HASIL LAPORAN BELAJAR MANDIRI TUTORIAL SKENARIO C BLOK 26
Nama : Edgina Safa Nabilah
NIM : 04011182126006
Kelas/No.Absen : Gamma 2021 / 02
Kelompok : G2
Tutor : dr. Muhamad Ayus Astoni, Sp.PD K-GEH, FINASIM
A. Learning Issue 1. Manifestasi Klinis
Inkontinensia urine bukan merupakan hal yang wajar atau kondisi normal pada pasien geriatri. Usia lanjut bukan penyebab terjadinya IU, melainkan hanya sebagai salah satu faktor predisposisi. Proses menua mengakibatkan perubahan anatomis dan fisiologis pada sistem urogenital bagian bawah. Pada IU akut dapat digunakan akronim DIAPPERS untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya yaitu:
IU tekanan (Stress urinary incontinence)
Gejala Deskripsi
Mengompol saat batuk, bersin, atau mengangkat benda
berat
Kebocoran urin terjadi saat terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen, seperti saat batuk, bersin, tertawa, mengangkat benda berat, atau berolahraga.
Sering buang air kecil
Rasa ingin buang air kecil yang sering dan mendadak, dan mungkin tidak selalu dapat ditahan.
Nokturia
Bangun di malam hari untuk buang air kecil dua kali atau lebih.
Urge inkontinensia
Ketidakmampuan menahan kencing saat ada keinginan berkemih.
Sensasi tertekan di perut
Rasa tertekan atau penuh di perut, terutama saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat.
Nyeri panggul Nyeri di area panggul, terutama saat buang air kecil.
Infeksi saluran kemih
Infeksi pada saluran kemih, yang dapat menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, sering buang air
kecil, dan urin yang berbau busuk.
a. Defisiensi sfingter uretra: Sfingter uretra adalah otot yang mengelilingi uretra dan membantu menahan urin. Pada inkontinensia urine tipe stress, sfingter uretra ini lemah atau tidak berfungsi dengan baik.
b. Penurunan tekanan intravesika: Tekanan intravesika adalah tekanan di dalam kandung kemih. Pada inkontinensia urine tipe stress, tekanan intravesika menurun, sehingga urin lebih mudah bocor.
c. Peningkatan tekanan intra-abdomen: Tekanan intra-abdomen adalah tekanan di dalam perut. Pada saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat, tekanan
intra-abdomen meningkat, dan ini dapat menyebabkan kebocoran urin pada orang dengan inkontinensia urine tipe stress.
d. Hipermobilitas uretra: Uretra bergerak terlalu banyak saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat, sehingga urin bocor.
e. Gangguan pada jaringan pendukung uretra : Dinding vagina anterior, levator ani, dan struktur ekstrinsik uretra yang lemah atau rusak, sehingga tidak dapat menopang uretra dengan baik.
IU desakan (Urgency urinary incontinence)
Gejala Deskripsi
Sering buang air kecil Rasa ingin buang air kecil yang sering dan mendadak, dan mungkin tidak selalu dapat ditahan.
Nokturia Bangun di malam hari untuk buang air kecil dua kali atau lebih.
Urge inkontinensia Ketidakmampuan menahan kencing saat ada keinginan berkemih.
Perasaan ingin buang air kecil yang kuat
Rasa ingin buang air kecil yang begitu kuat sehingga sulit untuk ditahan.
Kebocoran urin Kebocoran urin yang tidak disengaja saat merasakan dorongan kuat untuk buang air kecil.
Nyeri perut Nyeri atau kram di perut bagian bawah.
Nyeri panggul Nyeri di area panggul.
Infeksi saluran kemih
Infeksi pada saluran kemih, yang dapat menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, sering buang air kecil, dan
urin yang berbau busuk.
a. Neurogenik: Kerusakan saraf yang mengontrol kandung kemih, seperti akibat stroke, cedera saraf tulang belakang, atau penyakit neurodegeneratif.
b. Non-neurogenik:
Sumbatan infravesika: Penyumbatan pada uretra, seperti akibat batu kandung kemih, kanker prostat, atau striktur uretra.
Patologi kandung kemih: Batu kandung kemih, tumor, infeksi, atau interstitial cystitis.
IU campuran (Mixed urinary incontinence) : Gabungan antara SUI dan UUI.
IU luapan (Overflow urinary incontinence)
Gejala Deskripsi
Sering buang air kecil: Rasa ingin buang air kecil yang sering, tetapi hanya sedikit urin yang keluar.
Nokturia: Bangun di malam hari untuk buang air kecil dua kali atau lebih.
Kesulitan buang air kecil:
Mengalami kesulitan saat buang air kecil, seperti aliran urin yang lemah atau terputus-putus.
Perasaan tidak tuntas setelah buang air kecil:
Perasaan bahwa kandung kemih masih penuh setelah buang air kecil.
Overflow incontinence: Kebocoran urin terus menerus, tanpa rasa ingin buang air kecil.
Distensi kandung
kemih: Kandung kemih terasa penuh dan membesar.
Nyeri perut: Nyeri atau kram di perut bagian bawah.
Nyeri panggul: Nyeri di area panggul.
Infeksi saluran kemih:
Infeksi pada saluran kemih, yang dapat menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, sering buang air kecil,
dan urin yang berbau busuk.
a. Gangguan kontraktilitas kandung kemih: Kandung kemih tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan urin.
b. Sumbatan infravesika: Sama seperti pada UUI non-neurogenik.
IU terus-menerus/kontinua (Continuous urinary incontinence)
Gejala Deskripsi
Kebocoran urin terus menerus:
Kebocoran urin tanpa rasa ingin buang air kecil, dan terjadi sepanjang waktu.
Volume urin yang bervariasi:
Jumlah urin yang bocor dapat bervariasi dari sedikit hingga banyak.
Nyeri perut: Nyeri atau kram di perut bagian bawah.
Nyeri panggul: Nyeri di area panggul.
Infeksi saluran kemih:
Infeksi pada saluran kemih, yang dapat menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, sering buang air kecil, dan urin
yang berbau busuk.
Iritasi kulit: Iritasi pada kulit di sekitar area genital akibat paparan urin.
a. Gangguan kontinuitas jaringan saluran kemih dan genitalia: Fistula (lubang abnormal) antara kandung kemih dan vagina, atau uretra dan vagina.
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi seperti urinalisis, USG, dan urodinamik. Pemeriksaan urinalisis dapat menilai adanya infeksi saluran kemih (ISK), proteinuria, hematuria atau glikosuria.
USG:
Memvisualisasikan struktur dan fungsi kandung kemih, ginjal, dan prostat.
Mendeteksi kelainan anatomi, seperti fistula, batu kandung kemih, atau tumor.
Mengukur volume residu urin setelah buang air kecil.
Membantu dalam diagnosis inkontinensia urin tipe overflow.
Urodinamik: pemeriksaan untuk menilai siklus berkemih pada saat menyimpan urin atau mengeluarkan urin. Pemeriksaan urodinamik dapat menilai beberapa peniliaian diantaranya fungsi saraf dan otot, tekanan dalam organ kandung kemih, serta kekuatan pancaran berkemih. Pemeriksaan urodinamik memiliki 5 komponen pemeriksaan, yaitu:
a. Uroflowmetri
Pemeriksaan untuk mengukur aliran dan kekuatan aliran urin pada saat berkemih.
b. Cystometry
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi kandung kemih.
c. Pressure-flow study
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan kandung kemih yang diperlukan untuk berkemih dan laju aliran berkemih yang dihasilkan oleh tekanan tertentu d. Urethral pressure profile
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan pada sejumlah titik disepanjang uretra e. Electromyography
Pemeriksaan untuk mengukur atau merekam aktivitas listrik otot dan saraf Pemeriksaan Ureum Creatinin dan Diff Count : untuk dapat menilai fungsi ginjal, mendiagnosis adanya infeksi saluran kemih (ISK), dan menilai status dehidrasi.
Langkah pertama adalah pemeriksaan uroflowmetri, yang mengukur seberapa banyak dan cepat proses berkemih. Prosedur ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih dalam keadaan kandung kemih penuh dengan alat khusus yang menilai jumlah dan laju berkemih. Selanjutnya dilakukan penilaian jumlah urin yang tersisa dalam kandung kemih melalui alat USG atau kateter.
Langkah kedua adalah pemeriksaan cystometry saat proses pengisian kandung kemih dan pemeriksaan pressure-flow study saat proses pengosongan kandung kemih. Prosedur ini dimulai dengan pemasangan dua selang kateter, satu di kandung kemih dan satu di rektum.
Kateter ini tersambung dengan sensor yang dipasang di area perut. Selanjutnya kandung kemih diisi dengan cairan steril melalui selang kateter. Pasien diminta untuk batuk, untuk menilai apakah terdapat kebocoran urin atau keinginan untuk berkemih. Selanjutnya, ketika kandung kemih dalam keadaan penuh, pasien diminta untuk berkemih. Sensor dan kateter kemudian dilepaskan. Selama pemeriksaan, dilakukan pemantauan terhadap fungsi kandung kemih, fungsi saluran uretra, dan aktivitas otot.
B. Analisis Masalah
1. Bagaimana manifestasi klinis dari inkontinensia urin berdasarkan kasus pada skenario?
Jawab :
Gejala Deskripsi Mengompol saat batuk,
bersin, atau mengangkat benda
berat
Kebocoran urin terjadi saat terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen, seperti saat batuk, bersin, tertawa, mengangkat benda berat, atau berolahraga.
Sering buang air kecil
Rasa ingin buang air kecil yang sering dan mendadak, dan mungkin tidak selalu dapat ditahan.
Nokturia
Bangun di malam hari untuk buang air kecil dua kali atau lebih.
Urge inkontinensia
Ketidakmampuan menahan kencing saat ada keinginan berkemih.
Sensasi tertekan di perut
Rasa tertekan atau penuh di perut, terutama saat batuk, bersin, atau mengangkat benda berat.
Nyeri panggul Nyeri di area panggul, terutama saat buang air kecil.
Infeksi saluran kemih
Infeksi pada saluran kemih, yang dapat menyebabkan rasa panas saat buang air kecil, sering buang air
kecil, dan urin yang berbau busuk.
2. Apa saja pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada kasus skenario?
Jawab :
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi seperti urinalisis, USG, dan urodinamik. Pemeriksaan urinalisis dapat menilai adanya infeksi saluran kemih (ISK), proteinuria, hematuria atau glikosuria.
Daftar Pustaka
Bach T, Patruno G, Prouza A. Urodynamic Testing. Available at: https://patients.uroweb.org/tests/urodynamic-testing/
Liwang, Ferry, dkk. (editor). (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi ke-5 (Edisi ke- 5). Depok: Media Aesculapius Fak. Kedokteran UI.
Mayo Clinic. Urinary Incontinence. 2023
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Urinary Incontinence.
2023
Rahardjo, H. E (2018). Panduan Tatalaksana Inkontinensia Urine Pada Dewasa Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia.