• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN POLA ASUH MAKAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALIMU KABUPATEN BUTON - Repository Poltekkes Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN POLA ASUH MAKAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA BALITA STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LASALIMU KABUPATEN BUTON - Repository Poltekkes Kendari"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak dibawah lima tahun. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun, kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. (Sulut, 2018).

Stunting merupakan indikator kegagalan pertumbuhan, dimana pertumbuhan tinggi badan balita tidak sesusai dengan usianya, yaitu z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) lebih dari 2 standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak Organisasi Kesehatan Dunia. Masalah kekurangan gizi kronis ini merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) tahun 2013 satu dari tiga anak balita mengalami stunting. Kejadian stunting di Indonesia berdasarkan data dari UNICEF (2013) diperkirakan terjadi pada 7,8 juta balita. Hal ini menjadikan Indonesia termasuk dalam 5 (lima) besar negara yang memiliki prevalensi balita stunting tertinggi di dunia. (Permatasari, 2021).

Prevalensi data status gizi WHO pada tahun 2018 menyatakan “Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara,

(2)

2 Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%”.

(Aisyah & Yunianto, 2021). Data (SSGI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021) Prevalensi Balita Stunted (Tinggi Badan Menurut Umur) Berdasarkan Provinsi Sulawesi Tenggar Tahun 2021 yaitu 30,2 % .

Berdasarkan survei yang diperoleh dari data Dinkes Kabupaten Buton Prevalensi stunting di wilayah Buton pada tahun 2020 yaitu sebesar 22,3 %, pada tahun 2021 menjadi sebesar 21,3 %. Dari data laporan tahunan Dinkes Kabupaten Buton, mencatat bahwa pada tahun 2021 kasus balita stunting terbanyak dari 14 Puskesmas yang ada di Buton berada di kecamatan Lasalimu. Dari dua puskemas yang ada di kecamatan Lasalimu, Puskesmas Lasalimu yang terbanyak kejadian stuntingnya dengan prevalensi 39,2% balita stunting dibandingkan dengan Puskesmas Lawele dengan prevalensi 32,5% balita stunting. (Dinkes Kab. Buton, 2021).

Secara umum, ada dua jenis intervensi yang dilakukan pemerintah untuk menangani masalah stunting, yaitu intervensi gizi spesifik (berkontribusi 30%) dan intervensi gizi sensitif (berkontribusi 70%). Intervensi gizi spesifik menyasar pada tiga target sasaran yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0 – 6 bulan, dan ibu menyusui dan anak 7 – 23 bulan. beberapa hal yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan antara lain memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mendorong inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif, serta mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan di damping oleh pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

(Rosha et al., 2016)

Intervensi gizi sensitif antara lain di lakukan dengan menyediakan dan memastikan akses lain pada air bersih dan sanitasi, memberikan pendidikan pengasuhan

(3)

3 pada orang tua, memberikan pendidikan gizi masyarakat, memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja dan menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin (Rosha et al., 2016). Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor sehingga dapat menimbulkan banyak kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal dalam masa pertumbuhannya. (Yulita & Warastuti, 2020).

Faktor langsung yang berhubungan dengan stunting yaitu asupan makanan dan status kesehatan. Asupan energi dan zat gizi yang tidak memadai, serta penyakit infeksi merupakan faktor yang sangat berperan terhadap masalah stunting. Faktor tidak langsung yang berhubungan dengan stunting salah satunya pola pengasuhan, dalam hal ini yang sangat berhubungan adalah pola asuh pemberian makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Renyoet, dkk didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara perhatian dukungan ibu terhadap anak dalam praktik pemberian makanan, persiapan dan penyimpanan dengan kejadian stunting, maka dapat dikatakan ibu yang memberikan perhatian dan dukungan terhadap anak dalam hal ini akan memberikan dampak positif dalam keadaan status gizi (Permatasari, 2021). Dari hasil penelitian di dapatkan Asupan energi pada balita stunting sebagian besar (85,5%) dalam kategori kurang, Asupan protein pada balita stunting sebagian besar (85,5%) dalam kategori cukup Berdasarkan hasil penelitian ini pola asuh gizi ibu pada balita stunting sebagian besar (50,4%) dalam kategori Kurang.

Berdasarkan hal tersebut maka ingin melakukan penelitian tentang “ Bagaimana Gambaran Pola Asuh Makan Asupan Energi dan Protein Pada Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Lasalimu Kabupaten Buton.

(4)

4 B. Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Pola Asuh Makan dan Asupan Energi dan Protein pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton?

C. Tujuan Penelitian 1. Umum

Untuk Mengetahui Gambaran Pola Asuh Makan Asupan Energi dan Protein pada Balita Stanting di Wilayah Kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton.

2. Khusus

a. Mengetahui Gambaran Asupan Energi pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton.

b. Mengetahui Gambaran Asupan Protein pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton.

c. Mengetahui Bagaimana Pola Asuh Makan pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah

Di harapkan hasil penelitian ini dapat memperbaiki Pola Asuh makan Asupan Energi dan Protein pada Balita Stunting di wilayah kerja Puskemas Lasalimu Kabupaten Buton.

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini di harapkan menjadi sumber untuk masyarakat agar dapat mencegah Stunting ada Balita.

(5)

5 E. Keaslian Penelitin

Table 1. Keaslian Peneliti

No Peneliti Judul penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

1. (Anjelina, 2021) Gambaran

pengetahuan gizi ibu, asupan energi, protein dan zat besi pada balita stunting di wilayah kerja puskesmas kecamata tomia kabupaten wakatobi

- Berdasarkan hasil penelitian ini Pengetahuan gizi ibu pada balita stunting sebagian besar (87,5%) dalam kategori Kurang

- Asupan energi pada balita stunting sebagian besar (85,5%) dalam kategori kurang

- Asupan protein pada balita stunting sebagian besar (85,5%) dalam kategori cukup

- Asupan zat besi pada balita stunting sebagian besar (58,3%) dalam kategori kurang.

- Variabel dependen adalah asupan energy - Variabel

dependen adalah asupan protein

- Tempat peneliti puskesmas kecamata tomia Kabupaten Wakatobi - Asupan

zat besi

2. (Marani, 2016) Gambaran Pola Asuh, Pendidikan Ibu, Pengetahuam Ibu Dan Tinggi Badan Orang Tua Pada Anak Balita Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kabupaten Konawe Selatan

- Berdasarkan hasil penelitian ini pola asuh gizi ibu pada balita stunting sebagian besar (50,4%) dalam kategori Kurang - Pendidikan ibu

pada balita stunting sebagian besar (60,2%) dalam kategori Kurang

- Berdasarkan hasil penelitian ini Pengetahuan gizi ibu pada balita stunting sebagian besar (80,5%) dalam kategori

- Variabel dependen adalah pola asuh

- Perbedaan tempat penelitian wilayah kerja puskesmas motaha kabupaten konawe selatan.

(6)

6 Kurang

3. Maulidah, N., &

Wahyani, A. D.

(2020).

Hubungan Berat Badan Lahir (BBL) Bayi dan Perilaku Asi Eksklusif Terhadap Stunting Pada Balita.

- Berdasarkan hasil penelitian ini pola BBL pada balita stunting sebagian besar (55%) dalam kategori Kurang - Perilaku asi

ekslusif pada balita stunting sebagian besar (50,2%) dalam kategori Kurang

- Variabel dependen adalah stunting

-Tempat penelitian di desa

Dukuhmaja.

-Subjek penelitian adalah balita -Variabel independen adalah ASI eksklusif.

-Meneliti hubungan antar variabel 4. Amdhani, A.,

Handayani, H.,& Setiawan, A. (2020).

Hubungan

Pengetahuan Gizi

Ibu Dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di

Desa Buhu

Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

- Pengetahuan gizi ibu pada balita stunting sebagian besar (59,2%) dalam kategori Kurang

- Variabel depende n adlah stunting - Subjek

penelitia n adalah anak Balita.

Tempat penelitian Di Desa Buhu Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo.

- Metode penelitian adalah survey analitik dengan desain cross sectional study.

-Meneliti hubungan antar variable.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pemberian Pola Asuh Pemberian Makan oleh Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 2-5 Tahun.. Journal

POLA ASUH DALAM PEMBERIAN MAKAN PADA ANAK USIA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENDAL KEREP KTI ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan