• Tidak ada hasil yang ditemukan

Galatta Lestarindo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Galatta Lestarindo"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS-JENIS KATAK(AMPHIBI : ANURA) DI KAWASAN PT.GALATTA LESTARINDO NAGARI SUNGAI

LANSEK KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

Deri Melda, Armein Lusi Zeswita,Ria Kasmeri

Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat derimelda4@gmail.com

ABSTRACT

Changes and destruction of habitat is a major threat to Amphibi conservation, cause Amphibians are animals that require optimal environmental conditions. Based the background has been doing research on spesies of Frogs (Amphibians: Anura) Found In the Area of PT Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kamang Baru District Sijunjung District. The purpose of this research is to know the spesies of frogs (Amphibians: Anura) found in PT Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Sijunjung District.The study was conducted in August 2017. The data collection was done by Visual Invite Survey Method (VES) ie walking observation and direct survey of Amphibious species found at the study site. The study was conducted on three stations. The first station in the area of rice fields for residents in front of PT. Galatta Lestarindo, the second station in the oil palm and rubber plantation, the third station on the river behind the PT. Galatta Lestarindo. Based on the research, there were 4 families, 7 species, and 78 individuals of Anura namely, Bufonidae (Bufo asper, Duttaprynus melanosticus), Ranidae (Rana parvaccola), Dicroglisidae (Fejervarya cancrivora, Fejervarya limocharis, Limnonectes paramacrodon), Rhacoporidae (Polypedates leucomistax). The measured environmental physics factor was obtained with water temperature range 25-28℃and air humidity 90-100% and soil humidity 3- 8%. From the measurement results obtained that the condition is still supportive of life Anura.

Keywords: Amphibi, Anura, morphology PENDAHULUAN

Penambahan spesies Amphibi telah terjadi sebesar 63,9% di Sumatera pada periode 70 tahun terakhir dan diyakini masih akan terus bertambah pada tahun-tahun mendatang. Kajian identifikasi satwa

melata Amphibi (kodok, katak, sisilia) untuk kawasan Sumatera telah banyak ditulis dan diteliti antara lain Van Kampen, De Rooij, Cooger Harold, D. Liswanto, Voris

(2)

dan Kadarsan, Djoko.T. Iskandar (Mistar, 2003).

Amphibi dibagi dalam 3 ordo yaitu Caudata (Urodella), Sesilia (Gymnophiona) dan Anura (salienta).

Anura terdiri dari katak atau kodok yang memiliki ordo yang cukup banyak, dengan jumlah spesies 5.208 spesies (Stuarte, dkk 2008 dalam Winata, dkk 2015). 30 familia Anura yang telah dikenal, sepuluh terdapat di Indonesia (450 spesies) (Iskandar, 1998).

Habitat utama Amphibi antara lain hutan primer, hutan rawa, sungai besar, sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau (Mistar, 2003). Amphibi menghuni habitat yang sangat bervariasi, dari air tergenang, di bawah permukaan air sampai yang hidup di kawasan berhutan, karena membutuhkan kelembapan yang cukup untuk melindungi tubuhnya dari kekeringan (Iskandar, 1998).

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kawasan PT.

Gallata Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, ditemukan adanya perubahan kondisi hutan di

wilayah tersebut. Lokasi PT. Gallata Lestarindo dahulunya merupakan kawasan hutan, dan sawah penduduk, dan sehingga terjadinya perubahan fungsi hutan menjadi lahan untuk PT.

Galatta Lestarindo dan lahan perkebunan. Aktivitas PT. Galatta Lestarindo menghasilkan limbah seperti abu dari pecahan kapur serta asap yang mengganggu. Hal ini akan berdampak pada kehidupan Amphibi, karena hutan merupakan salah satu habitat bagi kelompok Amphibi.

Seperti dijelaskan oleh Kusmana (2015), bahwa semakin pesatnya kegiatan industri dan kegiatan pertanian telah menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara.

Pencemaran lingkungan tersebut akan berdampak negatif terhadap biodiversitas, baik dalam tingkat genetik, spesies, maupun ekosistem.

Pada Spesies Amphibi memerlukan lahan basah untuk bertahan hidup.

Sampai saat ini belum pernah dilaporkan adanya informasi mengenai jenis-jenis Amphibi di Nagari Sungai lansek.

Beberapa Penelitian mengenai Amphibia telah dilakukan oleh Azalia (2016) tentang Spesies

(3)

Amphibia pada zona pemanfaatan TNKS Jorong Pincuran Tujuh Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan mendapatkan 20 spesies (89 Individu) termasuk ke dalam lima familia satu ordo. Patrianti (2015) telah melakukan penelitian tentang Spesies Amphibia yang ditemukan di kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan 12 spesies Anura dari 92 individu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang jenis-jenis Amphibi yang ditemukan di kawasan PT. Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung dan faktor lingkungan pada habitatnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2017. Penelitian dilakukan di kawasan PT Galatta Lestarindo Nagari sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung. Identifikasi sampel dilakukan di laboratorium STKIP PGRI Sumbar.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah senter, pisau, parang, tali rafia, tangguk kecil, meteran, karung, sarung tangan, botol koleksi, kamera digital, batrai, kertas label, kantong plastik, kertas, suntik, kapas dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah kloroform, alkohol 70%. Identifikasi Amphibi mengacu pada buku Iskandar (1998), Mistar (2003), Mistar (2008), Kusrini, (2013) dan Inger dan Stuebing (1997). Untuk pengukuran faktor lingkungan menggunakan termometer (pengukuran suhu), pengukuran kelembaban tanah menggunakan Soiltester dan Pengukuran kelembaban udara menggunakan termohigrometer.

Penelitian ini adalah penelitan survey langsung terhadap spesies Amphibi yang di dapat di lokasi. Pengamatan menggunakan metode Visual Encounter Survei (VES) yakni pengamat berjalan disepanjang jalur yang telah ditentukan atau pengambilan sampel.

Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari pukul 19.00-23.00 WIB

Pengambilan sampel Amphibi dilakukan dengan berjalan di titik

(4)

lokasi, dimana didunga banyak terdapat Amphibinya yaitu

a. Stasiun pengamatan pertama yaitu sawah yang terdapat di depan PT Gallata Lestarindo, dengan luas ± 600 M.

b. Stasiun pengamatan kedua yaitu zona lahan perkebunan (sawit dan karet), dengan luas ± 750 M. c. Stasiun pengamatan ketiga

sepanjang aliran sungai yang terdapat di belakang PT Galatta Lestarindo sepnjang 750 M.

Setelah sampel didapat dilakukan pembiusan dengan cara memasukkan sampel kedalam kotak yang berisi kloroform yang terdapat kapas di dalamnya yang mana kapas tersebut sudah dibasahi dengan kloroform. Setelah Amphibi lemas suntikkan alkohol 70% kebagian perut dan bagian ektremitas pada katak yang berukuran besar.

Indenfikasi dilakukan di laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Pengidentifikasian meliputi pembuatan deskripsi dan pengukuran morfologi. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan panduan dari Iskandar (1998), Mistar (2003) , Mistar (2008), Kusrini,

(2013) dan Inger dan Stuebing (1997).

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Amphibi yang ditemukan pada kawasan PT. Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung terdiri dari 7 spesies (78 individu) yang termasuk kedalam empat famili yaitu: Bufonidae, Rhacophoridae, Ranidae dan Dicroglossidae. Semua famili yang didapatkan termasuk kedalam satu ordo yaitu Anura. Individu yang terbanyak ditemukan yaitu famili dari Dicroglossidae dapat dilihat pada Tabel.1.

(5)

Tabel 1. Jenis-Jenis Amphibi yang tertangkap di kawasan PT. Galatta Lestarindo Nagari sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung

Famili Spesies Nama Nasional

Jumlah individu / stasiun

I II III

Bufonidae Bufo asper Kodok Puru Besar 0 1 2

Duttaphrynus melanosticus Kodok Buduk 0 5 3 Rhacophoridae Polypedates leucomistax Katak Pohon 0 2 0

Ranidae Rana parvaccola Kongkang Kolam 0 2 3

Dicroglossidae Limnonectes Paramacrodon Bangkong Rawa 0 0 12 Fejervarya limnocharis Katak Tegalan I7 0 4

Fejervarya cancrivora Katak Sawah/

Katak Hijau

24 0 3

Jumlah individu 41 10 27

Total jumlah individu 78

Jenis-jenis Amphibi yang ditemukan di kawasan PT. Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung yaitu 7 spesies (Tabel 1).

Jumlah spesies yang didapatkan relatif sedikit dari hasil temuan dari Silfiana (2014) di kebun kelapa sawit Kenagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung yaitu 13 spesies. Jumlah spesies yang didapatkan relatif sedikit juga dari hasil penelitian Azalia (2016) di Zona Pemanfaatan TNKS Jorong Pincuran Tujuh Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan yaitu sebanyak 20 spesies. Keragaman spesies yang ditemukan oleh peneliti lain diduga berbedanya cakupan

wilayah penelitian, jumlah lokasi pengambilan sampel, dan lamanya waktu penelitian. Selain itu penyebab rendahnya spesies Anura adalah kerusakan habitat yang dilakukan oleh masyarakat seperti pembukaan lahan yang menyebabkan berkurangnya lahan basah.

Famili dengan spesies terbanyak ditemukan yaitu dari famili Dicroglossidae (Tabel 1).

Hampir di semua stasiun di temukan spesies dari famili Dicroglossidae.

Spesies terbanyak di temukan yaitu Fejervarya cancrivora sebayak 27 individu, Fejervarya limnocaris sebanyak 21 individu dan Limnonectes paramacrodon sebanyak 12 individu. Fejervarya

(6)

cancrivora dran Fejervarya limnocaris lebih banyak ditemukan pada stasiun 1 yaitu di area persawahan penduduk yang terletak di depan PT. Galatta Lestarindo, dan ditemukan di sepanjang aliran sungai pada stasiun 3. Mengacu pada Mistar (2008) genus fejervarya dikenal dengan katak sawah karena habitatnya disawah-sawah, sedangakan Genus Limnonectes menempati habitat yang umumnya berada di sungai tergenang atau berarus lambat, diperairan dangkal pada hutan primer dan sekunder.

Famili dengan spesies sedikit yaitu Rhacophoridae (Tabel 1). Spesies Polypedates leucomistax dari famili sangat sedikit ditemukan hanya 2 individu saja. Spesies yang ditemukan yaitu Polypedates leucomistax (katak pohon). Spesies ini ditemukan di stasiun 2 diareal perkebunan. Spesies ini biasa hidup

di ranting-ranting pohon.

Polypedates leucomistax sedikit ditemukan diduga karena sedikit tumbuhan yang ada di stasiun 2 karena adanya alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan sawit dan karet sehingga adanya penebangan pohon dan tumbuh-tumbuhan.

Mengacu pada (Kusrini, 2013) bahwa habitat dari Polypedates leucomistax yaitu diantara tumbuhan dan hidup dalam hutan sekunder sampai pemukiman. Menurut Inger (1997) Polypedates leucomistax merupakan jenis katak yang bisa hidup dimanapun, tetapi jarang ditemukan di hutan primer.

Pengukuran kondisi faktor lingkungan yang meliputi suhu air, kelembaban udara dan kelembaban tanah hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengukuran faktor lingkungan pada habitat Anura di PT Gallata Lestarindo Sungai Lansek Kamang Baru Sijunjung

No Faktor lingkungan yang diukur

Stasiun

I II III

1 Suhu air (0C) 26_28 Tidak diukur 25-28

2 Kelemban udara (%) 93-100 98-100 90-100

3 Kelembaban tanah (Pada skala soil tester)

3-8 3-6 3-7

(7)

Berdasarkan hasil pengukuran faktor lingkungan pada Tabel 2. Selama di lapangan diperoleh kisaran suhu air pada stasiun I yaitu 26-28℃, pada stasiun III yaitu 25-28 ℃. Kanna (2005 dalam Azalia 2016) mengatakan bahwa secara umum, katak dapat hidup diberbagai tempat, baik pantai maupun dataran tinggi, dengan suhu air antara 200-350C. Kemudian kelembaban udara yang diperoleh di sstasiun I yaitu 93-100%, stasuin II 98-100% dan stasiun III berkisar antara 90-100%.

Kekayaan jenis pada satu lokasi bisa berbeda dengan lokasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, ukuran daerah pengamatan, daerah yang lebih besar umumnya memiliki jenis yang lebih beragam dari pada daerah yang lebih kecil. Faktor ketinggian (efalasi) juga mempengaruhi kekayaan jenis.

Kekayaan jenis bisa berkurang atau bertambah dengan bertambahnya ketinggian dari muka laut. Letak lintang dan bujur daerah ekuator, mungkin memiliki kelimpahan Amphibi lebih tinggi dari pada di

daerah bermusim. Selain faktor di atas keragaman tumbuhan atau habitat juga mempengaruhi keragamann dari Amphibi. Cuaca sebelumnya, musim kering berkepanjangan mungkin dapat menurunkan kekayaan jenis . Dengan adanya bencana alam, kekayaan jenis bisa berkurang jika terjadi kebakaran hutan, gunung meletus, gempa bumi dan lainnya ( Kusrini, 2008).

Amphibi selalu berasosiasi dengan air. Amphibi menghuni habitat yang bervariasi, dari air yang tergenang di bawah permukaan air sampai yang hidup di puncak pohon yang tinggi. Kebanyakan jenis hidup di kawasanan berhutan karena membutuhkan kelembaban yang cukup untuk melindungi tubuh dari kekeringan (Iskandar, 1998).

Jumlah spesies Amphibi di kawasan PT Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung lebih sedikit dari jumlah spesies yang didapatkan oleh Silfiana (2014) di kebun kelapa sawit Kenagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung yaitu 13 spesies. Hal ini

(8)

disebabkan hilangnya hutan dan lahan basah sebagai habitat dan tempat siklus hidup larva dari Amphibi. Pada stasiun 2 yang dulunya adalah hutan sekarang telah beralih fungsi menjadi perkebunan karet dan sawit, di lokasi ini hanya terdapat satu genangan air karena pada saat penelitian musim hujan relatif rendah. Hilangnya hutan dan lahan basah (kubangan) yang biasanya terbentuk setelah hujan di sekitar hutan yang merupakan habitat alami dari spesies Amphibi.

Hilangnya lahan basah akan menghilangkan habitat Amphibi.

Selain itu, perubahan kualitas lahan basah melalui eutrofikasi, pencemaran, introduksi ikan asing, hilangnya hutan dan padang di sekitarnya dapat menurunkan populasi Amphibi. Banyak jenis Amphibi memerlukan lahan basah temporer yang hanya muncul pada saat musim semi atau musim hujan.

Sebagai contoh, genangan atau kubangan yang timbul pada musim hujan di dalam hutan atau kebun- kebun memiliki peran penting bagi pembesaran berudu katak pohon atau jenis lain (Kusrini, 2008).

Sedikitnya spesies Amphibi yang didapatkan pada kawasan PT.

Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang baru, juga diduga disebabkan oleh limbah pabrik serta limbah rumah tangga seperti sampah yang di buang ke aliran sungai. Sisa oli yang tidak di pakai juga dibuang ke aliran sungai.

Pencemaran ini akan mengakibatkan berkurangnya Spesies dari Amphibi karena Amphibi selalu berasosiasi dengan air.

Lahan basah dan habitat memijah Amphibi lainnya seringkali menjadi tempat pembuangan, penampungan dan penumpukan bahan pencemar. Hasil penelitian (Kusrini, 2008) menunjukkan bahwa Amphibi rentan terhadap senyawa senyawa seperti logam berat, produk petroleum, herbisida dan pestisida.

Penelitian laboratorium secara konsisten menunjukkan bahwa berudu lebih rentan terhadap pestisida dari pada ikan, meskipun ikan merupakan organisme uji akuatik standar. Ribuan senyawa baru pertanian dan industri muncul di pasar dan lingkungan.

(9)

KESIMPULAN

Amphibi yang ditemukan di kawasan PT. Galatta Lestarindo Nagari Sungai Lansek Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung dengan jumlah 78 individu dari 7 spesies yaitu: Bufo Asper, Duttaphrynus melanosticus, Polypedates leucomystax, Rana parvaccola, Limnonectes paramacrodon, Fejervarya

limnocharis dan Fejervarya Cancrivora. Faktor fisika lingkungan yang diukur didapatkan dengan kisaran suhu air 25-28℃ dan kelembaban udara 90-100% dan kelembaban tanah 3-8% . Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa kondisi tersebut masih mendukung kehidupan Anura.

DAFTAR PUSTAKA

Azalia, Mita Ria. 2016. Species Amphibia Pada Zona Pemanfaatan TNKS Jorong Pincuran Tujuh Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Padang : Skripsi.

Inger, R.F. and Stuebing 1997. A Field Guide To The Frog Of Borneo. Sience and Technology Unit : Sabah Iskandar, D.T. 1998. Amphibian Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI: Bogor

Kusrini, Mirza D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amphibi Jawa Barat. Bogor:

Fakultas Kehutanan IPB

. 2008.

Pedoman Penelitian Dan Survei Amfibi Di Alam.

Bogor: Fakultas Kehutanan IPB

Kusmana, Cecep. 2015.

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) Sebagai Elemen Kunci Ekosistem Kota Hijau. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi kawasan Akosistem Leuser. Bandung : LIPI-NGO movenent.

.2008. Panduan Lapangan Amphibi dan Reptil di Areal Mawas Provinsi Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Kalimantan

Tengah : Yayasan

Penyelamatan Orang Hutan.. Patrianti, Riski. 2015. Spesis Amphibia

Yang Di Kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Sekolah Tinggi

(10)

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Padang : Skripsi.

Selfiana, Vela. 2014. Jenis-Jenis Amphibian Yang Ditemukan Dikebun Kelapa Sawit Kenagarian Kunangan Parik

Rantang Kabupaten

Sinjunjung. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

Padang : Skripsi.

Winata, E. Y, Purnama, Arief A. P., dan Ria. K. 2015. Jenis-jenis katak (amphibia : Anura) di desa Kepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Riau : Universitas Pasir Pengaraian : Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga hal tersebut mudah bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mendapatkan bahan baku. Namun, oleh karena literasi dan pendidikan warganya yang kurang,

Pertama, Pendidikan pekerja pertambangan batu mangan di Kenagarian Kamang Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung dilihat dari segi jenjang pendidikan formal pada umumnya