• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR PENYEBAB Tinea pedis

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR PENYEBAB Tinea pedis "

Copied!
50
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar belakang

Rumusan masalah

Batasan masalah

Tujuan penelitian

Manfaat penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Daun
    • klasifikasi daun sirih
    • Morfologi daun sirih
    • Sifat dan khasiat
    • Kandungan senyawa kimia
    • Insektisida
  • Tinea pedis
    • Defenisi
    • Morfologi
    • Epidemiologi
    • Etiologi
    • Faktor resiko
    • Penularan
    • Patofisiologi
    • Manifestasi klinis
    • Diagnosis
    • Pencegahan dan pengendalian
    • Penatalaksanaan
    • Klasifikasi
  • Petani
  • Metode uji daya hambat anti jamur
    • Metode dilusi
    • Metode difusi
    • Tabel kategori daya hambat jamur
  • Ekstraksi

Tinea pedis atau yang disebut juga kutu air merupakan infeksi jamur superfisial pada kulit kaki yang saat ini sering terjadi pada kasus dermatofitosis pada umumnya. Angka kejadian tinea pedis pada orang dewasa secara signifikan lebih tinggi daripada tinea pedis pada anak-anak dan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan (Adiguna, M.S., 2014). Tinea pedis biasanya disebabkan oleh Trichophyton rubrum atau Trichophyton mentagrophytes, terkadang juga oleh Epidermophyton floccosum dan Microsporum, namun sangat jarang.

Secara umum gejala klinis Tinea pedis dikelompokkan menjadi tipe interdigital, tipe vesikuler dan tipe moccasin (Adiguna, M.S, 2014). Dalam evaluasi epidemiologis yang mencakup 16 negara di Eropa, 35% - 40% terbukti menderita tinea pedis yang disebabkan oleh dermatofita. Prevalensi Tinea Pedis di Eropa dan Asia dilaporkan 22% menurut Studi Eropa, 24% menurut Survei Eropa, dan 37% menurut Survei Asia Timur.

Berdasarkan data tersebut, prevalensi tinea pedis tertinggi ada di Asia (37% dari jumlah kasus dan 61% dari populasi) dibandingkan Eropa (24% dari jumlah kasus dan 42% dari populasi). Dan dari penelitian yang dilakukan di Hong Kong, prevalensi dermatofitosis yang terdiagnosis adalah Tinea Pedis) pada orang dewasa dan 3,8% pada anak-anak (Timely Data Resource, 2013). Sebagian besar kasus Tinea Pedis disebabkan oleh jamur dermatofita yang menyebabkan infeksi superfisial pada kulit dan kuku dengan cara menginfeksi keratin lapisan atas epidermis di kaki (Al Hasan, 2014).

Tinea Pedis kebanyakan disebabkan oleh spesies antropofilik seperti Trichophyton rubrum (80%), Tricophytonmentagrophytes (20%), Epidermophyton floccosum (10%) dan oleh M. Status gizi yang buruk akan menurunkan kekebalan tubuh seseorang dan memudahkan seseorang untuk terserang Tinea pedis (Idulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M , Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M, Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Dulkit M Sedangkan Tinea Pedis kebanyakan disebabkan oleh Trichophyton rubrum atau Trichophyton mentagrophytes, Epidermophyton floccosum dan Microsporum, namun sangat jarang.Untuk menimbulkan suatu penyakit jamur dermatofita harus mampu mengatasi pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik.

Ciri lain dari tinea pedis hiperkeratotik kronis adalah adanya vesikel yang sembuh dengan cepat dengan diameter kurang dari 2 mm dan eritema variabel. Pada Tinea pedis ditemukan fluoresensi negatif di luar eritrasma pada infeksi interdigital (Hidayah Afif Nurul, et al, 2013). Penggunaan bedak antiseptik pada kaki terutama sela-sela jari kaki sangat dianjurkan untuk mencegah tinea pedis.

Tinea pedis ulseratif terutama disebabkan oleh Tricophyton interdigitale dan berhubungan dengan lesi sikulopustular yang menyebar dengan cepat, ulkus dan erosi. Kondisi tersebut merupakan faktor yang mendukung tumbuhnya jamur.Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur adalah Tinea pedis.

Gambar 1. Morfologi Daun Sirih (Piper bettle L.) (Koleksi Pribadi, 2009)
Gambar 1. Morfologi Daun Sirih (Piper bettle L.) (Koleksi Pribadi, 2009)

METODE PENELITIAN

  • Jenis penelitian
  • Waktu dan tempat penelitian
  • Populasi dan sampel
    • Populasi
    • Sampel
  • Persiapan Penelitian
    • Persiapan Alat
    • Persiapan Bahan
  • Prosedur kerja
    • Prosedur Pembuatan ekstrak daun sirih
    • Prosedur Pembuatan media SDA
    • Prosedur Pengambilan sampel
    • Prosedur Penanaman jamur Tinea pedis pada media SDA
    • ProsedurnPembuatan ekstrak daun sirih 60%, 80% dan 100%
    • Pembuatan larutan
  • Teknik Pengolahan dan analisa data

Bahan yang digunakan adalah daun sirih kering etanol, media SDA, ketoconazole, akuades dan daun siri, slide kaca dan kertas perkamen. Timbang 500 gram daun sirih yang telah dikeringkan, masukkan ke dalam botol besar berwarna gelap, tambahkan etanol hingga merata, biarkan selama 2 hari. Untuk konsentrasi 60% ditimbang 60 gram ekstrak daun sirih kemudian dilarutkan dengan 100 gram akuades, untuk konsentrasi 80% ditimbang 80 gram ekstrak daun sirih, kemudian dilarutkan dengan 100 ml air suling, dan untuk konsentrasi 100% ditimbang 100 gram ekstrak air suling yang bukan ekstrak air terlarut.

Pengujian daya hambat ekstrak daun sirih dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan paper disc. Zona bening ini menandakan adanya penghambatan ekstrak daun sirih terhadap pertumbuhan jamur penyebab Tinea Pedis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penghambatan pertumbuhan jamur penyebab Tinea pedis dengan menggunakan sampel ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) dengan konsentrasi 60%, 80% dan 100%.

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada konsentrasi 60%, 80% dan 100% ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan jamur penyebab Tinea Pedis, daya hambat yang dihasilkan relatif besar, zona hambat tergolong sensitif. Ekstrak daun sirih yang telah dipekatkan seperti terlihat pada gambar di atas dapat dilihat perbedaan konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper bettle l.). Hasil uji daya hambat ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) diletakkan pada paper disc yang telah direndam ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) dengan konsentrasi 60%, 80% dan 100% dan secara aseptis diletakkan pada permukaan inokulum pada Sabourond Dextrose Agar (SDA) yang telah diinduksi dengan media jamur T.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) dapat menghambat pertumbuhan jamur penyebab Tinea pedis. Adanya penghambatan pertumbuhan jamur menunjukkan bahwa larutan ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) mengandung senyawa aktif antijamur terhadap jamur Tinea pedis.Hasil yang paling efektif dicapai pada konsentrasi 100%, karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) maka semakin tinggi pula zona hambat yang terbentuk. Pada tahun 2002 daun sirih juga menjadi bahan penelitian yang dilakukan oleh Nurswida yaitu uji daya hambat ekstrak daun sirih (Piper betle l.) terhadap jamur Candida albicans diperoleh hasil pada konsentrasi 30% dan 50% pada diameter 5 mm dan pada konsentrasi 70% pada diameter 5,5 mm.

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang daya hambat ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) pada jamur lain. Perbandingan daya hambat ekstrak daun sirih (Piper bettle l.) dan air rebusan daun sirih (Piper bettle l.) terhadap pertumbuhan jamur penyebab Tinea Pedis. Epidemiologi dermatomikosis superfisial dalam: Budimulja U., et al Jakarta dermatomikosis superfisial; Balai Pernebit FKUI, hal Khasiat dan Khasiat Daun Sirih : Ramuan dari Masa ke Masa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

Pemeriksaan jamur penyebab Tinea pedis dengan mikroskop Foto diatas merupakan jamur Tinea pedis yang ditanam pada media SDA kemudian disimpan dalam inkubator selama 48 jam pada suhu 37ºC setelah itu dilakukan lactophenol cotton blue. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan di bawah mikroskop mikroskop jamur dengan pediks 10x dan perbesaran lensa dengan pedis 10x. ciri khas koloni berbentuk kapas berwarna putih.

Gambar 6. ektrak daun sirih (Piper bettle l..)
Gambar 6. ektrak daun sirih (Piper bettle l..)

Pembahasan

PENUTUP

Kesimpulan

Hubungan Tinea Korporis dengan Diabetes Mellitus di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr Soerdarso Pontianak (Disertasi).

Saran

Gambar

Gambar 1. Morfologi Daun Sirih (Piper bettle L.) (Koleksi Pribadi, 2009)
Gambar 2. Morfologi mikroskopis K. Nishimura (2010)
Gambar 3. Tinea Pedis tipe interdigital  Sumber: Mahbub et al., 2013  b. Tipe Kronik Hiperkeratotik (Moccasin)
Gambar 4. Tinea Pedis tipe moccasin  Sumber: Mahbub et al., 2013  c. Tipe Vesikobulosa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian uji daya hambat ekstrak buah pare (Momordica charantia L) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dimana metode yang digunakan adalah metode difusi