• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gen Z: Kegalauan Identitas Keagamaan - Repository UMJ

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Gen Z: Kegalauan Identitas Keagamaan - Repository UMJ"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

Dalam konteks ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada banyak orang dan lembaga yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam pelaksanaan penelitian ini. Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sachika dan Bapak Syamsul Tarigan dari UNDP yang mengawasi semua kegiatan CONVEY. Kepada seluruh peneliti senior PPIM yang telah menyelesaikan konsep, instrumen dan laporan penelitian, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Kepada Saiful Umamu, Ph.D. Kepada Ismatu Ropi, Ph.D. Didin Syafruddin, Ph.D. Kepada Dino Wahid. , Jajang Jahroni, Ph.D., Dadi Darmadi, Ph.D., dan Ali Munhanif, Ph.D.

Kami juga berterima kasih kepada semua teman-teman PPIM yang telah membantu selama kegiatan survei ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kami di 6 kota yang telah menyebarluaskan hasil penelitiannya, mulai dari Medan, Palembang, Yogyakarta, Makassar, Surabaya dan berakhir di Banjarmasin. Kami juga berterima kasih kepada Ananda Findez dan Bang Ali yang telah membantu mengubah alat survei ini menjadi Computerized Assisted Program (CAT), juga kepada Mas Oryz dan Iwin yang membuat infografisnya.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh siswa, mahasiswa, guru dan dosen yang telah menjadi responden dalam survey ini.

Gen Z: Generasi yang Galau

Mahasiswa dan mahasiswa cenderung lebih tidak toleran/sangat tidak toleran terhadap kelompok Muslim yang berbeda (51,1%) dibandingkan dengan pemeluk agama lain (34,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa pelajar dan mahasiswa cenderung lebih intoleran terhadap agama atau kelompok lain dalam komunitas Muslim dibandingkan pemeluk agama lain. Sebanyak 53,74% siswa setuju bahwa orang Yahudi adalah musuh Islam, dan 52,99% setuju bahwa orang Yahudi membenci Islam.

Sebanyak 54,37% siswa mempelajari ilmu Islam melalui internet, baik itu media sosial, blog maupun website. Pelajar dan mahasiswa yang tidak memiliki akses internet memiliki sikap yang lebih moderat dibandingkan yang memiliki. Sebanyak 75,6% mahasiswa S1 dan S2 perempuan memiliki perilaku religius sedang, sedangkan laki-laki sebesar 72,7%.

Berbeda dengan radikalisme, dalam intoleransi, pelajar dan mahasiswa yang mengenyam pendidikan di asrama Islam lebih toleran.

Gambar 1. Proporsi Siswa/Mahasiswa menurut Kategori Opini Intoleransi  Internal, Intoleransi Eksternal, dan Radikalisme
Gambar 1. Proporsi Siswa/Mahasiswa menurut Kategori Opini Intoleransi Internal, Intoleransi Eksternal, dan Radikalisme

Intoleransi dan Radikalisme

Secara umum, istilah ini terutama mengacu pada mereka yang menganut atau menjadi bagian dari salah satu cabang aliran Salafi ekstrim. Sedangkan untuk kelompok jihadis, definisi kafir juga dipertegas bagi mereka yang mengaku muslim tapi tidak sepenuhnya mengikuti atau menolak syariah. Al wala tidak hanya mengacu pada mereka yang memeluk Islam dan membaca syahadat, tetapi juga berpegang pada prinsip ini dalam iman dan perilaku mereka.

Ini kira-kira jumlah yang sama yang mendukung kekerasan seperti mereka yang percaya bahwa Barat dan Islam pada umumnya saling mengancam dan saat ini sedang dalam keadaan perang. Kaum muda dari latar belakang sosial-ekonomi yang lebih rendah, serta mereka yang tinggal di daerah termiskin di Oslo, diakui lebih cenderung mendukung beberapa sikap terhadap ekstremisme yang diukur dalam survei. Ciri-ciri ini juga tidak berlaku bagi mereka yang berada di posisi ekstrim sayap kanan dan kritis terhadap Islam.

Anak perempuan lebih positif tentang mereka yang pergi ke Suriah untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Islamisme, Intoleransi, dan Radikalisme

Pada tingkat tindakan, pernyataan tersebut disetujui oleh 1,8% siswa yang sangat radikal dan 5,9% yang sangat radikal. Sedangkan 63,7% siswa dan siswa yang tergolong sangat sedang dan 19,6% yang tergolong tidak setuju. Sedangkan pada tingkat tindakan, pernyataan tersebut hanya disetujui oleh 1,9% siswa yang sangat radikal dan 5,7% yang sangat radikal.

Pada tingkat upaya didukung oleh 2,0% siswa yang sangat radikal, 5,8% yang radikal, 50,9% yang sangat sedang dan 20,9% yang sedang. Namun pada tataran aksi, aksi ini hanya disetujui oleh 2,2% mahasiswa dan mahasiswa yang sangat radikal dan radikal. Sedangkan pada tingkat aksi didukung oleh 2,7% mahasiswa yang sangat radikal dan 7,7% yang radikal.

Pada tingkat tindakan, pernyataan ini didukung oleh 3,0% mahasiswa yang sangat radikal dan 8,8% yang radikal. Sementara itu, 56,1% siswa yang tergolong sangat sedang dan 21% yang tergolong tidak setuju dengan hal tersebut. Namun, terdapat 15,49% siswa dan 13,66% guru dan dosen yang tidak setuju.

Sebanyak 66,16% mahasiswa dan pelajar serta 79,81% guru dan dosen percaya bahwa ISIS dan terorisme global adalah rekayasa Barat. Pandangan bahwa umat Islam saat ini dalam keadaan tertindas diyakini oleh 55,08% mahasiswa dan 62,11% guru dan dosen. Sebanyak 63,21% siswa dan 59,94% guru dan dosen tidak setuju dengan pandangan bahwa non-Muslim bertanggung jawab atas hal ini.

Namun, sebanyak 46,26% mahasiswa dan 42,24% guru dan dosen berpendapat bahwa Yahudi bukanlah musuh umat Islam. Sedangkan pada tingkat tindakan pernyataan disetujui oleh 3,4% siswa yang sangat radikal dan 7,7% yang radikal, sedangkan 57,7%. Sulit bagi guru dan dosen serta mahasiswa dan mahasiswa untuk menerima orang-orang yang mengikuti ajaran Ahmadiyah dan Syiah.

Sebagian besar responden, baik siswa maupun mahasiswa serta guru dan dosen, memiliki persepsi negatif terhadap penegakan hukum.

Gambar 5. Pendapat tentang Pemerintah Indonesia Thaghut dan Kafir
Gambar 5. Pendapat tentang Pemerintah Indonesia Thaghut dan Kafir

PAI: Mengenalkan Agama Lain & Kelompok Berbeda 89

Makna Hidup, Kebahagiaan, dan Relijiusitas

Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa ada mekanisme yang sama yang berlaku baik bagi mahasiswa maupun guru/dosen dalam mekanisme radikalisasi. Pada tindakan radikal hanya guru/dosen yang signifikan, sedangkan pada tindakan toleransi terhadap pemeluk agama lain dan tindakan toleransi terhadap umat Islam yang hanya berbeda pada siswa/mahasiswa terdapat temuan tabulasi silang yang signifikan. Secara teoritis, variabel ini harus signifikan dalam hal variabel pendapat dan tindakan toleransi eksternal, tetapi hanya untuk siswa/mahasiswa ini terjadi, bukan untuk guru/dosen.

Mahasiswa/mahasiswa signifikan dalam pemikiran dan tindakan radikal, tindakan toleransi terhadap pemeluk agama lain, sedangkan guru/dosen signifikan dalam pendapat toleransi terhadap pemeluk agama lain. Diversity Experience 1 bertujuan untuk menguji apakah asumsi hipotesis kontak dalam hal frekuensi interaksi berperan dalam mekanisme radikalisasi dan intoleransi di kalangan mahasiswa dan guru/dosen. Bagi siswa hasilnya signifikan pada semua kategori baik radikal maupun intoleran, sedangkan bagi guru variabel ini signifikan pada variabel yang berhubungan dengan sikap dan perilaku toleransi.

Tindakan toleransi terhadap pemeluk agama lain juga bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan pendapat tentang toleransi terhadap pemeluk agama lain dan berbeda antara siswa/mahasiswa dan guru/dosen. Juga mengenai toleransi antar sesama umat Islam, tetapi berbeda golongan, mekanismenya berbeda dengan toleransi terhadap umat Islam yang berbeda, dan juga berbeda antara mahasiswa dan guru/dosen. Tindakan toleransi pada kelompok muslim yang berbeda, hasilnya juga berbeda antara murid/mahasiswa dan guru/dosen.

Selain menolak pembubaran HTI, siswa dan guru juga memberikan alasan logis pembubaran HTI. Sebagian besar siswa dan guru beralasan bahwa HTI ingin mengganti Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Khilafah masing-masing 51,66% dan 29,75%; Berbagai alasan yang dikemukakan siswa/siswa dan guru/guru di atas memiliki hubungan yang kuat dengan radikalisme, toleransi eksternal dan toleransi internal, baik dalam berpendapat maupun dalam tindakan.

Lima CSO pilihan mahasiswa dan guru/dosen Hasil survei di 34 provinsi di Indonesia menghasilkan 5 organisasi akar rumput yang dinilai memiliki kedekatan dengan siswa/mahasiswa dan guru/dosen. Kedekatan mahasiswa/mahasiswa dan guru/dosen dengan ormas Islam berdampak pada pandangan dan sikap keagamaan mereka dalam hal radikalisme, toleransi eksternal dan toleransi internal. Berikut enam ormas yang tidak disukai mahasiswa dan guru/dosen berdasarkan survei di 34 provinsi di Indonesia.

Berikut adalah lima organisasi intra dan ekstra kampus yang banyak dikunjungi oleh mahasiswa dan dosen/dosen di sekolah dan kampus.

Gambar 45. Pendapat Kebijakan Pemerintah yterkait Umat Islam
Gambar 45. Pendapat Kebijakan Pemerintah yterkait Umat Islam

Pemicu Intoleransi & Radikalisme: Pemerintah?

Kemana Peran Ormas?

Berikut temuan survei sikap keagamaan di sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia mengenai pandangan dan pengalaman mahasiswa dan guru/dosen terhadap kelompok/ paham/organisasi yang ada dalam Islam. 175 orang paling dekat dengan siswa/mahasiswa dan guru/dosen, dan 90,7% menyatakan FPI tidak dekat; kedua, enam provinsi terbesar mengklaim dekat dengan FPI, yaitu Kalimantan Barat, 29,2%; Jawa Timur, 19,2%;. Pertama, 51,37% mahasiswa setuju dengan pembubaran ormas Islam yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945 dan NKRI; 30,98% siswa tidak setuju dan 17,64% siswa tidak tahu; kedua, ditemukan bahwa 48,57% mahasiswa setuju dengan Perrpu no.

Temuan ini menunjukkan bahwa mahasiswa menginginkan sikap tegas dari pemerintah untuk bertindak tegas ketika ada ormas yang bertentangan dengan ideologi negara, Pancasila, UUD 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana sikap guru/guru terhadap pembubaran ormas Islam yang melanggar Pancasila, UUD 1945 dan NKRI? Kedua data tersebut menunjukkan bahwa guru memiliki sikap yang sama dengan siswa terhadap ormas Islam, dimana mereka lebih banyak setuju dengan pembubaran ormas yang bertentangan dengan ideologi negara, yang juga dibuktikan dengan kuatnya dukungan terhadap Perrpu No.

Selain soal sikap terhadap pembubaran Ormas, survei ini juga menanyakan sikap mahasiswa terhadap pembubaran HTI yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Jika membandingkan dua variabel antara setuju dan tidak setuju, maka yang paling mendukung adalah mahasiswa setuju jika HTI dibubarkan. Lalu, bagaimana dengan guru/dosen, apakah mereka memiliki kedekatan ormas yang sama dengan mahasiswa/mahasiswa.

Pertama, mahasiswa yang tergabung dalam ormas keagamaan umumnya memiliki pandangan keagamaan yang sama yaitu radikal, sedangkan mahasiswa dalam tindakannya cenderung moderat. Bagi santri/santri yang memilih Syi'ah sebagai ormas Islam yang tidak disukainya persentasenya sekitar 30,99%, kemudian Ahmadiyah 19,72%; HTI, 10,56%;. Hasil penelitian ini tentu saja menjadi perhatian serius pemerintah dan pemerhati pendidikan, artinya tidak menutup kemungkinan tumbuhnya radikalisme di kalangan pelajar.

Survei ini menunjukkan bahwa hubungan organisasi Islam terhadap pandangan dan sikap guru/dosen dan. Mahasiswa dan guru/dosen memiliki kedekatan dengan lima ormas Islam, NU; Muhammadiyah; FPI; MTA; dan LDII, selain fakta bahwa mahasiswa/mahasiswa dan guru/dosen yang tergabung dalam 5 ormas tersebut memiliki pandangan intoleran terhadap sesama muslim dan pemeluk agama lain, yang berarti ormas Islam termasuk NU dan Muhammadiyah gagal mencapai pembangunan komitmen dengan pelajar dan mahasiswa. memberikan pendapat yang intoleran terhadap sesama muslim atau pemeluk agama lain, dan klaim ormas Islam yang berhasil memperjuangkan Islam moderat adalah intoleran, hasil survei ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang merasa dekat dengan NU cenderung menjadi radikal, hal ini menandakan bahwa NU dan Muhammadiyah tidak menargetkan pendidikan.

Gambar 49. Persentase Kedekatan Siswa/Mahasiswa dengan FPI
Gambar 49. Persentase Kedekatan Siswa/Mahasiswa dengan FPI

Gambar

Gambar 1. Proporsi Siswa/Mahasiswa menurut Kategori Opini Intoleransi  Internal, Intoleransi Eksternal, dan Radikalisme
Gambar 2. Proporsi Siswa/Mahasiswa menurut Kategori Aksi Intoleransi  Internal, Intoleransi Eksternal, dan Radikalisme
Gambar 4. Evaluasi terhadap kinerja pemerintah dan  penerimaan terhadap NKRI, dan demokrasi
Gambar 5. Pendapat tentang Pemerintah Indonesia Thaghut dan Kafir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kamus data adalah sekumpulan daftar elemen data yang mengalir pada sistem perangkat lunak, kamus data juga mempunyai