Kekayaan alam negara hanya bersifat publik, yaitu kekuasaan untuk mengatur (regulator Authority) dan bukan untuk menguasai dan memanfaatkan tanah secara fisik, karena kewenangan pemegang hak atas tanah adalah milik pribadi.8 Hal ini ditegaskan dalam Pasal 9 ayat ( 2). Setiap warga negara Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh hak atas tanah serta memperoleh manfaat dan hasilnya, baik bagi dirinya maupun keluarganya.” Hubungan hukum antara negara dengan tanah menimbulkan hak penguasaan atas tanah oleh negara, hubungan masyarakat hukum adat dengan tanah adatnya menimbulkan hak ulayat, dan perpaduan antara perseorangan dengan tanah menimbulkan hak perseorangan atas tanah. . 10. Bahwa penyebab utama terkonsentrasinya penguasaan tanah dan sengketa agraria adalah penggunaan 'kekuasaan negara atas tanah' secara berlebihan, yang direpresentasikan dalam konsep hukum-politik tentang hak penguasaan tanah oleh negara.
Hak atas tanah menurut UUPA JO PP Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. UUPA juga mengatur berbagai macam hak atas tanah dan jenis-jenis hak atas tanah, yaitu pada pasal 16 ayat 1 UUPA yaitu. Hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 adalah : Hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak pembukaan tanah, hak pemanenan hutan, hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut. di atas yang akan ditentukan oleh undang-undang serta hak-hak sementara sebagaimana disebutkan dalam pasal 53.
Menurut Pasal 6 UUPA, semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Hak milik merupakan hak yang paling kuat dan terlengkap di antara hak-hak yang lain, sehingga dapat diambil kembali oleh pemiliknya. Seseorang yang mempunyai hak milik dapat berbuat semaunya terhadap tanah yang dimilikinya, sepanjang perbuatannya tidak melanggar hukum atau melanggar hak atau kepentingan orang lain.
Terjadinya Hak Milik Atas Tanah
Indonesia meyakini bahwa hak milik mempunyai fungsi sosial, artinya hak milik yang dimiliki oleh seseorang tidak boleh digunakan semata-mata untuk kepentingan pribadi atau perseorangan, tetapi juga dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Hak milik timbul melalui penetapan pemerintah, yaitu dengan mengajukan permohonan kepada instansi pemerintah terkait, yang biasanya diajukan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk memperoleh hak milik tersebut. Hak milik yang timbul karena hukum timbul karena adanya konversi hak atas tanah, seperti hak atas tanah yang masih berstatus hak atas tanah yang diatur oleh hukum Barat, seperti hak milik yang timbul sebelum adanya hukum tersebut.
Hak milik adalah hak untuk dengan leluasa menciptakan suatu barang dan mempergunakannya dengan bebas sepenuhnya, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang atau aturan-aturan umum yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan sepanjang tidak bertentangan dengan haknya. milik orang lain yang pada umumnya dapat diubah menjadi hak milik.20. Dengan terciptanya hak milik, timbullah suatu hubungan hukum antara subyek dengan sebidang tanah tertentu dengan memperhatikan isi, sifat dan sifat-sifatnya. Ada pula hak milik yang diperoleh secara turunan, yaitu suatu subjek memperoleh tanah dari subjek lain yang sebelumnya mempunyai status hak milik, misalnya melalui jual beli, tukar-menukar, hibah, sumbangan karena wasiat, atau warisan.21
Subyek Hak Milik Atas Tanah
Hapusnya Hak Milik Atas Tanah
Dalam hal ketentuan pasal 26 par. Penghapusan hak milik yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya, terjadi sejak waktu yang disepakati dalam akta penyerahan hak, yaitu pada saat lahirnya hak baru yang diberikan kepada pemberi pelepasan. 23. Berdasarkan Hak Guna Bangunan pada UUPA JO PP nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai.
Pengertian dari Hak Guna Bangunan
Sifat dan ciri mengenai Hak Guna Bangunan
Terjadinya Hak Guna Bangunan
Subjek Hak Guna Bangunan
Jangka Waktu dan Kewajiban Hak Guna Bangunan
Setelah jangka waktu Hak Guna Bangunan dan perpanjangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, pemegang Hak Guna Bangunan terdahulu dapat diberikan pembaharuan Hak Guna Bangunan atas tanah yang sama.Pemegang Hak Guna Bangunan juga mempunyai kewajiban sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. Memelihara tanah dan bangunan diatasnya dengan baik dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Menyerahkan tanah pemberian Hak Guna Bangunan kepada Negara, Pemegang Hak Pengelolaan, atau Pemegang Hak Milik setelah Hak Guna Bangunannya hilang.
Hak Guna Bangunan dapat dijadikan jaminan utang dengan mendirikan hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 dan Hak Tanggungan juga dapat dihapus dengan menghilangkan Hak Guna Bangunan.
Beralihnya Hak Guna Bangunan
Hapusnya Hak Guna Bangunan
Hak guna bangunan yang diperoleh hanya dapat didasarkan pada dasar sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang-undang Negara Nomor 40 Tahun 1996 tentang HGB, HGU, dan hak pakai hasil. Tanah yang dapat diperuntukkan dengan Hak Guna Bangunan adalah tanah negara, tanah pengelolaan, tanah hak milik.
Terjadinya Hak Guna Bangunan di atas Tanah Hak Milik
Perjanjian tersebut dibuat antara pemilik hak milik atas tanah dan calon pemegang hak guna bangunan di hadapan pejabat pemegang akta hak atas tanah, yang nantinya akan mendapat bukti berupa akta sebagai pedoman dalam pembuatannya. penggunaan hak yang diperoleh. Dengan diperolehnya alat bukti berupa akta, maka diperoleh beban hak atas tanah yang telah didaftarkan. Hak guna bangunan atas tanah hak milik harus didaftarkan dengan membuat daftar tanah dan harus pula dicatat dalam daftar tanah serta surat keterangan hak milik yang bersangkutan, yang dilaporkan kepada kantor pertanahan setempat. 25.
Walaupun hak guna bangunan itu sudah ada sejak dibuatnya akta oleh pejabat pemegang hak atas tanah, namun pelaksanaannya harus menunggu keputusan setelah didaftarkan pada kantor pertanahan setempat. Setelah itu, ia hanya dapat mengikat pihak ketiga yaitu pemegang hak pakai bangunan di atas hak milik, dengan segala ketentuan tertulis dalam kontrak.
Jangka waktu dan berakhirnya hak guna bangunan di atas tanah hak milik
Mengenai jangka waktu Hak Guna Bangunan atas tanah milik, diatur dalam Pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 yang mengatur hal itu. Hak guna bangunan atas hak milik atas tanah diberikan untuk jangka waktu paling lama tiga puluh tahun. Berdasarkan perjanjian antara Pemegang Hak Guna Bangunan dan Pemegang Hak Milik, maka Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik dapat diperbaharui dengan menerbitkan Hak Guna Bangunan yang baru dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan hak tersebut harus didaftarkan. .
Hak guna bangunan atas tanah hak milik dapat dialihkan kepada pihak lain sesuai dengan Pasal 34 ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, yaitu peralihan hak guna bangunan atas tanah hak milik harus dilakukan dengan persetujuan tertulis dari yang bersangkutan. pemilik tanah. tanah sendiri. Hak guna bangunan atas tanah yang mempunyai hak milik juga dapat hapus karena telah lewat waktunya dan dapat juga dihapus dengan cara lain, yaitu dengan diakhiri oleh pemilik hak milik sebelum berakhirnya jangka waktu karena tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya. . dalam peraturan pemerintah dan belum terpenuhi. Segala syarat dan kewajiban dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat dapat pula putus karena adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. 26. Dengan hapusnya dan berakhirnya hak guna atas tanah milik, berarti tanah tersebut tetap dalam keadaan terlantar.
Pemegang Hak Guna Bangunan yang telah habis masa berlakunya wajib menyerahkan tanahnya kepada Pemegang Hak Milik dan memenuhi semua syarat-syarat yang disepakati dalam perjanjian pemberian Hak Guna Bangunan atas Tanah Hak Milik.
Perjanjian dan syarat-syarat sah perjanjian menurut KUHPerdata
- Asas dalam perjanjian
- Syarat Sahnyaa Suatu Perjanjian
- Berakhirnya Suatu Perjanjian
- Macam-macam Perjanjian
- Tentang Wanprestasi
- Pengertian Wanprestasti
- Keadaan Wanprestasi
- Akibat Hukum Wanprestasi
Dalam suatu perjanjian terdapat asas-asas yang mendasari terbentuknya dan terciptanya suatu perjanjian, sehingga sangat penting dalam pelaksanaan hukum kontrak dan merupakan asas yang paling mendasar dan terpenting. Asas ini menyatakan bahwa seseorang hanya dapat mengikatkan dirinya pada suatu perjanjian. Oleh karena itu suatu perjanjian pada prinsipnya hanya berlaku bagi para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri. Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 angka 1 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian dianggap telah selesai apabila telah tercapai kesepakatan antara para pihak yang mengadakan perjanjian.
Tambahan pula, mengenai prinsip kebebasan berkontrak, ia tetap menjadi prinsip asas undang-undang kontrak negara yang amat perlu dipertahankan sebagai prinsip terpenting walaupun terdapat pendapat yang tidak bersetuju dengan penempatan prinsip kebebasan berkontrak. sebagai prinsip utama dalam undang-undang kontrak 32. Maksudnya, asas ini bukan untuk perjanjian yang bersyarat kepada perjanjian yang mesti begitu, tetapi perjanjian yang dipanggil persetejuan yang bermaksud dua pihak telah bersetuju atau bersetuju tentang sesuatu 33. Dalam membuat perjanjian. harus memenuhi segala syarat yang ada dan diatur dalam peraturan tertulis yang membuat suatu perjanjian yang sah dan mengikat para pihak sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang menetapkannya.
Dari keempat syarat tersebut di atas, ada syarat yang disebut syarat subyektif dan syarat obyektif suatu perjanjian. Pembatalan suatu perjanjian dan pembatalan suatu perjanjian berbeda karena suatu perjanjian dapat dibatalkan sedangkan perjanjian yang sumbernya masih ada. Setelah memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka perjanjian merupakan suatu peristiwa antara dua pihak yang saling mengikat, dimana ada beberapa jenis perjanjian yang dapat dibuat yaitu 3 macam : 44.
Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak sepakat untuk mengalihkan hak kepemilikan atas suatu barang, sedangkan pihak yang lain setuju untuk membayar sejumlah tertentu sebagai imbalannya. Perjanjian sewa adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak berjanji untuk menggunakan suatu benda untuk jangka waktu tertentu, sedangkan pihak yang lain berjanji untuk membayar harga yang telah ditentukan untuk penggunaan tersebut pada waktu tertentu. , yaitu :48. Jika ada perjanjian demikian, maka penyewa tidak berhak mendapat ganti rugi apabila tidak ada perjanjian yang tegas, tetapi bila perjanjian itu baru dibuat, maka ia tidak wajib mengosongkan barang yang disewa selama ganti rugi yang harus dibayar telah dibayarkan. . tidak dibayarkan.
Karena tidak dipenuhinya perjanjian itu karena kesalahan debitur, baik disengaja maupun lalai dan juga karena keadaan, maka ada empat jenis tidak terpenuhinya, yaitu tidak terpenuhinya, tertundanya pemenuhannya, pemenuhannya buruk. , melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan sesuai kesepakatan. 50. Debitur dianggap menunggak apabila dalam kontrak ditentukan tenggang waktu pelaksanaannya, maka debitur dalam keadaan menunggak setelah berakhirnya masa tenggang itu, tetapi sesuai dengan Pasal 1238 KUH Perdata, ada peringatan sebelum pengadilan masih diperlukan sebelum dapat menentukan bahwa debitur wanprestasi. Arti wanprestasi adalah alasan tidak dipenuhinya perjanjian ada dua, yaitu karena.