• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Dakwah Perempuan ‘Aisyiyah Dalam Pendampingan Kasus Perceraian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Gerakan Dakwah Perempuan ‘Aisyiyah Dalam Pendampingan Kasus Perceraian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

AGENDA : Analisis Gender dan Anak , Vol. 5 (1), 2023, (Juni) ISSN Print: 2615-1502 ISSN Online: 2723-3278 Tersedia online di

http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/agenda

The 'Aisyiyah Women's Preaching Movement in Assisting Divorce Cases

Gerakan Dakwah Perempuan ‘Aisyiyah Dalam Pendampingan Kasus Perceraian

Santa Rusmalita

UIN Walisongo Semarang.

E-mail: santafuad166@gmail.com Patmawati

IAIN Pontianak, Jalan Letjend.

Soeprapto No 19 Pontianak.

E-mail: fwati1974@gmail.com Fitri Sukmawati *)

IAIN Pontianak, Jalan Letjend.

Soeprapto No 19 Pontianak.

E-mail: ghandur78@gmail.com

Abstract:

The family is the smallest part of society. Whole and harmonious family is coveted by every family. But not all couples can maintain a harmonious family. There are many families who have problems in their households so that they file for divorce at the Religious Courts. the divorce rate is also high. The ‘Aisyiyah women's organization feels compelled to provide divorce assistance. ‘Aisyiyah, who oversees the Law and Human Rights Council, formed a Legal Aid Post (posbakum) which is engaged in providing assistance in divorce cases. The method used is a qualitative approach with descriptive methods.

The results of the research are that the Posbakum carry out mediation, using several approaches, namely the faith approach, the worship approach and the psychological approach. The results of the mediation can be seen through the data, namely out of 15 cases handled during a year, 7 cases canceled their divorce plans and 8 cases continued. Obstacles encountered in mediation are internal and external. From the internal partner, there is an ego that is still put forward by each partner. There are also those who are infected with disease. Meanwhile, externally there is family intervention, so that the couple continues their separation.

Abstrak:

Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Keluarga utuh dan harmonis didambakan oleh setiap keluarga. Namun tidak semua pasangan bisa mempertahankan keluarga yang harmonis. Banyak didapati keluarga yang memiliki persoalan dalam rumah tangganya sehingga mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama. Tingginya angka perceraian menyebabkan organisasi perempuan ‘Aisyiyah merasa terpanggil untuk melakukan dakwah melalui pendampingan perceraian. ‘Aisyiyah yang membawahi Majelis hukum dan HAM

(2)

K

membentuk Pos bantuan Hukum (posbakum) yang bergerak melakukan pendampingan pada kasus perceraian. Metode digunakan adalah pendekatan kualiitatif dengan jenis fenomenologis. Hasil dari penelitian adalah gerakan dakwah ‘Aisyiyah melalui posbakum melaksanakan mediasi, menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan keimanan, pendekatan ibadah dan pendekatan psikologis.

Hasil dari mediasi dapat dilihat melalui data, yaitu dari 15 kasus yang ditangani selama setahun, 7 kasus membatalkan rencana perceraian mereka dan 8 kasus melanjutkan. Kendala yang dihadapi dalam mediasi adalah dari internal dan eksternal. Dari internal pasangan adalah adanya ego yang masih dikedepankan oleh masing- masing pasangan. Ada juga yang karena terinveksi penyakit. Sedangkan dari eksternal adanya intervensi keluarga, agar pasangan tetap melanjutkan perpisahannya.

Kata Kunci: Mediasi perceraian, Gerakan Dakwah, ‘Aisyiyah, Posbaku

PENDAHULUAN

eluarga adalah bagian terkecil dari sistem yang ada di masyarakat.

Keluarga terdiri dari suami istri adalah orang yang bersama-sama memiliki komitmen untuk mencapai tujuan. Keluarga dibangun dengan akad, yang berisi mitsaqon ghalizhan (ikatan yang kuat) untuk melaksanakan perintah Allah dan menjalankannya adalah ibadah.(Hudafi, 2020) Sebagai bagian dari masyarakat, keluarga memiliki peranan penting dalam mengokokohkan masyarakat yang didambakan. Keluarga harus memiliki peta jalan (roadmap) dalam meraih tujuan perkawinan. Peta jalan ini merupakan visi keluarga bagi pasangan suami isteri yang beragama Islam bahwa perkawinan hendaklah dibangun dengan pondasi yang kokoh dengan landasansakinah, mawaddah dan rahmahyang akan melahirkan

kekekalan dalam per-kawinan, (Sururie

& Yuniardi., 2018)

Dengan berbagai fungsi keluarga, maka keluarga dalam agama Islam memiliki peranan penting, sebagai pembentuk peradaban masyarakat dan negara. Keluarga membentuk sebuah masyarakat. Jika keluarga tersebut kuat, maka masyarakat akan kuat.

Begitu juga sebaliknya. Jika keluarga tersebut lemah, maka masyarakat akan lemah dan mudah dapat dipengaruhi oleh kemajuan zaman yang tidak dapat dikendalikan.(Husna, 2019)

Keluarga menjadi pondasi masyarakat yang bermartabat.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang peran penting dalam pembentukan generasi bangsa yang berkualitas, bermartabat dan religious.

Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu dan anak (baik anak kandung maupun anak tiri atau anak angkat, jika ada). Ini adalah potret keluarga yang utuh.

(3)

Keluarga yang utuh menjadi impian dari setiap keluarga. Keluarga yang utuh, bahagia yang menurut agama adalah keluarga yang bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dan memperoleh sakinah, mawaddah warahmah. (Husna, 2019) Terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah karena ibu dan bapak sebagai orang tua berfungsi sebagai pencetak, penuntun, dan pembimbing anak-anak mereka sebagai generasi bangsa. Kualitas generasi bangsa tergantung dari pola asuh yang diterapkan ayah dan ibu dalam bingkai kecil masyarakat yang disebut keluarga. Keluarga yang memberikan pendidikan dan penuntunan kepribadian anak-anak, sebagai aset agama, bangsa dan negara.

Impian dalam mencapai keluarga yang sakinah mawaddah warahmah tidak selamanya tercapai. Banyak kasus-kasus perselihan yang dalam keluarga yang berakhir pada perceraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi perceraian beragam.

Ada perceraian yang disebabkan oleh faktor ekonomi, ada disebabkan oleh faktor kepribadian seperti suka berjudi, ada faktor salah satu pasangan meninggalkan rumah, ada disebabkan oleh perselingkuhan, oleh KDRT, zina dan sebagainya. Penyebab terbesar kasusnya adalah karena adanya perselisihan dan pertengkaran.

(Pengadilan Agama Kota Pontianak, 2022)

Dengan adanya perceraian dapat berdampak pada kehidupan masyarakat, apalagi keluarga.

Perempuan dan anak biasanya terdampak lebih besar atas kasus perceraian tersebut. Anak-anak akan berubah kehidupannya setelah perceraian. Hubungan antara anak

dengan ayah akan semakin lemah, walaupun ada juga yang hubungan ke ibu juga lemah. (Kalmijn, 2013)

Penelitian ini mengangkat kasus perceraian di kota Pontianak, pada tahun 2020 kasus perceraian cukup tinggi. Sebanyak 1022 kasus yang masuk ke Pengadilan Agama kelas I Kota Pontianak. Dari data tersebut membuat prihatin lapisan masyarakat.

Sebab tujuan ideal tidak dapat tercapai.

Oleh sebab itu, organisasi perempuan tertua yaag ada di Kota Pontianak, yakni ‘Aisyiyah, merasa terpanggil untuk membentuk Pos Bantuan Hukum (posbakum) yang berada di bawah Majelis Hukum dan HAM berusaha untuk membantu pemerintah yakni bekerjasama dengan Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menjadi mediator dalam nelakukan pendampingan bagi kasus perselisihan yang diajukan oleh pasangan.

Posbakum menjalankan programnya yaitu memberikan pelayanan dan bantuan hukum bagi masyarakat.

Kasus-kasus yang menyentuh hukum baik berkaitan dengan keluarga, sengketa tanah, pelayanan pengurusan akta tanah Yayasan ditangani oleh posbakum. Namun dalam hal ini, peneliti melakukan pengkajian potret pendampingan posabkum pada kasus perceraian di Kota Pontianak. Hal ini menjadi perhatian, sebab semestinya keluarga menjadi penopang masyarakat dalam melaksanakan roda kehidupan masyarakat dan bernegara, namun ternyata banyak pasangan yang memilih untuk mengakhiri ikatan perkawinan. Oleh sebab itu penelitian menyorot posbakum ‘Aisyiyah dalam melakukan pendampingan perceraian di Kota Pontianak.

Tulisan ini merupakan hasil penelitian dengan pendekatan

(4)

kualiatitaif dengan jenis deskriptif., yaitu untuk mengamati dan memotret secara langsung Gerakan dakwah perempuan yakni ‘Aisyiyah dalam memediasi kasus perceraian yang ada di Kota Pontianak. Subjek yang menjadi penelitian ini adalah pasangan yang mengajukan kasus perceraian pada tahun 2022. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Wawancara yang dilakukan adalah pada Ketua ‘Aisyiyah dan pengurus posbakum ‘Aisyiyah. Karena kasus yang ditangani berjumlah 15 kasus, sehingga pengambilan data dilakukan pada semua subjeknya.

Adapun penelitian yang serupa dengan kajian ini, yakni sama-sama berbicara mengenai gerakan dakwah Aisyiyah di antaranya: pertama, Susanto, yang membahas aktivitas dakwah perempuan ‘Aisyiyah di Jawa Tengah dengan judul tulisan “Gerakan Dakwah Aktivis Perempuan ‘Aisyiyah Jawa Tengah”. Tulisan Susanto diawali dengan pembahasan mengenai hakekat dakwah, Islam agama dakwah, dakwah tugas setiap muslim, dakwah di era modern, dan strategi dakwah

‘Aisyiyah. Selanjutnya dia membahas tentang gerakan dakwah, falsafah gerakan dakwah, dan profil ‘Aisyiyah Jawa Tengah. Hasil dari kajiannya memaparkan mengenai gerakan dakwah aktivis perempuan ‘Aisyiyah Jawa Tengah yang meliputi gerakan dakwah bidang tabligh dan kehidupan Islami serta bidang kesejahteraan social.(Susanto, 2013)

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Umar dkk, tentang peran Nasyiatul Aisyiyah dalam wacana gender dan pendidikan profetik bagi perempuan di Bima. Subjek penelitian ini adalah tokoh-tokoh perempuan

‘Aisyiyah yang ada di Bima, menghasilkan penelitian yaitu, Nasyiatul Aisyiyah berperan dalam melakukan upaya pencegahan kekerasan pada perempuan melalui kegiatan kampanye dan sosialisasi pencegahan kekerasan di tingkat ranting. Nasyiatul Aisyiyah berperan dalam mendorong adanya askses partisipasi aktif perempuan dalam ranah domestik dan public terutama pada aspek power relationship.

Nasyiatul Aisyiyah berperan dalam pendidikan profetik yang dilakukan melalui program dakwah perempuan di setiap cabang dan ranting Nasyiatul Aisyiyah di daerah Bima. (Umar;

Husnatul, 2021)

Ketiga, Penelitian Siti Mujiatun dan Mavianti, dengan judul ‘Penguatan Gerakan ‘Aisyiyah Untuk Pencerahan Perempuan Berkemajuan Melalui Gerakan Al-Ma’un Pada Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Sumatera Utara.

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pendiri Muhammadiyah Kyai Ahmad Dahlan menafsirkan surah Al Ma’un dalam tiga kegiatan utama yaitu pendidikan, kesehatan dan penyantunan orang miskin dilakukan lebih modern yaitu melalui koperasi- koperasi untuk pembebasan manusia.(Mujiatun & Mavianti., 2020)

Dari ketiga kajian di atas, memiliki persamaan dalam subyek penelitian yakni mengangkat tentang organisasi perempuan ‘Aisyiyah yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan. Sedangkan perbedaannya terletak pada focus kajian. Khusus penelitian yang kami angkat yakni

‘Aisyiyah sebagai gerakan dakwah perempuan bergerak dalam pendampingan kasus perceraian yang banyak terjadi di masyarakat. Setting penelitian ini adalah tindak perceraian

(5)

di Kota Pontianak. ‘Aisyiyah turun mengambil peran dalam melakukan mediasi sehingga keutuhan rumah tangga bisa dipertahankan. Perceraian melahirkan korban tidak hanya pada pelaku perceraian yakni suami dan isteri yang memilih berpisah, tetapi berimbas kepada perilaku sikap anak memandang sebuah perkawinan yang jauh dari sakinah, mawaddah dan warahmah.

METODE:

Tulisan ini merupakan hasil penelitian melalui pendekatan kualiatitaif dengan jenis fenomenologis, yaitu untuk mengamati dan memotret secara langsung Gerakan dakwah perempuan yakni Aisyiyah dalam memediasi kasus perceraian yang ada di Kota Pontianak. Subjek yang menjadi penelitian ini adalah pasangan yang mengajukan kasus perceraian pada tahun 2022. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan adalah pada Ketua Aisyiyah dan pengurus posbakum Aisyiyah.

Karena kasus yang ditangani berjumlah 15 kasus, sehingga pengambilan data dilakukan pada semua objeknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN:

Adapun hasil dari penelitian melalui observasi media didapatkan data berikut:

Gerakan Perempuan ‘Aisyiyah Kalimantan Barat

Pengurus Wilayah ‘Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang sudah banyak nampak gerakannya di Indonesia, tidak terkecuali di Pontianak. Pendirian

Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kiai Dahlan pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H.

Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah.

Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘‘Aisyiyah yang diajukan K.H. Fachrodin. (Humas PW

’Aisyiyah Kalimantan Barat, 2016) Adapun Pendirian ‘Aisyiyah di Pontianak, tidak terlepas dari masuknya ‘Aisyiyah di Kalimantan Barat. Perjalanan Panjang pembentukan organisasi Aisiyah ditandai dengan adanya Dai yang

diutus oleh Pimpinan

Muhammadiyah pusat yaitu Ustadz Chatib Syatibi yang diutus oleh Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada akhir Tahun 1932 M. Ia membentuk majlis pengajian di desa Sungai Kunyit.

Pengajian ini berjalan sampai terjadi penjajahan Jepang, sehingga pengajian tidak kondusif sebab banyak ulama yang ditangkap.

Peristiwa ini yang dikenal dengan nama Korban Mandor, di mana para aktivis perjuangan yang terdiri dari politisi, ekonom, ulama dan pendidik ditangkap dan disungkup oleh penjajah Jepang.

Pada Tahun 1946, setelah Indonesia merdeka Muhammadiyah Kalimantan Barat kembali aktif meskipun sebagian masyarakat Islam tradisional memandang organisasi Muhammadiyah sebagai organisasi modern yang kebarat-baratan. (Aju.

(6)

& Zainuddin, 2013) Pada saat itu ada anggapan bahwa Muhammadiyah merupakan kumpulan kaum muda yang sesat karena meninggalkan ajaran nenek moyang yang telah dilaksanakan turun-temurun.

Kemudian pada Tanggal 21 Oktober

1950 Pimpinan Pusat

Muhammadiyah Ki Bagus Hadi Kusumo mengesahkan Cabang Muhammadiyah Sungai Kunyit bertepatan dengan 1 Muharam 1370 H. Sebagai ketua Cabang adalah H Abdul Razak. Pada saat itu di Desa Sungai Bakau Kecil juga sudah ada cabang Muhammadiyah yang dipimpin oleh HM Kurdi Jafar. Pada saat itu ibu-ibu mengikuti kegiatan pengajian para suaminya yang juga berkecimpung di Muhammadiyah.

Gerakan perempuan yang awalnya mengikuti suami melahirkan gerakan individual. Gerakan individual; lebih terfokus pada pemikiran atau aktivitas tokoh tertentu dan sebagai gerakan kolektif yang diorganisasikan.

(Humas PW ’Aisyiyah Kalimantan Barat, 2016)

Tahun 1960, dilaksanakan kegiatan pengajian tersendiri khusus untuk ibu-ibu yang dipelopori oleh Masnun Kudus, ibu Saamah Bakar Ibu Asmah Idris di bawah organisasi ‘Aisyiyah yang pada saat itu masih berupa cabang.(‘Aisyiyah or.id, 2016) Saat ini ‘Aisyiyah terdiri dari beberapa Lembaga, yaitu: (1) Majelis Tabligh . (2) Majelis Kesejahteraan Sosial.

(3) Majelis Kesehatan (4) Majelis Pendidikan Dasar dan Menangah. (5) Majelis ekonomi dan ketenagakerjaan (6) Majelis Pendidikan Tinggi dan Kajian Lingkungan Hidup (7) Majelis Hukum dan HAM (8) Lembaga Kebudayaan (9) Lembaga Penelitian

dan Pengembangan (10) Majelis

Pembinaan Kader.

(kalbar.aisyiyah,or.id, 2016)

‘Aisyiyah tumbuh menjadi gerakan kolektif melalui organisasi dengan bentuk tujuan dan perjuangan (berbagai program kegiatan) yang telah disepakati bersama lengkap dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Gerakan perempuan ‘Aisyiyah sebagai sebuah gerakan dakwah yang sudah lama berdiri, gerakannya tidak lekang oleh zaman bahkan semakin dinamis, mengikuti perkembangan zaman. Berangkat dari pengajian yang mengikuti suami, kemudian menjadi otonom dan memiliki program tersendiri dalam memberdayakan kaum perempuan.

Gerakan dakwah perempuan

‘Aisyiyah sebagai gerakan berkemajuan (Hadisaputra. et al., 2022) Gerakan dakwah ‘Aisyiyah dibentuk dalam menangani persoalan sosial keagamaan dengan merujuk pada QS. An-Nahl ayat 97 dimana pelaksanaan dakwah tanpa melihat gender tetapi melakukan dakwah adalah kewajiban umat Islam laki- laki dan perempuan sehingga perempuan adalah pathner bagi laki- laki dalam menjalankan dakwah.

Pos Bantuan Hukum (posbakum) Setiap Lembaga dan majelis yang merupakan bagian dari ‘Aisyiyah memiliki komitmen untuk melaksanakan program-program yang ada di setiap Lembaga. Salah satu yang gesit dalam mejalankan amanahnya adalah majelis hukum dan HAM. Majelis Hukum dan HAM

‘Aisyiyah telah membentuk Pos Bantuan Hukum (selanjutnya ditulis posbakum). Pendirian Posbakum dilatarbelakangi banyaknya

(7)

permasalahan-permasalahan

perempuan yang menyangkut hukum dan harus diselesaikan secara hukum.

Permasalahan kekerasan dalam rumah tangga merupakan hal yang masih kerap dialami oleh perempuan.

(Restia & Arifin, 2020) Posbakum secara resmi dibentuk pada tahun 2021. Sejak dibentuk sampai sekarang, beberapa kasus terkait hukum dapat diselesaikan dan dilakukan pendampingan.

Salah satu pendampingan yang sudah dilakukan sejak berdirinya adalah pendampingan pada kasus perceraian.

Organisasi ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan sangat konsen terhadap permasalahan perempuan dan keluarga. Pendampingan diberikan dalam rangka mengurai benang kusut yang terjadi dalam rumah tangga. Dengan asumsi jika menghadapi suatu permasalahan maka harus diselesaikan dengan bijaksana, karena jika ada suatu masalah kecil namun tidak bisa menyelesaikan dengan baik maka akan berakibat perceraian. (Atika et al., 2020) Perceraian yang dialami keluarga, sedikit banyaknya berdampak pada perempuan.

Bentuk pendampingan ‘Aisyiyah bagi kasus perceraian

Langkah Mediasi

Siapapun tidak akan mau berpisah dalam rumah tangganya. Begitu juga dengan keluarga yang berselisih.

Awal terbentuknya rumah tangga dengan tujuan agar mendapatkan kebahagiaan, mendapatkan Sakinah mawaddah warahmah. Sakinah adalah rasa tentram dan tenang yang dirasakan oleh pasangan yang sudah menikah. Mawaddah adalah rasa cinta yang menghiasi runah tangga.

Sedangkan rahmah/ rahmat adalah rasa kasih sayang yang diliputi oleh rahmat Allah yang Maha penyayang.

Tujuan dari perkawinan di atas adalah tujuan yang ideal, dan realistis. Pasangan suami istri berusaha untuk mendapatkan rasa Sakinah mawaddah dan rahmah tersebut. Namun diperjalanan perkawinan, harapan tidaklah sesuai kenyataan. Terdapat kendala- kendala, yang menyebabkan pasangan berselisih paham hingga putus asa dan berencana mengakhiri pernikahan mereka.

Ketika jalan keluar sudah tidak lagi ditemukan, maka cara yang ditempuh adalah dengan berpisah. Perpisahan dengan perceraian mudah dilakukan oleh pasangan. Namun sebelum benar-benar memutuskan berpisah, maka pikiran akan perceraian perlu dilakukan. Sebab, jika itu terjadi, banyak efek yang akan terjadi, seperti pada masyarakat, pada keluarga, terjadi ketidaknyamanan dalam keluarga, pada anak. Anak yang dibesarkan dengan orangtua yang berpisah, akan tumbuh dengan psikologis yang berbeda daripada anak yang hidup Bersama orangtua yang utuh. Oleh karena banyaknya efek yang diakibatkan oleh perceraian, maka sedapat mungkin keutuhan perkawinan dipertahankan.

Oleh sebab itu mediasi bukan hanya untuk menyelesaikan masalah, agar masalah tidak sampai ke ranah hukum, namun dilakukan dengan sungguh-sungguh, dengan melibatkan faktor psikologis dan melakukan dengan pendekatan-pendekatan kemanusiaan.

‘Aisyiyah di bawah majelis Hukum dan HAM yang membentuk Pos Bantuan Hukum (Posbakum),

(8)

berusaha untuk berperan dan berkontribusi dalam mempertahankan perkawinan kliennya. Selama terbentuk, ada 15 kasus yang ditangani dan dimediasi. Dari 15 kasus tersebut 7 kasus sudah berhasil di mediasi dan 8 kasus sudah masuk ke Pengadilan Agama Kota Pontianak.

Posbakum melaksanakan mediasi dengan maksimal. Langkah-langkah yang dilakukan ialah: (1) Permohonan mediasi, (2) mendalami kasus (3) melakukan mediasi terpisah. (4) melakukan mediasi secara sama-sama. (5) hasil akhir Pertama, permohonan mediasi.

Dalam hal ini, pihak istri atau suami yang sedang bermasalah mendatangi dan berkomunikasi pada pihak posbakum untuk dimintai menjadi mediator dalam penyelesaian kasus keretakan perkawinan. Kedua, pihak posbakum mendalami, mengkaji kasus tersebut, sehingga mudah untuk dilakukan mediasi. Ketiga, setelah dilakukan pendalaman, posbakum melakukan persiapan dan pemanggilan pada pihak yang bertikai tersebut, namun hal ini dilakukan secara terpisah. Jika istri yang memohon mediasi, maka yang dipanggil dan dimediasi adalah suami. Setelah itu mediasi juga dilakukan pada istri. Dalam proses ini, akan digali hal-hal yang menjadi potensi adanya keretakan tersebut.

dari beberapa kasus yang didalami, akar permasalahannya beragam. Ada permasalahan karena selingkuh, ada yang karena ekonomi, ada juga yang disebabkan oleh KDRT dan penyakit akibat seks bebas. Dalam tahap ini, posbakum betul-betul melihat akar masalahnya, sehingga dengan itu memudahkan untuk bergerak pada

tahap berikutnya yaitu mediasi kedua belah pihak.

Adapun langkah keempat adalah mempertemukan kedua belah pihak.

Setelah dilakukan pendalaman, kemudian digali permasalahan dari kedua pihak secara terpisah. Pada tahapa ini mediator memiliki peran yang penting, yaitu bagaimana memberikan dan menawarkan jalan keluar jika masih memungkinkan untuk tidak bercerai.

Metode Mediasi

Dari hasil wawancara pada posbakum, yakni mediator yang memiliki peran dalam mediasi perkara perselisihan, ada beberapa hal yang dilakukan dalam upaya

membantu melakukan

pendampingan. Pencegahan tersebut dilakukan dengan penguatan keimanan, pendekatan keislaman dan pendekatan psikologis.

Penguatan keimanan

Dari hasil wawancara dengan mediator posbakum, yang dikuatkan dalam proses mediasi adalah penguatan keimanan. Penguatan keimanan ini adalah hal yang sangat penting. Dari beberapa kasus yang ditangani, penyebab perselisihan adalah adanya ketidakcocokan, pertengkaran antara satu dengan yang lainnya. Menurut mediator kasus perceraian sekaligus sebagai pengacara non hakim, ibu Hazlina dari Posbakum Aisyiyah,: “keimanan menjadi faktor utama utuhnya perkawinan. Keimanan menjadi tameng pasangan untuk berbuat yang tidak baik, baik secara agama, moral maupun tatanan maasyarakat.

Banyaknya angka perceraian disebabkan kurangnya motivasi beriman para penganutnya”.(Hazlina,

(9)

2022)

Ketidakcocokan dan perbedaan yang menjadi pemicu perselisihan diawali dari rapuhnya keimanan yang dimiliki. Iman adalah keyakinan yang penuh pada Allah, Nabi-nabi Allah, malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, hari kiamat, qadha dan qadarnya. Pada konsep pengertian yang lain iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan melalui lidah, dan pengamalan dengan anggota badan

Iman memang letaknya di dalam hati dan tidak Nampak, namun aktivitas dan buah dari iman dapat dilihat.

Seperti pengertian menurut hadist di atas. Mediator posbakum membangkitkan kembali rasa keyakinan pada Allah yang mungkin selama ini pasangan sudah mulai rapuh dan kering. Iman merupakan pondasi utama dalam kehidupan manusia. Apapun permasalahan yang dihadapi dalam rumah tangga, dipandang dengan kacamata keimanan. Setiap rumah tangga punya masalah dan pasti mengalami ujian dan cobaan. Ujian berupa kekurangan atau kelebihan harta, ujian kesuksesan maupun keterbatasan, ujian dalam sehat maupun sakit. Semua dipandang sebagai ujian dan titipan bagi manusia. Dan setiap manusia berbeda dalam derajat dan bentuk ujiannya.

Manusia akan dilihat seberapa kuat dan tangguh dalam menghadapinya.

Oleh karena itu, keimanan bukan hanya dipandang sebagai apa yang ada di dalam hati, karena dari keimanan inilah akan lahir tingkah laku dan perbuatan baik dan buruk manusia. Apa yang juga dilakukan oleh mediator adalah berbaik sangka

pada pasangan dan menyerahkan

urusan pasangan pada Allah. Karena walau bagaimanapun penjagaan pada pasangan, namun manusia terbatas. Lima langkah saja pasangan melangkah hilang di pandangan, maka sudah tidak dapat lagi mengontrol tindakannya. Baik yang meninggalkan rumah maupun yang ditinggalkan, atau sama-sama bekerja. Oleh sebab itu, penanaman

keimanan sangat penting dalam mengontrol tingkah laku manusia.(Hazlina, 2022)

Pendekatan Ibadah

Ibadah adalah tha’ah (ketaatan).

Ibadah juga dapat diartikan sebagai pengabdian diri pada Allah, ibadah juga adalah usaha mendekatkan diri pada Allah sebagai tuhan yang disembah. (Dalilah & Azahari, 2022) Masalah yang diajukan pada posbakum yang banyak adalah masalah keluarga yang mengarah pada perceraian. Selain penguatan keimanan, dalam menghadapi kasus klien yang dilakukan oleh oleh posbakum juga adalah penguatan ibadah. Iman dan ibadah adalah pelebur masalah-masalah dan kerumitan yang diberikan oleh Allah.

Dalam menghadapi persoalan, dihadapi dengan iman dan perkuat dengan ibadah pada Allah. Menurut posbakum, biasanya kalau sudah diingatkan, dinasehati dengan pendekatan iman dan ibadah ini, mereka akan luluh.(Hazlina, 2022) Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang dilakukan melalui sentuhan jiwa manusia. Manusia terdiri dari tiga komponen, yaitu fisik, akal dan jiwa. pemenuhan kebutuhan ketiganya berbeda, walaupun ada riset yang menyimpulkan bahwa satu obat dari 3 permasalahan tersebut, yaitu Al- Quran. (Rosyanti, 2022) . Pertengkaran dan perselisihan dapat mengganggu kejiwaan dan mental seseorang. Kesehatan mental dan

(10)

jiwanya bisa menurun, merasa tidak diakui, merasa tidak berharga atau memberontak, marah, benci, tidak menghargai dan lain-lain. Jiwa yang sehat dapat melahirkan perbuatan- perbuatan yang sehat pula.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh mediator yang mendampingi pasangan yang bermasalah adalah paham dalam pendekatan psikologis.

Mereka yang bermasalah dibangun kembali psikologisnya agar dapat bangkit dan membangun kembali harapan dan tujuan keluarganya.

Pikiran negatf yang terkait dengan ketidakmampuan mempertahankan bahtera rumahtangga harus dihilangkan. Karena memang membangun rumahtangga perlu kesiapan psikologis yang matang, perlu kesehatan mental yang terjaga dan Kesehatan psikologis dapat juga dilihat dari saling menyingkirkan ego masing-masing. (Wagiyem, 2022) Ada 7 kasus yang selesai dengan mediasi adalah mereka yang tidak menempatkan ego dalam menyelesaikan persoalan mereka.

Keinginan pribadi memang ada, namun bisa dikesampingkan dan ada ruang untuk dikomunikasikan, sebab tujuan bersama adalah di atas segalanya dan lebih penting.

Hasil Mediasi

Mediasi yang dilakukan oleh posbakum berdasarkan hasil wawancara bahwa sudah ada 15 kasus terdata yang ditangani dalam setahun.

Keberadaan Posbakum di Kota Pontianak telah membantu pihak yang mengalami masalah dalam mengatasi persoalan rumah tangganya. Selama ini pihak yang bermasalah merasa malu, atau bingung untuk menyelesaikan permasalahan mereka.

Namun dengan adanya pelayanan mediasi, mereka merasa ada tempat curhat, atau bisa mengakui kesalahan dan membangun komunikasi antara suami dan isteri. Dengan adanya upaya tersebut, telah membantu terbangunnya tatanan masyarakat yang rukun, yang dimulai dari tingkat keluarga sampai tingkat masyarakat yang lebih luas.

Kendala

Setiap langkah dan perbuatan tidak selalu mengalami kesuksesan ada pula beberapa kendala yang dihadapi.

Apalagi ini adalah sebuah upaya membangun masyarakat yang beradab dengan dimulai dari keluarga yang berkualitas. Tentu ada kendala- kendala yang dihadapi. Mediasi yang dilakukan oleh posbakum selain mendapatkan keberhasilan dengan gagalnya kasus perceraian beranjak ke ranah hukum, juga mengalami kendala. Penyebab kendala yang dialami adalah berasal dari internal dan eksternal. Kendala dari internal adalah berasal dari dalam keluarga yang berselisih dan bermasalah, bisa dari istri, suami atau keduanya. Ego dan tertutupnya komunikasi menjadi bagian dari kendala. Begitu juga dengan adanya masalah-masalah pribadi, seperti adanya penyakit infeksi adalah masalah internal.

Kendala dari luar adalah berasal dari luar keluarga, bisa dari luar keluarga inti, dari masyarakat dan sebagainya.

Dorongan dari keluarga untuk tetap melanjutkan kasus adalah salah satu kendala, walaupun mediator sudah maksimal dalam mendampingi, namun jika pasangan lemah apalagi dorongan dari keluarga lebih mendukung untuk terjadinya perceraian, maka upaya mediasi

(11)

menjadi tidak berhasil. (Wagiyem, 2022)

KESIMPULAN

Gerakan perempuan ‘Aisyiyah melalui Majelis Hukum dan HAM membentuk Pos Bantuan Hukum (Posbakum). Posbakum telah menggeliat melaksanakan tugasnya dalam melaksanakan pendampingan pada kasus perceraian yang ada di Kota Pontianak. Apa yang dilakukan oleh posbakum adalah melaksanakan mediasi, menggunakan beberapa pendekatan mediasi, yaitu pendekatan keimanan, pendekatan ibadah dan pendekatan psikologis.

Hasil dari mediasi dapat dilihat melalui data, yaitu dari 15 kasus yang ditangani selama setahun, 7 kasus membatalkan rencana perceraian mereka dan 8 kasus melanjutkan.

Kendala yang dihadapi dalam mediasi adalah dari internal dan eksternal.

Dari internal pasangan adalah adanya ego yang masih dikedepankan oleh masing-masing pasangan. Ada juga yang karena terinveksi penyakit.

Sedangkan dari eksternal adanya intervensi dari pihak ketiga, misalnya darikeluarga, agar pasangan tetap melanjutkan perpisahannya.

REFERENSI

Aju., & Zainuddin. (2013).

Kalimantan Barat: Lintasan sejarah dan Pembangunan (1st ed., Vol. 1). LPS AIR.

Husna, C. Asmaul. ,. (2019).

Tantangan Dan Konsep Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah Di Era Millenial Ditinjau Dari Perspektif

Hukum Keluarga (StudiKasus Provinsi Aceh). JIC, 3(2), 72–

82.

Atika, S. N. F., Aziizah, N. F., &

Umma, Ainayah. ,. (2020).

Analisis Maraknya Perceraian Pada Masa Covid 19. Mizan:

Journal of Islamic Law, 4(2), 181–192.

https://doi.org/10.32507/mizan .v4i2.838

Dalilah, N., & Azahari, R. (2022).

Menghayati Nilai Iman, Islam dan Ihsan dalam Mendepani Cabaran Kontemporari. Ar- Raiq, 5(1), 1–55.

Hadisaputra., Damayanti, Eka. , Quraisy, Hidayah. , &

Lukman, Lukman. ,. (2022).

Dinamika Gerakan Perempuan Berkemajuan di Tingkat Lokal (Sejarah ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan Tahun 1927-1965).

Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 1717– 1728.

https://doi.org/10.31004/eduka tif.v4i2.2274

Hazlina. (2022, December 14).

Posbakum ’Aisyiyah Kalimantan Barat.

Hudafi, H. (2020). Pembentukan Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

Al Hurriyah : Jurnal Hukum Islam, 5(2), 172–181.

https://doi.org/10.30983/alhurr iyah.v5i2.3647

Humas PW ’Aisyiyah

(12)

Kalimantan Barat. (2016, October 5). Sejarah Pimpinan Wilayah ’Aisyiyah Kalimantan Barat.

Kalbar.Aisyiyah,or,Id.

Kalmijn, Matthijs. ,. (2013). Adult children’s relationships with married parents, divorced parents, and stepparents:

Biology, marriage, or residence? Journal of Marriage and Family, 75(5), 1181–1193.

https://doi.org/10.1111/jomf.1 2057

Mujiatun, Siti. , & Mavianti.

(2020). Penguatan Gerakan

’Aisyiyah Untuk Pencerahan Perempuan Berkemajuan Melalui. Jurnal Ihsan, 2(1), 86–99.\

Pengadilan Agama Kota Pontianak.

(2022). Data Pengadilan Agama tingkat I Kota Pontianak Tahun 2020. In -.

Restia, V., & Arifin, R. (2020).

Perlindungan Hukum Bagi Anak Sebagai Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Nurani Hukum, 2(1), 23.

https://doi.org/10.51825/nhk.v 2i1.5018

Rosyanti, L. H. I. A. (2022).

Literature Review Spiritual Health Al-Qur’an erapy as Physical and Psychological Treatment during the COVID- 19 Pandemic. Periodicity:

Bianual, 14(1), 2022.

https://doi.org/10.36990/hijp.v 14i1.480

Sururie, R. Wahyu. , &

Yuniardi. (2018).

Perceraian Keluarga Muslim Di Jawa Barat. Al Manahij, 12(2), 265–280.

Susanto, Dedi. ,. (2013). Gerakan Dakwah Aktivis Perempuan

‘Aisyiyah Jawa Tengah.

Sawwa: Jurnal Studi Gender, 8(2), 323–340.

https://doi.org/10.21580/sa.v8i2.6 60

Umar; Husnatul, M. M. I. J. (2021).

Peran Naasyiatul Aisyiyah Dalam Wacana Gender.

KAFA’AH JOURNAL, 11(1), 15–26.

http://kafaah.org/index.php/kafaa h/index Wagiyem. (2022, December 10). Ketua PW

’Aisyiyah Kalimantan Barat.

Referensi

Dokumen terkait

13 Iamoto anNa ma’kada tu Puang Matua lako Nuh kumua: Nalambi’mo tu ma’katampakanna mintu’ tolino situru’ pangra’ta’Ku, belanna ia te lino naponnoimo kamasa’garan..

Jika dilihat dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa terdapat persepsi yang rendah, hal tersebut menguatkan bahwa persepsi yang rendah