FUNGSI KELUARGA LUAS TERHADAP ANAK YATIM PIATU DI KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN
ARTIKEL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
Desi Oktavia NPM: 12070147
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
FUNGSI KELUARGA LUAS TERHADAP ANAK YATIM PIATU DI KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN
Oleh:
Desi Oktavia1Drs. Wahyu Pramono, M.Si2Erningsih, S.Sos., M.Pd3 Program Studi Pendidikan Sosiologi
Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fungsi keluarga yang dijalankan keluarga luas terhadap anak yatim piatu berjalan dengan semestinya. Dimana keluarga luas menjalankan fungsi keluarga kepada anak yatim piatu sehingga anak berprilaku baik, sopan santun, berpakain yang baik, serta juara kelas. Oleh karena itu penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi keluarga luas terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan dan kendala yang dihadapi keluarga luas dalam menjalankan fungsi keluarga terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsional struktural (Talcott Parsons). Penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif.
Informan pada penelitian ini ada 11 informan yang mana informan tersebut merupakan keluarga luas, tetangga, tokoh masyarakat, dan anak yatim piatu. Pemilihan informan pada penelitin ini menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data berupa observasi , wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisisnya adalah kelompok. Model analisis data menggunakan Milles dan Huberman yang mencakup dalam tahapan, yaitu (1) pengumpulan data (2) tahap reduksi data (3) tahap penyajian data (4) penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menjelaskan fungsi keluarga luas terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. 1) fungsi Sosialisasi yaitu (a) nilai, (b) norma, 2) fungsi Rekreatif yaitu memberikan hiburan kepada anak yatim piatu seperti membelikan alat elektronik. Adapun kendala yang dihadapi keluarga luas dalam menjalankan fungsi keluarga terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan yaitu kendala dalam menjalankan fungsi keluarga.
Kata Kunci: Fungsi Keluarga Luas, Anak Yatim Piatu
1Mahasiswa Program Studi pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2017
2Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
3Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
Desi Oktavia (NPM:12070147),Function Family Widely To Orphan At Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Skripsi. Department of Educational Sociology
STKIP PGRI West Sumatra, Padang, 2017
Desi oktavia1Drs. Wahyu pramono, M.Si2Erningsih, S.Sos., M.Pd3 Sociology Of Education Studies Program
STKIP West Sumatera
ABSTRACT
This research triggered by function family run family widely to orphans went wrong.
Where the family running broad function family for orphans and the behave well, manners, dressing up was good, and champion class. Hence research aims to described function family widely to orphan at Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan and obstacles faced a widely distributed family carries on the function in the family against orphan at Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
A theory that used in this research was functional structural theory(Talcott Parsons).This research use approach the qualitative study with type descriptive.Informants interviewed in this study there are 11 informants who which to the informant is an extensive family, neighbors , community leaders , and orphans.The selection of informants on penelitin it uses the technique purposive sampling. The kind of data that used is primary and secondary data. Data collection method of observation , in-depth interviews and study documents.The analysis are a unit.Model data using analysisMilles and Huberman Which includes the phase, which are (1) data collection (2) reduction step the (3) phase presentation of data (4) withdrawal of conclusion
The result of this research to explain the functions of family widely to orphan at Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. 1) a function socialization which are (a) the value, (b) norm, 2) a function rekreatif namely providing entertainment for orphans as buy the electronic devices. The obstacles faced by an extensive family carries on the function in the family against orphan at Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan Namely constraint in socialization carries on the function in the family.
Key Word:Function Family Widely,Orphan
1Mahasiswa Program Studi pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2017
2Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
3Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat
1 PENDAHULUAN
Keluarga adalah kelompok primer yang paling kecil di dalam masyarakat, keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk memiliki dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni atau keluarga inti merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa (Ahmadi, 2007: 239). Keluarga adalah satu bagian dari struktur dan sistem, apabila bagian dari salah satu struktur dan sistem terganggu maka maka struktur lainnya juga terganggu, ayah adalah bagian dari struktur apabila ayah meninggal, beberapa fungsi lain dalam keluarga akan terganggu (Hendi dan Ramdani, 2001: 161).
Keluarga memiliki tuntutan-tuntutan yang lebih besar dan kontinyu dari pada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.
Keluarga mengarahkan laki-laki dan wanita untuk memperlihatkan kepada yang lain bahwa diri mereka sendiri mempunyai suatu tugas-tugas yang paling sukar sekali dan suatu tanggung jawab yang berat, dengan kata lain bahwa dengan kerja keras dilaksanakan sesuai dengan kondisi-kondisi pemenuhan kebutuhan yang mampu dilakukan oleh keluarga (Khairudin, 2008:
9). Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung pada masyarakat yang mengenai sistem keluarga luas (extended family) agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak.
Keluarga luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu, dan anak-anaknya (Khairuddin, 2008: 19). Keluarga luas merujuk pada keluarga inti dengan penambahan anggota keluarga selain anak, seperti paman, bibi, serta orang tua dari pasangan suami istri (Pasutri). Kehadiran keluarga luas terjadi karena banyak hal, yang paling sering ditemukan adalah alasan untuk membantu proses sosialisasi pada anak (Silverstein & Anerback dalam Silalahi, 2010: 5). Dengan adanya pembentukan keluarga akan lahir keturunan atau anak yang sah dan mendapat pengakuan dari masyarakat anak ini secara fisik dan hukum merupakan bagian dari keluarga (Mawardi dan Hidayati, 2000: 216).
Keluarga luas tumbuh dan merosot selama bertahun-tahun karena dipengaruhi kesuburan, perkawinan dan perceraian, kematian peratuan temapat tinggal, dan alternatif kesempatan yang terbuka bagi anggota-anggotanya. Kepentingannya dapat ditemukan pada kesempatan yang diberikan dalam keadaan-keadaan tertentu (Goode, 2007:102).
Istilah keluarga luas seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik dengannya dan tetap memilihara dan mempertahankan hubungan tersebut. Keluarga luas keuntungan tersendiri, pertama, keluarga luas sangat cocok dengan kehidupan desa, yang dapat memberikan pelayanan sosial bagi anggota- anggotanya. Orang jompo, cacat, dan orang sakit mampu disimpan dalam keluarga luas dan bukan merupakan beban berat. Kedua, keluarga luas mampu mengumpulkan modal ekonomi secara besar, apakah untuk sebuah acara perkawinan, membuka lahan baru, kedudukan dalam pemerintahan, atau membiayai anak cerdas berbakat (Suhendi dan Wahyu, 2001:56).
Anak dilahirkan dan dirawat, dididik, tumbuh, berkembang, dan bertingkah laku sesuai dengan martabat manusiawi, di dalam lingkungan kultural sekelompok manusia. Maka keluarga (ayah, ibu, sanak saudara) dan lingkungan sosial itu dihayati oleh anak sebagai bagian dari dirinya sendiri. Oleh karena itu anak manusia adalah individu sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial (Kartono, 2007: 42). Anak sebagai anggota keluarga harus tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang bisa mengurus dirinya sendiri, dan tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, pada keluarga atau masyarakat.
Anak merupakan pemimpin dimasa datang, karena dipundak merekalah terletak tanggung jawab yang amat besar. Maju mundurnya sebuah bangsa dengan kebudayaan dan keberdaannya adalah sangat bergantung pada kualitas genersi muda dalam membina generasi muda. Hal itu perlu dipersiapkan dengan pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal (Mustafidz dalam Sari, 2013:1).
Agar anak menjadi pribadi yang baik, anak harus mendapatkan fungsi keluarga yang sempurna didalam keluarga itu sendiri.
2 Menurut Suhendi (2001: 45) mengungkapkan fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis, berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan seksual suami istri.
2. Fungsi Sosialisasi, menunjukan pada peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.
3. Fungsi Afeksi, salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan kasih sayang atau rasa cinta.
4. Fungsi Edukatif, keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan seorang anak mulai dri bayi, belajar jalan- jalan, hingga mampu berjalan.
5. Fungsi Regius, fungsi keagamaan mendorong perkembangan keluarga dan seluruh anggotanya menjadi insan-insan agama yang penuh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Fungsi Protektif, keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya.
7. Fungsi Rekreatif, bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan.
8. Fungsi Ekonomis, para anggota keluarga bekerja sebagai tim yang tangguh untuk menghidupkan keluarganya
9. Fungsi Penentuan Status, dalam sebuah keluarga menerima serangkaian status berdasarkan umur, urutan kelahiran, dan sebagainya. Status atau kedudukan ialah suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lainnya, status tidak bisa dipisahakan dari peran, peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status
Semua fungsi keluarga berpengaruh terhadap anak yaitu: fungsi Biologis, Sosialisasi Anak, Afeksi, Edukatif, Religius, Protrktif, Rekreatif, ekonomis, Penentuan Status. Fungsi keluarga juga berpengaruh terhadap anak yatim piatu yang tinggal dengan keluarga luasnya, dalam penelitian
ini peneliti hanya meneliti tiga fungsi saja yaitu fungsi Sosialisasi, fungsi Rekreatif, dan fungsi Ekonomis, karena empat fungsi lainnya seperti fungsi afeksi, edukatif, religius, protektif, ekonomis dan penentuan status telah mencakup dalam fungsi sosialisasi sedangkan fungsi rekreatif tidak mencakup kedalam fungsi sosialisasi.
Sedangkan fungsi Biologis tidak ada karena anak yatim piatu tidak tinggal dengan keluarga intinya melainkan dengan keluarga luasnya.
Yatim (bahasa) adalah anak yang ditinggal mati ayahnya, sedangkan menurut istilah yatim adalah anak yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa (baligh). Yatim piatu diartikan sebagai anak yang ditinggal mati oleh ayah dan ibunya sebelum baligh atau dewasa (Kementrian Agama R.I, 2010: 5). Dalam kondisi yatim piatu seorang anak hubungan yang intim dengan ayah dan ibu tidak mungkin diperoleh, dalam situasi tanpa orang tua anak yatim piatu tinggal besama kerabat atau keluarga luasnya.
Yatim yaitu tidak beribu atau berayah lagi (karena ditinggal mati). Yatim piatu sudah tidak berayah dan beribu lagi dimana seseorang anak yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (KBBI, 2007:1277).
Asumsi orang tentang anak yatim piatu yang tinggal dengan keluarga luas beranggapan anak berprilaku tidak baik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Riza Hartina (2014) hasil penelitiannya menunjukan anak yang tinggal dengan kakek/nenek berpriaku suka membantah, pemalas dan berbohong. Tetapi tidak semua anak yang diasuh oleh keluarga luas berprilaku tidak baik, berdasarkan observasi dan wawancara dengan keluarga luas anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan berprilaku baik, sopan santun, juara kelas, rajin sholat dan baca Al Qur‘an.
Diketahui bahwa ada enam belas orang anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan yang tinggal dengan sembilan keluarga luas di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
Dilihat dari fenomena yang dikemukakan pada latar masalah diatas, fokus penelitian ini adalah membahas mengenai “Fungsi Keluarga Luas Terhadap Anak Yatim Piatu
3 di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan”
Jumlah anak yatim piatu yang tinggal dengan keluarga luas di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan, dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Tabel. 1.1
Data Anak Yatim Piatu yang Tinggal dengan Keluarga
Luas di Kecamatan Sangir Kabpaten Solok Selatan
N
o Nama Anak Yatim Piatu
Nama 1. Masiyal/Yulisar Nadia
Marsya 2.
Ijon/Miswati
Wila
Winda
Wanri 3. Apri/Kamisa Andre
Reren
4. Mail/Inet Afin
5. Edi/Sihan Yandra
6. Samdi/Ilin Agusriadi
Genta 7. Isman/Jusna Heru 8. Firman/Ita 1Iris
Hamadi 9. Dandi/Pepi Teguh
Meta
Jumlah 16
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan Fungsi Keluarga Luas terhadap Anak Yatim Piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
2. Mengetahui kendala Keluarga Luas dalam memberikan Fungsi Keluarga Terhadap Anak Yatim Piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Tipe penelitian adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata (Sukmadinata, 2010: 72- 73). Informan adalah orang yang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Idrus, 2009: 96).
Adapun jumlah informan peneliti adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari
,
anak yatim piatu, keluarga luas dari anak yatim piatu (kakek/nenek, paman/bibi), tetangga, dan tokoh masyarakat di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen dan unit analisis individu yaitu orang yang dianggap tau tentang permasalahan yang akan kita teliti. Teknik dan pengolahan data yang dilakukan menggunakan model analisis data Milles dan Huberman yaitu model analisis interaktif. Model interakti ini terdiri dari empat hal utama yaitu: (1) pengumpulan data (2)Reduksi data; (3)penyajian data;
(4)penarikan kesimpulan/verifikasi Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fungsi Keluarga Luas Terhadap Anak Yatim Piatu
1. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk membentuk kepribadian anak atau proses pembelajaran terhadap anak.
4 melului fungsi sosialisasi ini, keluarga berusaha mempersiap bekal selengkap- lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan yang diharapkan akan dijalankan mereka, dengan demikian sosialisasi berarti melakukan proses pembelajaran terhadap seorang anak. Keluarga luas merupakan keluarga batih yang ditambah yang terdiri dari semua orang yang keturunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing suami dan istri, dengan kata lain keluarga luas ialah keluarga batih ditambah dengan kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan (Suhendi dan Wahyu, 2001: 45-55) .
Dalam hal ini fungsi sosialisasi keluarga luas berperan sebagai pendidik pertama dalam membantu anak yatim piatu mengembangkan kemampuannya untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Untuk mendeskripsikan fungsi sosialisasi keluarga luas terhadap anak yatim piatu dilihat dari pengajaran terhadap mengajaran terhadap nilai sosial, dan mengajaran terhadap norma sosial.
Mengajarkan Nilai- Nilai
Nilai ialah gagasan mengenai suatu perbuatan atau pengalaman yang mempunyai arti atau tidak. Seseorang yang telah melakukan interaksi dengan berbagai pengaruhnya akan memberikan kesadaran mengenai adanya nilai-nilai yang ada disekitarnya. Nilai itu dapat diartikan seebagai sikap dan perasaan yang diperlihatkan oleh seseorang tentang baik- buruk, benar-salah, suka-tidak sukaterhadap objek materiel maupun non materiel, nilai juga merupakan sesuatu yang sangat berharga sekurang-kurangnya bagi yang bersangkutan sehingga nilai-nilai itu terwujud dalam sikap dan pebuatan. Nilai- nilai yang sudah lama dipraktekkan itu lama kelama berubah menjadi norma-norma (Suhendi dan Wahyu, 2001: 108-109). Ada beberapa macam nilai yang terdiri dari:
Pertama, nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Kedua nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitasnya. Ketiga nilai kerohanian yaitu segala sesuatu berguna
bagi rohani manusia seperti, nilai kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan atau nilai moral, dan nilai religius (Depnawati, 2014:
19-20)
Mengajarkan Norma
Norma adalah aturan yang mengandung sanksi untuk menorong dan menekankan orang perorang secara keseluruhan. Suatu norma juga merupakan suatu standar atau kode yang memandu perilaku orang atau masyarakat, norma- norma tersebut mengajarkan kepada kita agar perilaku seseorang itu benar, layak, dan pantas. Norma-norma dibedakan dalam empat macam yaitu Pertama norma agama adalah norma yang berasal dari tuhan melalui para nabi untuk disampaikan, kepada umat manusia, Kedua norma kesusilaan adalahnorma yang berasal dari hati nurani manusia yang biasanya ditampakkan orang sesuai dengan keyakinan terhadap agama, Ketiga norma kesopanan adalah norma yang berasal dari pergaulan masyarakat, Keempat norma hukum norma yang dibuat oleh pemerintah demi terciptanya kehidupan bermasyarakat (Suhendi dan Wahyu,2001:108-110).
2. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif bertujuan untuk memberikan suasana gembira dalam lingkungan keluarga (Suhendi, 2001: 51).
Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan peneliti telah mengamati bahwa keluarga luas juga memberikan suasana gembira kepada anak yatim piatu yang tinggal dirumahnyaadalah memberikan fasilitas berupa barang-barang elektronik seperti TV, digital, HP. Hal tersebut dilakukan oleh keluarga luas karena mengisi waktu luang maupun waktu kosong anak ketika mereka tidak ada alat yang bisa digunakan oleh anak sehingga mereka tidak kesepian dan nyaman berada dirumah
B. Kendala Yang Dihadapi Oleh Keluarga Luas Dalam Menjalankan Fungsi Sosialisasi Anak Yatim Piatu 1. Kendala Dalam mengajarkan
Terhadap Nilai
2. Kendala Dalam mengajarkan Terhadap Norma
5 Berdasarkan hasil penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara di lapangan, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan fungsi keluarga luas terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan, keluarga luas memberikan menjalankan fungsi keluarga seperti fungsi sosialisasi yang mana mencakup fungsi Afeksi, Edukatif, Religius, Protektif dan ekonomis, dan fungsi Rekreatif tidak mencakup kedalam fungsi Sosialisasi, sedangkan fungsi Biologis sudah pasti tidak bisa dijalankan oleh keluarga luas terhadap anak yatim piatu.
Melalui teori fungsional dan struktur keluarga dianggap melihat bagian, yang terdiri atas ayah, ibu, dan anggota keluarga lainya. Setiap anggota keluarga memiliki fungsi masing-masing. Asumsi dasar teori ini, yaitu bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur ini tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya (Ritzer, 2002:21).
Dalam perspektif fungsionalisme yang diperhatikan adalah fungsi dari bagian- bagian dalam struktur yang sangat dibutuhkan bagi keseluran struktural. Dalam suatu keluarga itu mempunyai fungsi yang harus dilaksanakan dan sangat dibutuhkan oleh anak. Dalam keluarga yang tidak lengkap disebabkan memberikan pelaksanaan fungsi keluarga kepada orang lain, maka fungsi-fungsi keluarga di atas tidak berjalan dengan baik, karena di dalam keluarga tidak menjalankan perananya sebagai orang tua, hal ini dikarenakan orang tua yang telah meninggal dunia dan meniggalkan anak yang belum dewasa
Talcott Parsons merupakan salah satu tokoh, yang dimaksud dengan struktural fungsional yaitu aliaran teori yang melihat masyarakat ibarat suatu sistem yang saling berhubungan atau mempengaruhi antara masing-masing sub sistem apabila terjadi kerusakan pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi kenerja sistem lainya, begitu juga keluarga juga merupakan suatu bagian dari sistem, apabila salah satu anggota keluarga tidak ada seperti meninggalnya ayah atau ibu maka fungsi dalam keluarga tersebut akan rusak atau tergangguu. Maka untuk itu pentingnya peranan keluarga luas
untuk memenuhi fungsi keluarga terhadap anak yatim piatu agar tercapainya suatu tujuan (Goal). Bahwa keluarga luas mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma, dengan tujuan agar anak yatim piatu menjadi anak yang baik dan dihargai oleh orang lain dan masyarakat luar. Ketika anak yatim piatu beradaptasi dengan lingkungan maka dengan mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan diterima oleh masyarakat maupun masyarakat luarnya
.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan bahwa secara umum fungsi keluarga luas terhadap anak yatim piatu di Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan terlihat bahwa keluarga luas memberikan fungsi keluarga kepada anak yatim piatu dengan baik terbukti dengan perilaku anak yatim piatu yang baik, fungsi keluarga yang diberikan keluarga luas berupa fungsi sosialisasi yang mana mencakup fungsi Afeksi, Edukatif, Religius, Protektif dan ekonomis, dan fungsi Rekreatif tidak mencakup kedalam fungsi Sosialisasi, sedangkan fungsi Biologis sudah pasti tidak bisa dijalankan oleh keluarga luas terhadap anak yatim piatu
Dilihat dari Pertama, Fungsi Sosialisasi seperti pengajaran terhadap nilai sosial seperti nilai material yang diberikan keluarga luas mengajarkan berbicara yang sopan, bepakain yang baik, kemudian nilai vital seperti menyekolahkannya, membelikan pelengkapan sekolah, dan menanam nilai kerohanian pada anak kepada anak yatim piatu seperti sholat lima waktu, dan baca Al-qur’an sehingga anak yatim piatu yang tinggal dengan keluarga luas berperilaku baik. Dilihat dari pengajaran terhadap penanaman norma sosial seperti norma kesopanan mengajarkan berbicara yang sopan, dan hormat dengan yang lebih tua kalau tidak akan digunjingkan oleh orang dibilang kurang punya etika, norma agama sholat lima waktu jangan tinggal apabila ditinggal akan mendapatkan dosa, norma asusila bagi anak perempuan minang kabau tidak boleh keluar rumah karena itu tidak baik dipandang oleh orang, dan norma hukum dimana anak terus diingatkan untuk bepakaian seragam yang lengkap, kalau disekolah tidak boleh nakal, dan berkelahi di sekolah nanti akan mendapat hukuman.
6 Kedua fungsi Rekriatif, dimana keluarga luas membelikan alat ektronik kepada anak yatim piatu seperti TV, digital, HP sebagai hiburan untuk anak yatim piatu agar tidak merasa bosan atau jenuh dan dapat melupakan kesedihan karena ditinggal kedua orang tuanya.
Ada beberapa kendala yang dihadapi keluarga luas dalam memberikan fungsi sosialisasi terhadap anak yatim piatu seperti, kendala dalam mengajarkan terhadap nilai sosial, nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian. Kendala dalam mengajarkan terhadap norma sosial seperti norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.
Observasi yang telah dilakukan dimana peneliti telah melihat dan mengamati kegiatan keluarga luas dalam menjalankan fungsi keluarga terhadap anak yatim piatu, dan peneliti juga melihat cara berpakain yang sopan, cara bebicara yang santun dan perilaku yang baik dari anak yatim piatu.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial.
Jakarta: Rineka Cipta.
Direktur Pemberdayaan Zakat. 2010.
Pedoman Lembaga Anak Yatim Piatu. Jakarta: Kementerian Agama RI
Goode J, William. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara
Haryanto, Dany & G. Edwi Nugrohadi.
2011. Pengantar Sosiologi Dasar.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya Havilan, William A. 2009.
Antropologi.Jakarta : Erlangga
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: ErlanggaKartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak. Bandung:
Mandar Maju
Khairudin.2008. Sosiologi Keluarga.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Mawardi & Nur Hidayati. 2000. Ilmu alamiah dasar ilmu social dasar ilmu budaya dasar. Bandung:
Pustaka Setia
Moleong, Lexi J. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Silalahi, Karlinawati. Keluarga Indonesia.
2010. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jakarta:Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Suhendi, Hendi & Wahyu Ramdani. 2001.
Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: Pustaka Setia.
SKRIPSI
Hartina, Riza. 2014. Perilaku Anak Dalam Pola Asuhan Kakek/Nenek (Studi Kasus di Kampuang Koto Rawang Nagari Lenkitan Timur Kecamatan Lengayang Kabupaten Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan). Skripsi.
Jurusan Sosiologi STKIP PGRI sumbar