Berdasarkan hasil kultur urin, terdapat 7 jenis bakteri yang teridentifikasi, yaitu Eschericia coli, Streptococcus sp., Staphylococcus sp.,Coccus Gram negatif, Coccus Gram positif, Seratia Marcesnes, dan Bacillus Subtilis. Dalam penelitian yang dilakukan Mahfouz dkk di Arab Saudi, jenis bakteri yang ditemukan adalah Eschericia Coli, Klebsiella sp, Enterobacter cloacae, Streptococcu sps., Seratia sp, Staphylococcus aureus dan Gram negatif Bacili yang lain. Pada penelitian ini, dari 20 pasien terdapat 8 pasien yang menjalani terapi hemodialisis. Bacillus subtilis (50%) merupakan jenis bakteri terbanyak yang ditemukan pada 8 sampel urin pasien yang melakukan terapi hemodialisis. Kemudian ditemukan bakteri lain seperti Cocus Gram negatif (12,5%), Seratia Marscesnes (12,5%) dan Streptococcus sp. (12,5%). Dari hasil yang diperoleh, terdapat beberapa jenis bakteri yang mirip dengan jenis bakteri yang ditemukan dari penelitian Mahfouz, dkk di atas yaitu, Seratia Marscesnes dan Streptococcus sp.
Mamonto, Soeliongan, Homenta.2015. Identifikasi Bakteri Aerob pada Urin Porsi Tengah Pasien Penyakit Ginjal Kronik Stadium 5 Di Blu Rsup Prof. R.D. Kandou Manado. Jurnal e- Biomedik (eBm).3(1):211-215.
Perawatan pasien dengan gagal ginjal kronik tergantung pada tahap penyakit ginjal dan status klinisnya. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal, tanpa tanda-tanda dan gejala klinis, dapat dirawat normal namun dengan pertirnbangan, semua obat yang dimetabolisne di ginjal tidak boleh diresepkan, karena obat yang dimetabolisme di ginjal dapat menyebabkan intoksinasi / nephrotoxic dan rnemperburuk kondisi pasien. Jika pernberian obat ini tidak dapat diganti dengan obat lain, maka dosisnya harus dikurangi, untuk mengeliminasi efek toksiknya terhadap ginjal.
Evaluasi awal kondisi kesehatan mulut pasien gagal ginjal kronik penting untuk menghilangkan fokal infeksi dari rongga mulut. Untuk mencegah infeksi maka diperlukan profilaksis antibiotik. Pasien CRF yang menjalani hemodialisis biasanya mendapat tranfusi darah sehingga resiko tertular hepatitis A dan C. Oleh karena itu mendapatkan special precaution.
Kondisi hematologi yang paling sering mempengaruhi pasien uremia dan gagal ginjal adalah perdarahan yang berlebihan dan anemia . Hal ini terjadi akibat beberapa faktor antara lain (1) penggunaan antikoagulan pada saat hemodialisis (2) Masa perdarahan dan pembekuan (Bleeding Time & Clotting Time) yang meningkat secara signifikan. Untuk menghindari keadaan tersebut, pertu dilakukan evaluasi dan persiapan sebelum tindakan antara lain : (1) Mengevaluasi kadar haemoglobin kadar potassiurn, ureum, C02 dan glukosa, Glomerutar Fitration Rate (GFR), urea-nitrogen darah (BUN), Creatinine serum serta pemeriksaan elektrolit dan asam basa, (2) Monitor tekanan darah dan frekuensi denyut jantung, (3) Mengevaluasi volume intravaskuler, (4) penggunaan Obat antifibrinolitik, plasma segar beku, vitamin K dan trombosit dapat diberikan sebagai terapi pengganti atau dapat digunakan elektrokauterisasi untuk mengatasi perdarahan selama prosedur invasif. (5) Obat antikoagulan yang digunakan oleh pasien juga harus dievaluasi dengan seksarna, apakah pasien menggunakan antikoagulan golongan coumarin (warfarin) atau heparin natrium. Karena Efek antikoagulan heparin yang digunakan selama hemodialisis tidak akan menghasilkan efek sisa /residu, umumnya hanya 3-4 jam terakhir pasca pemberian. Perawatan gigi akan lebih
aman jika dilakukan 1 hari setelah hemodialisis, tidak ada risiko perdarahan yang berkepanjangan yang dievaluasi dari hasil pemeriksaan laboratorium, kondisi metabolik asam-basa dan kadar elektrolit yang abnormal diatasi.
Pada pasien gagal ginjal kronik yang progresif mungkin disamping memerlukan tindakan hemodialisis juga memerlukan tjndakan transplantasi ginjal. Perawatan gigi pada pasien ini sebaiknya dilakukan sebelum transplantasi, karena komplikasi utama pada pasien transplantasi ginjal adalah infeksi.
Vitria.2011. Evaluasi dan penatalaksanaan pasien medically-compromised di tempat praktek gigi. Dentofasial.10(1):47-54.