• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini dan Status Gizi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini dan Status Gizi Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dibawah dua tahun (Baduta) merupakan suatu periode yang sangat penting dalam kehidupan manusia serta berpengaruh besar terhadap kehidupan selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan tercepat otak terjadi di usia di bawah lima tahun pertama kehidupan, Status gizi sangat menentukan perkembangan di kemudian hari (Suryana dkk, 2022).

Pertumbuhan dan perkembangan balita di bawah 2 tahun (baduta) merupakan periode emas yang sangat berpengaruh dalam kehidupan selanjutnya.

Pada usia ini, terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang sangat pesat, sehingga keadaan gizi akan berpengaruh besar terhadap perkembangan di kemudian hari. Kekurangan gizi pada baduta, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat dan tidak bisa diperbaiki atau irreversible (Anwar, et al. dalam Suryana, dkk, 2019).

WHO menyebutkan bayi akan mencapai suatu proses membutuhkan makanan selain ASI karena ASI saja tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi yang semakin bertumbuh dan bertambah aktif. Tujuan pemberian MPASI untuk mengisi kekurangan zat gizi antara zat gizi yang dibutuhkan bayi dan jumlah zat gizi yang dapat disediakan oleh ASI (Zogara, 2020).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berfungsi untuk mengenalkan

(2)

2

bayi dari ASI ke makanan keluarga. MP-ASI diberikan berupa makanan padat maupun cair secara bertahap sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi. Menurut Kemenkes RI tahun 2014, pada usia 6-24 bulan ASI hanya menyediakan ½ kebutuhan gizi bayi. Pada usia 12- 24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya, sehingga MP-ASI harus diberikan pada saat bayi berusia enam bulan (Kasumayanti, 2016).

Panduan yang direkomendasikan Word Health Organisation (WHO) pemberian untuk anak usia dua tahun pertama kehidupan adalah penerapan praktik pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, tetap memberikan ASI sampai dengan umur 24 bulan jenis makanan disesuaikan dengan umur dan pemberian MPASI mulai enak bulan sampai 24 bulan (Suryana, dkk, 2022)

Data di Indonesia tahun 2018 menunjukkan untuk bayi usia 0-23 bulan sejumlah 30.801 diberi ASI dan MP ASI. Tingginya pemberian Makanan Pendamping ASI Dini juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Ibu baduta sangat membutuhkan dukungan keluarga dalam memberikan ASI nya sampai bayi berusia 6 bulan, tetapi banyak keluarga yaitu orang tua dan suami yang justru memberikan makanan atau minuman sebelum bayi berusia 6 bulan.

Anak yang diberi MP-ASI dini memiliki berat badan sekitar 200 gr lebih rendah daripada anak yang normal, pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai makanan anak bisa mengakibatkan kekurangan gizi pada anak. Fakta menunjukkan banyak ibu yang menyusui bayinya masih menganggap bahwa ASI mampu memenuhi kebutuhan anak hingga si anak mampu mengajukan permintaan untuk makan sendiri (kira-kira berusia satu tahun). Kebutuhan gizi anak sangat berbeda dari orang usia dewasa, sebab bagi anak, makanan tidak hanya diperlukan untuk aktivitas sehari-hari, namun juga untuk pertumbuhan (Tombeg, dkk, 2022)

(3)

3

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain.

ASI eksklusif berguna untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pertumbuhan dan perkembangan bayi (Alianmoghaddam, Phibbs and Benn, 2018). UNICEF dan WHO memberikan rekomendasi kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya hingga berusia 6 bulan. Setelah itu bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Seharusnya seorang bayi mendapatkan ASI eksklusif hingga berusia 6 bulan, karena seluruh gizi yang dibutuhkan bayi terkandung di dalam ASI selain itu pencernaan bayi sebelum usia 6 bulan belum bisa mengolah makanan lain dengan baik.

Namun fenomena yang terjadi dari hasil survei awal di Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana, hasil wawancara dengan 3 ibu di Puskesmas Lombakasih pada bulan November 2022, didapatkan 2 ibu yang tidak bisa memenuhi ASI eksklusif secara optimal mengganti asupan bayi dengan memberikan MPASI dini. Dari hasil wawancara belum dilaporkan secara optimal dampak dari pemberian MPASI dini terhadap status gizi bayi. Terdapat juga 3 ibu yang memberikan pisang kerok pada saat bayi usia kurang dari 6 bulan, perilaku yang kurang tepat ini karena ibu beranggapan bahwa bayi akan cepat tumbuh besar. Hal ini mengindikasi bahwa masih Minimnya tenaga kesehatan dan kurangnya perhatian petugas kesehatan tentang pemberian MP-ASI yang tepat, karena memang belum ada penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang tata cara yang benar dalam pemberian MP-ASI.

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak, adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur di bawah 2 tahun (baduta). Peningkatan status kesehatan dan gizi bayi atau anak umur 0-24 bulan dilakukan

(4)

4

melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh (Sulistyaningsih, 2018).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) perlu diberikan tepat waktu. Bila dilakukan terlalu cepat maupun terlambat, keduanya dapat menimbulkan dampak merugikan. Bila terlalu dini bisa menyebabkan diare atau susah BAB (Buang Air Besar), obesitas, kram usus, alergi makanan dan alami konstipasi. Bila terlambat sama halnya dengan terlalu dini memberikan MP-ASI, terlambat memberikan MP-ASI juga dapat menimbulkan serangkaian dampak negatif pada kesehatan, diantaranya kekurangan nutrisi, kemampuan oromotor kurang terstimulasi, dan gangguan tumbuh kembang (Rohmah, 2022).

Puskesmas Lambokasi merupakan puskesmas yang wilayah kerjanya berada di Kabupaten Bombana dengan cakupan wilayah kerja sebanyak 12 Kelurahan yang berada di Kabupaten tersebut. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan ada kurang lebih 300 anak yang termasuk usia 6-24 bulan pada wilayah kerja Puskesmas Lombakasih di Kabupaten Bombana yang kondisi pemberian makanan pendamping ASI-nya belum tepat baik secara jumlah, waktu, maupun porsi pemberian, yang dimana hal ini membawa dampak pada kesehatan bayi. Banyak faktor yang menjadi pemicu pemberian ASI dini yang tidak tepat ini seperti pemahaman orang tua yang kurang mengenai pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta kurangnya pemberian sosialisasi atau penyuluhan terhadap masalah tersebut.

Anak di bawah usia 2 tahun masih rentan terhadap penyakit, sehingga penting untuk menerapkan praktik pemberian makan yang baik bagi anak, terutama bagi ibu yang memiliki anak di bawah 2 tahun, untuk menghindari masalah gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanti Sulistiani yang menyatakan bahwa terdapat

(5)

5

hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan di Posyandu balita Wilayah Kelurahan Banjarejo Kota Madiun. Dari Hasil penelitian sebagian besar dari 35 ibu yang memberikan MP-ASI ada 27 bayi dengan status gizi kurang, ada 4 bayi dengan status gizi buruk. Kemudian dari 12 ibu yang tidak memberikan MP-ASI ada 7 bayi dengan status gizi kurang, dan ada 5 bayi dengan status gizi baik (Tanti, 2018).

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini Dan Status Gizi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana gambaran pemberian makanan pendamping ASI dini dan status gizi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui gambaran pemberian makanan pendamping ASI dini dan status gizi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana pada tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Gambaran pemberian makanan pendamping ASI dini usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana pada tahun 2022.

(6)

6

b. Untuk mengetahui Gambaran status gizi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana pada tahun 2022.

c. Untuk mengetahui sebaran status gizi balita menurut riwayat Pemberian makanan pendamping ASI dini usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana pada tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi pengetahuan mengenai gambaran pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sesuai dengan kesiapan dan kebutuhan pada bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lombakasih Kabupaten Bombana.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu-Ibu Yang Memiliki Bayi 6-24 Bulan

Memberikan informasi tentang gambaran pemberian MP-ASI dini dengan status gizi pada bayi sehingga lebih memperhatikan dan meningkatkan kepeduliannya terhadap pentingnya pemberian makanan pendamping ASI di usia yang tepat dan dengan cara yang benar serta sehat pada bayi.

b. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi pada usia yang tepat dan sebagai arahan dalam mensosialisasikan pemberian ASI secara ekslusif serta pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dimulai pada umur 6 bulan.

c. Bagi Institusi Pendidikan

(7)

7

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ajaran dalam menambah pengetahuan mahasiswa khususnya jurusan Gizi tentang pemberian MP-ASI dini dan status gizi pada bayi 6-24 bulan.

d. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini sebagai tambahan informasi, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian berikutnya, terkait dengan gambaran pemberian MP-ASI dini dan status gizi pada usia 6-24 bulan.

(8)

8 E. Keaslian Penelitian

Tabel 1

Penelitian-penelitian serupa yang digunakan sebagai acuan

No Peneliti Judul Desain

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Arwini Anggraeny

(2020)

Gambaran Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) Pada Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Raya Kota Makassar

Cross- Sectional

Sama-sama memfokuskan penelitian pada praktik pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) Pada Baduta

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah adanya penambahan variabel status gizi yang akan menambah kekayaan subjek dalam meneliti.

2 Dewi

Wahyuni Harahap

(2021)

Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Desa Aek Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2021

Cross- Sectional

Sama-sama memfokuskan penelitian pada praktik pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI)

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

sebelumnya bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi, sedangkan penelitian yang akan

dilakukakan bertujuan untuk mengetahui gambaran pemberian MP-ASI dan status gizi. Sehingga Hasil penelitian yang akan didapatkan berbeda pula.

3 Talitha Vindy

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini, Waktu,

Cross- Sectional

Sama-sama memfokuskan penelitian pada praktik

Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan saat ini dengan penelitian

(9)

9 Aristawati

(2021)

Jenis Dan Cara Pemberian MP-ASI Dengan Kejadian Diare Pada Bayi 6-8 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu

pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI dini.

sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya bertujuan untuk menguji hubungan antara pemberian MP-ASI dini, waktu, jenis dan cara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi 6-8 bulan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan saat ini berurgensi untuk memberikan gambaran terkait pemberian MP-ASI dini dan status bayi baduta 6-24 bulan.

Referensi

Dokumen terkait

LAYERS IN THE SLAG FILM BETWEEN STEEL SHELL AND MOULD IN CONTINUOUS CASTING OF STAINLESS STEEL Paavo Hooli Outokumpu Stainless Oy, Finland ABSTRACT In order to investigate the

iii Proceeding of International Seminar on Science Education Yogyakarta State University, October 31st 2015 Science Process Skill Approach for Acquiring Science And Technology