Nama : Mahaelda Widarti Nim : F1241231012 Matkul : Geomorfologi Dasar
BENTUK LAHAN ASAL PROSES VULKANIK
A. Pengertian
Bentuk lahan asal proses vulkanik adalah bentang alam yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik, seperti gunung api, kerucut debu, kawah, dan kaldera.
Bentang alam vulkanik
Gunung api, terbentuk dari pergerakan magma dari dalam litosfera ke permukaan bumi
Kerucut debu atau kerucut cinder, terbentuk dari letusan lembut yang menghasilkan material piroklastik
Kawah, cekungan melingkar yang terbentuk akibat letusan yang mengeluarkan gas dan tefra
Kaldera, cekungan yang jauh lebih besar, berbentuk lingkaran hingga elips, yang terbentuk akibat runtuhnya struktur vulkanik
Faktor yang menentukan bentang alam vulkanik
Komposisi dan gaya erupsi magma
Modifikasi pada litosfer paling atas dan lingkungan saluran
Sifat lava yang dikeluarkan dan letusannya Proses vulkanik
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan keluarnya magma ke permukaan bumi. Proses vulkanisme dipengaruhi oleh tenaga endogen yang berupa proses tektonik dan vulkanik.
Tanah vulkanis
Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari hasil letusan gunung api. Bahan padatan yang dikeluarkan gunung api dapat berupa pasir, debu, dan abu vulkan.
B. Bentuk Lahan Proses Vulkanik
Bentuk lahan asal proses vulkanik merupakan hasil dari aktivitas gunung berapi. Ada banyak bentuk lahan yang dihasilkan dari proses ini, berikut beberapa contohnya:
Kerucut Vulkanik: Kerucut vulkanik adalah bentuk lahan paling umum yang dihasilkan dari aktivitas gunung berapi. Bentuknya menyerupai kerucut dengan puncak yang menonjol. Kerucut vulkanik terbentuk dari akumulasi material vulkanik seperti lava, abu, dan batuan.
Kaldera: Kaldera adalah cekungan besar yang terbentuk akibat runtuhnya puncak gunung berapi setelah letusan besar. Kaldera biasanya memiliki diameter lebih dari 1 km dan dapat dipenuhi air membentuk danau.
Kawah: Kawah adalah lubang besar di puncak gunung berapi yang merupakan tempat keluarnya lava, abu, dan gas. Kawah biasanya memiliki diameter lebih kecil dari kaldera.Lava Flow: Lava flow adalah aliran lava yang keluar dari gunung berapi. Aliran lava dapat membentuk berbagai bentuk lahan seperti dataran lava, sungai lava, dan terowongan lava.
Maar: Maar adalah kawah vulkanik yang terbentuk akibat letusan eksplosif. Letusan eksplosif ini menyebabkan air tanah mendidih dan meletus bersama material vulkanik lainnya.
Dome: Dome adalah kubah lava yang terbentuk ketika lava kental keluar dari gunung berapi dan membeku di sekitarnya.
Solfatara: Solfatara adalah lubang di tanah yang mengeluarkan gas sulfur.
Fumarol: Fum arol adalah lubang di tanah yang mengeluarkan uap air panas.
Geyser: Geyser adalah sumber air panas yang menyembur secara periodik.
Bentuk lahan vulkanik memiliki ciri-ciri yang khas, seperti:
Lereng Curam: Kebanyakan bentuk lahan vulkanik memiliki lereng yang curam.
Material Vulkanik: Bentuk lahan vulkanik terdiri dari material vulkanik seperti lava, abu, dan batuan.
Tanah Subur: Material vulkanik kaya akan mineral yang membuat tanah di sekitar gunung berapi sangat subur.
Bentuk lahan asal proses vulkanik memiliki berbagai macam kegunaan:
Pariwisata: Bentuk lahan vulkanik seperti kerucut vulkanik, kaldera, dan kawah merupakan objek wisata yang menarik bagi wisatawan.
Pertanian: Tanah di sekitar gunung berapi sangat subur dan cocok untuk bercocok tanam.
Sumber Daya: Bentuk lahan vulkanik juga dapat menjadi sumber daya seperti panas bumi, gas alam, dan mineral.
Vulkan (gunung berapi) dalam Pramono dan Ashari (2013:78) merupakan kenampakan yang berkaitan dengan aktivitas lempeng tektonik. Vulkan dapat berupa suatu pegunungan atau bukit besar dengan lorong yang berlanjut ke bawah hingga bagian atas mantel, yang dilewati oleh magma, debu, dan gas yang secara periodik keluar ke permukaan bumi ataupun ke atmofer.
Menurut Flint dan Skinner (1974:309) dalam Soetoto (2013:114) yaitu tempat keluarganya magma, bahan rombakan batuan padat dan gas dari dalam bumi ke permukaan bumi.
Gunung berapi dalam Pramono dan Ashari (2013:79) terbentuk karena adanya proses vulkanisme yaitu gerakan batuan cair (magma) pada permukaan bumi atau ke arah permukaan bumi. Proses vulkanisme dapat berupa intrusi dan ekstrusi. Intrusi terjadi di dalam pelapisan kerak bumi menghasilkan kenampakan seperti batolit, dyke, dan sill. Sedangkan ekstrusi menurut Huggett (2007) dalam Pramono dan Ashari (2013:79) menghasilkan berbagai kenampkan di atas kerak bumi dimana material berhasil menerobos celah celah vulkanik.
Gunung berapi menurut Cotton (1994) dalam thornbury (1969) dalam Pramono dan Ashari (2013:81) meliputi :
1. 1 .Kerucut basalt, ini jarang dijumpai karena lava basaltic bersifat encer.
2. Dome basalt, sering pula disebut gunung berapi perisai (shield volcanoes) yang terbentuk oleh keluarnya lava basaltik yang encer.
3. Kerucut debu atau kerucut cinder, terbentuk dari berupa letusan lembut dan terutama menghasilkan material piroklastik.
Berdasarkan sifat lava yang dikeluarkan dan letusannya, menurut Thornburry (1969) dalam Pramono dan Ashri (2014: 80) terdapat beberapa jenis erupsi yaitu :
1. Tipe hawai, ditandai dengan pencurahan lava basaltic yang sangat encer dan jarang terjadi letusan. Lava umumnya keluar melalui celah-celah di sekeliling tubuh gunung berapi.
2. Tipe Stromboli, ditandai oleh pengeluaran lava basaltic yang tidak begitu encer (lebih kental) dibandingkan tipe hawai, sehingga lebih banyak terjadi letusan dan materialnya lebih fragmental.
3. Tipe vulkano, ditandai oleh pengeluaran lava yang kental yang segera membeku apabila terkena udara.
4. Tipe pelle, ditandai oleh pengeluaran lava yang sangat kental dan letusannya sangat hebat. Berbeda dari tipe-tipe yang lainnya, pada tipe ini terdapat formasi nuees ardentes yaitu awan pijar yang terdiri atas campuran yang sangat panas berupa debu halus dan fragmen batuan yang kasar yang pijar serta gas panas.
Tipe gunung berapi menurut Thornburry (1969) dalam Pramono dan Ashari (2014: 81) meliputi:
1. Kerucut basalt, ini jarang dijumpai karena lava basaltic bersifat encer.
2. Done basalt, sering pula disebut gunung api perisai (shield volcano) yang terbentuk karena keluarnya magma basaltic yangb encer. Lava keluar melalui celah-celah radial meskipun pada mulanya banyak yang keluar melalui lubang yang memusat.’
3. Kerucut debu atau kerucut cinder, terbentuk dari berupa letusan lembut dan terutama menghasilkan material piroklastik.
4. Gunung berapi strato,ini menunjukkan stratifikasi yang kasar yang berupa lapisan lava dan material piroklastik yang berselang-seling. Struktur demikian menunjukkan adaya periode pergantian antara erupsi letusan danerupsi tenang.
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dalam Bronto (2006:60) dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) dalam Bronto (2006:60) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone,dan Distal Zone. Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering menyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal Facies,dan Distal Facies. Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) dalam Bronto (2006:61) menjadi empat kelompok, 61 Fasies gunung api dan aplikasinya (S. Bronto) yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies,dan Distal Facies. Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan data :
1. Inderaja dan geomorfologi.
2. Stratigrafibatuan gunung api.
3. Vulkanologi fisik.
4. Struktur geologi.
5. Petrologi-geokimia.
Fasies sentral terletak di bagian puncak atau pusat erupsi, fasies proksimal pada lereng atas dan fasies medial di lereng bawah. Fasies distal terletak di kaki dan dataran di sekeliling gunung api, di antaranya dataran di latar depan gunung api. Fasies sentral dalam Bronto (2006:63) merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan. Fasies proksimal
merupakan kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau fasies pusat.
Pada fasies medial, karena sudah lebih menjauhi lokasi sumber, aliran lava dan aglomerat sudah berkurang, tetapi breksi piroklastika dan tuf sangat dominan, dan breksi lahar juga sudah mulai berkembang. Sebagai daerah pengendapan terjauh dari sumber, fasies distal didominasi oleh endapan rombakan gunung api seperti halnya breksi lahar, breksi fluviatil, konglomerat, batupasir, dan batulanau. Endapan primer gunung api di fasies ini umumnya berupa tuf. Ciri- ciri litologi secara umum tersebut tentunya ada kekecualian apabila terjadi letusan besar sehingga menghasilkan endapan aliran piroklastika atau endapan longsoran gunung api yang melampar jauh dari sumbernya. Pada pulau gunung api ataupun gunung api bawah laut, di dalam fasies distal ini batuan gunung api dapat berselang-seling dengan batuan nongunung api, seperti halnya batuan karbonat.
Batuan penyusun Gunungapi Merbabu secara umum terdiri atas endapan piroklastika dan leleran lava. Pada lereng-lereng Gunungapi Merbabu ditemukan leleran lava andesitis dan basaltis, terdapat juga endapan pasir yang masih segar dan mudah lepas. Verbeek (1986) menemukan aliran lava basaltis pada sungai-sungai kecil di Gunungapi Merbabu. Berdasarkan penelitian Neuman Van Padang (1951) dalam Kurniawan (2010:7) batuan penyusun Merbabu terdiri atas basalt (tersusun dari mineral olivin-augit), andesit dengan mineral augit, serta andesit dengan mineral hornblen-hipersten-augit.
C. Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Bentuk lahan asal vulkanis adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari badan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang membeku dalampermukaan bumi (instrusi). Bentuk lahan vulkanis secara sederhana terbagi dua yaitu :
a. bentuk bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone)
b. bentuk bentuk effusif (aliran lava/ lidah lava bocca, plateaulava,aliran lahar dan lainnya)yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundaan, elereng bahkan sampai kaki lereng.
Struktur vulkanik yang besar biasanya di tandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, ysng dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk kldera yang besar.
Bentuk lahan asal vulkanik secara spesifik sangat mudah dikenali dari peta topografi, bentuk lahan vulkanik dibentuk dari akumulasi lava fragmen-fragmen produk vulkanik yang sangat berbeda daripada bentukan asal lainnya Berdasarkan konsep dari zuidam tersebut, maka cara untuk mengindentifikasi melalui peta topografi berdasarkan tekuk lereng dan pola kontur yang terdapat pada peta topografi yang diamati. Akumulasi lava dan produk vulkanik memberikan perana yang spesifik pada permukaan bumi yang dapat dilihat dari pola kontur.
211 Jenis-jenis erupsi gunung api, Menurut jenis-jenisnya gunung api yang dikenal memiliki tipe-tipe letusan yang berbeda, diantaranya:
Eksplosif, dicirikan dengan tekanan gas yang tinggi. Letusan eksplosif menghasilkan material-material lepas (piroklastik) yang cenderung membentuk gunung api kerucut.
Letusa effusif, dicirikan dengan tekanan gas rendah letusan tipe effusif cenderung menghasilkan gunung api bentuk strato (berlapis). Lava mengendap disekitar crater sebagai dome, dataran lava, dan sebagainya.
Letuan campuran, terjadi antara letusan eksplosif dan effusif. Salah Satu contoh tipe gunung dengan letusan campuran adalah gunung
Merapi di jawa tengah.
1. Tipe-tipe gunung api
Menurut tipe-tipenya Gunung api terdiri dari beberapa tipe, diantaranya
Tipe Icelandic, adalah gunung api dengan erupsi rekah dan aliran magma yang basa yang mengandung sedikit gas, dengan volume lava yang besar. Aliran berupa lembaran- lembaran yang membentang sebagai kawasan luas membentuk dataran (plain-plateau)
Tipe hawaiian, adalah gunung api dengan bentuk retakan, kaldera, lubang-lubang letusan, lava mengandung gas mengalir menimbulkan bunga-bunga api serta abu kemudian mengendap membentuk kubah lava
Tipe strombolian, adalah gunung apiyang ditandai dengan puncak kepundan berbentuk kerucut berlapis (strato cones). Eksploitasnya secara terus-menerus dengan pelepasan gas-gas serta lava beku yang merupakan bomb, rombakan lava dan semburan abu awan lava yang menjulang tinggi.
Tipe vulkanian, adalah tipe gunung api yang ditandai dengan bentuk kerucut berlapis (strato volcanoes) dengan pipa sentral sebagai pusat erupsi, yang mengeluarkan lava kental, gas, abu dan awan panas, pumice, bomb. Materi yang dilontarkan membentuk bunga kol yang tegak menjulang vertikal, pengendapan abu sepanjang lereng dinamakan “pseudovulkanisâ€.
Tipe vesuvian, tipe letusan ini lebih hebat daripada tipe stromblian dan vulkanian.
Gunung api ini dicirikan dengan hembusan yang berulang- ulang yang berbahaya bersumber dari dapur magma, kawah kepundan yang relatif sempit dan pipe stratocone membentuk awan bunga kol yang menjulang tinggi sehigga menimbulkan hujan abu.
Tipe plinian, dicirikan dengan letusan yang lebih dahsyat dibandingkan tipe vesuvian.
Hembusan gas yang membawa aliran scara vertikal dengan tinggi bermil-mil dengan pangkal yang sangat sempit, mengembang ke atas. Umumnya kandungan abu renda, tuh stratovulcano.
Tipe pelean, mempunyai lava yang sangat kental, dihamparkan oleh letusan eksplosif.
Terjadi perlapisan stratovolcanic yang tertumpangi kubah lava. Gas yang terlepas tampak pad lereng-lereng yang rusak atau tersingkap oleh timbulnya kubah lava. Tipe letusan memberikan kenampakan khas yaitu terjadinya “Nuee Ardantes†(guliran lava blok, gas, dan abu atau guguran material rombakan yang brpijar dalam kecepatan tinggi).
2. Kepundan
Kepundan adalah lubah pipa yang besar dari gunung api yang terdapat di bagian atas.
Kepundan umumnya ada di puncak kerucut suatu gunung api membentuk cekungan kawah.
3. Kerucut Gunung Api
Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan.
4. Lereng Gunung Api
Lereng gunung api merupakan satuan bentuklahan yang terdapat di bawah kerucut gunungapi, dengan proses dominan berupa pengangkutan material secara gravitatif dan oleh tenaga air.
Lereng terbentuk dari hasil endapan material erupsi yang berlangsung secara bertahap.
Kemiringan lereng di satuan bentuklahan ini bervariasi dari curam sampai agak curam dengan aktifitas longsor lahan dan pengangkutan oleh air. Ciri lain yang umum adalah telah digunakannya untuk lahan pertanian, permukiman, peternakan, perkebunan dan pariwisata.
Biasanya lereng gunungapi ini memiliki bentuk yang belum teratur dengan lembah-lembah yang dalam.
5. Kaki Gunung Api
Kaki gunung api dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki gunung api didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai.
Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang.
Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah.
6. Dataran Kaki Gunung Api
Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai.
Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh
kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya.
Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi lembar sampai erosi alur.
7. Dataran Fluvial Gunung Api
Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang.
Medan lava dan medan lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah- lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi.
1. Gunung Sindoro
Gunungapi Sundoro terletak di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, secara geografi terletak pada posisi 07â€18,00' Lintang Selatan dan 109â€59,50 Bujur Timur dengan ketinggian 3151 meter di atas permukaan laut (dpl).
Kegiatan gunungapi Sundoro yang tercatat dalam sejarah berupa letusan abu mulai tahun 1818, aktivitas gunungapi kembali tenang selama lebih kurang 60 tahun dan letusan abu terjadi lagi pada tahun 1882, saat itu letusan diikuti leleran lava di lereng baratlaut. Tahun 1903 terjadi lagi letusan abu (abu sampai Kejajar dan Garung) dan letusan abu tahun 1906 (abu sampai Kledung). Setelah aktivitas letusan jeda selama 63 tahun, aktivitas Gunung Sundoro kembali aktif pada tahun 1970 yang ditandai oleh munculnya kepulan asap putih tipis — tebal (tinggi kolom asap beberapa puluh meter dari bibir kawah) selama kurang dari satu hari disertai bunyi suara blazer.
Gunung Sundoro memiliki tipe letusan yang effusif, yang menghasilkan material- material yang mengendap membentuk strato atau berlapis. Pola aliran yang berkembang pada daerah gunung Sundoro adalah pola aliran radial yang dicirikan dengan pola aliran yang memancar dari suatu sumber.
2. Bentuk Lahan Vulkanik
Bentuk lahan vulkanik adalah berbagai fitur yang terbentuk akibat aktivitas gunung berapi.
Bentuk lahan vulkanik dapat berupa kerucut, aliran lava, kubah, kaldera, dan dataran tinggi.
Bentuk lahan vulkanik Kerucut cinder, Stratovolcano, Kubah vulkanik, Kaldera, Kawah, Aliran lava, Dataran kaki vulkanik.Tipe letusan vulkanik Strombolian, Vulcanian, Plinian, Pelean, Tipe hawai, Tipe Stromboli, Tipe vulkano, Tipe pelee.Proses pembentukanAktivitas vulkanik terjadi karena adanya tenaga endogen (tenaga dari dalam bumi). Gerakan magma dari tekanan tinggi menuju tekanan rendah (permukaan bumi) menghasilkan proses vulkanisme.
Bentuk lahan vulkanik adalah bentang alam yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme, yaitu pergerakan magma dari dalam bumi ke permukaan. Bentuk lahan ini sangat beragam,
tergantung pada jenis letusan, komposisi magma, dan faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa bentuk lahan vulkanik yang umum ditemui:
Gunung Api
Gunung Api Strato (Gunung Api Komposit):
Gunung api ini memiliki bentuk kerucut yang tinggi dan berlapis-lapis, terdiri dari lava, abu vulkanik, dan material piroklastik lainnya.
Letusannya cenderung eksplosif dan menghasilkan aliran piroklastik yang berbahaya.
Contoh: Gunung Merapi, Gunung Fuji.
Gunung Api Perisai:
Gunung api ini memiliki bentuk yang landai dan lebar, menyerupai perisai. Magma yang keluar bersifat cair dan mengalir dengan mudah, membentuk lereng yang landai. Letusannya cenderung efusif dan menghasilkan aliran lava yang luas.
Contoh: Mauna Loa di Hawaii.
Gunung Api Kerucut Bara (Cinder Cone):
Gunung api ini memiliki bentuk kerucut yang kecil dan curam, terbentuk dari akumulasi abu dan pecahan batuan vulkanik (skoria). Letusannya biasanya tidak terlalu besar dan
menghasilkan material piroklastik yang menyebar di sekitar kawah.
Contoh: Gunung Paricutin di Meksiko.
Kubah Lava:
Terbentuk ketika lava kental keluar dari ventilasi gunung berapi dan menumpuk di sekitar ventilasi. Kubah lava bisa terbentuk di dalam kawah gunung berapi atau di lerengnya.
Contoh: Kubah lava di Gunung St. Helens.
Kaldera
Kaldera adalah kawah besar yang terbentuk akibat runtuhnya atap gunung api setelah letusan besar. Kaldera seringkali terisi air dan membentuk danau.
Contoh: Kaldera Toba di Sumatra.
Dataran Lava
Dataran lava adalah hamparan luas yang terbentuk dari aliran lava yang membeku. Dataran lava bisa sangat luas dan datar, atau memiliki permukaan yang kasar dan bergelombang.
Contoh: Dataran Tinggi Dekkan di India.
Bentuk Lahan Lainnya
Kepundan (Crater) Lubang yang terbentuk di puncak gunung berapi akibat letusan. Lereng Gunung Api (Volcanic Slope) Sisi gunung berapi yang terbentuk dari akumulasi material vulkanik. Kaki Gunung Api (Volcanic Foot) Bagian dasar gunung berapi yang
menghubungkan lereng dengan dataran sekitarnya.
Dataran Kaki Gunung Api (Volcanic Foot Plain) Dataran yang terbentuk di kaki gunung berapi akibat akumulasi material vulkanik.
Padang Lava Area yang tertutup oleh aliran lava yang membeku.
Lelehan Lava Aliran lava cair yang mengalir di permukaan bumi.
Dataran Tinggi Lava Dataran luas yang terbentuk dari akumulasi lava yang membeku.Bentuk lahan vulkanik ini memiliki karakteristik yang unik dan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap bentang alam bumi.
Contoh bentuk lahan vulkanik :
Pada skala lokal, bentuk lahan vulkanik dapat berupa kerucut kecil dan aliran lava. Pada skala planet, bentuk lahan vulkanik dapat berupa pulau-pulau besar dan dataran tinggi.
a) .Kepundan
Pada peta topografi gunung Sundoro, dimana kepundan ditandai dengan simbol V1. Kepundan pada peta topografi ini berada pada puncak kerucut vulkanik gunung Sundoro pada ketinggian 3151 di atas permukaan laut. Kepundan merupakan menjadi tempat atau saluran utama tempat keluarnya magma.
b) Kerucut Vulkanik
Pada kerucut vulkanik pada peta gunung Sundoro yang ditandai dengan simbol V2. Kerucut vulkanik merupakan salah satu bagian dari gunung Sundoro dimana pada puncak kerucut vulkanik gunung Sundoro tersebut terdapat kepundan gunung. Kerucut vulkanik digambarkan dengan garis kontur yang sangat rapat yang menandakan bahwa morfologi kerucut vulkanik
yang berada disekitar gunung Sundoro curam dan tersusun atas material yang resisten. Lereng Vulkanik
c) Lereng Vulkanik
Pada peta topografi Gunung Sundoro, yang membahas tentang lereng vulkanik. Lereng vulkanik pada peta gunung Sundoro ini ditandai dengan simbol V3. Morfologi lereng vulkanik pada gunung Sundoro ini hampir mirip dengan kerucut vulkanik bedanya hanya pada lereng vulkanik terletak tepat dibawah setelah kerucut vulkanik.
d) Kaki Vulkanik
Pada kaki vulkanik yang ditandai dengan simbol V6 pada peta topografi gunung Sundoro.
Menggambarkan bahwa kaki vulkanik terletak dibawah setelah lereng vulkanik. Kaki vulkanik memiliki morfometri yang cenderung landai dibandingkan dengan lereng dan kerucut vulkanik. Sehingga pada peta topografi daerah gunung Sundoro, kaki vulkanik digambarkan dengan garis kontur yang lebih renggang dibanding dengan garis kontur pada kerucut atau lereng vulkanik,
e) Daratan Kaki Vulkanik
Pada daratan vulkanik yang diberi simbol V7 yang dicirikan dengan tipe batuan yang mulai tidak resisten sehingga pada peta topografi gunung Sundoro digambarkan dengan garis kontur yang menuju renggang antar kontur yang satu dengan yang lain. Pada daratan kaki vulkanik juga cenderung lebih datar dibandingkan dengan kaki vulkanik. Pada peta topografi gunung Sundoro yang dapat kita lihat pada penampang yang telah kita buat.
f) Daratan Fluvial Vulkanik
Pada daratan fulvial vulkanik pada peta topografi gunung Sundoro yang diberi simbol V8. Pada daratan fluvial vulkanik digambarkan dengan garis kontur yang renggang mencirikan bahwa daratan fluvial vulkanik memiliki morfometri yang lebih datar serta tingkat resistensi yang cukup rendah atau tidak kompak. Dataran vulkanik pada peta topografi gunung sundoro ini berada di daerah selatan dan tenggara daerah gunung Sundoro
g) Dataran Antar Vulkanik
Pada dataran antar vulkanik pada peta topografi gunung Sundoro yang disimbolkan dengan V13. Pada dataran antar vulkanik ini berada ditengah- tengah dua gunung yaitu gunung Sundoro dan Gunung Butak. Ini jelas terlihat pada peta dataran antar vulkanik yang
digambarkan dengan garis kontur yang renggang diantara garis kontur yang rapat. Garis kontur yang renggang menggambarkan bahwa dataran antar vulkanik morfologinya berupa dataran yang tidak curam.
h) Kerucut parasite
kerucut (cone) adalah bentuk morfologi akibat endapan material gunungapi. Tiap gunungapi pasti punya lubang untuk pelepasan aktivitasnya yang disebut volcanic vent. Ini terletak di tengah/puncak kerucut, sering disebut juga sebagai central vent. Dimana pada peta gunung sundoro daerah ini di lambangkan dengan V22.
.
D. Pengertian Batuan Lahan Vulkanik
Pengertian Bentukan Lahan Vulkanik Morfologi Gunung api adalah bentang alam gunung api yang proses terbentukannya dikontrol oleh aktifitas gunung api. Bentuk bentuk bentang alam gunung api dapat dikelompokan berdasarkan pada tipe/jenis magmanya (magma basa, magma intermediate, magma asam) serta jenis material yang dikeluarkannya (lava atau piroklastik).
Bentang alam vulkanik dikendalikan oleh proses geologis yang membentuknya dan menindaklanjutinya setelah terbentuk. Dengan demikian, bentuk lahan vulkanik tertentu akan menjadi karakteristik dari jenis material penyusunnya, yang pada gilirannya bergantung pada perilaku letusan gunung berapi sebelumnya. Meskipun proses selanjutnya dapat memodifikasi bentuk lahan asli. Di sini kita membahas bentang alam vulkanik utama dan bagaimana terbentuknya, dan dalam beberapa kasus, kemudian dimodifikasi. Sebagian besar materi ini akan dibahas dengan mengacu pada slide yang ditampilkan di kelas yang mengilustrasikan fitur penting dari setiap bentuk lahan vulkanik.
Menurut Ahli yaitu, MacDonald (1972), berpendapat bahwa gunungapi adalah lubang tempat keluarnya material vulkanik yang terkumpul di sekitarnya membentuk gunung atau bukit.
Rittman (1961), menyatakan gunungapi adalah celah tempat keluarnya magma. Berdasarkan
uraian tersebut, gunung api merupakan bentang alam, sebagai manifestasi gejala volkanisme.
Deretan gunungapi yang memebentang di daerah pasifik atau yang dikenal cincin api pasifik (ring of fire), dikarenakan kurang lebih 70% temuan gunungapi aktif di dunia berada di lingkar Samudra tersebut. Gunungapi di Indonesia merupakan bagian dari cincin api tersebut, sekitar 20% dengan jumlah 125 buah gunungpi. Ditinjau dari bidang pertanian, Kawasan gunungapi aktif ini disebut wilayah sabuk hijau (green belt) karena Kawasan subur, ditunjukan dengan adanya lahan pertanian di lereng –lerang gunung, contohnya saja didaerah Magelang. Banyak gunungapi aktif di Indonesia ini berpeluang untuk dipelajari dan dikaji sebagai ilmu pengetahuan kegunungapian (volkanologi) akan terus berkembang. Bentang alam volaknik ini bisa menjadi sumberdaya kebumian, mengandung sumberdaya (resources), dan bahaya (hazards). Jenis sumber daya yang ada antara lain keindahan panorama bentangan alam, dengan lembah berdinding terjal, dan hawa yang sejuk. Batuan volkanik seperti andesit, gabro, peridotit, merupakan bahan galian industri, dan sumberdaya air baku. Berbagai bahaya juga bisa ditimbulkan berkaitan dengan letusan gunungapi, antara lain: guguran lava pijar, awan panas (glowing cloud / awan wedhus gembel: istilah khas untuk Gunung Merapi, Yogyakarta), dan lahar letusan/lahar panas. Pasca letusan, dengan pemicu curah hujan di atas normal, berpeluang juga bahaya guguran lahar dingin/ lahar hujan. 3.2 Jenis dan Ciri Bentukan Lahan Vulkanik Dalam Bentang alam vulkanik terdapat pengklasifikasian berdasarkan ciri dan bentuk yang terdapat, Menurut ahli yaitu Van Zuidam dan Varsteppen terdapat pengklasifikasian mengenai bentukan lahan vulkanik
a. Pengklasifikasian menurut Varsteppen, 1983 1. Kawah /kepundan Gunungapi (V1) Memiliki karakteristik dasar depresi cekung datar hingga curam hingga sangat curam. Kemudian tersayat menegah. Secara fisik Merupakan lubang atau kawah tempat keluarnya lava dari perut bumi
2. Kerucut Gunungapi (V2) Merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material sewaktu terjadi erupsi atau guguran. Gerakan material pada bagian kerucut gunungapi ini relative bergerak dengan gerakan gravitative (menuruni lereng / sesuai dengan gravitasi). Dicirikan dengan lereng yang sangat curam dan lembah/jurang yang sangat dalam, endapan materialnya berupa material erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar dan tersayat lemah hingga menengah.
3. Lereng Gununapi (V1, V2, V3) Digambarkan dengan proses material berupa pengangkutan bahan material secara gravitative dan oleh tenaga air. Lereng gunungapi ini terbentuk dari hasil pengendapan material secara bertahap. Lereng gunungapi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : lereng atas (V3), lereng tengah (V4) dan lereng bawah (V5). Dicirikan dengan perbukitan yang curam hingga sangat curam, biasanya digunakan untuk lahan pertanian, perkebunan, peternakan, permukiman, dan pariwisata. Tersayat Kuat.
4. Kaki gunungapi (V6) Morfologi kaki gunungapi adalah bentukan lahan gunungapi yang merupakan kaki dari suatu tubuh gunungapi. Pada umumnya suatu gunung api dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepundan gunungapi, badan atau kerucut gunungapi dan kaki gunungapi.
Dicirikan dengan lereng yang agak curam sampai agak landai. Didominasi oleh pengendapan material gunungapi melalui lembah-lembah sungai, seperti endapan lumpur, endapan lava, dan material piroklastik.
5. Dataran Kaki gunungapi (V7) Merupakan satuan bentukan lahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Pada satuan beentukan lahan ini proses sedimentasi material hasil dari proses vulkanisme mulai aktif. Dicirikan dengan kemiringan lereng dari agak landai sampai landai, material permukaan didominasi oleh kerikil dan pasir kasar.
6. Dataran Fluvial Vulkanik (V8) Merupakan satuan bentukan lahan dengan topografi datar dan terbentuk dari proses fluvial oleh materi materi hasil vulkanisme. Proses pengendapan mulai intensif dengan material utamanya berupa pasir sedang dan halus (menunjukan sudah agak jauh dari sumber). Biasanya bentukan lahan ini digunakan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang, kadang ada yang membuka tambang pasir di Kawasan ini.
7. Padang Lava (V9) Merupakan wilayah endapan lava hasil dari aktivitas erupsi gunungapi, biasanya terdapat lereng atas gunungapi. Bentukan lahan ini sangat terlihat di khasus Gunung Mauna Loa, Hawai. Karena pada proses erupsinya lava yang di keluarkan cukuplah banyak dan terakumulasi disebuah daratan yang cukup luas.
8. Padang Lahar (V10) Hampir sama dengan padang lava tetapi material hasil erupsi yang diendapkan merupakan material yang terdiri dari campuran bahan kasar dan halus. Biasanya terdapat pada lereng gunungapi dan kaki gunung api.
9. Lelehan Lava (V11) Merupakan bentukan lahan yang sering dijumpai pada tubuh gunungapi, terbentuk pada letusan yang bersifat efusif (letusan lelehan). Tampak seperti lidah – lidah yang berawak dari lereng atas dan menyebar ke lereng bagian tengah. Dicirikan dengan relief yang kasar dengan lereng – lereng yang terjal.
10. Aliran Lahar (V12) Merupakan proses turunnya material piroklastik yang terdapat pada lereng atas, proses ini pada umumnya longsoran di lereng atas gunungapi yang dipicu oleh hujan. Aliran lava ini biasanya mengikuti aliran sungai, terkadang suhu dari lahar ini masih sangat tinggi, sehingga membuat dampak bagi alam sekitar.
11. Dataran antar Vulkanik (V13) Merupakan dataran yang terletak diantara dua atau lebih gunungapi. Pada kasus ini bisa dilihat di daerah Komplek Gunung Dieng dan daerah Bromo – Tengger.
12. Dataran Tinggi Lava/Lava Plateu (V14) Terjadi apabila magma yang keluar dari dalam bumi sangat encer sehingga menyebar dan membentuk hamparan lava yang luas, Lava ini perlahan – lahan membeku hingga membentuk suatu daratan, lama – kelamaan lava ini semakin tinggi hingga membentuk dataran tinggi dan luas yang di sebut plato
13.Planezes (V15) Merupakan sisi – sisi permukaan lereng kerucut gunungapi yang terisolasi (terpisah – pisah ) oleh torehan dan erosi, biasanya dalam bentuk segitiga.
14. Padang Abu, Tuff, dan Lapilli (V16) Merupakan daerah tempat pengendapan material erupsi gunungapi, biasanya mencakup daerah yang cukup luas. Daerah ini biasanya terendapkan dalam batuan sedimen, dan bisa dianalisis kapan terbentuknya lapusan tersebut.
15. Solfatara (V17) Adalah fumarol (lubang pada kerak bumi yang mengeluarkan uap dan gas) yang mengeluarkan gas – gas oksida Belerang (H2S), Karbon Dioksida (CO2) dan lain lain. Mudah dikenali karena udara disekitarnya berbau busuk seperti kentut. Khasusnya seperti asap solfatara di kawah ijen, yang jika mengendap akan membentuk kristal Sulfur.
16. Fumarol (V18) Lubang didalam kerak bumi yang mengeluarkan uap dan gas, yang juga menjadi sumber gas uap air (Geothermal). Terdapat di sepanjang retakan kecil maupun panjang, dipermukaan aliran lava, serta di endapkan aliran piroklastik yang tebal.
17. Bukit Vulkanik Terdenudasi (V19) Lokasi ditemukannya terdapat pada derah lereng gunungapi.
Dipengaruhi oleh gaya berat dan erosi sehingga bagian luar terangkat dan daerah tersebut mengalami ketandusan karena tidak memiliki lapisan tanah yang subur lagi.
18. Leher Gunung Api (V20)Merupakan bagian lava yang membeku dan mengeras di dalam saluran keluar, dapat terdorong keluar karena tekanan yang kuat dari bawah. Gerakannya cerara sedikit demi sedikit muncul kebagian kepundan, gerakannya lambat namun sedikit demi sedikit akan makin tinggi.
Sebutan lain bagi leher gunungapi ini bisa disebut juga spine karena bentuknya yang lancip mirip duri.
19. Sumbat Gunungapi (V21) Bentukan lahan ini sering disebut juga sebagai kubah lava, proses terbentuknya karena keluarnya magma hingga mencapai kepundan. Memiliki sifatnya yang asam dengan ciri magma yang tidak segera mengalir ke lereng gunungapi tetapi membeku di kepundan/kawah dan membentuk sumbat gunungapi.
20. Kerucut Parasiter (V22) Merupakan kerucut anakan yang terbentuk bukan pada kepundan utama tetapi pada lereng gunungapi, Proses pembentukannnya disebabkan oleh keluarnya magma melalui saluran yang bercabang tidak melalui saluran utama.
21. Boka (V23) Merupakan bentukan lahan aktivitas keluarnya magma kepermukaan bumi, tetapi tidak membentuk kepundan, contohnya seperti khasus Gunung Tidar dan Gunung Batok.
22. Dike (V24) Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding – dinding magma yang membeku dibawah kerak bumi, kemudian muncul ke permuakaan bumi karena erosi batuan disekitarnya. Biasanya dike ini disertai banyak mineral mineral batuan beku karena pembekuan yang relative lama
b. Pengklasifikasian menurut Van Zuidam, 1983
1. Kawah Gunungapi Memiliki karakteristik memiliki dasar depresi cekung datar hingga curam dengan dinding curam – sangat curam. Tersayat menengah
2. Kerucut Gunungapi (abu, atau kerucut berhamburan) Memiliki karakteristik perbukitan tebing yang sangat curam. Dengan lereng bagian atas, tengah, dan bawah curam. Tersayat lemah hingga menegah.
3. Leher Gunungapi Memiliki karakteristik yakni perbukitan dengan tebing yang sangat curam hingga curam . Lereng atas bagian atas sangat curam, lereng bagian tengah dan bawah curam. Tersayat kuat.
4. Kerucut strato – vulkano / kemiringan lereng atas dan tengah gunungapi Memiliki karakteristik yakni perbukitan dengan tebing yang sangat curam –sangat curam. Tersayat lemah hingga menengah.
5. Kerucut Strato – vulkano / kemiringan lereng atas dan tengah gunung api Memiliki karakteristik perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Tersayat kuat.
6. Kaki Lereng Volkanik [V6] Memiliki karaktersitik dengan lereng curam, kemudian tersayat lemah - menengah
7. Kaki Lereng Fluvial Gunungapi atas /lereng bawah gunungapi tersayat kuat [V7] Memiliki karakteristik Lereng curam dengan kemiringan menengah – lemah, Tersayat kuat. (Bagian teras & Non teras)
8. Datara & Kaki lereng fluvial gunungapi atas [V8] Memiliki karakteristik lereng landai – curam, tersayat lemah, biasanya terbentuk oleh lahar deposit tuff, topografi perbukitan agak miring hingga landai. Tersayat lemah
9. Kaki lereng Fluvial Gunungapi bawah , Dataran antara gunungapi & dataran fluvial gunung api [V9]
Dengan karakteristik topografi agak miring hingga bergelombang, tersayat lemah. Biasanya terbentuk oleh banjir dan deposit tuff, pada masa aktifnya biasanya tergenang oleh banjir/air
10. Padang Furmarol atau Solfatar [V10] Memiliki karakteristik topografi bergelombang hingga berputar dengan lereng yang curam.
11. Padang lava / aliran / dataran tinggi/ titik letusan lava [V11] Memiliki karakteristik topografi yang landai – bergelombang, dengan lereng curam hingga menengah .
12. Debu, Tuff & dataran / padang Lapili [V12] Memiliki karakteristik topografi yang landai hingga bergelombang, dengan lereng curam dengan kemiringan menengah hingga lemah.
13. Panezes [V13] Memiliki karakteristik lereng yang curam – sangat curam mirip dengan flatirons (perbukitan/pegunungan yang terbentuk oleh lapisan dengan kemiringan relative tegak), tersayat sangat kuat oleh jurang atau barrancos.
14. Perbukitan Denudasional gunungapi (gunungapi terkikis & kaldera ) [V14] Memiliki karakteristik tebing landai – curam. Tersayat kuat
15. Leher Gunungapi [V15] Memiliki karakteristik Lereng landai – sangat curam, pada bukit yang terisolasi. Tersayat kuat