• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENRE SASTRA TERBARU

N/A
N/A
nasrul zulfika

Academic year: 2023

Membagikan "GENRE SASTRA TERBARU"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PAPER MATA KULIAH

METODOLOGI PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. E Zaenal Arifin

GENRE SASTRA

Disusun oleh:

HERIYANSAH : NPM 20227179056

NASRUL ZULFIKA : NPM 20227179082

KELAS B – S2. BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. E Zaenal Arifin selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide- idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, September 2023

Penyusun

(3)

PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pendidikan formal bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar untuk memperluas wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Dalam kurikulum merdeka, Berdasarkan SK kepala BSKAP, Capaian pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum merdeka memiliki tujuan sebagai berikut: akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Indonesia secara santun, sikap pengutamaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara Republik Indonesia, kemampuan berbahasa dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulis, visual, audio, audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks, kemampuan literasi (berbahasa, bersastra, dan bernalar kritis-kreatif) dalam belajar dan bekerja, kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong royong, dan bertanggung jawab, kepedulian terhadap budaya lokal dan lingkungan sekitarnya, dan kepedulian untuk berkontribusi sebagai warga Indonesia dan dunia yang demokratis dan berkeadilan.

Pembelajaran bahasa Indonesia mempunyai beberapa kendala, salah satu kendalanya adalah guru masih cenderung konvensional, masih berkutat pada teori, dan terus terpaku pada buku paket. Hal ini tentu menjadikan proses belajar belajar menjadi “sangat membosankan”.

Oleh karena itu, guru harus ikut serta secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Setiap pribadi guru terletak tanggung jawab untuk membawa peserta didiknya pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu, dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga melakukan transfer of values dan sekaligus transfer of skill.

Guru selain mengajar juga memberi motivasi siswanya agar dapat menumbuhkan kemauan untuk mengasah kemampuannya. Kreativitaas guru dalam mengajar mampu memanfaatkan segala fasilitas yang ada didalam kelas agar pembelajaran menjadi menyenangkan tidak membosankan. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis tetarik untuk membahas tentang

“Siapkah Menjadi Guru Bahasa”.

(4)

PEMBAHASAN A. Siap Menjadi Guru Bahasa

Jika Anda sudah memutuskan untuk meniti profesi menjadi guru bahasa, berbagai tantangan telah menanti

Profesimenjadi professional guru bahasa,Andadari memerlukanberbagai tantangandisiplintelahyangmenanti optimal Anda. karenaSetiappengajaranlangkahbahasa berawal penyelesaian beberapa pertanyaan tentang bagaimana orang bisa berhasil belajar

bahasa.

Mungkin saat ini Anda kurang percaya diri sehingga muncul pertanyaan, harus menjadi guru macam apa saya ini? Saya di depan kelas harus seperti apa? Hal itu semua bergantung pada setiap kata dan tindakan Anda. Situasi gawat di depan kelas siap

"menerkam" Anda jika Anda salah kata dan salah tindakan. Bagaimana saya meningkatkan kesabaran dan ketenangan sebagaimana saya lihat pada guru yang profesional. Bagaimana saya merencanakan pembelajaran? Apa yang harus saya lakukan jika rencana pembelajaran saya gagal? Lalu, dari mana saya memulainya?

Buku ini dirancang untuk membantu Anda berkembang pada langkah pertama, langkah kedua, dan langkah-langkah berikutnya.

B. Genre Sastra

Genre dapat dipahami sebagai macam atau tipe kesustraan yang memiliki seperangkat karakteristik umum (Lukens, 1999). Genre menunjuk pada pengelompokan kategori karya

(5)

sastra menurut style, bentuk atau isi (Mitchell, 2003). Artinya, dalam menentukan masuk ke genre mana suatu sastra, ada pertimbangan berupa ciri khas sastra mengenai bentuk, gaya, dan isi atau kontennya. Misalnya, genre fiksi di dalamnya terdapat elemen struktural seperti alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dunia sastra berkembang pesat dan mengikuti perubahan pada masyarakat (Aryanto, 2020). Begitu pula genre sastra yang terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif memiliki ciri bersifat khayali, menggunakan bahasa konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra imajinatif terbagi ke dalam beberapa jenis diantaranya prosa, puisi dan drama, serta sastra anak yang menjadi bagian dalam kesusastraan.

a) Prosa

Prosa secara sederhana selalu dikontraskan dengan puisi. Prosa selalu identik dengan kisahan, kalimat yang digunakan cenderung panjang-panjang, bersifat menjelaskan. Sementara puisi identik dengan bahasa yang padat, kalimat yang pendek- pendek, selalu bertitik fokus pada penataan persajakan. Keindahan sebuah prosa dilihat dari sistem pengaluran dan konflik yang dibangun, sedangkan keindahan puisi terletak pada persajakan yang disajikan melalui diksi yang bersifat khusus dan artistik.

Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas dan tidak terikat dengan berbagai aturan dalam menulis seperti rima, diksi, irama dan lain sebagainya.

Prosa dalam kesusastraan disebut dengan fiksi. Prosa atau fiksi memiliki arti sebuah karya naratif yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan tidak berdasarkan kenyataan atau dapat di artikan suatu kenyataan yang lahir berdasarkan khayalan. Ada dua macam prosa yaitu prosa lama dan prosa baru. Komponen-komponen prosa lama antara lain fabel, legenda, dan cerita rakyat. Sedangkan yang termasuk prosa baru adalah roman, bahasa, antologi, resensi, kritik.

b) Puisi

Wujud karya sastra yang paling menonjol dari penggunaan bahasa sehingga menimbulkan estetika yaitu puisi. Puisi memiliki ciri khas tersendiri dalam hal penggunaan bahasa. Bahasa dalam puisi merupakan bahan mentah yang diolah penyair menjadi sebuah karya sastra. Penempatan kata demi kata oleh penyair merupakan wujud dari proses kelahiran sebuah puisi. Pradopo (2002) mengatakan bahwa puisi merupakan

(6)

karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Puisi selain mempunyai pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang, puisi juga disusun menggunakan bahasa yang khas maupun penempatan antar kata yang disusun sedemikian rupa dengan penyepadanan bunyi. Selanjutnya, puisi menurut beberapa ahli yaitu Suharianto (2009), Jabrohim (2003), dan (Waluyo 2003) dapat disimpulkan bahwa puisi adalah rangkaian kata yang mengungkapkan pikiran, ide, dan perasaan penyair yang disusun dengan baik dan indah melalui tulisan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati apa yang diungkapkan penyair dalam puisinya.

c) Drama

Drama merupakan salah satu genre karya sastra yangn secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Idran yang berarti melakukan sesuatu (Suwardi 2005: 189).

Sementara itu adalah kisah kehidupan manusia yang dikemukakan di pentas berdasarkan naskah, menggunakan percakapan, gerak laku, unsur-unsur pembantu sepeerti tatat panggung, serta disaksikan oleh penonton. Sementara Waluyo (2006: 1), mengungkapkan bahwa drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.

Sementara menurut Esser, (2007: 122) drama diartikan sebagai Handlung atau “lakon”

yang lebih mengarah pada bagian dari pentasan (Theater). Seorang penyair yang menulis sebuah cerita sandiwara disebut Dramatiker atau dramawan.

Sastra non imajinatif memiliki ciri penekanan unsur faktual/fakta, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, dan memiliki estetika seni, tidak semata mata merujuk pada bentuk, tetapi juga keindahan isi yang berkaitan dengan emosi, imaji, kreasi dan ide.

Jenis sastra non imajinatif yaitu : esai, biografi, otobiografi, sejarah, dan catatan harian. (Tuti Kusniarti, 2021).

a) Esai

Esai merupakan karangan pendek tentang suatu fakta menurut pandangan pribadi dari penulisnya.

b) Biografi

Biografi merupakan cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.

(7)

c) Otobiografi

Otobiografi merupakan biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.

d) Sejarah

Sejarah merupakan cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis.

e) Catatan harian

Catatan harian merupakan catatan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.

C. Sastra Anak

Sastra anak adalah sastra terbaik yang dibaca anak dengan karakteristik yang beragam, tema, dan format (Sarumpet, 2010:2). Sastra anak ditulis berdasarkan sudut pandang anak yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak. Terdapat pembahasan terkait dengan sastra anak. Pertama, sastra anak adalah sastra yang memang sengaja ditujukan untuk anak-anak seperti Bobo, Mentari dan lain-lain. Kedua, sastra anak berisi cerita yang menggambarkan pengalaman, pemahaman, dan perasaan anak. Ketiga, sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh anak-anak. Keempat, sastra anak adalah sastra yang berisi nilai-nilai moral yang bermanfaat untuk anak. Dari beberapa urain di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak, ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa.

Menurut Rumidjan (2013:2) menjelaskan karakteristik sastra anak dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari kebahasaan dan kesastraan. Dari segi kebahasaan dapat dilihat dari struktur kalimat, pilihan kata, dan gaya bahasa (majas). Struktur kalimat yang digunakan masih sederhana, berupa kalimat tunggal, kalimat berita, kalimat tanya, atau kalimat perintah sederhana. Pilihan kata dalam sastra anak menggunakan kata-kata yang sudah dikenal oleh anak-anak. Gaya bahasa masih sedikit karena lebih menggunakan kata-kata konkret.

D. Fungsi Karya Sastra

(8)

Menurut (Oman Suparman, 2018) Karya sastra memiliki beberapa fungsi yakni sebagai berikut:

a) Karya Sastra Sebagai Penghibur Hati

Dalam karangan – karangannya karya sastra bisa juga sebagai penghibur hati, yaitu memberikan kenikmatan dalam arti sastra, memberi hiburan yang menyenangkan, dan memberikan suatu nilai bagi kehidupan. contohnya pada saat menampilkan musikalisasi puisi.

b) Karya sastra sebagai pembawa faedah

Karya sastra juga berfungsi sebagai pembawa faedah/manfaat, misalnya dalam memuji sifat – sifat baik dalam suatu karya sastra. Dalam membaca salah satu karya sastra pembaca bisa mengambil salah satu manfaat positif untuk manfaat kehidupannya sendiri.

KESIMPULAN

Keberadaan karya sastra tidak bisa dilepaskan dari seorang pengarang, karya sastra merupakan suatu ekspresi diri dari seorang penulisnya. Sebuah karya sastra sering kali menceritakan latar belakang kehidupan seseorang, maupun harapan dari seorang penulisnya,

(9)

maka dari itu karya sastra dikatakan cermin dari seorang pengarang. Dapat disimpulkan karya sastra dan hakikat sastra sampai saat ini pun perkembangan terhadap pemahaman sastra membawa hasil pada munculnya genre sastra yang disosialisasikan sebagai ragam jenis karya sastra.

Dalam perkembangannya, karya sastra berkembang menjadi dua bentuk, yaitu sastra kanon dan sastra populer. Sastra juga tidak terlepas dari kesusastraan yang dapat diartikan sebagai kumpulan hal-hal yang berkenaan dengan sastra. Karya sastra juga memiliki kekhasannya yaitu : Periode zaman kolonial, periode 1950 – 1968, periode 1970 – 1990, periode era reformasi, dari beberapa kekhasan karya sastra masing – masing memiliki arti dan perkembangan yang berbeda – beda.

Genre sastra pun juga terbagi ke dalam beberapa jenis yakni: Sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif memiliki ciri bersifat khayali, menggunakan bahasa konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sastra imajinatif terbagi ke dalam beberapa jenis diantaranya prosa, puisi dan drama, serta sastra anak yang menjadi bagian dalam kesusastraan.

Sastra non imajinatif terdiri dari yaitu esai, biografi, otobiografi, sejarah, dan catatan harian.

Kemudian ada juga sastra anak yaitu sastra terbaik yang dibaca anak dengan karakteristik yang beragam, tema, dan format. karakteristik sastra anak dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari kebahasaan dan kesastraan. Dari segi kebahasaan dapat dilihat dari struktur kalimat, pilihan kata, dan gaya bahasa (majas).

Karya sastra pun juga memiliki fungsi yang sangat penting yaitu karya sastra sebagai penghibur hati dan karya sastra sebagai pembawa faedah, dari beberapa fungsi ini keduanya sangat berbeda dan dari setiap fungsinya memiliki manfaat yang baik, serta dapat memberikan nilai bagi suatu kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Andri Wicaksono, (2020). Tentang Sastra Teori Dan Pembelajarannya. Hal. 15 dan 23.

A., N. L. (2015). Adakah (dan Perlukah) Periodisasi Sastra Populer. H.U. Pikiran Rakyat.

(10)

Aryanto, D. E. (2020). Feminisme Eksistensialisme dalam Novel Laut Bercerita Karya Leila S.

Chudori. Kadera Bahasa, 12(2), 121–142.

Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jafar Lantowa, (2017). Semiotika Teori, Metode, Dan Penerapannya Dalam Penelitian Sastra.

Klarer, Mario. 2004. An Introduction to literary Studies. London & USA: Routledge.

Lukens, R. J. (1999). A Critical Handbook of Children’s Literature. New York: Longman.

Mitchell, D. (2003). Children’s Literature, an Invitation to the World. Boston: Ablongman.

Nazla Maharani, (2018). Semiotika Teori dan Aplikasi Pada Karya Sastra. Hal 1 dan 3.

Nurgiyantoro, B. (2015). Teori Pengkajian Fiksi (11 ed.). Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Oman Suparman. (2018). Macam – Macam Karya Sastra Klasik. Hal. 11 dan 12

Press Pradopo, Rahmat Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rumidjan. 2013. Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Sastra Anak SD. Malang: FIP UM.

Rolf Esser. Das grosse Arbeitsbuch Literaturunterricht. Lyrick, Epik, Dramatik. Mülheim:

Rahmadani, H., & Zatin, A. (2019). Apesiasi Prosa Fiksi Teori, Metode dan Penerapannya (Vol.

1). CV Budi Utama.

Santosa, P. (2013). Sastra Adiluhung Dan Industri Kreatif: Ke Manakah Muara Karya Kita (October 2013).

Suharianto. 2009. Pengantar Apresiasi Puisi. Semarang: Bandungan Institute.

Sarumpet, Riris Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Teeuw, A. 1998. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Tuti Kusniarti. (2021). Pengantar Sastra Dan sejarahnya. Hal. 14

Verlag an der Ruhr. 2007 Suwardi Endraswara, Metode dan Teori Penajaran Sastra. Yogyakarta:

Buana Pustaka, 2005.

(11)

Waluyo, Herman J . 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

In relation with the teacher evaluation which was done by administering the observation check list, there were fifteen points about the implementation of the media such