Kepailitan perusahaan sekuritas oleh Bapepam (sekarang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)), yang ditegaskan dalam Pasal 2 KPKPU. Perusahaan Efek adalah orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha sebagai pengakuisisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah: “Perusahaan Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan/atau manajer investasi.”
Namun kreditor tidak dapat mengajukan perkara kepailitan secara langsung kepada Perusahaan Jaminan di pengadilan.
Utang Jangka Pendek dan Panjang
Pengertian perusahaan efek diberikan dalam Pasal 1 angka 17 UUPM sebagai berikut: Penjamin emisi efek adalah pihak yang mengadakan kontrak dengan emiten untuk pelaksanaan penawaran umum untuk kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa surat berharga yang belum terjual. Apabila perusahaan efek tidak mampu membayar utangnya, maka kreditur dapat mengajukan proses kepailitan terhadap penjamin efek di pengadilan. Yang dimaksud dengan kewajiban membayar utang-utang yang telah jatuh tempo, baik karena diperjanjikan, karena dipercepatnya jangka waktu pemulihan yang diperjanjikan, karena dikenakannya sanksi atau denda oleh pejabat yang berwenang, atau karena adanya putusan pengadilan. arbiter atau majelis arbitrase; Dan.
Kedua hal ini (adanya dua kreditor atau lebih dan adanya utang yang dapat ditagih dan ditagih) dapat dengan mudah dibuktikan. Dalam penjelasan KPKPU dijelaskan, ada beberapa faktor yang menjadi dasar pengaturan mengenai kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang: 7 a) Menghindari penyitaan harta debitur apabila terdapat beberapa debitur yang menagih utangnya dalam waktu yang bersamaan. dari debitur; b) Menghindari kreditor pemegang hak tanggungan kebendaan yang menuntut haknya dengan menjual barang debitur tanpa mempertimbangkan kepentingan debitur dan kreditur lainnya; c) Menghindari penipuan yang dilakukan oleh salah satu kreditur atau debitur itu sendiri, oleh karena itu kreditur harus segera mengajukan perkara kepailitan terhadap perusahaan efek tersebut ke Pengadilan Niaga.
Penerapan Pasal UU Pasar Modal yang Inkonsisten
Perusahaan sekuritas merupakan perusahaan yang dapat memaksimalkan jumlah kebahagiaan untuk sebanyak-banyaknya orang, terutama perusahaan yang membutuhkan dana dan investor yang mencari keuntungan. Investor dari berbagai negara membeli saham tersebut melalui perusahaan sekuritas dengan mengharapkan keuntungan yang besar dari transaksi saham di pasar modal. Sebagai penjamin perusahaan yang go public, Bapepam harus melihat kontribusi perusahaan sekuritas terhadap kebahagiaan yang diberikannya kepada orang banyak.
416 Kebangkrutan perusahaan efek berkaitan dengan pertimbangan keuntungan melalui sebesar-besarnya kebahagiaan sejumlah besar investor.
Kesimpulan
Saran
One Octavia Nurlaiilla dan Pujiyono, Permohonan Pailit Perusahaan Efek yang Diajukan Kreditur (Perbandingan Hukum Pengadilan Niaga, Putusan No. 03/Pailit/2010/PN.NIAGA.JKT.PST dan Pengadilan Niaga, Putusan No. 08/Pdt.Sus .PAILIT/2016 /PN.Niaga.Jkt.Pst), Hukum Perdata, Vol. Hukumonline.com., “Klinik: Syarat Kepailitan.”, Sepanjang syarat pailit terpenuhi, maka perseroan dapat dinyatakan pailit melalui proses kepailitan di pengadilan niaga.
TUGAS DAN WEWENANG BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN DALAM MENGAWASI MAKANAN
YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA
Untuk memantau obat-obatan dan produk pangan mengandung bahan berbahaya yang beredar di masyarakat, pemerintah membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disingkat Badan POM). Badan Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disingkat Badan POM) adalah lembaga pemerintah non departemen (selanjutnya disingkat LPND) yang mempunyai fungsi pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apa tugas dan wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam pengawasan produk pangan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun?
Tindakan apa yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap peredaran pangan berbahaya dan beracun? BPOM bertugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dan. melaksanakan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Dan.
PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA MENGEDARKAN PESTISIDA TIDAK SESUAI DENGAN LABEL
Mengenai pestisida, dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (selanjutnya disingkat PP Nomor 7 Tahun 1973), yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pertanian. Peraturan Nomor 107/Permentan/SR tentang Pengawasan Pestisida (selanjutnya disingkat Permentan No. 107/Permentan/SR. Pestisida yang beredar harus terdaftar, memenuhi baku mutu, terjamin keefektifannya, aman bagi manusia dan lingkungan, serta diberi label , mengedarkan pestisida yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
Perbuatan YN didakwa Jaksa Penuntut Umum melanggar Pasal 90 UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. Dalam kasus ini, YN diduga melakukan tindak pidana yang melanggar ketentuan Pasal 60 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, sehingga memenuhi asas legalitas karena diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu UU No.
Herbisida yang diedarkan harus didaftarkan, memenuhi baku mutu, terjamin keefektifannya, aman bagi manusia dan lingkungan, serta diberi label, peredaran herbisida tidak memenuhi ketentuan dalam ayat 38 (1) UU No. 12 Tahun 1992 yang berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja: mengedarkan herbisida yang tidak terdaftar dan tidak sesuai label. 12 Tahun 1992 tidak memberikan penjelasan siapa pelaku tindak pidana tersebut, mengacu pada ketentuan alinea pertama Pasal 7 UU No.
Produk herbisida YN selain tidak terdaftar dan berizin juga tidak sesuai label. Perbuatan YN telah memenuhi seluruh unsur Pasal 60 ayat (1) huruf g UU No. tentang sanksi pidana terhadap pelaku pengedar pestisida non label, yaitu memproduksi dan memperdagangkan barang yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 60 ayat (1) huruf g. labelnya, maka dapat dikatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum, yaitu melanggar ketentuan Pasal 60 ayat (1) huruf g UU No.
LEGAL CAPACITY ASEN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LAUT CHINA SELATAN
Deklarasi Pembentukan ASEAN
ASEAN merupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nations yang berarti Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara yang merupakan organisasi regional yang beranggotakan 10 (sepuluh) negara Asia Tenggara. Latar belakang berdirinya ASEAN adalah karena kawasan Asia Tenggara merupakan tempat yang strategis, baik secara geopolitik maupun geoekonomi. Hal ini mempengaruhi stabilitas pertahanan dan stabilitas ekonomi negara-negara di kawasan sehingga menghambat pembangunan.
Adanya keinginan yang kuat dari para pendiri ASEAN untuk menciptakan kawasan Asia Tenggara yang damai, aman, stabil dan sejahtera.6.
ASEAN Sebagai Subjek Hukum Internasional
Sebagai organisasi internasional, ASEAN mensyaratkan badan hukum dapat dikategorikan sebagai organisasi internasional yang menjadi subjek hukum internasional. Organisasi internasional tetap yang bukan merupakan konferensi internasional tidak mungkin dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lancar jika tidak mempunyai badan hukum. Organisasi internasional akan menjadi subjek aktif hukum internasional bersama dengan negara sebagai subjek utama jika mereka diberkahi dengan kepribadian hukum.
Organisasi internasional yang mempunyai badan hukum berarti organisasi internasional itu sendiri mempunyai kapasitas hukum. Pembentukan organisasi internasional diakui sebagai salah satu subjek hukum internasional dengan dasar hukum The Advisory Opinion of the International Court of Justice. Simon Chestermen berpendapat bahwa ASEAN sebagai organisasi internasional memperoleh kepribadian hukumnya dari “Teori Kehendak”.
Salah satu kapasitas hukum yang dimiliki oleh organisasi internasional yang berbadan hukum adalah kemampuan untuk membuat perjanjian internasional dengan negara-negara anggota, negara non-anggota lainnya, organisasi internasional dan subyek hukum internasional lainnya. Kapasitas untuk membuat perjanjian dalam organisasi internasional dikodifikasikan oleh Konvensi Wina tahun 1986 tentang Hukum Perjanjian antara Negara dan Organisasi Internasional atau antara Organisasi Internasional lainnya. Boer Maulana, kapasitas hukum organisasi internasional, selain dapat membuat perjanjian internasional dengan negara, organisasi internasional dan subjek hukum internasional lainnya, organisasi internasional juga berhak mengajukan pengaduan internasional.
481 Organisasi internasional mempunyai hak untuk mengajukan pengaduan internasional mengenai kerugian yang diderita, khususnya dengan mengajukan protes, merumuskan kuesioner, negosiasi atau penyelesaian melalui arbitrase atau hukum, jika otoritas terkait mengizinkannya. 482 Posisi ASEAN dalam menyelesaikan sengketa di Laut Cina Selatan, ASEAN mempunyai dua instrumen hukum dalam menyelesaikan sengketa antar negara anggota.
PENDAFTARAN PERSEKUTUAN KOMANDITER PASCA BERLAKUNYA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018
PENDAHULUAN
Layanan elektronik diharapkan dapat memudahkan para pengusaha untuk melegalkan usahanya dan terdaftar di dalam negeri, serta mempunyai kekuatan hukum dengan meminimalisir proses birokrasi administrasi di pengadilan negeri, sebagaimana telah diatur sebelumnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang. 24 Tahun 2018 sebagai pelaksana dua undang-undang yang sederajat yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2018. Sedangkan kedudukan Permenkumham berada di bawah semua undang-undang tersebut, apalagi jika menyangkut peraturan terbaru dengan tentang Persekutuan Terbatas yang sebelumnya telah diatur dalam KUHD dan juga dipersamakan dengan undang-undang.
Peraturan Pelaksana yang dimaksud di sini adalah peraturan yang dibuat oleh eksekutif (pemerintah) atau badan lain untuk melaksanakan undang-undang tersebut. 491 dan pendistribusiannya mengakibatkan ketentuan-ketentuan yang dibuat dalam peraturan pelaksanaan berpotensi menyimpang, memperluas, atau membatasi materi undang-undang. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan terhadap penggunaan kewenangan membuat peraturan yang melaksanakan undang-undang setidaknya oleh internal eksekutif.
493 yang dikecualikan kedudukannya adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, karena kedudukan peraturan menteri lebih rendah dari undang-undang, dalam hal ini KUHD.7. Sesuai dengan asas Lex superior derogat lex inferiori, Permenkumham ini merupakan Permenkumham dari penjelasan sebelumnya, namun Permenkumham ini mempunyai kedudukan hukum yang dapat menimbulkan kondisi ketidakpastian hukum karena kedudukannya lebih rendah dari peraturan hukum yang sebelumnya mengatur aspek yang sama. yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Sesuai dengan kebutuhan dan latar belakang berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ini, sudah sepatutnya dianggap sebagai Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No.
Dulu, mereka menerapkan instrumen peraturan yang digunakan untuk mengatur lebih lanjut undang-undang, peraturan pemerintah, atau keputusan presiden. Setidaknya dalam bentuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perpu) yang isinya sebagaimana diatur dalam Permenkumham no.
KEDUDUKAN HUKUM KEPEMILIKAN BENDA CAGAR BUDAYA OLEH WARGA NEGARA ASING
Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan yang baik dan benar terhadap benda-benda cagar budaya tersebut agar keberadaannya dapat langgeng. Warisan budaya juga merupakan tanah, begitu pula daya tarik budaya yang melekat pada tanah, termasuk benda cagar budaya, harus dilindungi keberadaannya. Dalam arti luas, benda cagar budaya dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu benda cagar budaya bergerak dan benda cagar budaya tidak bergerak.
Kedua jenis benda cagar budaya tersebut juga memerlukan pendekatan yang berbeda dalam konservasi dan pengelolaan benda cagar budaya tersebut. Benda-benda budaya-sejarah yang tidak bergerak dapat dikelola atau dijaga apabila dilindungi oleh museum. Sementara itu, benda cagar budaya tidak bergerak tentunya harus dikelola dan dipelihara secara bersama-sama.
Dan kekayaan ini juga merupakan benda yang terdapat di Indonesia, termasuk benda cagar budaya. Secara garis besar benda cagar budaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu situs sejarah bergerak dan tidak bergerak. Dalam hal ini Indonesia membuat peraturan yang tertuang dalam UUD 1945 tentang cagar budaya.
Tidak ada sanksi pidana dalam undang-undang bagi warga negara asing yang ingin memiliki benda cagar budaya. Tjandrasasmita, Kumpulan Peraturan Perlindungan Warisan Budaya Nasional, Surabaya, 1961 Tri Susantari, Perencanaan Benda Cagar Budaya, Bappeko, 2003.