyata.
2. Pengertian Apresiasi Sastra
Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dari bahasa Inggris, yaitu kata apreciation yang berarti penghargaan, penilaian dan Pengertian. secara terminologi, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai penghargaan, penelitian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik berupa prosa fiksi, maupun drama (Dola, 2006: 4) Apresiasi sastra adalah aktivitas menikmati keindahan dan menghayati maksud yang terkandung dalam karya sastra (Kosasih, 2005: 74) Apresiasi adalah penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu.
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminuddin, 2002: 34) mengandung makna, yaitu: (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Pada sisi lain,
Squire dan Taba (dalam Aminuddin, 2002: 34) menyatakan bahwa dalam kegiatan apresiasi harus melibatkan tiga unsur inti, yakni: (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, dan (3) aspek evaluatif.
Sejalan dengan rumusan pengertian apresiasi di atas, E, Effendi (dalam Aminuddin, 2002: 35) mengungkapkan bahwa Apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Lebih jauh, Aminuddin (2002: 35-36) menyimpulkan bahwa kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan karya sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh- sungguh, serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaninya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi adalah usaha atau proses dalam memahami, menghargai, mengerti, menilai, dan menikmati keindahan serta menghayati maksud yang terkandung dalam karya sastra. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi adalah penilaian terhadap karya sastra sehingga melahirkan kualitas dan mutu sastra.
a. Tahap-tahap dalam Pengapresiasian Sastra
Proses kegiatan apresiasi sastra menurut Maedar, dkk. (1999:
92)melalui tahap-tahap berikut ini.
1. Tahap Penikmatan atau Menyenangi
Tindakan operasional yang terjadi pada tahap ini misalnya menonton bioskop, mendengarkan musik, menonton drama, membaca novel, dan sebagainya.
2. Tahap Penghargaan
Tindakan operasional yang terjadi pada tahap ini, misalnya melihat kebaikan nilai atau manfaat suatu karya sastra.
3. Tahap Pemahaman
Tindakan operasionalnya adalah menganalisis lebih lanjut suatu karya, mencari hakikat atau makna suatu karya beserta argumentasinya.
4. Tahap Aplikasi atau Penerapan
Tindakan operasionalnya adalah melahirkan ide baru, mengamalkan penemuan atau mendayagunakan hasil apresiasi dalam mencapai nilai material dan spiritual untuk kepentingan politik, sosial, dan budaya.
b. Hakikat Kemampuan Apresiasi
Kemampuan apresiasi menurut Burton yang diikuti oleh Akhmadi (1981:
13) adalah persepsi arti serta memberikan pertimbangan secara kritis terhadap keterampilan teknik terwujudnya sebuah hasil karya seni. Pendapat lain mengenai hal tersebut dikemukakan oleh Chamdiah (1981: 7) yang menyatakan bahwa kemampuan apresiasi merupakan kesanggupan menanggapi karya-karya sastra, prosa, puisi, drama baik secara subjektif maupun objektif. Kemampuan subjektif
pada umumnya merupakan bawaan secara pribadi, sedangkan kesanggupan objektif didapat karena belajar secara teoritis. Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan apresiasi adalah kemampuan untuk melakukan pengamatan, penilaian, dan penghargaan terhadap karya sastra secara sungguh-sungguh dan berulang kali.
Bertolak dari kenyataan tersebut, pola pembinaan apresiasi sastra di sekolah haruslah mempertimbangkan unsur-unsur sebagai berikut:
1. proses penikmatan sastra yaitu proses komunikasi yang utuh;
2. proses komunikasi hanya terbina kalau setiap orang yang terlibat di dalamnya menguasai keterempilan berkomunukasi yang baik;
3. prasyarat keterampilan berkomunikasi harus dikaitkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa terutama keterampilan membaca pemahaman;
4. asosiasi yang mempertemukan pengalaman rohani pencipta karya sastra dengan pengalaman rohani penikmat sastra merupakan modal dasar dalam pembinaan dan peningkatan kadar apresiasi;
5. proses pengajaran apresiasi sastra sebaiknya memanfaatkan hasil proses belajar berbahasa;
6. pengalaman rohani sebagai hasil belajar dan proses membaca yang baik merupakan sumber asosiasi yang subur;
7. tugas guru apresiasi sastra, dengan demikian tentunya memancing dan memekarkan asosiasi setiap siswa yang terlibat dalam proses apresiasi sastra lebih aktif dan terarah.
Pemakaian tolak ukur mengisyaratkan bahwa pola pembinaan apresiasi sastra yang berlangsung sekarang perlu disempurnakan walaupun sudah banyak kemajuan jika dibandingkan dengan proses pembinaan sebelumnya. Seorang pembina apresiasi sastra juga perlu menguasai dasar- dasar linguistik yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan pemberian makna sebuah karya sastra.
Seorang guru harus memberikan kesempatan agar siswa mengembangkan apresiasi sendiri. Tugas guru adalah membantu siswa dengan menyajikan lingkungan yang memadai, misalnya berupa bahan bacaan sastra dan dorongan agar siswa senang membaca. Siswa didorong untuk berkenalan dengan hasil sastra, mengajarkan bentuk dengan jalan membacanya, dan kemudian menikmatinya. Bagi siswa, sajak, cerita, dan drama harus menjadi sumber kenikmatan dan kegembiraan. Setelah mendengarkan atau membaca sebuah karangan, dapat diadakan pembicaraan misalnya tentang pengalaman yang terkandung dalam karya sastra itu, tentang pelaku, penggunaan watak yang tepat, dan lain. Jika demikian, untuk mencapai tujuan memperoleh pengalaman apresiasi, ditempuh kegiatan mendengarkan, membaca hasil sastra, dan membaca uraian yang sifatnya apresiasi.
Berdasarkan asumsi tersebut, dapat dinyatakan bahwa pola pembinaan apresiasi sastra seperti di atas merupakan bagian akhir dari pengajaran sastra, yakni terbentuknya sikap positif terhadap sastra dengan ciri, antara lain: dimilikinya kegemaran dari apresiasi sastra. Tujuan ini
menyangkut domain efektif dengan segala sikap, perasaan, nilai-nilai yang terbentuk dan berkembang dalam pembelajaran
C. Pengertian Prosa
Prosa adalah karya sastra yang berbentuk tulisan bebas.bersifat bebas artinya prosa tidak terikat dengan aturan-aturan tulis seperti rima,diksi,irama dan lain-lain. Makna kata dalam prosa sifatny denotatif atau mengandung makna sebenarnya jikapun terdapat kata-kata kiasan mereka hanya menjadi omamen di beberapa bagian untuk menekankan atau memperindah tulisan dalam prosa.Kata kias dalam prosa berfungsi sebagai omamen, tidak seperti puisi yang sebagian besar menggunakan kata konotasi atau kata kiasan sehingga membutuhkan penafsiran secara cermat.
D. Jenis-jenis Prosa
Berdasarkan pembabakanya, prosa dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu prosa lama dan prosa baru. Di bawah ini adalah macam-macam bentuk prosa lama dan prosa baru:
a. Prosa lama
Prosa lama adalah sebuah karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Pada awalnya prosa lama berbentuk lisan karena belum ditemukannya alat tulis menulis. Namun, kini prosa lama juga dapat ditemukan dalam bentuk tulisan. Adapun bentuk-bentuk prosa lama, diantaranya adalah:
a. Hikayat
Hikayat merupakan cerita yang berisi tentang kehidupan para dewi, dewa, pangeran, raja, dan lain-lain. Cerita-cerita yang ada di dalam hikayat bersifat fiksi dan tidak masuk akal.
a. Sejarah (Tambo)
Sejarah adalah salah satu bentuk prosa lama yang bercerita tentang peristiwa-peristiwa tertentu. Sejarah sastra lama berbeda dengan sejarah yang ditulis pada masa kini. Kebanyakana sastra lama sejarah disampaikan dengan menambahkan penyedap atau bumbu-bumbu cerita sehingga terdengar lebih menarik. Sedangkan sejarah yang ditulis pada masa kini sama persis dengan kejadian sebenarnya dan dapat dibuktikan dengan fakta.
b. Kisah
Kisah adalah prosa lama yang berbentuk cerita-cerita pendek. biasanya kisah bercerita tantang sebuah perjalanan, pengalaman atau petualangan orang-orang dahulu.
c. Dongeng
Salah satu bentuk prosa lama yang sangat popular adalah dongeng.
bentuk prosa lama ini bercerita tentang khayalan-khayalan masyrakat pada zaman dahulu. ragam dan bentuk dongeng pun berbeda-beda sesuai dengan isinya.
b. Prosa Baru
Prosa baru adalah bentuk prosa yang muncul setelah mendapat pengaruh dari budaya-budaya asing atau barat. bentuk prosa
ini muncul setelah prosa lama dianggap telah kuno. Bentuk-bentuk prosa baru antara lain:
a. Roman
Roman adalah prosa baru yang menceritakan tentang kehidupan seseorang, dimulai dari lahir hingga kematiannya. Prosa ini menyajikan suatu aspek kehidupan masyarakat secara utuh dan menyeluruh dan memiliki banyak alur yang bercabang-cabang.
b. Novel
Bentuk prosa baru ini menceritakan sebuah cerita atau kisah yang panjang. Novel menceritakan sebagian kehidupan seseorang sebagai tokoh utama yang mengandung beberapa konflik. Konfilk- konflik tersebutlah yang merubah kehidupan pelaku utamanya.
c. Cerpen
Cerpen adalah salah satu bentuk prosa baru yang cukup popular. Prosa baru ini menceritakan sebuah pengalaman atau sebagian kecil kisah pelaku utamanya. Yang membedakan cerpen dengan novel adalah konflik pada cerpen hanya satu dan tidak meyebabkan perubahan sikap pada tokoh utama, sedangkan pada novel banyak ditemukan konflik.
d. Riwayat
Riwayat menceritakan sebuah kisah yang berisi tentang pengalaman-pengalam hidup seseorang yang diangkat dari kisah nyata
orang tersebut dari lahir hingga meninggal. biasanya yang diceritakan adalah tokoh-tokoh terkenal dan menginspirasi orang banyak.
E. Metode Sosiodrama
a. Pengertian Metode SosioDrama
Secara etimologi metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.Sedangkan secara terminology metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabus mata pelajaran.metode penelitian dan teknik penelitian merupakan komponen yang paling penting dalam penelitian.metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang di gunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah(Ulber Silalahi:2009:13) metode penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang digunakan untuk tujuan akhir .
Sosiodrama terdiri dari dua suku kata “Sosio” yang artinya masyarakat, dan “drama” yang artinya keadaan seseorang atau peristiwa yang dialami orang, sifat dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain dan sebagainya.metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan
kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu seperti terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).
Menurut Winkel dalam Dewa Ketut (1987:543) Menyatakan bahwa Sosiodrama adalah salah satu problem yang kerap dihadapi oleh murid dalam pergaulan sehari-hari yang diperankan atau yang dimainkan oleh beberapa murid dengan tujuan bersama-sama mencari penyelesaian.
Menurut Romlah (2006:104)Sosiodrama adalah permainan peran yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku di dalam hubungan sosial.
Menurut Nursalim (2002:63-640) Tujuan sosiodrama adalah:
1. Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi suatu situasi sosial
2. Menggambarkan bagaina cara memecahkahkan masalah,
3. Mengembangkan sikap kritis terhadap tingkah laku yang harus atau jangan dilakukan dalam situasi sosial tertentu
4. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari sudut pandang.
F.Teknis Penggunaan Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama secara teoritis telah banyak dikenal oleh sebagian besar pendidik kita, namun secara praktisi masih banyak di antara mereka yang belum memahaminya. terdapat beberapa petunjuk untuk
dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. dan dalam penerapannya, dapat dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.
Adapun beberapa petunjuk atau langkah-langkah dalam menggunakan metode sosiodrama ini tersaji dalam beberapa tahap diantaranya sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, Engkoswara mengatakan bahwa sebelum melakukan sosiodrama diperlukan penentuan pokok permasalahan yang akan didramatisasikan terlebih dahulu, menentukan para pemain, dan mempersiapkan para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita. misalyah yang akan didramatisasikan dipilih secara bertahap, dimulai dari persoalan yang sederhana dan dilanjutkan dengan pertemuan- pertemuan berikutnya yang agak sukar dan lebih bervariasi. dan juga perlu diingat, masalah-masalah yang akan ditetapkan harus menarik perhatian siswaserta situasi masalah yang akan ditetapkan harus sesuai dengan tingkat usia siswa.
2. Tahap pelaksanaan
Setelah tahap-tahap dalam persiapan terselesaikan, siswa dipersilahkan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang diminta
selama kurang lebih 4 sampai 5 menit berdasarkan pendapat dan inisiasi mereka sendiri.
3. Tahap tindak lanjut
Seperti yang telah diungkapkan oleh sudjana dan hendrowiyono di atas bahwa apabila sosiodrama telah berakhir, maka diperlukan sebuah upaya tindak lanjut. dan mereka mengatakan diskusi sebagai salah satu alternatifnya.
Engkoswara mengungkapkan bahwa sosiodrama merupakan sebuah metode mengajar, jadi dalam praktiknya tidak hanya berakhir pada pelaksanaan dramatisasi semata, melainkan hendaknya dapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi, kritik, atau analisis persoalan.dan bila dipandang perlu, siswa lainnya diperbolehkan mengulang kembali peranan tersebut dengan lebih baik lagi.
Sebagai salah satu upaya tindak lanjut siswa dapat melakukan aktifitas menilai atau memberi tanggapan terhadap pelaksanaan sosiodrama dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan hasil sosiodrama.
G. Kerangka Pikir
Kemampuan mengapresiasi prosa siswa kelasVIII MTs Nurhidayah Rabbin kecamatan Bungaya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. hal ini disebabkan oleh tiga faktor yang berpengaruh, yaitu faktor metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, faktor siswa dan faktor lingkungan sekolah. salah satu faktor yang paling berpengaruh dan harus segara dicari jalan keluarnya adalah faktor metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengubah cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan metode sosiodrama. hal tersebut sangat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada dan sekaligus menerapkan konsep-konsep yang ditemukannya dalam bacaan ke dalam tulisan. pembelajaran dengan metode ini, memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah dan siswa kelompok atas. siswa kelompok bawah akan merasa tertolong dengan diskusi yang dilaksanakan dalam kelompok. sehingga konsep-konsep yang sulit dapat dipecahkan bersama- sama dan mendapatkan pemahaman masing-masing. sedangkan bagi siswa kelompok atas, dengan memberikan penerangan kepada teman sekelompoknya yang belum memahami konsep, tentu siswa dari kelompok atas membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam tentang konsep-konsep yang ada dalam materi tertentu.
Dalam pembelajaran siswa, guru memberikan sebuah wacana berupa contoh mengapresiasi prosa agar siswa dapat membacanya, menemukan unsur-unsur dalam mengapresiasi prosa dan memahami cara-cara mengapresiasi prosa yang baik dan benar. selanjutnya guru memberikan kepada masing-masing kelompok berupa bimbingan.tujuannya agar siswa mampu mengembangkan ide-idenya dalam mengapresiasi prosa sehingga dapat meningkatkan kecerdasan naratif siswa. siswa mengembangkan pokok cerita tersebut ke dalam diolog-dialog yang disampaikan oleh para tokoh dalam mengapresiasi prosa yang ditentukan sendiri oleh siswa. setelah semua
anggota kelompok menyelesaikan mengapresiasi prosa. guru bertugas memberikan simpulan akhir tentang pembelajaran yang berlangsung hari itu.
Pembelajaran ditutup dengan refleksi yang dipimpin oleh guru.
Skema Kerangka Pikir
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Pengajaran sastra KTSP
Apresiasi prosa
Tema Tokoh
Latar Alur/ plot Sudut Pandang
Amanat
Sosio Drama
Siklus 1 Siklus 11
Hasil
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan mengapresiasi prosa siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya. akan meningkat jika dalam pembelajaran yang digunakan metode sosiodrama.
BAB III
METODE PENELITIAN A Jenis Penelitian
Penelitianl ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Arikunto, 2006:56). Penelitian ini melalui empat tahap yaitu: Menyusun rancangan tindakan ( Planning ), pelaksanaan tindakan ( Action ), pengamatan ( Observing ), dan refleksi ( Reflecting ).
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian tersebut. Adapun waktu dan tempat observasi pada hari senin- 11 Agustus 2016, pukul 07.30. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelasVIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya. dengan jumlah 25 orang siswa, 15 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Penentuan subjek penelitian ini adalah didasarkan pada hasil wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa kemampuan mengapresiasi prosa siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya belum mencapai hasil yang memuaskan.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran mengapresiasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kerangka berpikir ditunjukkan dalam gambar berikut.
Gambar bagan siklus I dan siklus II.
Perencaan I Siklus I
Tindakan
Observasi Refleksi
Perencanaan Siklu II
Tindakan
Observasi Refleksi
Hasil
a. Prosedur Tindakan Pada Siklus I
Prosedur penelitian pada siklus I meliputi : (1) perencanaan (2) tindakan (3) observasi(4) refleksi.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan konteks yang akan dibuat drama, membuat drama berdasarkan konteks yang ada dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Pada tahap ini, selain menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran juga membuat media, instrumen tes, dan lembar observasi.
2. Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan. Dalam tindakan ini, dilakukan langkah- langkah sebagai berikut : (1) guru melakukan apersepsi, yaitu melakukan Tanya jawab dengan siswa untuk menggali kemampuan siswa tentang mengapresiasi prosa, guru memberi motivasi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran danmanfaat dari mengapresiasi prosa (2) guru membentuk kelompok-kelompok yang anggotanya 5 orang secara heterogen (3) guru memberikan wacana berupa contoh teks prosa (4) guru membimbing siswa untuk membaca dan mencermati teks prosa tersebut (5) guru menginstruksikan kepada setiap kelompok diskusi, untuk menemukan unsur-unsur yang ada dalam teks prosa (6) guru meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan unsur-unsur yang telah ditemukan serta
bagaimana cara mengapresiasi prosa (7) guru memberikan pendalaman materi dan penguatan (8) guru menginstruksikan siswa untuk saling berdiskusi mengenai konflik atau pokok cerita di dalam teks prosa masing-masing (9) guru meminta siswa mengembangkan cerita yang ada di dalam teks prosa secara individu dengan ide masing-masing (11) guru meminta siswa untuk mendiskusikan teks prosa yang dihasilkan oleh temannya dalam satu kelompok (12) guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil data, baik dari tes maupun observasi.
Data tes pada siklus I diambil satu kali dan dilaksanakan padaakhir pembelajaran. Hasil dari tes tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil untuk perbaikan pada siklus II. Sedangkan data observasi,diambil saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan setelah kegiatan belajar mengajar selesai.
4. Refleksi
Hasil yang diperoleh dari siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan pada siklus II. Tahap refleksi ini peneliti mengamati dan mempertimbangkan hasil dan dampak pembelajaran menulis mengapresiasi prosa dengan menggunakan metode sosiodrama tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari
pelaksanaan. Apabilahasil tes belum mencapai target nilai yang sudah ditentukan maka akan dilakukan tindakan pada siklus II. Hal-hal yang sudah baik dan mendukung pembelajaran mengapresiasi prosa pada siklus I harus dipertahankan dan ditingkatkan pada siklus II. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I harus diperbaiki
pada siklus II.
b.Prosedur Tindakan Pada Siklus II
Prosedur penelitian pada siklus II meliputi : (1) perencanaan, (2) tindakan.(3) observasi, (4) refleksi.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II ini, peneliti menyiapkan hal-hal yang akan dilaksanakan pada siklus II, dengan memperbaiki hasil refleksi pada siklus I.
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah membua tperbaikan rencana pembelajaran apresiasi prosa mnggunakani metode sosiodrama, yang materinya masih sama dengan siklus I, hal itu diupayakan agar dapat memperbaiki masalah dan kekurangan pada siklus I. Di samping itu, peneliti juga menyusun instrumen tes dan lembar observasi.
2. Tindakan
Tindakan-tindakan yang dilakukan peneliti dalam siklus II yaitu:
(1)memberi umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I, (2)melaksanakan proses pembelajaran mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama sesuai dengan rencana pembelajaran, dan (3) memotivasi siswa agar
lebih partisipasi aktif serta sungguh-sungguh mengapresiasi prosa mnggunakani metode sosiodram tersebut.
Pada pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada kualitas mengapresiasi prosa. siswa harus meningkat dan lebih baik dari siklus I. Langkah- langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus II adalah :
(1) guru Menentukan judul dan garis besar cerita yang akan didramatisasikan ( 2 ) guru Membuat skenario sosiodarama ( 3) guru Menjelaskan judul dan garis besar permasalahan kepada anggota kelompok.
(4) guru Memilih siswa yang akan memainkan peran dan siswa yang menjadi kelompok penontone. Melaksanakan sosidrama ( 5) guru Menghentikan
sosiodrama pada saat situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum.
3. Observasi
Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I, yaitu dilakukanmelalui data tes dan lembar observasi. Pengamatan melalui data tes dilakukan satukali.Siswa mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama.Kemajuan-kemajuanyang dicapai siswa, maupun kelemahan - kelemahan yang masihmuncul juga menjadi data sasaran dalam observasi.
4. Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil apresiasi danobservasi pada siklusI, yaitu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaanperbaikan tindakan pada siklus II.Apakah kekurangan-kekurangan pada siklus Idapat diatasi pada siklus II dan apakah hasil tes sudah memenuhi nilai
targetyang ditentukan. Apabila semua telah tercapai maka pembelajaran mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama, telah berhasil karena mencapai targetyang ditentukan.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa tes dan nontes.
1. Bentuk Tes
Instrumen tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan, serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Instrumen tes digunakan untuk mengungkap data tentang kemampuan mengapresiasi prosa siswa menggunakan metode sosiodrama.
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Kemampuan mengapresiasi prosa
No Aspek penilaian
Rentang skor
Kriteria kategori
1. Tema 10 Jika tema drama sesuai dengan isi teks drama
Baik
3 Jika tema drama tidak sesuai dengan isi teks drama
Kurang baik
2. Setting 10 Jika setting drama dapat
dideskripsikan dengan jelas dan hidup
Baik
3 Jika setting drama tidak dideskripsikan dengan jelas dan hidup
Kurang baik 3. Alur 10 Jika alur yang digunakan untuk
mendukung adanya konflik baik
Baik
3 Jika alur yang digunakan untuk mendukung adanya konflik kurang baik
Kurang baik
4. Penokohan 10 Jika penggunaan karakter tokoh sangat jelas
Baik
3 Jika penggunaan karakter tokohsangat jelas
Kurang baik 5. Bahasa 20 Bahasa yang digunakan sesuai dengan
tiap-tiap karakter tokoh yang berbeda
Baik
Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengapresiasi prosa diperlukan alat ukur yang berupa tes tertulis. Penilaian hasil tes dilakukan dengan menilai yang ditulis siswa, yaitu menitik beratkan pada aspek-aspek yang terdapat dalam unsur-unsur prosa dan kaidah .Untuk penilaian siswa digunakan kriteria penilaian apresiasi prosa sebagai berikut:
5 Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan tiap-tiap karakter tokoh yang berbeda
Kurang baik
6. Dialog 20 Jika dialog yang digunakan
komunikatif dan sesuai dengan karakter tokoh
Baik
5 Jika dialog yang digunakan tidak komunikatif dan tidak sesuai dengan karakter tokoh
Kurang baik
7. Amanat 20 Jika penulisan teks samping sesuai dengan kaidah penulisan teks drama
Baik
5 Jika penulisan teks samping tidak sesuai dengan kaidah penulisan teks drama
Kurang baik
Tabel 2. Aspek-Aspek Penilaian mengapresiasi prosa No Aspek Penilaian Skor maksimal
1 Tema 10
2 Setting 10
3 Alur 10
4 Penokohan 10
5 Dialog 20
6 Bahasa 20
7 Amanat 20
Jumlah 100
Berdasarkan pedoman pemerolehan skor tersebut, maka akan dapat diketahui nilai akhir siswa yang menyatakan kemampuan siswa dalam mengapresiasi prosa. Berikut ini adalah pedoman penilaian yang digunakan untuk menyatakan mengapresiasi prosa siswa.
Tabel 3. Pedoman Penilaian mengapresiasi prosa
No Nilai Kategori
1.
2.
3.
4.
86-100 71-85 61-70 51-60
Sangat baik Baik Cukup Kurang
2. Bentuk Nontes
Bentuk instrumen penelitian nontes digunakan untuk mengetahui perkembangan life skill, sikap siswa dalam pemebalajaran serta tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan selama mengikuti pembelajaran mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama .Bentuk instrumen nontes dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi dan dokumentasi.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi sejumlah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Lembar obesevasi ini digunakan untuk mengamati tingkah laku dan respon siswa selama proses pembelajaran. Hal yang akan diamati dalam observasi meliputi (1) keaktifan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dan (3) keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas atau tes.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data meliputi teknik tes dan teknik non tes.
1. Teknik Tes
Data tes dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes mengapresiasi prosa pada setiap siklus. Hasil tes pada siklus pertama dianalisis, dari analisis tersebut dapat diketahui aspek-aspek yang masih kurang pada saat siswa mengapresiasi sebuah Prosa. Kemudian, siswa diberi pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus kedua. Tes mengapresiasi prosa siswa dilakukan satu kali setiap siklus.Tes yang dilaksanakan merupakan tes kelompok bagi siswa. Soal tes dikembangkan
dari indikator yaitu dapat mengapresiasi prosa dengan memperhatikan keaslian ide dan sesuai kaidah-kaidah mengapresiasi prosa.
2. Teknik Nontes
Teknik pengumpulan data nontes dilakukan dengan menggunakan observasi, dan dokumentasi.
b. Observasi
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh dua orang ,yaitu peneliti dan teman sejawat atau guru kelas.Teman sejawat atau guru kelas membantu peneliti mengamati perilaku siswa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Perilaku-perilaku siswa tersebut dituliskan dalam lembar observasi.
Tahap-tahap yang dilakukan dalam observasi adalah: (1) menyiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir pengamatan mengenai perilaku siswa dalam pembelajaran, (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran,dan (3) mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dari hasil mengapresiasi prosa siswa dengan metode sosiodrama pada siklus I dan siklus II. Analisis mengapresiasi prosa siswa dilakukan dengan langkah sebagai berikut: (1) menentukan perolehan skor siswa pada setiap aspek
yang menjadi kriteria penilaian berdasarkan pedoman penyekoran, (2) menjumlah skor kumulatif siswa, dan (3) menghitung nilai akhir siswa. Nilai akhir siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut.
NA = Jumlah nilai tiap aspek Keterangan : NA = Nilai Akhir Untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus:
nilai = Jumlah nilai siswa 100%
Jumlah siswa
Hasil perhitungan nilai akhir siswa masing-masing tes kemudian dibandingkan antara hasil tes siklus I dan siklus II. Hasil inilah yang akan dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui persentase peningkatan kemampuan mengapresiasi prosa.
2. Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, yaitu data nontes dari hasil observasi. Data observasi akan memberi gambaran mengenai perubahan perilaku siswa pada saat mendengarkan penjelasan guru, perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran, serta perubahan perilaku siswa dalam mengerjakan tugas atau tes.
Teknik kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada siklus I dan siklus II, serta untuk melihat efektivitas mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi prosa siswa.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan mengapresiasi prosa siswa kelas VIII MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya. dengan metode sosiodrama secara signifikan dengan tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa > 60 dengan ketuntasan belajar klasikal 100 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang penulis uraikan meliputi hasil tes dan nontes, baik pada siklus I maupun siklus II. Hasil penelitian yang diuraikan pada bagian ini meliputi keseluruhan hasil penelitian siklus I maupun siklus II. Penguraian hasil penelitian tes untuk mengapresiasi prosa disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan penguraian hasil penelitian non tes disajikan dalam bentuk data kualitatif. Sistem penyajian data hasil tes mengapresiasi prosa pada siklus I dan siklus II berupa angka yang disajikan dalam bentuk tabel, kemudian diuraikan analisis atau penjelasan dari laporan tabel tersebut.Selanjutnya, untuk data non tes dipaparkan dalam bentuk rangkaian kalimat secara deskriptif. Data nontes yang dipaparkan pada siklus I dan siklus II meliputi observasi dan dokumentasi foto.
1. Hasil Siklus I
Tahap siklus I merupakan tindak lanjut awal dalam menyelesaikan masalah yaitu rendahnya kemampuan mengapresiasi prosa pada siswa kelas VII1 MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya. Hasil penelitian tes siklus I adalah keterampilan mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama.
a. Hasil Tes Siklus I
Hasil tes mengapresiasi prosa siklus I merupakan data awal setelah dilakukan tindakan pembelajaran mengapresiasi prosa melalui metode sosiodrama .Kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi tujuh aspek penelitian, yaitu (a) tema,(b) setting, (c) alur, (d) penokohan, (e) dialog, (f) bahasa, (g) Amanat
Tabel 4. Hasil Mengapresiasi prosa Siklus I No. Kategori Rentang
Nilai
Frekuensi Bobot/
skor
Persentase% Nilai Rata-rata 1
2 3 4
Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
86-100 71-85 61-70 51-60
- 5 13 7
375 845 385
20%
52%
4,3%
1705/25 = 64,2
Kategori Cukup
Jumlah 25 1605 100%
Data pada tabel 4, di atas menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan mengapresiasi prosa secara klasikal mencapai nilai rata-rata 64,2, yaitu dalam kategori cukup. Siswa yang berhasil memperoleh nilai baik dengan rentang nilai 71-85 sebanyak 5 siswa atau 20%. Siswa yang memperoleh nilai cukup dengan rentang nilai 61-70 sebanyak 13 siswa atau 52%. Siswa yang memperoleh nilai kurang dengan rentang nilai 51-60 sebanyak 7 siswa atau 4,3%.Masih rendahnya keterampilan mengapresiasi prosa pada siswa ini dimungkinkan karena metode yang diterapkan dalam pembelajaran mengapresiasi prosa ini masih dirasakan baru oleh siswa sehingga pola pembelajaran ini merupakan proses awal bagi siswa untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Hasil tes secara klasikal sebagaimana dalam table 4 tersebut merupakan gabungan dari lima aspek keterampilan mengapresiasi prosa yang diujikan, yaitu nilai tes siklus I ini merupakan penjumlahan skor tujuh aspek keterampilan mengapresiasi prosa, yaitu (a) tema, (b) setting, (c) alur, (d) penokohan, (e) dialog,(f) bahasa, (g) Amanat Hasil masing-masing aspek dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 5. Perolehan Skor Aspek Tema Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
10 3
18 7
180 21
72%
28%
201/25 = 8,0 Kategori baik
Jumlah 25 201 100%
Data pada tabel 5, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek tema dengan yang dicapai siswa sebesar 8,0. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Pada penguasaan aspek kesesuaian tema dengan pengembangan cerita, 18 siswa atau sebesar 72 memperoleh nilai dengan % kategori sesuai dan 7 siswa atau sebesar 28% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai.
Tabel 6. Perolehan Skor Aspek Setting Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
15 5
14 11
210 55
60%
13,33%
265/25= 10,6 Kategori cukup
Jumlah 25 265 100%
Data pada tabel 6, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek setting yang dicapai siswa sebesar 10,6. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup.
Pada penguasaan aspek setting,14 siswa atau sebesar % memperoleh nilai dengan
kategori sesuai dan 11 siswa atau sebesar 13,33% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai atau kurang.
Tabel 7. Perolehan Skor Aspek Alur Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
10 3
15 10
150 30
90%
10%
180/25 = 7,2 Kategori baik
Jumlah 13 25 180 100%
Data pada tabel 7, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek alur yang dicapai siswa sebesar 7,2. Hasil tersebut termasuk kedalam kategori baik.
Pada penguasaan aspek alur, 15 siswa atau sebesar 90% memperoleh nilai dengan kategori sesuai dan 10 siswa atau sebesar 10% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai atau kurang.
Tabel 8. Perolehan Skor Aspek Penokohan Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi Skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
10 3
9 16
90 48
90%
10%
138/25 = 5,52
Kategori baik
Jumlah 25 138 100%
Data pada tabel 8, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek penokohan yang dicapai siswa sebesar 5,52. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Pada penguasaan aspek penokohan, 9 siswa atau sebesar 90%
memperoleh nilai dengan kategori sesuai dan 16 siswa atau sebesar 10%
memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai.
Tabel 9. Perolehan Skor Aspek Dialog Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
10 3
10 15
100 45
40%
60%
154/25 = 5,8 Kategori cukup
Jumlah 25 145 100%
Data pada tabel 9, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek dialog yang dicapai siswa sebesar 5,8 Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup.
Pada penguasaan aspek dialog 10 siswa atau sebesar 40% memperoleh nilai dengan kategori sesuai, dan 15 siswa atau sebesar 60% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai.
Tabel 10. Perolehan Skor Aspek Bahasa Siklus I
No Kategori Skor Frekuensi skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
15 5
16 9
240 45
60%
40%
285/25 = 11,4
Kategori cukup
Jumlah 25 285 100%
Data pada tabel 10,di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek bahasa yang dicapai siswa sebesar 11,4. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori cukup.
Pada penguasaan aspek bahasa, 16 siswa atau sebesar 60% memperoleh nilai dengan kategori sesuai dan 9 siswa atau sebesar 40% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai.
Tabel 11. Hasil Perolehan Skor Aspek Amanat Siklus I No Kategori Rentang
Skor
Frekuensi skor Frekuensi Persen
Rata-rata
1 2
Sesuai Tidak sesuai
10 3
15 10
150 30
60%
40%
180/25 = 7,2 Kategori baik
Jumlah 25 180 100%
Data pada tabel 11, di atas menunjukkan nilai rata-rata dalam aspek dialog nilai yang dicapai siswa sebesar 7,2. Hasil tersebut termasuk ke dalam kategori baik. Pada penguasaan aspek dialog, 15 siswa atau sebesar 60% memperoleh nilai dengan kategori sesuai dan 10 siswa atau sebesar 40% memperoleh nilai dengan kategori tidak sesuai.
b.Nontes Siklus 1
Hasil penelitian nontes siklus I ini diperoleh dari hasil observasi.Hasil selengkapnya dijelaskan pada uraian berikut ini.
1) Hasil Observasi
Pengambilan data observasi dilakukan selama proses pembelajaran mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama. Pengambilan data observasi ini bertujuan untuk mengetahui respon perilaku siswa dalam menerima pembelajaran.Objek sasaran yang diamati adalah perilaku positif dan perilaku negatif siswa. Perilaku positif siswa yang diamati terdiri atas beberapa aspek,yaitu (1) respon siswa terhadap penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam kegiatan bertanya, dan (3) keaktifan siswa dalam mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru . Perilaku negatif siswa yang diamati terdiri atas beberapa aspek, yaitu (1) ketika siswa bercanda dengan teman sebangku selama pembelajaran, (2) siswa menyontek pekerjaan teman, (3) siswa mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi, dan (4) siswa tidak mencatat hal-hal penting ketika guru menjelaskan.
Hasil observasi pada siklus I perilaku siswa selama pembelajaran mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama, sebagian besar siswa sudah siap dalam mengikuti pembelajaran, namun tidak semua siswa dapat mengikuti dengan baik. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti merupakan hal baru bagi siswa, sehingga perlu proses untuk menyesuaikannya.Sasaran observasi yang pertama yaitu perhatian dan respon siswa terhadap penjelasan guru.
Dari 25 siswa, hampir sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan guru, ditunjukkan dengan persentase sebesar 83,33% atau 20 siswa yang terlihat sangat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, dan hanya 5 siswa atau sebesar 16,67% yang kurang memperhatikan penjelasan guru.
Dari hasil observasi awal, hal ini sudah sangat baik. Perhatian siswa sudah menunjukkan ketertarikan terhadap materi yang diajarkan.Sasaran yang kedua yaitu keaktifan siswa dalam kegiatan bertanya. Berdasarkan hasil observasi, keaktifan siswa secara keseluruhan masih kurang. Pada aspek ini baru sekitar 6,67% dari 25 siswa atau 2 siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa lain masih kurang aktif dalam kegiatan tanya jawab dan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan materi. Sasaran yang ketiga yaitu keaktifan siswa dalam mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi, dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 25, sekitar 23 siswa atau sebesar 90% aktif dalam aspek ini. Sebesar 10% terlihat kurang aktif dalam mencatat hal-hal penting.
Sasaran observasi yang keempat yaitu aspek keberanian atau keantusiasan siswa dalam memerankan hasil pekerjaannya. Pada aspek ini, sebesar 6,67% atau 2 siswa memiliki antusias dan keberanian dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya, 23 siswa yang lain tidak memiliki keberanian dan antusias untuk mempresentasikan hasil karyanya. Sasaran observasi yang kelima yaitu keaktifan siswa dalam menanggapi karya teman. Pada aspek ini secara keseluruhan siswa mampu memberikan penilaian terhadap karya teman. Sebesar 83,33% atau 20
siswa kurang aktif dalam menanggapi hasil karya teman, dan 5 siswa atau sebesar 16,67% aktif dalam menanggapi.
c. Refleksi Siklus I
Pembelajaran mengapresiasi prosa pada siklus I ini merupakan upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang dihadapi pada prasiklus.
Namun setelah dilakukan pembelajaran mengapresiasi prosa menggunakan metode sosiodrama pada siklus I ini, guru merasa belum puas karena masih adanya permasalahan-permasalahan yang menyebabkan hasil pembelajaran kurang maksimal. Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I baru mencapai 6,2 dengan kategori cukup, dan belum mencapai target yang ditentukan yaitu 7,5.Pada pembelajaran siklus I ini masih banyak kesulitan-kesulitan yang ditemui siswa. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengapresiasi prosa adalah berkenaan dengan kegiatan menulis kalimat kedalam bentuk dialog. Kesulitan yang ditemui siswa tersebut dapat dimaklumi guru karena pembelajaran mengapresiasi prosa merupakan pengalaman baru bagi siswa MTs Nurhidayah Rabbin Kecamatan Bungaya. karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pembelajaran seperti yang diterapkan oleh guru. Situasi dan suasana kelas saat pembelajaran berlangsung pada siklus I cukup tenang dan dapat terkendali dengan baik. Meskipun demikian, masih terdapat perilaku negatif dari siswa pada saat guru memberikan penjelasan tentang materi dan tugas yang harus dikerjakan siswa. Perilaku negatif ini lah yang menyebabkan pembelajaran mengapresiasi prosa kurang berjalan dengan lancar sehingga hasil yang diperoleh juga belum memuaskan .Guna mencapai pembelajaran yang sesuai dengan apa yang