• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN - UNDARIS Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HASIL PENELITIAN - UNDARIS Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Sistematika Penelitian Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Konseptual

Perlindungan hukum adalah pemberian perlindungan terhadap hak asasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah upaya hukum yang berbeda untuk memberikan rasa aman. keamanan. , baik secara mental maupun fisik, maupun fisik dari berbagai gangguan dan ancaman dari masing-masing pihak. Hak asasi manusia merupakan anugerah Tuhan kepada makhluknya, hak asasi manusia tidak dapat dipisahkan atau dipisahkan dari keberadaan kepribadian seseorang atas manusia tersebut. Anak jalanan adalah istilah yang mengacu pada anak tunawisma yang tinggal di daerah jalanan.

Lebih detail lagi, menurut UNICEF, anak jalanan kira-kira berusia di bawah 18 tahun dan tinggal di daerah yang tidak cukup ruang, dan biasanya tidak ada pengawasan. 2Indriati, Noer, dkk, “Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak (Studi Terhadap Orang Tua Sebagai Pekerja Migran di Kabupaten Banyumas)”, Jurnal Mimbar Hukum, Vol.

Landasan Teori

Gagasan ideal tersebut di atas merupakan gagasan yang tidak dapat diwujudkan dalam sistem hukum common law atau sistem hukum civil law. Menurut Todung Mulya Lubis ada empat teori hak asasi manusia yaitu yang pertama hak kodrat, dengan pandangan bahwa hak asasi manusia adalah hak yang menjadi hak setiap manusia pada segala waktu dan tempat sesuai dengan takdirnya sebagai manusia. Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum PBB dalam Pasal 24 yang menyatakan.

36 tanggal 25 Agustus 1990, dimana pemerintah harus berkomitmen terhadap konsekuensi dalam melindungi hak-hak anak berkebutuhan khusus khususnya anak jalanan. UU no. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menetapkan bahwa anak adalah setiap manusia yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang belum kawin, termasuk anak yang masih dalam kandungan, jika itu untuk kepentingannya.

Keaslian Penelitian

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Metode Penelitian
  • Sumber Data Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Jadwal Penelitian

Ketiga faktor tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kejadian anak menjadi anak jalanan di Kota Semarang. Hal ini terkait erat dengan orientasi anak jalanan yang lebih memilih mencari uang di jalanan daripada bersekolah. Kehadiran lingkungan sosial dalam hal ini merupakan kunci dalam memutuskan menjadi anak jalanan di Kota Semarang atau tidak.

Hal ini menunjukkan bahwa anak jalanan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ini. Sementara itu, keberadaan anak jalanan (anjal) dan pengemis, gelandangan, orang terlantar (PGOT) di Kota Semarang terus meningkat setiap tahunnya.

HASIL PENELITIAN

Apa Penyebab Munculnya Fenomena Anak Jalanan

Munculnya fenomena anak jalanan di perkotaan tidak selalu disebabkan oleh faktor penarik atau penyebab dari kota itu sendiri. Berdasarkan temuan tersebut, terlihat bahwa keberadaan anak jalanan di Kota Semarang memiliki berbagai macam faktor penyebab, yaitu pertama adanya pengaruh yang kuat dari lingkungan sosial tempat tinggal responden. Adanya pembiaran tertentu masyarakat Kota Semarang juga berdampak pada keberadaan anak jalanan itu sendiri.

Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa masyarakat Kota Semarang terjebak pada paradigma keberadaan anak jalanan yang merupakan hal yang wajar. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya anggota keluarga anak jalanan yang sering mendorong anak untuk bekerja. Keinginan anak jalanan untuk mandiri mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman hidup keluarga, dimana orang tua setiap hari berjuang lagi dan lagi karena faktor internal.

Walaupun sebenarnya faktor internal dan eksternal mempengaruhi anak jalanan sekaligus, namun kedua faktor tersebut mempengaruhi alasan anak tersebut bekerja di jalanan (anak jalanan). Fokus penelitian adalah perilaku pendidikan yang meliputi pola belajar, pola pendidikan, norma sosial, agama, dan perlakuan orang tua terhadap perilaku belajar anak jalanan. Menurut Kementerian Sosial, ada 3 jenis penyebab keberadaan anak jalanan, yaitu faktor tingkat mikro (penyebab langsung), faktor tingkat meso (akar penyebab) dan faktor tingkat makro. (akar permasalahan).

²⁸ Herlina Astri, Kehidupan anak jalanan di Indonesia: faktor penyebab, tatanan kehidupan dan kerentanan terhadap perilaku menyimpang, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, 22 Desember 2014, hal 148. UU ini merupakan dasar bagi pemerintah untuk melindungi dan memperkuat anak negeri, termasuk anak jalanan yang sebenarnya tidak memiliki hak-haknya sebagai anak. Anak jalanan atau sering disingkat anak jalanan adalah istilah umum yang merujuk pada anak yang memiliki kegiatan ekonomi di jalanan namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Anak jalanan adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktu dan aktivitasnya di jalanan. Mitigasi penanganan korban bencana sosial; .. h) Pemulihan dan pemberdayaan sosial korban bencana sosial, termasuk bencana politik dan ekonomi;

Apa Sajakah Hambatan Yang Dihadapi Anak Jalanan

Banyaknya anak jalanan yang tidak bisa mengenyam pendidikan formal di sekolah cenderung disebabkan oleh praktik diskriminatif otoritas sekolah terhadap mereka. Dalam kasus tertentu, ada anak jalanan yang memiliki potensi dan prestasi yang sama dengan anak lainnya. Hal ini belum disambut baik oleh pemerintah sebagai bentuk penghapusan diskriminasi terhadap anak jalanan dalam dunia pendidikan.

Selain itu, ketiadaan ruang kelas untuk proses belajar mengajar masih menjadi salah satu permasalahan dalam menangani anak jalanan hingga saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua anak jalanan putus sekolah bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan. Pertanyaannya, apakah tarif yang lebih rendah juga lebih murah untuk anak jalanan.

Apalagi bagi anak jalanan yang masih pulang setelah beraktivitas di jalanan, bahkan orang tuanya pun masuk dalam jadwal tersebut. Persoalan hak-hak sipil yang dihadapi anak jalanan mengakibatkan tumbuh kembang anak menjadi kurang optimal. Kondisi anak jalanan yang rentan baik secara fisik maupun psikis karena masih muda ketika menghadapi kerasnya kehidupan membuat mereka sangat rentan menjadi korban kekerasan jalanan.

Hal ini karena ada budaya anak jalanan yang tidak bisa disamakan dengan dunia normatif, seperti yang berlaku di masyarakat. Namun, ada juga yang berubah menjadi perilaku kebiasaan, artinya para ibu ini menjadikan anak jalanan sebagai pekerjaan untuk mencari uang. Upaya yang dilakukan untuk membantu anak jalanan mendapatkan perlindungan, pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.

Upaya Yang Harus Dilakukan Dalam Membantu Anak – Anak Jalanan

  • Simpulan
  • Saran

Peran Kementerian Sosial dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program dan kegiatan bidang sosial pemberdayaan anak jalanan. Peran LSM dalam pemberdayaan anak jalanan, hasil kerjasama antara Kementerian Sosial dalam pemberdayaan anak jalanan. Sementara itu, dinas sosial di masyarakat Semarang sendiri terlibat dalam berbagai upaya penanganan anak jalanan yaitu.

Pada tahun 2011 terdapat 204 anak jalanan, yang terdiri dari 153 laki-laki dan 51 perempuan. Penegakan hak asasi anak jalanan di bidang pendidikan (pendidikan dasar) tidak lepas dari peran pemerintah sebagai penanggung jawab pelayanan hak-hak masyarakat. Pelanggaran hak asasi anak, termasuk hak anak jalanan, harus dipertanggungjawabkan oleh pemerintah, tidak hanya secara politik, moral, tetapi juga secara hukum.

Landasan teori yang dapat digunakan untuk merekonstruksi tanggung jawab pemerintah terhadap pelanggaran hak anak jalanan dalam bidang pendidikan dasar dapat diwujudkan dalam tiga bentuk, yaitu: 3¹ 1. Anak jalanan sebagai kelompok anak yang tergolong warga negara berhak mencari perlindungan hukum melalui instrumen hukum nasional. Dalam penelitian ini peneliti belum mendapatkan upaya yang serius dari pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap hak asasi anak jalanan dalam hal kehidupan dan pendidikan yang layak sebagai warga kota Semarang.

Instrumen hukum nasional dan internasional yang mengatur hak asasi anak di bidang pendidikan sudah begitu kuat, namun implementasinya di Indonesia dalam hal perlindungan hak anak jalanan belum optimal. Upaya yang dilakukan untuk membantu anak jalanan mendapatkan perlindungan, pendidikan dan penghidupan yang layak mengacu pada 3 sistem berikut. Program penanganan anak jalanan harus bersifat lintas sektoral, terpadu, inklusif dan komprehensif.

Buku - Buku

Astari, Prima, “Dasar filosofis tindakan diskresi polisi terhadap anak yang berkonflik dengan hukum”, Majalah Arena Hukum, Vol. Peradilan Agama di Indonesia: Gemuruh Politik Hukum (Hukum Islam, Hukum Barat, Hukum Adat), Menyusuri Sejarah dengan Pasang surutnya Lembaga Peradilan Syariat Islam Aceh. Fattah, Virgayani, “Hak Asasi Manusia sebagai Jus Cogens dan Kaitannya dengan Hak atas Pendidikan”, Juridika Journal, vol.

Herlina Astri, Kehidupan Anak Jalanan di Indonesia: Faktor Penyebab, Tatanan Kehidupan dan Kerentanan Perilaku Menyimpang, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, 22 Desember 2014. Indriati, Noer, " Perkembangan Model Perlindungan Hukum Bagi Anak Korban Perdagangan Orang Di Indonesia”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. Indriati, Noer, dkk, “Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak (Studi Terhadap Orang Tua Sebagai Pekerja Migran di Kabupaten Banyumas) ", Jurnal Mimbar Hukum, Vol.

Lubis, Todung Mulya, Mencari Hak Asasi Manusia: Dilema Politik Hukum Orde Baru Indonesia Jakarta: . Gramedia Pustaka Utama, 1993). Hukum Suci dan Hukum Sekuler: Kajian Konflik dan Penyelesaiannya dalam Sistem Hukum di Indonesia. Umar Nasaruddin, “Refleksi Penerapan Hukum Keluarga di Indonesia”, Dirjen Bimas Islam, Kementerian Agama, Tempo Interaktif, Jakarta.

Wignjosoebroto, Soetandyo, Pelanggaran HAM ditangani oleh Komnas HAM dalam kapasitasnya yang independen. Makalah yang disampaikan pada sidang Mahkamah Militer III, Surabaya, 20 Februari 1993 Wiranata, I Gede Arya B, Hak Asasi Manusia (Anak) dalam Realitas, Quo Vadis. Dalam Hak Asasi Manusia, Hakikat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung: Refika Aditama, 2005.

Peraturan Perundang - Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Konvensi 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW). Peraturan Perdana Menteri Republik Indonesia Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Anak. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak (RANP3A).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Berat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi (RI Tahun 2014 Nomor 126 TLN RI Tahun Nomor 5542).

Internet

Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

ii KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil'alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Program dan