Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas terbitnya buku Pembangunan Kependudukan Rancangan Hebat (GDPK) 5 Pilar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku The Grand Design Pembangunan Kependudukan 5 Pilar ini.
READING
COPY
Pendahuluan
Dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya, Indonesia akan menghadapi masalah yang tidak bisa dianggap enteng yaitu Bonus Demografi (H Hermanto Suaib, 2017). Bonus demografi adalah peluang kemakmuran ekonomi suatu negara karena sebagian besar penduduk produktif (usia 15-64 tahun) dalam perkembangan penduduk dengan pola siklus satu abad sekali.
Pengertian Bonus Demografi
Pengertian bonus demografi mengacu pada fenomena peningkatan penduduk usia kerja yang memiliki manfaat bagi perekonomian. Bonus demografi didefinisikan sebagai peningkatan jumlah penduduk dalam kelompok usia kerja yang meskipun meningkatkan jumlah penduduk, namun dipandang sebagai keuntungan yang tidak dapat dihindari.
Indikator Bonus Bemografi
Periode bonus demografi Indonesia dimulai dari tahun 2015-2035 dengan rasio beban tanggungan berkisar antara 0,4-0,5 yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 40-50 penduduk usia tidak produktif (Siapkan Bonus Demografi | Republika Online, 2019). Bukan tidak mungkin jika bonus demografi usia kerja di Indonesia lebih besar dari pada non usia kerja, manfaat akan diperoleh.
Tantangan Bonus Demografi
- Dalam bidang pendidikan, mampukah pemimpin
- Dalam Bidang Kesehatan, mampukah pemimpin
- Dalam Bidang Ekonomi
Migrasi internasional bersih dapat diabaikan (diasumsikan = sama dengan 0) karena jumlah penduduk yang masuk dan keluar Indonesia diperkirakan seimbang dan relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Mampukah negara kita Indonesia menyediakan lapangan kerja yang diperkirakan mencapai 70% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020-2030.
Ancaman Bonus Demografi
- Masalah Kesehatan
- Ekonomi
- Pendidikan
Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.” Hal yang sama juga terdapat dalam pasal 152 UU No. Masalah mendasar terkait pembangunan kependudukan di Indonesia adalah pertumbuhan penduduk masih tinggi, kualitas penduduk masih rendah dan belum meratanya persebaran penduduk.
Visi, Misi, Arah Kebijakan, Tujuan dan Sasaran GDPK
Terwujudnya data dan informasi kependudukan yang akurat (valid) dan handal serta terintegrasi melalui pengembangan sistem informasi data kependudukan. Pengembangan database kependudukan melalui pengembangan sistem informasi data kependudukan yang akurat, handal dan terintegrasi.
Pelaksanaan GDPK
- Tim Koordinasi Pelaksanaan gDPK nasional untuk pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden
- Tim Koordinasi Pelaksanaan GDPK Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk provinsi dibentuk oleh gubernur
- Tim Koordinasi Pelaksanaan GDPK Kabupaten/Kota untuk kabupaten/
Tim Koordinasi Implementasi GDPK Kabupaten/Kota Provinsi bertugas mengkoordinasikan dan menyinkronkan perumusan kebijakan dan program, pelaksanaannya. Tim Koordinasi Implementasi GDPK Kabupaten/Kota bertugas untuk mengkoordinasikan dan menyinkronkan penyusunan, pelaksanaan kebijakan dan program.
Kuantitas Penduduk
Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk (GDPKP) merupakan pedoman penyusunan Grand Design Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk. Grand Design Roadmap Pengendalian Kuantitas Penduduk (PKP) mencakup periode 2010 hingga 2035 dengan periode lima tahun.
Pengendalian Kuantitas Penduduk
Berdasarkan Roadmap tersebut diketahui bahwa tujuan pengendalian penduduk meliputi fertilitas dan mortalitas untuk membantu pemerintah dan pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan kependudukan melalui pengendalian penduduk. Dari segi jumlah penduduk sangat besar, menunjukkan tertinggi keempat di dunia, tertinggi ketiga di Asia dan tertinggi pertama di ASEAN dengan tingkat pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi.
Pengaturan Fertilitas
Variabel yang mempengaruhi Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk di Provinsi Jawa Tengah meliputi: jumlah penduduk menurut kelompok umur, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk menurut kelompok usia sekolah, dan rasio beban tanggungan. Bagi WUS bukan KB dan yang sudah menikah hendaknya melakukan mobilisasi penduduk dan program keluarga berencana dengan meningkatkan penggunaan kontrasepsi untuk menurunkan angka kelahiran.
Penurunan Mortalitas
- Penurunan angka Kematian Bayi (aKB)
- Penurunan angka Kematian ibu (aKi)
Masalah kematian bayi (IMO) bukan hanya masalah bangsa, negara dan dunia, tetapi juga masalah keluarga. Tujuan keempat MDGs adalah menurunkan angka kematian bayi (IMO), karena AKB merupakan salah satu indikator kesehatan. Strategi nyata untuk menurunkan angka kematian bayi adalah dengan meningkatkan upaya medis melalui asuhan persalinan normal dengan paradigma baru, dari sikap wait and see hingga mencegah komplikasi yang mungkin terjadi agar bayi dapat lahir dengan selamat saat proses persalinan.
Angka kematian ibu adalah angka yang diperoleh dari jumlah kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup.
Kualitas Penduduk
Indikator rata-rata lama sekolah adalah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan bagi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dihitung dari dua variabel yaitu derajat yang dicapai dan tingkat pendidikan yang dicapai. Indeks ketiga komponen IPM dapat dihitung dengan cara membandingkan selisih nilai indikator dan penentu nilai minimumnya dengan selisih penentu indikator maksimum dan minimum, sebagai berikut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IPM Indonesia telah mencapai 70,18 dengan angka harapan hidup 70,8 tahun, rata-rata lama sekolah 7,95 tahun dengan harapan lama sekolah 12,72 tahun dan rata-rata pengeluaran penduduk Indonesia sebesar Rp 10,42 juta per kapita per tahun. tahun.
Menurut Kecuk Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik, IPM Indonesia bahkan mencapai 70,81 pada tahun 2017 seperti dirilis Bisnis.com (2018) dengan angka harapan hidup 71,06.
Peningkatan Kualitas Penduduk di Bidang Kesehatan Melalui Pemberdayaan Keluarga
- Peningkatan Status gizi Masyarakat
- Peningkatan akses air Bersih dan Sanitasi layak
- Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Ketersediaan aksesibilitas Pangan Penduduk
- Penguatan kelembagaan lokal dalam program bantuan pangan
Pedoman ini menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan dari pemberdayaan keluarga melalui pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah tangga. Ketersediaan rumah tangga dengan akses air minum dan sanitasi yang layak berdampak pada suatu wilayah yang berdampak pada penurunan angka kematian. Perilaku hidup bersih dan sehat penting untuk diterapkan di setiap rumah tangga dan sebagai tolok ukur keberhasilan program promotif dan preventif serta pelayanan kesehatan dasar dan pengambilan kebijakan pemerintah negara bagian dan daerah yang berkaitan dengan kesehatan.
Meningkatnya aksesibilitas pangan dari perspektif ekonomi akan meningkatkan pendapatan dan daya beli rumah tangga.
Peningkatan Akses Penduduk Terhadap Pendidikan
Anggaran tersebut dimaksudkan untuk pembangunan di bidang pendidikan, termasuk penyediaan sarana pendidikan yang memadai bagi masyarakat. Taman kanak-kanak merupakan fasilitas pendidikan paling dasar yang diperuntukan bagi anak-anak yang berusia antara (5-6) tahun. Sekolah Menengah Pertama adalah sarana pendidikan yang berfungsi sebagai sarana untuk melayani anak-anak yang telah lulus Sekolah Dasar.
Sekolah Menengah Pertama Negeri merupakan sarana pendidikan yang berfungsi sebagai sarana pelayanan lulusan Sekolah Menengah Pertama.
Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
Lokasi masing-masing SMP/MTs dapat ditempuh siswa dengan berjalan kaki maksimal 6 km melalui jalur tidak berbahaya. Satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimal 3 rombongan belajar dan maksimal 27 rombongan belajar. Untuk pelayanan bagi penduduk lebih dari 6.000 jiwa, dimungkinkan untuk menambah kelompok belajar pada sekolah yang sudah ada atau membangun SMA/MA baru.
Selain sarana dan prasarana pendidikan, aksesibilitas pendidikan juga tidak kalah pentingnya dalam penyelenggaraan pendidikan.
Analisis Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Penggunaan standar tersebut untuk mengevaluasi kebutuhan fasilitas pendidikan sekolah menengah yang ada, sementara perbandingan seluruh penduduk usia sekolah dasar (13-15 tahun) dan usia sekolah menengah (16-18 tahun) dapat digunakan untuk menilai ketersediaannya. sarana atau daya tampung sarana pendidikan (asumsi partisipasi aktif. Misalnya jumlah penduduk usia SMP dan SMA di Kecamatan X adalah 100% dari daya tampung sarana pendidikan yang ada di Kecamatan X. Langkah selanjutnya adalah menilai ketersediaan sarana pendidikan adalah menganalisis tingkat hunian sekolah dengan cara membandingkan jumlah siswa di Kecamatan X dengan daya tampung tingkat pelayanan lembaga pendidikan (misalnya SD dan SMP) berdasarkan standar yang digunakan, melakukan proses evaluasi berdasarkan tingkat efisiensi (kecukupan penyediaan sekolah menengah pertama dan atas sesuai standar, pemenuhan kebutuhan penduduk usia 13-15 dan 16-18 dan tingkat hunian sekolah) dan efisiensi (aksesibilitas dapat berupa jalan kondisi).
Malik, 2 & Hendriek H Karongkong “Analisis kebutuhan dan persebaran sarana pendidikan SMP dan SMA di Kabupaten Tambrauw.
Peningkatan Kompetensi Penduduk Melalui Pendidikan Formal, Non formal Maupun
Di saat banyak orang bingung mencari pekerjaan, banyak lulusan lembaga pendidikan nonformal yang membuka lapangan pekerjaan. Tujuan dan karakteristik pendidikan nonformal Sadrico (2013) menegaskan bahwa tujuan pendidikan nonformal dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu Dari segi pelayanan, pendidikan nonformal bertujuan untuk melayani anak usia sekolah (0-6 tahun), anak sekolah dasar (7-12 tahun), anak sekolah menengah atas (13-18 tahun), anak usia kuliah ( 19-24 tahun).
Di mana ada dana, di situ ada program, hal seperti itu perlu dibenahi saat melaksanakan program pendidikan nonformal.
Pengurangan Kesenjangan Pendidikan Menurut Jenis Kelamin Dengan Cara
- rencana aksi
- indikator rencana aksi
Melalui pendidikan yang tidak diskriminatif dapat bermanfaat baik bagi perempuan maupun laki-laki guna memfasilitasi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi laki-laki dan perempuan untuk mengikuti pendidikan. Akses dan kesempatan yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh pendidikan, persentase partisipasi perempuan yang rendah dalam setiap studi.
Mempersiapkan lingkungan yang lebih kondusif untuk akses dan kesempatan yang sama terhadap pendidikan bagi anak perempuan dan laki-laki.
Peningkatan Status Ekonomi Penduduk Dengan Cara Memperluas Lapangan Kerja
Fenomena inilah yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, yaitu banyak tenaga terampil yang menganggur. Upaya juga dilakukan untuk penyebaran tenaga kerja lintas daerah, kegiatan antar daerah (AKAD) dan kerja antar daerah (AKL). Pekerjaan lintas batas (AKAN) dilakukan dalam rangka penempatan tenaga kerja di luar negeri.
Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, pelatihan tenaga kerja dilakukan di Balai Latihan Kerja (BLK) dan Kursus Latihan Kerja (KLK).
Pengurangan Kesenjangan Ekonomi Sebagai Salah Satu Usaha untuk Menurunkan Angka
Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia
Keberhasilan Orde Baru dalam mengentaskan kemiskinan diakui oleh berbagai lembaga termasuk lembaga internasional seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Lebih lanjut, keberhasilan pengentasan kemiskinan pada masa Orde Baru karena pertumbuhan ekonomi yang pesat serta keberlanjutan yang pada umumnya didasarkan pada sistem padat karya (Prof Widjoyo, (1994) dalam Kemal). Menurut Agung Widodo (2002) program pembangunan kecamatan bertujuan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan melalui peningkatan pendapatan desa, penguatan kelembagaan pemerintah dan masyarakat serta mendorong pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, Presiden SBY membentuk badan penanggulangan kemiskinan bernama Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melalui Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Kesenjangan Ekonomi dan Kemiskinan
Dengan kata lain, penduduk miskin adalah penduduk dengan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (FKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan miskin.
Dari jumlah penduduk acuan ini dihitung garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan makanan (GKNM).
Pembangunan Berwawasan Kependudukan
Pembangunan berwawasan demografi dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan menciptakan kebijakan pengelolaan kependudukan untuk mencapai kondisi kependudukan yang diharapkan (Casmudi, 2014). Lebih lanjut ditegaskan bahwa ada beberapa alasan pemikiran bahwa kependudukan merupakan isu yang sangat strategis dalam konteks pembangunan nasional. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah hanya akan menjadikan penduduk sebagai beban pembangunan nasional.
Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk horizontal sering juga disebut dengan mobilitas penduduk geografis yaitu perpindahan penduduk melintasi batas wilayah ke wilayah lain dalam waktu tertentu (Mantra. Sebaliknya, mobilitas penduduk tidak tetap adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. tidak berniat menetap di daerah tujuan Bentuk mobilitas penduduk diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu pada saat penelitian dilakukan di Dukuh Plate dan Kadirojo, Yogyakarta, seperti yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Kendala Ruang dan Waktu dalam Penelitian Mobilitas Penduduk yang Dilakukan Mantra Ida Bagoes di Lempeng Dukuh dan Kadirojo DIY bersama.
Persebaran Penduduk Di Indonesia
- Persebaran penduduk tidak merata,
- Terkonsentrasinya penduduk di kota besar
- Migrasi ke kota meningkat dan kebanyakan laki-laki
Orientasi mobilitas penduduk ditujukan untuk memastikan adanya distribusi yang seimbang antara jumlah penduduk dan daya dukung sosial serta daya dukung lingkungan. Hal ini sesuai dengan kata-kata dalam Pasal 33 ayat. . Pemerintah daerah dapat menetapkan kebijakan mobilitas penduduk sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perencanaan pengarahan mobilitas penduduk dan/atau persebaran penduduk dilakukan dengan menggunakan data dan informasi persebaran penduduk dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagaimana tercantum dalam pasal 36 ayat 1 undang-undang nomor 52 tahun 2009 bahwa “Mobilitas Penduduk telah dilakukan dengan menggunakan data dan informasi serta persebaran penduduk dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Penduduk dan Warga Negara