• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADIS DAKWAH DAN PROBLEMATIKANYA DALAM MASYARAKAT MODERN

N/A
N/A
Azhabul Khahfih

Academic year: 2024

Membagikan "HADIS DAKWAH DAN PROBLEMATIKANYA DALAM MASYARAKAT MODERN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Agus Setiawan

Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddim Banten [email protected]

Abstrak

Dakwah amar ma'ruf nahi munkar secara praktis telah berlangsung sejak adanya interaksi antara Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi Adam As), dan akan berakhir bersamaan dengan berakhimya kehidupan di dunia ini. Pada awalnya Allah mengajar Nabi Adam As nama-nama benda, Allah melarang Nabi Adam mendekati pohon dan Allah memerintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam, semua Malaikat pada sujud kecuali Iblis. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Adapun salah satu rujukan pembahasan ini adalah QS. Ali Imran ayat 110 dan QS. al-Nahl ayat 125. Berdakwah, beramar makruf dan bernahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manusia. Fungsi tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas problematka kehidupan manusia dari zaman ke zaman. Dakwah tidak berada dalam sket masyarakat yang statis, tetapi berada dalam sket masyarakat yang dinamis dan tantangan dakwah yang semakin luas dan komplek. Oleh karena itu, peningkatan kualitas kompetensi muballigh harus secara terus menerus dilakukan secara efektif. Di samping itu, perlu adanya sebuah metode yang efektif untuk menjawab tantangan dakwah yang semakin hari semakin komplit, khususnya dalam masyarakat modern.

Katakunci: Hadis, Dakwah, Problematika Dan Masyarakat Modern Pendahuluan

Dakwah merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah perkembangan Islam.

Ajaran-ajaran Islam yang dianut oleh manusia di berbagai belahan dunia merupakan bukti paling kongkrit dari aktivitas dakwah yang dilakukan selama ini. Signifikansi dakwah ini akan terus berlangsung sampai akhir zaman, sebab dakwah merupakan usaha sosialisasi dan internalisasi ajaran-ajaran islam ke dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dakwah selalu hadir memberikan solusi alternatif terhadap berbagai problem keummatan.

Mengingat dakwah merupakan manifestasi dari kesadaran spiritual dalam bentuk ikhtiar muslim untuk mewujudnyatakan ajaran ajaran Islam, maka diperlukan pemahaman yang tuntas dan komprehensif mengenai dakwah itu sendiri. pemahaman

(2)

tentang hakikat dakwah sangat diperlukan sebab merupakan landasan filosofis dan normatif untuk menggerakkan dakwah seiring dengan tingkat dinamika sosial kemasyarakatan terutama dakwah dalam masyarakat modern. Dalam situasi masyarakat masa kini yang mengikuti alur perkembangan dalam era globalisasi, dakwah perlu digerakkan sebagai membimbing manusia ke jalan yang benar (A. Anas, 2005: 76).

Oleh karena itu, setiap individu muslim perlu bergandeng bahu untuk samasama melaksanakan usaha dakwah, menyampaikan ajaran Islam serta memberikan kesadaran mengenai ketinggian Islam bagi mewujudkan masyarakat muslim yang terbaik.

Sebagai agama dakwah Islam selain menyerukan kepada umatnya untuk melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari juga memerintahkan untuk selalu menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran Islam. Para pemeluk Islam telah digelari Allah sebagai umat pilihan, sebaik-baik umat (khairu ummah) yang bertugas berdakwah, yaitu mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran.

Sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur an:‟

ا ًرْي َخ َناَكَل ِبِكْلا ُلْهَا َنَم ْوَلَو ِه لاِب َنْوُنِمْؤُتَو ِرَكْنُمْلا ِن َع َنْوَهْنَتَو ِفْوُرْعَمْلاِب َنْوُرُمْأَت ِساَّنلِل ْت َجِر ْخُا ٍةَّمُا َرْي َخ ْمُتْنُكٰت ٰا ۗ ّٰل

َن ْوُق ِس ْلا ُمُه ُرَثْكَاَو َنْوُنِمْؤُمْلا ُمُهْنِم ْمُهَّلٰف ۗ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali Imran/3:110)

Di dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

َوُهَو ِلْيِب َس ْن َع َّل َض ْنَمِب ُمَل ْعَا َوُه َكَّب َر َّنِا َس ْحَا َيِه ْيِتَّلاِب ْمُهْلِدا َجَو ِةَن َس َحْلا ِة َظ ِعْوَمْلاَو ِةَمْك ِحْلاِب َكِّب َر ِلْيِب َس ى ِا ُعْدُاٖه ُۗن ٰل

َنْيِدَتْهُمْلاِب ُمَل ْعَا Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. al-Nahl: 125) .

Dari ayat-ayat tersebut dapat dipahami bahwa aktivitas dakwah adalah merupakan bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim.

(3)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi dalam era globalisasi sekarang ini telah membawa perubahan-perubahan dalam kehidupan umat. Era globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan, termasuk memberikan andil pada perubahan sistem dan tata nilai dan masyarakat Islam.

Pengaruh era globalisasi yang memasuki semua sendi-sendi kehidupan memunculkan problem-problem dan tantangan dakwah yang semakin berat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan, kepariwisataan, seni, pakaian, makanan dan minuman dan sebagainya. yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.

Adanya problem, permasalahan, hambatan, tantangan, dan semacamnya, baik internal maupun eksternal, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjuangan menyampaikan dakwah Islam. Karena itu memang telah menjadi salah satu sunnatullah bagi setiap dakwah kebenaran. Oleh karenanya, mengenal, memahami, dan memperhatikan problem-problem dakwah merupakan bagian penting dalam rangka mencapai keberhasilan dakwah.

Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, muncullah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah. Sehingga hal ini lah yang menjadi pekerjaan rumah bagi para pendakwah di zaman modern sekarang ini.

Pengertian Dakwah

Secara etimologis, perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yakni – اوـعدـي –اــعد ةوـعد (da ā – yad ū – da watan). Dengan demikian kata dakwah tersebut merupakan‟ ‟ ‟

(4)

ism masdar dari kata da ā yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai ajakan‟ kepada Islam (Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, 1992: 207). Kata da ā dalam‟ Alquran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad ū terulang sebanyak 8 kali dan‟ kata dakwah terulang sebanyak 4 kali (Muhammad Fū ad „Abd al-Bāqi, 1992: 330).‟ Kata da ā pertama kali dipakai dalam Alquran dengan arti mengaduh (meminta‟ pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Hal ini terdapat pada QS. al-Qamar ayat 10:

ْر ِصَتْناَف ٌب ْوُلْغَم ْيِّنَا َّب َر ا َعَدَفٓٗه Maka Dia mengadu kepada Tuhannya: "Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)." (QS. al-Qamar/54: 10).

Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Hal ini terdapat pada QS. al-Zumar ayat 8:

ِهْيَلِا اًبْيِنُم َّب َر ا َعَد ٌّر ُض َنا َسْنِْلْاا َّسَم اَذِاَوٗه Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya;” (QS. Az- Zumar/39 : 8).

Setelah itu, kata da ā berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum‟ Muslimin. Hal ini terdapat QS. Fushshilat ayat 33:

َنْيِمِل ْسُمْلا َنِم ْيِنَّنِا َلاَقَّو ا ًحِلا َص َلِم َعَو ِه لا ىَلِا آ َعَد ْنَّمِّم ًلْاْوَق ُن َس ْحَا ْنَمَوّٰل Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang- orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat/41: 33).

Kemudian kata yad’ū, pertama kali dipakai dalam Alquran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Hal ini terdapat QS. Fathir (35): 6

َّنِا

ْيِع َّسلا ِب ْصَا ْنِم اْوُنْوُكَيِل َب ْز ِح اْو ُعْدَي اَمَّنِا ًّوُد َع ُهْوُذ ِخَّتاَف ٌّوُد َع ْمُكَل َن ْي َّشلا

ِۗر ٰح ٗه ۗا ٰط

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. Fathir/35: 6).

(5)

Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah. Hal ini terdapat pada QS. Yunus (10): 25:

ٍمْيِقَت ْسُّم ٍطا َر ِص ىِا ُء َشَّي ْنَم ْيِدْهَيَو ِم َّسلا ِراَد ى ِا ُعْدَي ُه لاَوٰل ۤا ۚ ٰل ٰل ْٓو ّٰل

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus”. (QS. Yunus/10: 25).

Bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad ū dipakai bersama untuk‟ mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik dan mengajak ke surga yang pelakunya Allah, sebagai dalam QS. al-Baqarah ayat 221:

ِةَّن َجْلا ىَلِا ا ُعْدَي ُه لاَو ِراَّنلا ىَلِا َنْو ُعْدَي َك وُآْو ّٰل ۖ ِٕىٰلٰۤل Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga.

(QS. Al Baqarah/2: 221).

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa kata dakwah dalam pengertian terminologi adalah menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologis adalah mengajak umat manusia kepada al-khaer serta memerintahkan mereka berbuat ma rūf dan mencegah berbuat‟ munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pengertian dakwah ini, berdasar pada QS. Ali Imrān ayat 104 sebagai berikut:

َن ْو ُحِلْفُمْلا ُمُه َك وُاَو ِرَكْنُمْلا ِن َع َنْوَهْنَيَو ِفْوُرْعَمْلاِب َنْوُرُمْأَيَو ِرْي َخْلا ىَلِا َنْو ُعْدَّي ٌةَّمُا ْمُكْنِّم ْنُكَتْلَوِٕىٰۤل ۗ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma ruf dan mencegah dari yang munkar,‟ merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imrān/3: 104).

Pengertian dakwah di atas, agaknya cukup mewakili pengertianpengertian dakwah secara terminologis yang banyak dikemukakan oleh ulama dan cendekiawan Muslim lainnya. Sejalan dengan pengertian dakwah tersebut, Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa makna dakwah ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara seksama, yakni :

1. Dakwah sering disalah mengertikan sebagai pesan yang datang dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai dengan interventif, dan para dai lebih mendudukkan diri sebagai orang asing, tidak terkait dengan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh masyarakat.

(6)

2. Dakwah sering diartikan menjadi sekedar ceramah dalam arti sempit, sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.

Dakwah yang diartikan hanya sekedar menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Allah, akan menafikan perencanaan, pelaksanan dan evaluasi dari kegiatan dakwah. Oleh karena itu, tidak pada tempatnya bila kegiatan dakwah hanya asal-asalan.

Berdasarkan pandangan tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pengertian dakwah yang integralistik adalah suatu proses yang berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini disebabkan karena Islam adalah dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah.

Hanya saja, proses dalam berdakwah tersebut diperhadapkan oleh berbagai problematika, karena situasi masa kini telah berubah, dimana tindakan kaum Muslimin pun berubah. Banyak hal yang dilakukannya bertentengan dengan tuntutan Islam, kian hari kian menajam dan curam. Keadilan yang merupakan senjata dakwah Islam kini karatan dan lapuk di tangan mereka sendiri (Abū Zahrah, 1994: 13).

Adapun orang yang melakukan ajakan atau seruan tersebut dikenal dengan da i (orang‟ yang menyeru). Pada sisi lain, karena penyampaian dakwah termasuk tablīgh, maka pelaku dakwah tersebut di samping dapat disebut sebagai da i, dapat pula disebut‟ sebagai muballig yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan (message) kepada pihak komunikan.

Pengertian Problematika

Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti: berbagai problem (Pius A Partanto dkk, 1994: 626). Pada sumber yang lain juga dikemukakan bahwa problem berarti soal, masalah (Daryanto, 1997: 490). Sedangkan pengertian problematika dakwah menurut istilah adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah (Acep Aripudin, 2011: 113).

Pengertian Masyarakat Modern

Secara etimologi, Istilah “masyarakat” merupakan terjemahan dari kata society (Inggris). Sedangkan istilah society berasal dan societas (Latin) yang berarti “kawan”.

(7)

Sedangkan secara terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikan masyarakat, antara lain (www.wikipedia.com/definisimasyarakat-para-ahli/html):

1. MenurutTaqiyuddinAn-Nabhani bahwa masyarakat adalah sekelompok individu seperti manusia yang memiliki pemikiran perasaan, serta sistem/aturan yang sama, dan terjadi interaksi antara sesama karena kesamaan tersebut untuk kebaikan masyarakat itu sendiri dan warga masyarakat.

2. Selo Soemardjan memberikan pengertian masyarakat sebagai orangorang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

3. MenurutMax Weber masyarakat adalah sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

4. Menurut Bapak Komunis, Karl Marx, memberikan definisi masyarakat sebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.

5. Menurut Ahli Sosiologi dan bapak sosiologi modern, Emile Durkheim,mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

6. MenurutMax Weber masyarakat adalah sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

Sedangkan kata modern mempunyai arti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman (Emilia Setyoningtyas, t.t.: 305).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa problematika dakwah dalam masyarakat modern adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah terhadap masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam perkembangan zaman masa kini.

(8)

Problematika Dakwah dalam Masyarakat Modern

Metode dakwah Rasulullah SAW. pada awalnya dilakukan melalui pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum kerabatnya di bukit Shafa.

Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji. Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para da i dan muballigh. Artinya, jika pada satu kawasan sudah ada yang melakukan‟ dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah.

Dengan demikian, sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan. Jadi pada dasarnya setiap muslim wajib melaksanakan dakwah Islamiyah, karena merupakan tugas ‘ubudiyah dan bukti keikhlasan kepada Allah Swt.

Penyampaian dakwah Islamiyah haruslah disempurnakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga cahaya hidayah Allah Swt. tidak terputus sepanjang masa. Para rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna.

Dibanding mereka, kita memang belum apa-apa. Akan tetapi sebagai da i dan‟ muballigh, kita wajib bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan para rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islamiyah. Konsekuensi dari pilihan itu kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam menggerakkan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar, dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keeping-keeping VCD, jaringan internet, dan sebagainya.

Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti

(9)

maraknya perjudian, minum minuman keras, narkoba dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.

Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu.

Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas. Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram. Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita.

Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam mengakses informasi dari waktu ke waktu, yang pada gilirannya juga akan membuat langkah- langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya. Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, M. Amien Rais dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima Pekerjaan Rumah yang perlu di selesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif:

1. Perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.

(10)

2. Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.

3. Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik) bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya.

4. Media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga.

Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.

5. Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat invasi nilai- nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.

Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini.

Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan pikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam penggunaannya.

Terlebih di era modern saat ini, problematika dakwah semakin kompleks. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pada masyarakat agraris kehidupan manusia penuh dengan kesahajaan tentunya memiliki problematika hidup yang berbeda dengan masyarakat modern yang cenderung

(11)

materialistik dan individualistik. Begitu juga tantangan problematika dakwah akan dihadapkan pada berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada era sekarang.

Problematika dakwah dalam masyarakat modern di era kontemporer ini, antara lain : 1. Pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah lebih diartikan sebagai

aktifitas yang bersifat oral communication (tabligh) sehingga aktifitas dakwah lebih beriontasi pada kegiatan-kegiatan caramah.

2. Problematika yang bersifat epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan paradigma keilmuan. Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan langkah srategis dan teknis dapat dicari rujukannya melalui teoriteori dakwah.

3. Problem yang menyangkut sumber daya manusia (Anas, 2005: 83).

Hadis-hadis yang menjelaskan tentang

ِهِل ِعاَف ٍر ْجَأ ُلْثِم ُهَلَف ٍرْي َخ ىَل َع َّلَد ْنَم (ملسم هاور)

“Barang siapa yang menunjukan kepada suatu kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang melaksanakannya”.

حيحص هارو) ناميلإا فعضأ كلذو هبلقبف عطتسي مل نإف هناسلبف عطتسي مل نإف هديب هريغيلف اركنم مكنم ىأر نم ( ملسم

“Barang siapa yang melihat kemungkaran , maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dngan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemahnya iman.”

Solusi Problematika Dakwah dalam Masyarakat Modern

Dakwah merupakan suatu masalah yang kongkrit, yang rill, tidak hanya sebagai perintah Tuhan saja. Sampai sekarang para ahli dakwah kita pada umumnya menitikberatkan perhatian terhadap dakwah sebagai perintah Allah, tapi kurang melihatnya sebagai masalah yang konkrit dan rill. Yang meminta pemecahan operasinal lebih lanjut (Thomas W. Arnold, t.p.: 11). Dakwah artinya seruan, ajakan, panggilan, atau mendakwah berarti usaha menyeru, menyampaikan/Dakwah Islamiah, maksudnya usaha menyampaikan prinsip-prinsip ajaran Islam, pembinaan dan pengembangannya ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, dakwah akan mempunyai tugas pembentukan individu, pembinaan umat, pembangunan masyarakat dan mencerdaskannya. Dakwah mengandung lingkup yang sangat luas, ruang lingkupnya

(12)

seluas kehidupan manusia itu sendiri. Dakwah tidak terbatas kepada tabligh, akan tetapi dapat pula berbentuk tindakan dan perbuatan nyata. Dakwah dimanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti dikantor, bergaul dengan tetangga, di pasar, bergaul dengan sesama. Dengan demikian opini publik tentang Islam menjadi baik, timbul rasa senang dan simpati yang pada akhirnya ingin mengelompokkan diri ke dalam kelompok muslim yang taat.

Agar dakwah dalam konteks kekinian dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka diperlukan para juru dakwah yang professional dengan kemampuan ilmiah, wawasan luas yang bersifat generalis, memiliki kemampuan penguasaan, kecakapan, kekhususan yang tinggi. Orang yang seperti ini adalah orang yang percaya diri, berdisiplin tinggi, tegar dalam berpendirian dan memilik integritas moral keprofesionalan yang tinggi. Mampu bekerja secara perorangan dan secara tim dengan sikap solidaritas atas komitmen dan konsisten yang teruji kokoh. Untuk menjadi tenaga dakwah yang professional, menurut

Prof. Dr. H. Djudju Sudjana (1999), seorang da i harus memiliki tiga kompetensi,‟ yaitu kompetensi akademik, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial.

Mendakwahkan Islam berarti memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Oleh karena itu, dakwah Islam selalu terpanggil untuk menyelasaikan berbagai permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh umat manusia. Meskipun misi dakwah dari dulu sampai sekarang tetap sama yaitu mengajak umat manusia ke dalam sistem Islam, namun tantangan dakwah berupa problematika umat senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, tidak cukup hanya dengan melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, proaktif, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif.

Menghadapi mad’u (sasaran dakwah) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang semakin kompleks dewasa ini, maka diperlukan dapat bersaing dibursa informasi yang semakin kompetitif. Ada beberapa rancangan kerja dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab problematika umat dewasa ini:

1. Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.

2. Menyiapkan profil strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masingmasing.

(13)

3. Membuat peta sosial umat sebagai sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah.

4. Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbabagi perencanaan dakwah baik secara internal umat maupun secara eksternal.

5. Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih profesional dan berorientasi pada kemajuan iptek.

6. Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, dan kebudayaan umat Islam (Anas, 2005: 86).

Sukses tidaknya suatu kegiatan dakwah bukanlah diukur melalui gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Kesuksesan dakwah dapat dilihat pada bekas yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak dapat lain dakwah Islam harus dilaksanakan secara efektif. Efektifitas dapat diartikan sampai di mana suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan utama yang telah ditetapkan.

Dalam kaitannya dengan proses dakwah, maka efektifitas dakwah dapat diukur melalui tingkat keberhasilan dakwah dalam mencapai tingkat out put sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu terbentuknya kondisi yang Islami.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Arti dasar dakwah adalah seruan, ajakan, panggilan. Sedangkan makna mendakwah adalah usaha menyeru, menyampaikan/dakwah Islamiah, maksudnya usaha menyampaikan prinsip-prinsip ajaran Islam, pembinaan dan pengembangannya ditengah-tengah masyarakat

2. Problematika dakwah yang muncul dalam masyarakat modern adalah kerawanan moral dan etika. Kerawanan ini muncul salah satu penyebabnya adalah kemajuan teknologi yang tidak bisa terelakan lagi. Karena seluruh lapisan masyarakan sudah sangat mengerti tentang teknologi, mereka sudah bisa mengakses internet dimanamana melalui internet keliling yang tersebar di setiap kecamatan di seluruh tanah air.

(14)

3. Kemajuan teknologi tersebut beriplikasi pada perubahan yang begitu cepat pada masyarakat terutama terhadap pola piker, sikap, moral dan kepribadian mayarakat.

Masyarakat yang mempunyai pola pikir tradisional akan berubah menjadi pola pikir modern yang lebih berpikir rasional, efisien, dan pragmatis. Demikian pula sikap dan kepribadian masyarakat yang tadinya ramah, berkepribadian menarik, dan memiliki semangat kekeluargaan akan mengalamiperubahan yang cukup drastis sesuai dengan tuntunan zaman. Hal ini tentunya akan menambah deretan problematika dakwah.

4. Dakwah selalu hadir memberikan solusi alternatif terhadap berbagai problem keummatan dalam setiap kondisi.

Daftar Pustaka

Abū Zahrah, al-Da wah Ilā al-Islām diterjemahkan oleh H. Ahmad Subandi dan Ahmad‟ Sumpeno. Dakwah Islamiyah. Cet.I; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.

Acep Aripudin. Pengembangan Metode Dakwah. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Anas. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang (ID): Walisongo Press IAIN Walisongo, 2005

Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997.

Emilia Setyoningtyas. Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo Lestari, t.t.

http://www.wikipedia.com/ definisi-masyarakat-para-ahli /html .

Kemeterian Agama RI. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariah, 2012.

Muhammad Fū ad „Abd al-Bāqi. ‟ al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāz alQur’ān al-Karīm, Bairut: Dār al-Fikr, 1992.

Pius A Partanto dkk. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola, 1994.

Thomas W. Arnold. The Preaching of Islam. Terjemahan. Drs. H. A. Nawawi Rumber, Sejarah Da’wah Islam Wijaya, Jakarta: t.p.

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam. Jakarta:

Djambatan, 1992.

https://gethadith.web.app/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi dakwah kontemporer yang tepat dilakukan dalam menghadapi pola hidup masyarakat modern adalah perlunya ada kecerdasan dalam

Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak kepada orang untuk berubah diri dari satu situasi yang

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa jihad adalah upaya maksimal dan optimal untuk mengajak dan menyeru orang lain mengikuti agama yang benar yaitu

4. Liberalisme adalah ideologi modern, karena ia muncul bersamaan dengan modernisasi dan segala pertentangan ideologis dalam masyarakat modern tak lain daripada

Dari penelitian ini peneliti memperoleh hasil-hasil sebagai berikut (1) bahwasanya problematika dakwah pada masyarakat awam di dusun bambaloku, desa tojo masih

Akan tetapi saat ini untuk mengatasi persoalan kehidupan masyarakat, maka strategi dakwah modern oleh penyelenggara dakwah harus dapat menempatkan dakwahnya dalam

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dakwah ialah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang atau sekelompok Muslim dalam mengajak atau

Peran strategis yang dapat dimainkan psikologi dakwah melalui dai untuk mengantisipasi problematika masyarakat dengan berbagai gejala dan potensi penyakit kejiwaan, adalah mengenal