• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PEMERIKSAAN ATAS PROGRAM LANGIT BIRU

N/A
N/A
Prime Martugi

Academic year: 2023

Membagikan "HASIL PEMERIKSAAN ATAS PROGRAM LANGIT BIRU"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Dasar Pemeriksaan

Standar Pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan

Lingkup Pemeriksaan

Sasaran Pemeriksaan

Obyek Pemeriksaan

Tahun yang Diperiksa

Jangka Waktu Pemeriksaan

Metodologi Pemeriksaan

Kriteria Pemeriksaan

Batasan Pemeriksaan

GAMBARAN UMUM

Pencemaran Udara dan Pemanasan Global

Pemanasan global bersumber dari emisi gas rumah kaca (GRK) yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) akibat peningkatan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melebihi kapasitas pembangkit dan laut. menyerap gas CO2 yang dapat menimbulkan emisi GRK, yaitu sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan kloro fluorokarbon (CFC). ). Jika tren peningkatan GRK tetap seperti sekarang, maka akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C pada sekitar tahun 2030. Hal ini akan menyebabkan suhu permukaan bumi meningkat dan menyebabkan perubahan iklim yang sangat ekstrim di lapangan.

Pemanasan global menyebabkan mencairnya gunung es di wilayah kutub yang dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut.

Pencemaran Udara

  • Pencemaran Udara dan Kualitas Udara Indonesia
  • Faktor Penyebab Pencemaran Udara
  • Sumber Pencemaran Udara
  • Dampak Pencemaran Udara

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tanpa adanya penambahan jalan akan menyebabkan peningkatan kepadatan penduduk yang berdampak pada peningkatan pencemaran udara. Meningkatnya pendapatan berarti masyarakat tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok saja, namun juga kebutuhan status sosial, termasuk kendaraan bermotor. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan industri manufaktur mengakibatkan peningkatan penggunaan energi yang berdampak pada peningkatan polusi udara.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sangat bergantung pada bahan bakar minyak (BBM), termasuk bensin dan solar untuk kendaraan bermotor. Meningkatnya penggunaan bahan bakar baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor mengakibatkan peningkatan emisi gas buang yang berdampak pada meningkatnya polusi udara. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengendalian pencemaran udara menghadapi beberapa kendala, antara lain kurangnya koordinasi antar instansi terkait, sehingga kegiatan tidak dapat dilaksanakan secara efektif.

Sumber pencemaran udara dapat dibedakan menjadi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak, yang meliputi sektor transportasi, industri, dan rumah tangga. Sebagian besar industri di Indonesia menggunakan bahan bakar minyak laut (MFO) sebagai bahan bakar dibandingkan dengan bahan bakar diesel kecepatan tinggi (HSD), minyak tanah, dan minyak diesel industri (IDO). Kandungan sulfur MFO di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan HSD, minyak tanah dan IDO menyebabkan MFO menghasilkan polutan SO2 yang lebih tinggi dibandingkan bahan bakar lainnya.

Studi yang dilakukan oleh Jakarta Urban Development Project (JUDP) pada tahun 1994 memperkirakan kerugian ekonomi akibat penurunan IQ anak pada tahun 1990 berjumlah Rp 176 miliar; Studi yang dilakukan Bank Dunia pada tahun 1994 memperkirakan kerugian ekonomi akibat pencemaran udara di Jakarta sebesar Rp 500 miliar, dihitung berdasarkan 1.200 kematian dini, 32 juta gangguan pernapasan, dan 464.000 kasus asma;

Pengendalian Pencemaran Udara

  • Program Langit Biru

ADB RETA memperkirakan pada tahun 1997 dampak kerugian ekonomi yang disebabkan oleh PM10, NO2 dan SO2 di Jakarta pada tahun 1998 masing-masing sebesar Rp 1,7 triliun, Rp 41,7 miliar dan Rp 1,8 triliun. SITRAMP melaporkan pada tahun 2004 bahwa kerugian ekonomi akibat waktu tempuh yang lebih lama untuk jarak tertentu mencapai Rp 2,5 triliun per tahun dan meningkat menjadi Rp 5,5 triliun dengan memperhitungkan kenaikan biaya operasional kendaraan akibat kemacetan. Pemanasan global adalah peningkatan suhu permukaan bumi secara bertahap, yang sebagian disebabkan oleh emisi polutan seperti karbon dioksida (CO2), metana (H4), dan nitrogen monoksida (N2O).

Kementerian Perindustrian bertanggung jawab terhadap pengawasan produk komponen kendaraan ramah lingkungan serta pengawasan dan sertifikasi bengkel dalam rangka meningkatkan kualitas udara di perkotaan; Departemen Perhubungan bertanggung jawab atas pengujian tipe kendaraan bermotor produksi baru, termasuk pengujian emisi dan pengadaan serta pemasangan kit konversi; Secara nasional, program Langit Biru diluncurkan pada tanggal 6 Agustus 1996 di Semarang oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Menetapkan peraturan mengenai ambang batas emisi gas buang bagi kendaraan bermotor, baik kendaraan produksi maupun kendaraan lama. Peraturan ini mengacu pada standar emisi kendaraan EURO-II yang mewajibkan kandungan timbal dan sulfur dalam bensin berada di bawah 500 ppm (parts permillion). Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan melaksanakan kegiatan pengujian kualitas bahan bakar yang mengarah pada penghapusan bensin bertimbal;

Kementerian Perhubungan memperketat filter terhadap kegiatan uji emisi yang merupakan bagian dari jenis uji wajib kendaraan baru, serta uji berkala terhadap kendaraan niaga yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Departemen Perindustrian dengan kegiatan verifikasi dan sertifikasi produksi suku cadang lokal untuk kendaraan lama dan baru.

HASIL PEMERIKSAAN

Pencegahan Pencemaran Udara

  • Kebijakan Pemerintah Terkait Pengendalian Pencemaran Udara Belum
  • Beberapa Pedoman Teknis Belum Disusun Sesuai Amanat PP No. 41
  • Peralatan Pemantau Kualitas Udara Ambien Tidak Berfungsi

Seluruh parameter baku mutu udara Indonesia masih berada di atas baku mutu Malaysia, Thailand, Jepang, dan Amerika Serikat. 41 Tahun 1999 Pasal 31 menyebutkan bahwa penanggulangan pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penetapan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang bagi kendaraan bermotor jenis baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara di sekitar jalan raya, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor jenis baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara di sekitar jalan raya, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor jenis baru dan kendaraan bermotor lama, pengawasan mutu udara di sekitar jalan raya, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor jenis baru dan kendaraan bermotor tua, pengawasan terhadap penetapan ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor jenis baru dan kendaraan bermotor tua, pengawasan mutu udara di sekitar jalan raya, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor. kendaraan bermotor, kendaraan bermotor di jalan raya dan penyediaan bahan bakar tanpa timbal dan solar rendah sulfur sesuai standar internasional. Menteri Negara Lingkungan Hidup harus mengkaji standar kualitas udara dengan mempertimbangkan kualitas bahan bakar yang tersedia dan kemampuan teknologi otomotif, bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Kementerian Perindustrian.

Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara nasional yang diperbolehkan untuk seluruh wilayah di seluruh Indonesia. Baku mutu udara ambien regional ditetapkan dengan ketentuan yang sama atau lebih ketat dari baku mutu udara ambien nasional; Status mutu udara ambien ditetapkan berdasarkan inventarisasi dan/atau penelitian terhadap mutu udara ambien, potensi sumber pencemaran udara, kondisi meteorologi dan geografis, serta tata guna lahan.

Apabila hasil sensus dan/atau penelitian menunjukkan keadaan kualitas udara tercemar, Menteri menetapkan udara luar negara tersebut tercemar. Sistem pemantauan kualitas udara luar ruangan merupakan kegiatan yang penting karena dapat mengetahui tingkat pencemaran udara yang terjadi pada suatu wilayah tertentu. Sistem pemantauan kualitas udara ambien otomatis di Indonesia dimulai pada tahun 1997, ketika stasiun pemantauan kualitas udara kebakaran hutan dibangun di Jambi dan Pontianak.

Sejak tahun 1999 hingga tahun 2002, jaringan pemantauan kualitas udara ambien dibangun kembali di sepuluh kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Pontianak dan Jambi sebagai hasil kerjasama antara pemerintah Austria dan pemerintah Indonesia. Jaringan sistem penyampaian data/informasi pemantauan kualitas udara ambien dimulai dari stasiun di setiap kota dan dikirim ke pusat wilayah di pusat kota atau Bapedalda Provinsi, untuk dievaluasi dan ditampilkan pada tampilan data daerah berupa Pencemaran Udara. Nilai Indeks Standar ( ISPU) ). 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 15 menyatakan bahwa Indeks Standar Pencemaran Udara yang diperoleh dari stasiun pemantauan kualitas udara ambien wajib diungkapkan kepada masyarakat;

Berdasarkan permasalahan tersebut, LTD merekomendasikan agar Menteri Negara Lingkungan Hidup meninjau kembali status penggunaan alat ukur udara ambien sesuai dengan ketentuan PP No. beban pemeliharaan menjadi beban APBD.

Tabel 3: Baku Mutu Udara Ambien Indonesia dan Beberapa Negara Lain
Tabel 3: Baku Mutu Udara Ambien Indonesia dan Beberapa Negara Lain

Penanggulangan Pencemaran Udara

  • Hasil Pengujian Mutu BBM di SPBU yang Tidak Sesuai Standar Belum

Direktorat Pembinaan Pengusahaan Hilir Migas bekerja sama dengan pihak ketiga untuk melakukan kegiatan pemantauan kualitas bahan bakar. Pengendalian mutu bahan bakar dilakukan terhadap 500 sampel SPBU dari 32 kota/kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia dengan melakukan pengujian beberapa jenis bahan bakar yaitu bensin RON 88 (premium), bensin RON 91 (pertamak), bensin RON 95 (pertamak plus), minyak tanah , minyak solar 48, minyak solar 51 dan bahan bakar minyak. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen pendukung kegiatan tersebut menunjukkan bahwa hasil kegiatan pemantauan standar dan mutu bahan bakar pada tahun 2006 terdapat 52 stasiun layanan umum.

SPBU) menjual bahan bakar bensin atau solar yang tidak memenuhi persyaratan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi tentang standar dan mutu bahan bakar. Hasil konfirmasi dengan Kepala Bagian Pengolahan Minyak Kementerian ESDM menunjukkan, hingga saat ini PT Pertamina tidak pernah menindaklanjuti surat teguran Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi tersebut. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kurang berupaya maksimal dalam berkoordinasi dengan PT Pertamina terkait pemantauan hasil pemantauan kualitas bahan bakar;

Kementerian ESDM tidak mempublikasikan laporan hasil pengendalian kualitas bahan bakar di SPBU yang kurang lancar, sehingga PT Pertamina kurang serius menyikapi laporan hasil pengendalian kualitas bahan bakar. Tidak semua kilang minyak dalam negeri mampu memproduksi minyak dengan kandungan sulfur maksimal 3500 ppm; Di pasar regional/internasional, hanya tersedia minyak solar dengan kandungan sulfur maksimum 5000 ppm, 2500 ppm, dan 500 ppm.

Untuk pengadaan minyak solar dengan kandungan sulfur maksimal 3500 ppm diterapkan harga premium (high grade). BPK menyarankan Menteri ESDM memerintahkan direksi PT Pertamina menegur SPBU yang menjual BBM di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.

Lain-lain

  • Penggunaan Anggaran Penanggulangan Emisi Tidak Sesuai Prosedur

PT ALS Indonesia melakukan pengujian mutu bensin dan solar di SPBU berdasarkan SPK Asisten Deputi Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak. Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Emisi Kementerian Lingkungan Hidup dalam melaksanakan kegiatan pembelian jasa analisis laboratorium untuk pengujian mutu bensin dan solar tidak memperhatikan ketentuan; BPK menyarankan Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk menegur Deputi Pengendalian Pencemaran Emisi agar mematuhi ketentuan yang berlaku dan memperhitungkan kelebihan pembayaran sebesar Rp dengan menyetorkannya ke kas negara dan memberikan bukti penyetorannya kepada BPK untuk dibahas.

Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia serta ekosistem telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Meningkatnya polusi udara disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi yang mendorong pertumbuhan kendaraan bermotor, berkurangnya ruang terbuka hijau, perubahan gaya hidup yang mendorong pertumbuhan konsumsi energi, ketergantungan terhadap minyak bumi sebagai sumber energi, dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pencemaran udara dan pengendaliannya. Program Langit Biru bertujuan untuk menciptakan mekanisme kerja pengendalian pencemaran udara yang efisien dan efektif, pengendalian pencemaran udara, tercapainya kualitas udara ambien yang memenuhi standar kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta terwujudnya perilaku manusia yang sadar lingkungan.

Kebijakan pemerintah mengenai pengendalian pencemaran udara belum memadai, yaitu kebijakan baku mutu lingkungan hidup nasional masih dibawah standar internasional dan kebijakan produksi bahan bakar minyak yang belum ramah lingkungan menyebabkan program dan kegiatan pengendalian pencemaran udara belum dilaksanakan secara maksimal. 41 Tahun 1999 yang mengakibatkan pelaksanaan pencegahan pencemaran udara belum merata karena Kementerian Negara Lingkungan Hidup belum menyusun pedoman teknis pencegahan pencemaran udara. Kondisi tersebut mengakibatkan hak masyarakat untuk memperoleh informasi mengenai kualitas udara tidak terpenuhi dan indikator awal pencemaran udara di kota-kota besar tidak tercapai.

Penggunaan anggaran pengendalian emisi tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, karena Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Emisi pada saat melaksanakan kegiatan pembelian jasa analisa laboratorium untuk pengujian mutu bahan bakar bensin dan solar tidak memperhatikan fasilitas dan pembuatannya. perjanjian. Pengawasan pejabat terhadap pengeluaran anggaran untuk kegiatan-kegiatan ini masih lemah. Situasi ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan dan pemerintah daerah, serta belum memadainya kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri. Urusan. Lingkungan dalam pengendalian pencemaran udara.

KESIMPULAN

Gambar

Tabel 2: Hasil Pemantauan Kualitas Udara Tahun 2004  Jumlah Hari  Kota  Baik Sedang Tidak
Tabel 3: Baku Mutu Udara Ambien Indonesia dan Beberapa Negara Lain

Referensi

Dokumen terkait

TANAH Dalam UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP RI No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dimaksud dengan