Hari Anak Nasional, Stop Pernikahan Usia Anak
Dalam rangka Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2023, dr. Annisa Hasanah Sp. A M. Si, CIMI, menyampaikan tentang penghentian pernikahan usia anak.
Pernikahan Usia Anak atau biasa disebut dengan Pernikahan usia dini adalah batas minimal usia perkawinan untuk pria dan wanita adalah 19 tahun. Hal ini sesuai dengan UU No 16 tahun tahun 2019.
Pernikahan usia anak masih menjadi suatu masalah di berbagai belahan dunia.
Menurut Data Biro Pusat Statistik, satu banding Sembilan anak di Indonesia menikah pada usia di bawah 18 tahun. Di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2017 ke 2018 menunjukkan pergerakan kenaikan yang cukup tinggi, dari yang sebelumnya, 21,53 % menjadi 22,7 %, begitu pula di Jawa Barat, dari yang sebelumnya, 17,28 % menjadi 18,44%, dan terakhir di Jawa Timur, dari sebelumnya 18,44 % menjadi 20,73 %. Terlebih, Indonesia mendapat urutan nomor 8 tertinggi di dunia untuk jumlah pernikahan usia anak menurut UNICEF tahun 2019. Ditambah lagi, di masa pandemi, Pernikahan Usia Anak semakin meningkat.
Remaja rentan sekali terhadap gaya hidup tidak sehat, menurut studi Australian National University dan UI tahun 2010, menyebutkan bahwa 22,7 % remaja perempuan kurang dari 20 tahun hamil di luar pernikahan, 74,3 % remaja perempuan kurang dari 20 tahun hamil dalam ikatan pernikahan, dan 2,9% tidak diketahui. Terkhusus remaja usia 15-24 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai pengalaman kehamilan tidak diinginkan. Maka, hal ini diperlukan upaya preventif sejak remaja untuk mengatasi berbagai hal yang tidak diinginkan.
Banyak risiko dari pernikahan usia anak, antara lain:
1. Fase Perkembangan Terganggu : Fase perkembangan fisik, emosional,kognitif, sosial terganggu
2. Pendidikan Terhambat / Terputus : Pernikahan usia anak menurunkan jumlah anaka dalam menuntaskan Pendidikan
3. Reproduksi anak belum siap : Cenderung berisiko lebih tingggi terhadpkomplikasi janin, persalinan, dan kematian dibandingkan kehamilan usia ideal
4. Hak-hak yang Terhenti : Memutus haka nak untuk mendapat Pendidikan dan akses Kesehatan
5. Lebih rentan terhadap kekerasan dan perceraian : Tidak punya kuasa untuk menolak kekerasan yang terjadi dan sulit menyelesaikan permasalahan rumah tangga
6. Perekonomian : Pernikahan anak memepengaruhi pendapatan negara (PDB) sampai 1,70 % per tahun. Menurunkan 9% pendapatan pasangan.
Selanjutnya, Pernikahan usia anak sangat berdampak pada ibu remaja dan anaknya.
Dampak yang ditimpulkan ke anak dari pernikahan usia anak, yaitu prematuritas, berat badan lahir rendah mengakibatkan risiko kematian lebih besar, risiko mengalami kekerasan dan penelantaan, dan keterlambatan perkembangan , gangguan perilaku, kesulitan belajar. Di sisi lain, Dampak untuk ibunya adalah baby blues, depresi, sulit bonding dengan bayinya, berpikir bunuh diri atau menyakiti bayinya dan kecemasan.
Salah satu penyebab dari pernikahan usia anak adalah ketidaksiapan fisik dan pengetahuan. Hal ini berdampak pada anatomi tubuh anak belum siap untuk proses hamil dan melahirkan, panggul sempit berisiko komplikasi kebidanan, Pengetahuan menjaga kebersihan dan Kesehatan organ reproduksi kurang yang akhirnya meningkatkan risiko infeksi menular seksual, sel - sel leher Rahim belum matang, dan yang terakhir beresiko tinggi mengalami preeklampasia, anemia, kelahiran premature, perdarahan, dan bayi cacat fisik.
Upaya yang dapat dilakukan dalam pencegahan pernikahan usia anak, yaitu Pendidikan Kesehatan reproduksi sesuai usia, Optimalisasi Kesehatan remaja putri, Melibatkan anak dalam kegiatan positif, serta Masyarakat, sekolah, dan keluarga membangun system Bersama untuk saling menjaga agar tidak terjadi perundungan sekesual atau seks bebas. Selain itu, Yang dapat diupayakan adalah penguatan peran tokoh adat atau agama sebagai control sosial, IDAI sebagai advocator , motivator dan katalisator untuk mengubaha paradigma yang mengutamakan kepentingan terbaik anak, Peningkayan kapasitas orang tua dalam Pendidikan dan ekonomi terhadap pengambilan keputusan pernikahan anak, dan penguatan peran Lembaga sekolah dalam Pendidikan, ketrampilan dan sikap