• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI CBR RENDAMAN DAN TANPA RENDAMAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH YANG DISTABILISASI SEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS NILAI CBR RENDAMAN DAN TANPA RENDAMAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH YANG DISTABILISASI SEMEN"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS NILAI CBR RENDAMAN DAN TANPA RENDAMAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH YANG DISTABILISASI SEMEN. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program Pendidikan Sarjana Universitas Bosowa SKRIPSI. MUH. SHOBIR ANWAR 45 16 041 151. PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2018 i.

(2)

(3)

(4) KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman pada Beberapa Jenis Tanah yang Distabilisasi Semen” yang merupakan salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi strata 1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan tugas akhir ini, namun bantuan dari berbagai pihak, maka tugas akhir ini dapat juga terselesaikan. Oleh karena itu, dengan. segala. ketulusan. dan. kerendahan. hati,. penulis. ingin. menyampaikan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua saya yang tercinta dan seluruh keluarga yang tiada hentinya memberikan doa dan semangat serta dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini. 2. Bapak Dr. Ridwan, ST. M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa. 3. Ibu Nur Hadijah Yunianti, ST. MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa. 4. Bapak Ir. H. Syahrul Sariman, MT, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya tugas akhir ini.. iv.

(5) 5. Bapak Fauzi Lebang, ST. MT, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya tugas akhir ini. 6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Sipil yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Bosowa. 7. Teman-teman seluruh mahasiswa Jurusan Teknik Sipil serta semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi serta masukan yang berarti selama penyusunan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca kiranya dapat memberikan sumbangan pemikiran demi kesempurnaan dan pembaharuan tugas akhir ini. Akhirnya semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kita dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat, khususnya dalam bidang Teknik Sipil. Makassar,. September 2018. Penulis. v.

(6)

(7) ANALISIS NILAI CBR RENDAMAN DAN TANPA RENDAMAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH YANG DISTABILISASI SEMEN ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari beberapa jenis tanah dan mengetahui nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman pada beberapa jenis tanah yang distabilisasi semen. Pada penelitian ini diawali dengan mensurvey lokasi serta mengambil sampel tanah lalu melakukan pengujian 3 jenis tanah, kemudian pencampuran tanah asli, tanah pasir 80% dan semen 20%, tanah laterit 80% dan semen 20%, tanah kapur 80% dan semen 20%. Melakukan pengujian kompaksi dilanjutkan dengan pengujian CBR rendaman dan tanpa rendaman. Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik tanah pasir untuk klasifikasi USCS diperoleh jenis tanah CL dan untuk AASHTO diperoleh jenis tanah kelompok A-6, tanah laterit untuk klasifikasi USCS diperoleh jenis tanah ML dan untuk AASHTO diperoleh jenis tanah kelompok A-5, tanah kapur untuk klasifikasi USCS diperoleh jenis tanah CL dan untuk AASHTO diperoleh jenis tanah kelompok A-6 dan untuk hasil uji CBR rendaman dan tanpa rendaman didapatkan bahwa untuk nilai CBR rendaman tanah lempung berpasir (100%) sebesar 8.00%, tanah lanau berlaterit (100%) sebesar 3.43%, tanah lempung berkapur sebesar (100%) sebesar 5.49%. dan setelah distabilisasi dengan campuran tanah (80%) dan semen (20%) nilai CBRnya meningkat menjadi tanah lempung berpasir sebesar 85.77%, tanah lanau berlaterit sebesar 50.09%, dan tanah lempung berkapur sebesar 86.68%. Sedangkan untuk nilai CBR tanpa rendaman untuk tanah lempung berpasir (100%) sebesar 13.95%, tanah lanau berlaterit (100%) sebesar 48.03%, dan tanah lempung berkapur (100%) sebesar 8.69%, dan setelah distabilisasi dengan campuran tanah (80%) dan semen (20%) nilai CBR untuk tanah lempung berpasir sebesar 20.13%, tanah lanau berlaterit sebesar 53.06%, dan tanah lempung berkapur sebesar 7.32%.. Kata kunci: Tanah, Semen, CBR Rendaman, CBR Tanpa Rendaman.. vii.

(8) DAFTAR ISI. Halaman Judul ...................................................................................... i Halaman Pengajuan ............................................................................. ii Halaman Pengesahan .......................................................................... iii Kata Pengantar ..................................................................................... iv Pernyataan Keaslian Tugas Akhir.......................................................... vi Abstrak................................................................................................... vii Daftar Isi ............................................................................................... viii Daftar Tabel ........................................................................................... xi Daftar Gambar ....................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang ................................................................................ I-1 1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... I-2 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................... I-3 1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................................ I-3 1.3.2. Manfaat Penelitian ...................................................................... I-3 1.4. Pokok Bahasan dan Batasan Masalah........................................... I-3 1.4.1. Pokok Bahasan ........................................................................... I-3 1.4.2. Batasan Masalah ........................................................................ I-3 1.5. Sistematika Penulisan .................................................................... I-4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Tanah Lunak ............................................................................ II-1. viii.

(9) 2.2. Karakteristik Tanah Lunak......................................................... II-3. 2.3. Karakteristik Tanah Lempung ................................................... II-4. 2.4. Sifat Umum Tanah Lempung .................................................... II-4. 2.5. Tanah Dasar (Subgrade)........................................................... II-5. 2.6. Sistem Klasifikasi Tanah ........................................................... II-8. 2.7. Karakteristik Tanah .................................................................. II-14. 2.8. Stabilisasi Tanah ...................................................................... II-26. 2.9. Semen ...................................................................................... II-29. 2.10.Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................... II-32. BAB III. METODE PENELITIAN. 3.1. Bagan Alir Penelitian ................................................................ III-1. 3.2. Jenis Pengujian ........................................................................ III-2. 3.3. Variabel Penelitian ................................................................... III-2. 3.4. Notasi dan Jumlah Sampel ...................................................... III-2. 3.5. Metode Analisis......................................................................... III-3. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ IV-1. 4.1.1. Tanah .................................................................................... IV-1. 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. IV-4. 4.2.1. Klasifikasi Tanah (tanah pasir) .............................................. IV-4. 4.2.2. Klasifikasi Tanah (tanah laterit) ............................................. IV-6. 4.2.3. Klasifikasi Tanah (tanah kapur) ............................................. IV-8. 4.2.4. Analisa hasil uji pemadatan tanah ........................................ IV-10. ix.

(10) 4.2.5. Analisa hasil uji CBR ............................................................ IV-13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ............................................................................. V-1 5.2. Saran ....................................................................................... V-2 Daftar Pustaka Daftar Lampiran. x.

(11) DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Sifat-sifat umum Lempung Lunak ...................................... II-4 Tabel 2.2 Batasan-batasan ukuran butir tanah klasifikasi AASHTO & USCS .............................................................. II-9 Tabel 2.3 Sistem Klasifikasi AASHTO ............................................... II-12 Tabel 2.4 Sistem Klasifikasi USCS .................................................... II-14 Tabel 2.5 Hubungan antara kerapatan relative air dan faktor K ......... II-16 Tabel 2.6 Berat Jenis Tanah .............................................................. II-17 Tabel 2.7 Beban Standar yang dipakai untuk percobaan CBR .......... II-23 Tabel 2.8 Nilai CBR minimum untuk jalan kabupaten ........................ II-26 Tabel 2.9 Kadar semen dibutuhkan untuk berbagai jenis tanah ......... II-27 Tabel 3.1 Jenis Pengujian .................................................................. III-2 Tabel 3.2 Notasi dan Jumlah Sampel ................................................ III-2 Tabel 4.1 Karakteristik Tanah ............................................................ IV-1 Tabel 4.2 Hasil Pemadatan ................................................................ IV-3 Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan CBR dan Swelling ......................... IV-4 Tabel 4.4 Hasil pengujian pemadatan tanah dan kadar air optimum dari pengujian kompaksi dan CBR............................................. IV-4 Tabel 4.5 Sistem Klasifikasi AASHTO (tanah pasir) .......................... IV-5 Tabel 4.6 Sistem Klasifikasi USCS (tanah pasir) ................................ IV-5 Tabel 4.7 Sistem Klasifikasi AASHTO (tanah laterit) ......................... IV-7 Tabel 4.8 Sistem Klasifikasi USCS (tanah laterit) .............................. IV-7. xi.

(12) Tabel 4.9 Sistem Klasifikasi AASHTO (tanah kapur) ......................... IV-9 Tabel 4.10 Sistem Klasifikasi USCS (tanah kapur) ............................ IV-9. xii.

(13) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Diagram batas-batas Atterberg ................................... II-18 Gambar 3.1 Bagan alir penelitian..................................................... III-1 Gambar 4.1 Grafik Ukuran Butir Tanah Pasir ................................. IV-2 Gambar 4.2 Grafik Ukuran Butir Tanah Laterit ............................... IV-2 Gambar 4.3 Grafik Ukuran Butir Tanah Kapur ................................ IV-3 Gambar 4.4 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah pasir dan semen .................................................................. IV-10 Gambar 4.5 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah laterit dan semen ................................................................... IV-11 Gambar 4.6 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah kapur dan semen ................................................................... IV-11 Gambar 4.7 Diagram perbandingan hasil uji pemadatan jenis-jenis tanah........................................................... IV-11 Gambar 4.8 CBR Rendaman tanah pasir ....................................... IV-13 Gambar 4.9 CBR Rendaman tanah laterit ...................................... IV-13 Gambar 4.10 CBR rendaman tanah kapur ..................................... IV-13 Gambar 4.11 Hubungan jenis tanah dan semen dengan CBR Rendaman ................................................................. IV-14 Gambar 4.12 CBR tanpa Rendaman tanah pasir ........................... IV-15 Gambar 4.13 CBR tanpa Rendaman tanah laterit .......................... IV-15 Gambar 4.14 CBR tanpa Rendaman tanah kapur .......................... IV-15. xiii.

(14) Gambar 4.15 Hubungan jenis tanah dan semen dengan CBR tanpa rendaman ....................................................................... IV-16 Gambar 4.16 Hubungan jenis tanah dan semen dengan Swelling . IV-17 Gambar 4.17 Diagram CBR tanpa rendaman dan rendaman tanah pasir dan semen.............................................. IV-18 Gambar 4.18 Diagram CBR tanpa rendaman dan rendaman tanah laterit dan semen............................................. IV-19 Gambar 4.19 Diagram CBR tanpa rendaman dan rendaman tanah kapur dan semen ............................................ IV-20. xiv.

(15) BAB I PENDAHULUAN 1.1.. Latar Belakang Pada saat ini pembangunan di Indonesia sangat pesat dan merata,. terutama pembangunan sarana transportasi. Seiring dengan kemajuan zaman, maka sarana transportasi pun harus ikut berkembang sesuai kebutuhan. Terutama kebutuhan akan tanah yang baik, yang digunakan sebagai bahan timbunan, lapisan tanah dasar (subgrade) pada perkerasan jalan. Tanah merupakan bagian. yang sangat. penting untuk dunia. ketekniksipilan yang berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil. Kondisi tanah pada suatu daerah tidak akan sama dengan daerah lainnya. Ada yang mempunyai daya dukung sangat baik dan adapula yang mempunyai daya dukung sangat buruk. Tanah memiliki spesifikasi yang berbeda setiap jenisnya, sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula baik secara fisis dan mekanis. Dimana saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi baik segi perancangan, pelaksanaan maupun dari segi biaya yang ekonomis menjadi hal yang lebih diperlukan, adalah cara menangani tanah atau bahan yang buruk agar dapat dapat digunakan sebagai bahan perkerasan. Proses stabilisasi tanah secara konvensional saat ini belum mampu merubah sifat kembang susut tanah, sehingga walaupun suatu perkerasan atau konstruksi jalan tersebut sudah I-1.

(16) dipadatkan, akan cepat mengalami kerusakan dikarenakan sifat-sifat buruk tanah dibawahnya masih ada. Melihat perkembangan yang terjadi dilapangan, teknologi stabilisasi tanah telah mengalami peningkatan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan pada stabilisasi tanah adalah dengan pencampuran bahan, yang salah satunya adalah bahan semen untuk memperbaiki mutu tanah itu sendiri. Semen merupakan bahan stabilisasi yang baik sekali, karena kemampuannya mengeras dan mengikat butir-butir agregat sangat bermanfaat sebagai usaha untuk mendapatkan massa tanah yang kokoh. Oleh sebab itu, saya melakukan penelitian terhadap daya dukung beberapa jenis tanah dan menggunakan bahan stabilisasi berupa semen dengan pengujian CBR rendaman dan tanpa rendaman. Penggunaan semen sebagai bahan stabilisasi diharapkan meningkatkan daya dukung tanah itu sendiri. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya dukung beberapa jenis tanah yang distabilisasi semen, yang dirumuskan menjadi sebuah judul skripsi yaitu: “Analisis Nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman Pada Beberapa Jenis Tanah Yang Distabilisasi Semen” 1.2.. Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik dari beberapa jenis tanah ?. I-2.

(17) 2. Bagaimana nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman pada beberapa jenis tanah yang distabilisasi semen ? 1.3.. Tujuan dan Manfaat Penelitian. 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik dari beberapa jenis tanah. 2. Mengetahui nilai CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman pada beberapa jenis tanah yang distabilisasi semen. 1.3.2. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan manfaat bagi penulis bahwa dari beberapa jenis tanah yang distabilisasi semen dapat mempengaruhi kekuatan tanah. 2. Menambah pengetahuan mengenai pengujian tanah di laboratorium. 3. Sebagai referensi dalam metode stabilisasi beberapa jenis tanah yang lebih ekonomis. 1.4.. Pokok Bahasan dan Batasan Masalah. 1.4.1. Pokok Bahasan Adapun pokok bahasan pada penelitian ini adalah sebagai sebagai berikut: 1. Melakukan pengujian karakteristik tanah. 2. Pembuatan campuran benda uji. 3. Pengujian pemadatan/kompaksi. 4. Pengujian CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman. 5. melakukan analisa hasil-halis pengujian.. I-3.

(18) 1.4.2. Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh stabilisasi semen terhadap daya dukung tanah dengan alat CBR. Pengamatan dilakukan terhadap penelitian di laboratorium. Beberapa batasan masalah yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari beberapa jenis tanah diambil 3 jenis tanah yaitu, tanah pasir, tanah laterit, dan tanah kapur. 2. Semen yang digunakan adalah semen pcc. 3. Tidak melakukan pengujian karakteristik semen. 4. Tidak menggunakan FAS (faktor air semen) 5. Pengujian – pengujian dilakukan di laboratorium mekanika tanah antara lain, sebagai berikut : a. Pengujian karakteristik tanah asli. b. Pengujian pada tanah yang distabilisasi semen adalah pengujian pemadatan dan pengujian CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman. 1.5.. Sistematika Penulisan. Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan selanjutnya, secara sistematis uraian pembahasan dapat ditulis sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.. I-4.

(19) BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang digunakan dan landasan teori tentang metode dan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang tempat penelitian teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Memaparkan dari hasil-hasil tahapan penelitian. BAB V : PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran dari seluruh penelitian yang telah dilakukan.. I-5.

(20) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Lunak Tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das. Braja M, 1995). Menurut Panduan Geoteknik 1 (2001), penggunaan istilah “tanah lunak” berkaitan dengan: tanah-tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki secara berhati-hati dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir; tanah tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi. Tanah lempung lunak adalah tanah yang mengandung mineral-mineral lempung dan memiliki kadar air yang tinggi. Lempung lunak atau juga yang dikenal lempung expansive merupakan jenis tanah lempung yang diklasifikasikan ke dalam jenis tanah yang memiliki nilai pengembangan dan nilai penyusutan yang besar, sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada struktur yang berada di atasnya. Hal tersebut dikarenakan besarnya nilai aktivitas (A) tanah lempung, besar kecilnya nilai aktivitas tanah lempung dipengaruhi oleh nilai indeks plastisitas (PI) tanah, untuk tanah lempung yang dapat dikategorikan ke II - 1.

(21) dalam tanah lempung yang expansive yakni tanah yang memiliki potensi pengembangan yang sangat tinggi batasan nilai indeks plastisitasnya atau PI > 35%, selain itu nilai aktivitas tanah lempung juga dapat dipengaruhi oleh jenis mineral yang terkandung pada tanah tersebut semakin plastis mineral lempung semakin potensial untuk menyusut dan mengembang. Tanah lempung merupakan tanah yang sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak, Das (1998). Menurut Chen (1975) mineral lempung terdiri dari 3 komponen utama yaitu monmorillonite, illite, dan kaolinite. Kaolinite umumnya tidak ekspansif karena adanya ikatan hidrogen yang pada kondisi tertentu partikel kaolinite mungkin terbentuk oleh lebih dari seratus tumpukan yang sukar dipisahkan, sehingga mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk diantara lempengannya (tidak terjadi pengembangan dan penyusutan pada sel satuannya).. Monmorillonite merupakan tanah yang sangat ekspansif. karena ikatan antar lapisannya disebabkan oleh gaya Vander Wall yang lebih lemah dari ikatan hidrogen atau ikatan ion lainnya. Illite memiliki formasi struktur satuan Kristal yang hampir sama dengan monmorillonite, biasa berperilaku ekspansif tetapi umumnya tidak menimbulkan persoalan yang berarti.. II - 2.

(22) 2.2.. Karakteristik Tanah Lunak Tanah lempung lunak merupakan tanah kohesif yang terdiri dari tanah yang sebagian terbesar terdiri dari butir-butir yang sangat kecil seperti lempung atau lanau. Sifat lapisan tanah lempung lunak adalah gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar, koefisien permeabilitas yang kecil dan mempunyai daya dukung rendah dibandingkan tanah lempung lainnya. Tanah-tanah lempung lunak secara umum mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:. a. Kuat geser rendah b. Berkurang kuat gesernya bila kadar air bertambah c. Berkurang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu d. Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat e. Menyusut bila kering dan mengembang bila basah f. Kompresibilitasnya besar g. Berubah volumenya dengan bertambahnya waktu akibat rangkak pada beban yang konstan. h. Material kedap air Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif diklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak apabila mempunyai daya dukung ultimit lebih kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai standard penetrasi tes lebih kecil dari 4 (N-value < 4). Berdasarkan uji lapangan, lempung lunak secara fisik dapat diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan. Toha (1989) menguraikan sifat umum lempung lunak seperti dalam Tabel 2.1. II - 3.

(23) Tabel 2.1 Sifat – sifat umum lempung lunak No.. 2.3.. Parameter. Nilai. 1.. Kadar air. 80 – 100%. 2.. Batas cair. 80 – 110%. 3.. Batas plastis. 30 – 45 %. 4. Lolos saringan no. 200 (Sumber: Toha,1989). > 90%. Karakteristik Tanah Lempung. Lempung (clay) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopik biasa) yng terbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung dan mineral-mineral yang sangat halus. Pada klasifikasi AASHTO, lempung didefenisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm. disini tanah diklasifikasikan sebagai lempung (hanya berdasarkan pada ukuran saja) belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga mengandung mineral-mineral lempung (clay minerals). Jadi yang disebut tanah lempung (dan mineral lempung) ialah yang mempunyai partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Das, Braja M, 1995 Jilid I). 2.4.. Sifat Umum Tanah Lempung. 2.4.1. Hubungan Antara Plastisitas dan Dehidrasi Partikel lempung hamper selalu terhidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisanlapisan molekul air yang disebut “air teradsorbsi” (adsorbs water). Lapisan II - 4.

(24) ini pada umumnya mempunyai tebal dua molekul dan disebut “lapis disfusi” (diffuse layer), “lapisan difusi ganda”, atau “lapisan ganda”. Air tertarik ke lapisan dengan cukup kuat sehingga berprilaku lebih sebagai benda padat daripada benda cair. Lapisan air ini dapat hilang pada temperature yang lebih tinggi dari 60˚C sampai 100˚C dan akan mengurangi plastisitas alamiah dari tanah. Sebagian air ini juga dapat hilang cukup dengan pengeringan udara saja. Pada umumnya, apabila lapisan ganda mengalami dehidrasi pada temperatur rendah, sifat plastisitasnya dapat dikembalikan lagi dengan mencampur air yang cukup dan “dikeringkan” (curing) selama 24 jam sampai 48 jam. Apabila dehidrasi terjadi pada temperatur yang lebih tinggi, sifat plastisitasnya akan turun atau berkurang untuk selamanya. (Bowles, 1993) 2.5.. Tanah Dasar (Subgrade). Tanah dasar (Subgrade) adalah permukaan tanah asli, permukaan tanah galian atau timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar atau pondasi dari suatu perkerasan yang ada diatasnya apakah perkerasan lentur atau perkerasan kaku. Tebal lapisan ini umumnya 60 cm, kisarannya antara 50-100 cm. kekuatan utama sebuah konstruksi perkerasan jalan ada pada subgradenya, sehingga diperlukan membentuk subgrade yang kuat dan stabil dengan cara memadatkan tanah material subgrade menggunakan alat berat. Subgrade yang baik untuk konstruksi perkerasan adalah subgrade yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai II - 5.

(25) tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta kemampuan mempertahankan volume selama masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat. Karena material tanah dasar dari tanah, maka diperlukan agar tahan terhadap perubahan cuaca dan air tanah. Perlindungan tanah dasar didapat dengan memadatkan tanah sehingga memperkecil rongga antar butiran (porosity)-nya dan meningkatkan sifat tidakmudah ditembus oleh air (impermeability)-nya. Adanya lapisan surface dari bahan campuran bitumen agregat yang kedap air dan konstruksi drainase yang baik di bahu jalan akan turut memperpanjang umur tanah dasar. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar. Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar (Sukirman Silvia, 1995), adalah : 1. Perubahan bentuk dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan menjadi rusak yang umumnya terjadi pada tanah-tanah dengan plastisitas tinggi. Lapisan tanah lunak yang terdapat dibawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar yang ditunjukkan oleh nilai CBRnya dapat merupakan indikasi dari perubahan bentuk yang dapat terjadi. 2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air dapat diantisipasi dengan cara pemadatan tanah pada kadar air optimum sehingga perubahan volume yang mungkin terjadi dapat II - 6.

(26) dikurangu. Kondisi drainase yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya kadar air pada lapisan tanah dasar. 3. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda. Penelitian yang saksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang jalan dapat mengurangi akibat tidak meratanya daya dukung. Perencanaan tebal perkerasan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan menjadi segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan. 4. Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini akan lebih jelek pada tanah dasar dari jenis tanah yang berbutir kasar dengan adanya tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat berat tanah dasar sendiri (pada tanah dasar timbunan). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengawasan yang baik pada saat pelaksanaan perkerasan tanah dasar. 5. Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapatnya lapisanlapisan tanah lunak dibawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang tetap. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas tentang lapisan tanah dibawah lapis tanah dasar.. II - 7.

(27) 6. Kondisi Geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan dan lain sebagainya. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain. Tanah dengan tingkat kepadatan tinggi mengalami perubahan volume yang kecil jika terjadi perubahan kadar air adan mempunyai daya dukung yang lebih besar jika dibandingkan dengan tanah sejenis yang tingkat kepadatannya lebih redah. Daya dukung tanah dasar dapat diperkirakan dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun pemeriksaan kepadatan, pemeriksaan CBR, pembebanan pelat uji dan sebagainya. 2.6.. Sistem Klasifikasi Tanah Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis. tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa kedalam kelompok – kelompok dan subkelompok – subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang rinci. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah yang sederhana seperti distribusi ukuran butir dan plastisitas (Das, Braja M, 1995).. II - 8.

(28) Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan adalah : sistem Klasifikasi berdasarkan tekstur dan sistem klasiikasi berdasarkan pemakaian. 2.6.1. Sistem Klasifikasi Berdasarkan Pemakaian Sistem klasifikasi berdasarkan tekstur adalah relatif sederhana karena ia hanya berdarkan pada distribusi ukuran butiran tanah saja, tetapi dalam kenyataannya, jumlah dan jenis dari mineral lempung yang terkandung oleh tanah sangat mempengaruhi sifat fisis tanah yang bersangkutan. Jadi sifat palstisitas tanah sangat penting diperhitungkan agar dapat menafsirkan ciri-ciri suatu tanah. Pada saat sekarang ada dua buah sistem klasifikasi yang selalu dipakai oleh para ahli teknik sipil yang memperhitungkan distribusi ukuran dan batas-batas atterberg, yaitu: Sistem klasifikasi AASHTO dan USCS. Tabel 2.2 Batasan-batasan ukuran butir tanah klasifikasi AASHTO & USCS Nama Golongan AASHTO USCS. Ukuran butiran (mm) Pasir Lanau Lempung 2 - 0,075 0,075 - 0,002 < 0,002 <0,075 (lanau dan 4,75 - 0,075 lempung). (sumber: Das, Braja M, 1995) 2.6.1.1. Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) Tanah merupakan material yang sangat bervariasi sifat-sifat teknisnya, untuk satu lokasi saja maka sifat-sifat teknisnya bias berubah. Tanah terdiri dari kumpulan butiran-butiran mineral yang mengalami pelapukan, terdiri dari berbagai macam ukuran dan bentuk, dimana diantara butiran terdapat rongga (void) yang terisi oleh air atau udara atau keduanya. II - 9.

(29) Klasifikasi tanah dengan cara AASHTO ini mempunya tujuan agar kita dapat dengan mudah memilih material tanah untuk konstruksi subgrade. Pemilihan tanah tersebut tentunya didasarkan atas hasil uji tanah dan apabila kita telah mempunyai pengalaman lapangan dalam pembuatan konstruksi subgrade maka pemilihan tanah sangat mudah dilakukan. Cara AASHTO ini memerlukan uji tanah yang sangat sederhana dilaboratorium mekanika tanah. Menurut sistem ini tanah dibagi menjadi 7 kelompok, dan diberi nama dari A-1 sampai A-7. Semakin kecil angkanya, semakin baik untuk subgrade sebaliknya semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade. Kecuali pada tanah dalam grup A-3, lebih baik dari pada tanah dalam grup A-2 sebagai subgrade, dengan beberapa grup yang mempunyai subgroup, sehingga menjadi 12 grup dan subgroup. Tabel 2 tersebut secara garis besar menkelompokkan tanah menjadi 2 kelompok yaitu : -. Tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan No. 200). -. Tanah berbutir halus (>35% lolos saringan No. 200). 1. Kelompok tanah berbutir kasar terdiri dari : . A-1, merupakan kelompok tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan sifat plastis yang kecil atau tanpa sifat plastis.. II - 10.

(30) . A-3, merupakan kelompok tanah yang terdiri dari pasir halus dengan sedikit butiran yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm) dan tidak plastis.. . A-2, merupakan kelompok batas antara kelompok tanah berbutir kasar dan berbutir halus. Kelompok A-2 terdiri dari campuran kerikil/pasir dengan tanah berbutir halus yang cukup banyak (<35%).. 2. Kelompok tanah berbutir halus terdiri dari: . A-4, merupakan kelompok tanah lanau dengan plastisitas rendah.. . A-5, merupakan kelompok tanah lanau dengan butir-butir plastis lebih banyak, sehingga lebih plastis dari kelompok A-4.. . A-6, merupakan kelompok tanah lempung yang masih mengandung butir-butir pasir dan kerikil tetapi mempunyai sifat perubahan volume yang besar.. . A-7, merupakan kelompok tanah lempung yang plastis dan mempunyai sifat perubahan volume yang besar.. Untuk mengevaluasi mutu dari suatu tanah sebagai bahan lapisan tanah dasar, suatu angka yang dinamakan indeks grup (group index, GI) juga diperlukan. selain. kelompok. dan. subkelompok. dari. tanah. yang. bersangkutan. Group Index merupakan fungsi dari liquid limit (batas cair), indeks plastisitas (PI) dan banyaknya material yang lolos saringan No. 200 (0.075 mm). (GI) = (F-35){0.2+0.05(LL-40)}+0.01(F-15)(PI-10) II - 11.

(31) Dimana : GI = Group Index F. = persentase lolos saringan No.200. LL = liquid limit (batas cair). PI = Plasticity Index Bila Group Index (GI) yang didapat negative, maka GI ditulis dengan angka nol. GI dicatat dengan pembulatan ke angka yang terdekat. GI yang didapat ditulis dalam tanda kurung, contoh: A-2-6(3) dan A-7-5(15). Tanah dalam kelompok sama tetapi angka GI yang lebih kecil menyatakan bahwa tanah itu menjadi bahan subgrade yang lebih baik dari pada yang angka GI nya lebih tinggi, contoh: A-2-5(3) lebih baik dari A-2-5(9) untuk bahan subgrade. Tabel 2.3 Sistem klasifikasi AASHTO. Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika Tanah I II - 12.

(32) 2.6.1.2. Sistem Klasifikasi USCS (Unified Soil Classification System) Sistem klasifikasi tanah dasr dengan cara USCS dibuat oleh Casagrande yang mana pada awalnya digunakan oleh US Army untuk membuat landasan terbang selama perang dunia kedua. Sistem ini telah terbukti berdaya guna tinggi. Tanah pada sistem USCS pada tabel. Ini dibagi menjadi 3 bagian utama, (Das, Braja M. 1995, Jilid I), yaitu: 1. Tanah berbutir kasar (coarse grained soils), yaitu tanah kerikil (gravel) dan pasir (sand) dimana lebih dari 50% tertahan saringan No.200. symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G untuk kerikil atau tanah berkerikil, dan S untuk pasir atau tanah berpasir. 2.. Tanah berbutir halus (fine grained soils), yaitu 50% atau lebih lolos saringan No.200. symbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik.. 3.. Tanah gambut (peaty soils): symbol PT digunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi. Simbol-simbol lain yang digunakan adalah sebagai berikut: W = Gradasi baik (well-graded) P = Gradasi buruk (poorly-graded) H = Plastisitas tinggi (high-plasticity)(LL>50%) L = Plastisitas rendah (low-plasticity)(LL<50%) Untuk klasifikasi yang benar, factor-faktor berikut ini perlu diperhatikan: II - 13.

(33) a. Persentase butiran yang lolos ayakan No.200, ini adalah fraksi halus. b. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan No.40 c. Koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos ayakan No.200 d. Batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan No.40 untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan No.200.. Tabel 2.4 Sistem klasifikasi tanah Unified (USCS). Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, Mekanika Tanah I 2.7.. Karakteristik Tanah. 2.7.1. Kadar Air, ω Kadar air (ω), didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran padat (Ws) dalam tanah tersebut. Kadar air tanah II - 14.

(34) dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat tanah (SNI-031965-1990). Berikut adalah rumus perhitungannya : = =. ( 1− ( 2−. 100% 2) 3). 100%. ..........................................................................(1). Keterangan : ω = Kadar air (%) W1 = Berat cawan + tanah basah (gr) W2 = Berat cawan + tanah kering (gr) W3 = Berat cawan kosong (gr). 2.7.2. Berat Isi, γ. Berat isi (γ), didefinisikan sebagai perbandingan antara berat butiran tanah (W) dengan volume tanah (V) (SNI-03-3637-1994). Berikut adalah rumus perhitungannya : = γ=. (B − B ) V. .................................................................................(2). Keterangan : = Berat isi tanah (gr/cm3) = Berat cetakan uji (gr) = Berat cetakan dan benda uji (gr) = Volume tanah (m3) II - 15.

(35) 2.7.3. Berat Jenis, Gs Penentuan berat jenis tanah dilakukan di laboratorium terhadap contoh tanah yang diambil dari lapangan. Kegunaan hasil uji berat jenis tanah ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya. Berat jenis (Gs), didefinisikan sebagai perbandingan antara berat isi butiran pada tanah (γs) dengan berat isi air (γw) pada temperatur dan volume yang sama (SNI 03-1964-1990). Tabel 2.5 Hubungan antara kerapatan relative air dan faktor konversi K dalam temperature. Temperatur, Hubungan Faktor koreksi No. derajat kerapatan K Celcius relatif air 1. 18 0,9986244 1,0004 2. 19 0,9984347 1,0002 3. 20 0,9982343 1,0000 4. 21 0,9980233 0,9998 5. 22 0,9978019 0,9996 6. 23 0,9975702 0,9993 7. 24 0,9973286 0,9991 8. 25 0,997077 0,9989 9. 26 0,9968156 0,9986 10. 27 0,9965451 0,9983 11. 28 0,9962652 0,9986 12. 29 0,9939761 0,9977 13. 30 0,995678 0,9974 Sumber : SNI 03-1964-1990. Berikut adalah rumus perhitungannya : (. )=. / /. =. II - 16.

(36) Dijabarkan menjadi : Berat Jenis (Gs) . (W2 - W1 ) xK (W4  W1 )  (W3  W2 ). ..........................................(3). Keterangan : Gs = Berat Jenis = Berat piknometer (gram) = Berat piknometer + tanah (gram) = Berat piknometer + tanah + air (gram) = Berat piknometer + air (gram) K = Fakor koreksi Tabel 2.6 Berat Jenis Tanah Macam tanah. Berat Jenis (Gs). Kerikil. 2.65 – 2.68. Pasir. 2.65 – 2.68. Lanau tak organik. 2.62 – 2.68. Lempung organik. 2.58 – 2.65. Lempung tak organik. 2.68 – 2.75. Humus. 1.37. Gambut. 1.25 – 1.80. (sumber : Hardiyatmo, 1992) 2.7.4. Analisa Saringan Metode yang sering dilakukan untuk mengklasifikasikan ukuran butir tanah yaitu analisa saringan.. Analisa saringan digunakan untuk. menentukan ukuran butir tanah yang lebih besar dari 0.075 mm (saringan. II - 17.

(37) No. 200), sedangkan analisa saringan hidrometer digunakan untuk menentukan ukuran butir tanah yang lebih kecil dari atau lolos dari saringan No 200. Metode pelaksanaan pengujian dapat dilihat pada SNI 03-19681990. Adapun penggunaan rumus sebagai berikut dalam pengolahan data: . Berat tanah tertahan (gram) = (berat cawan kecil + tanah tertahan) berat cawan kecil kosong.  . (%) Kumulatif tertahan = % Berat tanah tertahan + % Berat tanah tertahan berikutnya. . ( % ) Kumulatif lolos = 100 % - ( % ) kumulatif tertahan. . ( Pan ) Berat tanah tertahan = 300 – berat tanah tertahan. . ( Pan ) % Berat tanah tertahan = % 100 - % berat tanah tertahan. 2.7.5. Batas Cair Pada konsistensi tanah terdapat 4 keadaan tanah yang dipengaruhi oleh kadar air yakni ; padat, semi padat,plastis,dan cair. Keadaan tanah inilah sehingga dikenal pula sebutan batas-batas Atterberg. Batas- batas Atterberg terdiri dari batas cair, batas plastis, dan batas susut. Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande terdapat pada SNI 03-19671990.. II - 18.

(38) Cair Berkura ng. Semi Padat. Plastis. Batas cair. Batas plastis. Padat. Kadar air. Batas susut. Batas-Batas Atterberg. Gambar 2.1 Diagram Batas-batas Atterberg Transisi dari padat ke semi padat disebut batas susut (shrinkage limit) = SL=WS. Yaitu besar kadar air tanah dimana tanah tersebut mempunyai volume terkecil saat airnya mengering. Transisi dari semi padat ke plastis disebut batas plastis (plastic limit) = PL=WP. Yaitu besar kadar air dimana tanah apabila digulung sampai diameter 3.2 mm tanah akan retak-reatak. Sedangkan transisi dari plastis ke cair disebut batas cair (liquid limit) = LL = WL yaitu kadar air dimana tanah akan mengalir akibat berat sendiri. Batas cair merupakan kadar air. tanah pada batas kondisi antara. keadaan cair dan plastis. Atau dapat pula dikatakan bahwa batas cair merupakan kadar air dari tanah dimana apabila dibuat goresan dengan spatula standar goresan akan menutup pada 25 kali pukulan/putaran. Untuk menentukan batas cair digunakan alat Casagrande. Untuk menentukan batas cair (LL) terlebih dahulu,ditentukan kadar air (w) dengan persamaan sebagai berikut :. II - 19.

(39) w=. W2  W3 x100% W3  W1. ..........................................(4). Keterangan : W1 = berat cawan kosong (gr) W2 = berat cawan + tanah basah (gr) W3 = berat cawan + tanah kering (gr) Adapun ketentuan jumlah pukulan Casagrande dalam menentukan batas cairnya adalah sebagai berikut : . 10 – 20 ketukan. . 21 – 30 ketukan. . 31 – 40 ketukan. . 41 – 50 ketukan. Untuk. menentukan. batas. cair. dibuat. grafik,. dimana. jumlah. ketukan/pukulan adalah absis dan ordinat adalah kadar air sampel tanah yang bersangkutan. Berdasarkan data – data dari sampel tanah diperoleh garis kurva kadar air dengan jumlah ketukan/putaran sebanyak 25 kali yang menyinggung garis kurva tersebut sehingga diperoleh kadar air untuk batas cair. Dalam melakukan pengujian batas cair, semakin kecil putaran/ketukan yang dilakukan dalam pengujian maka semakin besar kadar airnya sebaliknya semakin besar putaran/ketukan yang dilakukan dalam pengujian maka semakin kecil kadar airnya. II - 20.

(40) 2.7.8. Batas Plastis Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air yang dinyatakan dalam persen dimana tanah retak apabila digulung sampai dengan diameter 3 3,25 mm. Batas plastis adalah batas yang terletak diantara kondisi plastis dan semi padat. Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah dapat dilihat pada SNI 1966:2008. Untuk menentukan batas plastis (PL) terlebih dahulu,ditentukan kadar air (w) dengan persamaan sebagai berikut :. w=. W2  W3 x100% W3  W1. ..........................................(5). Keterangan : W1 = berat cawan kosong (gr) W2 = berat cawan + tanah basah (gr) W3 = berat cawan + tanah kering (gr) Indeks Plastis (IP) adalah perbedaan antara batas cair dengan batas plastis yang dinyatakan dengan persamaan:. IP= LL- PL. ..........................................(6). Dimana : LL = Batas Cair ( %) PL = Batas Plastis (%). II - 21.

(41) Indeks plastis merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat keplastisan tanahnya. Jika tanah mempunyai interval kadar air di daerah plastis yang kecil maka tanah tersebut merupakan tanah kurus. Sebaliknya, jika tanah mempunyai interval kadar air di daerah plastis yang besar maka tanah tersebut merupakan tanah gemuk.. 2.7.9. Pemadatan Pemadatan tanah dilaboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan (SNI 03-1743-1989). Berikut adalah rumus perhitungannya :. Kerapatan Basah ( ) . (B 2  B1 ) V. ……….………………..………….………. (7). Keterangan : = Kerapatan Basah (gram/cm3) = massa cetakan dan keeping alas (gram) = massa cetakan, keping alas dan benda uji (gram) = Volume benda uji atau volume cetakan (cm 3) Kerapatan Kering ( d ) .  x100% (100  w). II - 22. ………………………………. (8).

(42) Keterangan : = Kerapatan kering (gram/cm3) = Kerapatan basah (gram/cm3) = Kadar air (%) 2.7.10. CBR (California Bearing Ratio) CBR (California Bearing Ratio) merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam persentase, (soedarmo, G.Djatmiko, 1997) dengan persamaan berikut : =. %. ………………………..………………………………………. (9). Dimana: PT = beban percobaan PS = beban standar Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.. II - 23.

(43) Tabel 2.7 Beban Standar yang dipakai untuk percobaan CBR. Penetrasi Beban Penetrasi Beban Beban Plunyer standar Plunyer standar standar (in) (lb) (mm) (kg) (kN) 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5. 3.000 4.500 5.700 6.900 7.800. 2.50 5.00 7.50 10.00 12.50. 1.370 2.055 2.630 3.180 3.600. 13.50 20.00 25.50 31.00 35.00. (Sumber: Soedarmo, G.Djatmiko, 1997) Tanah dasar (Subgrade) pada konstruki jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan, atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% dari kepadatan maksimum. Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah memikul beban setelah tanah dipadatkan. CBR ini disebut CBR rencana titik dank arena disiapkan di laboratorium, disebut CBR laboratorium. CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam : a. CBR laboratorium rendaman (Soaked Laboratory CBR/Soaked Design CBR). b. CBR. Laboratorium. tanpa. rendaman. (Unsoaked. Laboratory. CBR/Unsoaked design CBR). Pengujian CBR laboratorium menggunakan contoh tanah kering udara yang dicampur dengan air dengan kadar air optimum, kemudiam didiamkan dalam kantong plastic selama 24 jam. Contoh tanah kemudian dipadatkan dalam 5 (lima) lapisan dengan jumlah tumbukan 56 x setiap lapisan. Untuk II - 24.

(44) pemeriksaan CBR langsung (Unsoaked CBR), benda uji telah siap di periksa nilai CBR-nya. Pengujian CBR rendaman bertujuan untuk mengetahui nilai CBR dari suatu sampel tanah setelah terendam air dalam jangka waktu tertentu. Prosedur pengujiannya sama dengan pengujian CBR tanpa rendaman, yang membedakan adalah perlakuan terhadap sampel sebelum diuji. Pada pengujian ini data yang diperoleh adalah CBR tanah asli, durasi perendaman yang dilakukan yakni selama 4 hr (96 jam). Data hasil percobaan dapat diplot dikertas kurva dan diadakan koreksi bila diperlukan. Nilai CBR dihitung pada penetrasi 0.10 inci dan 0.20 inci dengan persamaan sebagai berikut: =. %. =. %. ………………………..………………………………………. (10). ………………………..………………………………………. (11). Dimana : X = Pembacaan pada kurva pada penetrasi 0.10 inci Y = Pembacaan pada kurva pada penetrasi 0.20 inci PS = Beban standar (lihat tabel 2.7). II - 25.

(45) Pada umumnya CBR dinyatakan pada penetrasi 0.1 inci. Jika CBR penetrasi 0.2 inci lebih besar dari CBR pada penetrasi 0.1 inci, maka pengujian harus diulang kembali. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, maka sebaiknya dilakukan pengujian yang ketiga. Jika nilai CBR pada penetrasi 0.2 inci tetap lebih besar dari nilai CBR pada penetrasi 0.1 inci, maka yang digukan adalah CBR penetrasi 0.2 inci (SNI 03-1744-1989). Tabel 2.8 Nilai CBR minimum untuk jalan kabupaten Lokasi. CBR minimum 5% - 10% 5% 25% 60%. Timbunan Lapis Tanah dasar Lapis pondasi bawah jalan Lapis pondasi atas jalan Sumber: PU-Bina Marga, 1995 2.8.. Stabilisasi Tanah Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain. untuk memperoleh gradasi yang diinginkan, atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah buatan pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis tanah, seperti : kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas, kemudahan dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap perubahan kadar air. (Christady Hardiyatmo : 2010) Stabilisasi memperbaiki kapasitas dukung tanah-dasar (subgrade), sehingga mengurangi tebal komponen perkerasan. Campuran tanah dengan bahan-tambah juga dapat digunakan untuk mengendalikan debu.. II - 26.

(46) Stabilisasi selain dapat dilakukan pada tanah-dasar, juga dapat dilakukan pada material lapis-pondasi (base) dan pondasi bawah (subbase). Oleh pertimbangan tingginya intensitas beban dan abrasi yang akan dialami oleh permukaan struktur perkerasan, maka stabilisasi tidak cocok dilakukan pada komponen permukaan dari perkerasan jalan. (Christady Hardiyatmo :2010) Tabel 2.9 Kadar semen dibutuhkan untuk berbagai jenis tanah (Lambe,1962) Macam tanah Kerikil Pasir Lanau Lempung. Kadar semen (% terhadap berat) 5 - 10 7 - 12 12 - 15 12 - 20. Sumber: Christady Hardiyatmo, 2010 1.. Tipe-Tipe Stabilisasi Umumnya, stabilisasi tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a.. Stabilisasi mekanis. Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan cara mencampur atau mengaduk dan macam tanah atau lebih yang bergradasi berbeda untuk memperoleh material yang memenuhi syarat kekuatan tertentu. Pencampuran tanah ini dapat dilakukan di lokasi proyek, di pabrik atau di tempat pengambilan bahan timbunan. Material yang telah dicampur ini, kemudian dihamparkan dan dipadatkan di lokasi proyek. Stabilisasi mekanis juga dapat dilakukan dengan cara menggali tanah buruk di tempat dan menggantinya dengan material granuler dari tempat lain. II - 27.

(47) b.. Stabilisasi Dengan Menggunakan Bahan-Tambah Bahan-tambah (additives) adalah bahan hasil olahan pabrik yang bila ditambahkan kedalam tanah dengan perbandingan yang tepat akan memeperbaiki sifat-sifat teknis tanah, seperti : kekuatan, tekstur, kemudahan-dikerjakan (workability) dan plastisitas. Stabilisasi dengan menggunakan bahan-tambah atau sering disebut juga stabilisasi kimiawi bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, dengan cara mencampur tanah dengan menggunakan bahan-tambah. dengan. perbandingan. tertentu.. Perbandingan. campuran bergantung pada kualitas campuran yang diinginkan. Jika pencampuran hanya dimaksudkan untuk merubah gradasi dan plastisitas tanah, dan kemudahan dikerjakan, maka hanya memerlukan bahan-tambah sedikit. Namun, bila stabilisasi dimaksudkan untuk merubah tanah agar mempunyai kekuatan tinggi, maka diperlukan bahan-tambah yang lebih banyak. Material yang telah dicampur dengan bahan-tambah ini harus dihamparkan dan dipadatkan dengan baik. Pemilihan bahan-tambah yang cocok bergantung pada maksud penggunaannya.. Banyaknya. kadar. bahan. tambah. umumnya. ditentukan dari uji laboratorium, yang mensimulasikan kondisi lapangan, cuaca, daya tahan atau uji kekuatan. Dalam beberapa hal, penambahan bahan-tambah di dalam tanah akan memerlukan biaya II - 28.

(48) pelaksanaan yang relatif tinggi. Karena itu, cara perbaikan tanah dengan pencampuran bahan tambah ini harus dibandingkan dengan perbaikan tanah yang lain, seperti pemadatan, penggantian dengan tanah yang lebih bagus atau penambahan agregat.. 2.9.. Semen Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako,. maupun bahan bangunan lainnya (https://id.wikipedia.org/wiki/Semen). Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Semen non-hidrolik dan Semen hidrolik.. 1.. Semen Non-Hidrolik Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur. Kapur dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis dialam. Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai bahan adukan dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut terlihat pada piramidapiramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan sebagai bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani. Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika maish berbentuk kapur tohor (belum berhubungan. II - 29.

(49) dengan air) dan akan mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air.. 2. Semen Hidrolik. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozollan,semen terak, semen alam, semen portland, semen portlandpozollan, dan semen alumina. 3. Semen Portland. Semen Portland adalah jenis semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klingker yang terdiri dari silika-silika kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan tambahan yang biasanya digunakan adalah gypsum. Tipe-tipe semen Portland -. Tipe I Ordinary Portland Cement adalah semen portland yang dipakai untuk segala macam konstruksi apabila tidak diperlukan sifat–sifat khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat, panas hiderasi dan sebagainya. Ordinary Portland Cement mengandung 5 % MgO, dan 2,5–3 % SO3. Sifat–sifat Ordinary Portland Cement berada diantara sifat–sifat moderate heat semen dan high early strength portland cement.. II - 30.

(50) -. Tipe II Moderate Heat Portland Cement adalah semen portland yang dipakai untuk pemakaian konstruksi yang memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang, biasanya digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai.. -. Tipe III High Early Strength Portland Cement adalah semen portland yang gunakan keadaan–keadaan darurat dan musim dingin. Juga dipakai untuk produksi beton tekan. High Early Strength Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S lebih tinggi dibandingkan dengan semen tipe ·lainnya sehingga lebih cepat mengeras dan cepat mengeluarkan kalor. digunakan untuk pembangunan gedung–gedung besar, pekerjaan– pekerjaan berbahaya, pondasi, pembetonan pada udara dingin, dan pada prestressed coccretel, yang memerlukan kekuatan awal yang tinggi.. -. Tipe IV Low Heat Portland Cement adalah semen portland yang digunakan untuk bangunan dengan panas hiderasi rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini mempunyai kandungan C3S dan C3A lebih rendah ·sehingga pengeluaran kalornya lebih rendah. Semen ini biasa digunakan untuk pembuatan atau keperluan hidraulik engineering yang memerlukan panas hiderasi rendah.. II - 31.

(51) -. Tipe V Shulphato Resistance Portland Cement adalah semen portland yang mempunyai kekuatan tinggi terhadap sulfur dan memiliki kandungan C3A ·lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe–tipe lainnya, sering digunakan · untuk bangunan di daerah yang kandungan sulfatnya tinggi, misalnya: pelabuhan, terowongan, pengeboran di laut, dan bangunan pada musim panas.. 2.10. Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Karakteristik Tanah Sedimen yang Distabilisasi dengan Portland Cement sebagai bahan bangunan. (Rahmat Yuna Septiawan dan Mustakin, 2015) Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik tanah sedimen pengerukan Bendungan Bili-bili, untuk mengetahui karakteristik tanah sedimen pengerukan Bendungan Bili-bili yang distabilisasi dengan Portland cement dan untuk mengetahui presentase minimal penambahan Portland cement yang memenuhi syarat karakteristik pada tanah sedimen pengerukan Bendungan Bili-bili. Pada penelitian ini mencoba karakteristik tanah sedimen yang distabilisasi dengan Portland cement sebagai bahan bangunan dengan variasi penambahan potland cement (0%, 5%, 10%, 20% ). Hasil penelitian menunjukkan bahwan Nilai CBR 1) Nilai CBR pada tanah sedimen pengerukan Bendungan Bili-bili tanpa penambahan Portland Cement sebesar 5,77%, dan Nilai kuat tekan bebas pada tanah sedimen pengerukan Bendungan Bili-bili tanpa penambahan Portland Cement sebesar 0,094 kg/cm2.2)Nilai CBR pada tanah dengan penambahan Portland Cement 5 %, II - 32.

(52) 10%, dan 20% masing-masing memiliki nilai rata-rata CBR sebesar 22,67%, 36,67% dan 58,33%. Sedangkan nilai kuat tekan bebas pada tanah dengan penambahan Porland Cement tertinggi ada pada penambahan 20% yang di peram di dalam air selama 3 hari :1,576 kg/cm2, 7 hari :2,036 kg/cm2, 14 hari :3,948 kg/cm2, 28 hari :4,326 kg/cm2. Dan akan terus meningkat seiring dengan penembahan Portland cement. 3)Pada penambahan Portland Cement tanah sedimen pengerukan bendungan bili-bili memenuhi syarat karakteristik dengan penambahan Portland cement sebesar 5 %, dengan nilai rata-rata CBR sebesar 22,67%, nilai CBR syarat 6%. 2. Pengaruh Penggunaan Semen sebagai Bahan Stabilisasi pada Tanah Lempung Daerah Lambung Bukit Terhadap Nilai CBR. (Andriani Andriani, Rina Yuliet, Franky Leo Fernandez, 2012) Tanah merupakan material yang sangat berpengaruh dalam suatu pekerjaan konstruksi, karena suatu daerah tidak akan memiliki sifat tanah yang sama dengan daerah lainnya. Sebagian besar wilayah di Indonesia khususnya Kota Padang berada pada tanah lunak. Dua pokok masalah pada tanah lunak adalah penurunan yang besar dan daya dukung tanah yang kecil. Salah satu usaha perbaikan tanah yang akan diteliti adalah stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan aditif yaitu Portland Cement Type I. Stabilisasi adalah memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah sehingga memenuhi persyaratan teknis tertentu. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan nilai CBR tanah lempung sebelum dan setelah distabilisasi dengan penambahan Portland Cement Type I. Tanah yang akan distabilisasi II - 33.

(53) adalah tanah lempung yang berasal dari daerah Lambung Bukik, Padang, dengan nilai CBR < 10%. Penelitian meliputi sifat fisik dan mekanik tanah yaitu parameter pemadatan dan uji CBR. Pengujian ini berpedoman pada ASTM untuk setiap pengujian. Variasi penambahan semen adalah 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat tanah kering. Pemeraman dilakukan sebelum dilakukan uji CBR, dengan waktu pemeraman selama 3 hari pada kondisi kadar air optimum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai maksimum CBR tanah lempung terdapat pada kadar penambahan semen sebanyak 20% dengan γdry maksimum 1.351 gr/cm3, kadar air optimum 32.9%, dan nilai CBR 64.138 % dengan waktu pemeraman 3 hari. 3. Stabilisasi Tanah Lunak dengan Menggunakan Semen MasterFlow 810. (Andi Abdul Bahqdiar dan Nasrah, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah lunak dan karakteristik tanah lunak yang distabilisasi dengan semen MasterFlow 810. Sampel tanah lunak ini diambil disekitar lokasi jl.Tol Ir. Sutami, Makassar. Pengujian dilakukan dengan karakteristik propertis yaitu: pengujian kadar air, berat isi, berat jenis, batas-batas atterberg, analisa saringan dan pengujian kandungan kimia, sedangkan semen MasterFlow 810 dilakukan pengujian berat jenis. Setelah itu, dilakukan proses stabilisasi dengan variasi campuran semen : 5%, 10%, 15%, dan 20%, kemudian dilakukan pengujian mekanik yang terdiri atas pengujian pemadatan, CBR laboratorium, dan kuat tekan bebas.. II - 34.

(54) Dari hasil pengujian karakteristik tanah, dan di klasifikasikan pada metode USCS maka tanah tersebut termasuk jenis tanah lempung yang memiliki nilai plastisitas yang tinggi (CH). Nilai CBR dengan penambahan semen sebesar 5% adalah 30,13%, semen 10% sebesar 45,00%, semen 15% sebesar 50,00%, dan semen 20% sebesar 56,67%. Begitupun pada pengujian kuat tekan bebas tanah lunak (asli) nilai yang didapatkan sangat kecil dalam kondisi tanpa dilakukan pemeraman, namun mengalami peningkatan pada penambahan komposisi semen MasterFlow 810 20% dengan peningkatan terhadap kuat tekan tanah lunak sebesar 97.38%. Hal ini disebabkan karena bertambahnya senyawa pengikat seiring penambahan semen yakni proses antara Calcium oksida (CaO) dengan kalsium hidroksida dari tanah beraksi dengan silikat ( SiO 2) dan aluminat (AlO3) dari semen membentuk material pengikat. 4. Studi Peningkatan Daya Dukung Tanah Lempung Dengan Menggunakan. Semen (Ranggan, P. R., Masiku, H., Paemboman, M. L., Padang, I., & Upa, Y., 2017) Tanah merupakan aspek penting dalam pekerjaan konstruksi Teknik sipil sebab hampir seluruh konstruksi Teknik sipil meletakkan struktur pekerjaan di atas tanah. Tanah dasar merupakan bagian terpenting dari konstruksi sebab berfungsi untuk mendukung beban lapis pekerjaan. Tanah mempunyai sifat fisik yang berbedabeda, tergantung dari jenis dan struktur tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan semen pada stabilisasi tanah lempung untuk daya dukung tanah serta sebagai perbandingan nilai CBR antara tanah lempung II - 35.

(55) tanpa penambahan semen dengan tanah yang distabilisasi dengan menggunakan semen. Dalam. penelitian ini tanah lempung yang dipergunakan berasal dari. Dusun Bonoran, Kel. Panta’nakan lolo, Kec. Kete’ Kesu. Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah lempung dan tanah yang diberikan tambahan stabilisasi kimiawi berupa penambahan semen Portland dengan berbagi variasi campuran. Pengujian dilakukan di Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum, Makale, Tana Toraja. Penelitian tanah yang dilakukan di laboratorium meliputi penelitian Sifat Fisik tanah yaitu batas-batas Atterberg dan sifat mekanik tanah yaitu Pemadatan dan California Bearing Ratio (CBR). Hasil penelitian menunjukkan Nilai CBR pada pengujian tanah asli adalah 36%, untuk nilai CBR tanah dengan campuran semen 10% dengan nilai CBR 40%, dan untuk campuran semen 12% dengan nilai CBR 48%, sedangkan untuk penambahan semen 15% didapatkan nilai CBR sebesar 60% dimana dapat disimpulkan bahwa nilai CBR tanah yang dicampurkan dengan semen dapat meningkatkan nilai CBR tanah lempung, serta mempengaruhi daya dukung tanah lempung.. II - 36.

(56) BAB III METODE PENELITIAN. 3.1. Bagan Alir Penelitian Prosedur penelitian secara garis besar dapat dilihat pada flowchart berikut ini: Mulai. Survey Lokasi Pengambilan Sampel Pengujian Karakteristik 3 Jenis Tanah Pembuatan Komposisi Benda Uji (pencampuran) - Tanah Asli - Tanah Pasir 80% + Semen 20% - Tanah Laterit 80% + Semen 20% - Tanah Kapur 80% + Semen 20%. Pemadatan / Uji Kompaksi CBR Rendaman dan Tanpa Rendaman Hasil Penelitian Kesimpulan. Selesai. Gambar 3.1 Bagan alir penelitian III - 1.

(57) 3.2. Jenis Pengujian Tabel 3.1 Jenis Pengujian No.. Uraian. 1. Tanah. 2. Semen Tanah + Semen. 3. Jenis Pengujian Kadar Air Berat Jenis Berat Isi Analisa Saringan Batas Cair Batas Plastis Berat Jenis Pemadatan CBR. SNI SNI 1965-2008 SNI 1964-2008 SNI 03-3637-1994 SNI 3423-2008 SNI 1967-2008 SNI 1966-2008 SNI 1964-2008 SNI 1742-2008 SNI 1744-2012. 3.3. Variabel penelitian Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu jenis tanah, dan variabel tetap yaitu semen. 3.4. Notasi dan Jumlah Sampel Tabel 3.2 Notasi dan Jumlah Sampel No. Uraian. 1. Tanah Asli. 2. Tanah Pasir + Semen. 3. Tanah Laterit + semen. 4. Tanah Kapur + semen. Jenis Pengujian Pemadatan CBR Rendaman CBR Tanpa Rendaman Pemadatan CBR Rendaman CBR Tanpa Rendaman Pemadatan CBR Rendaman CBR Tanpa Rendaman Pemadatan CBR Rendaman CBR Tanpa Rendaman. (Sumber:Rencana Penelitian). III - 2. Notasi TAP TACr TACtr TPSP TPSCr TPSCtr TLSP TLSCr TLSCtr TKSP TKSCr TKSCtr Total. Jumlah Sampel 12 Sampel 3 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 1 Sampel 1 Sampel 4 Sampel 1 Sampel 1 Sampel 4 Sampel 1 Sampel 1 Sampel 36 Sampel.

(58) 3.5. Metode Analisis Pada analisa data yang digunakan yaitu analisis terhadap data hasil uji di laboratorium dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. analisis batas-batas konsistensi untuk menklasifikasikan hasil uji batas cair dan batas plastis. 2. analisis distribusi butiran terhadap tanah yaitu melakukan analisis pengujian tanah di laboratorium dan klasifikasinya menurut klasifikasi tanah serta menggolongkannya menurut jenis mineral tanah. 3. analisis hasil uji pemadatan Standard Proctor, analisis hasil pemadatan dari beberapa jenis tanah dan semen yang dilakukan guna mengetahui nilai berat isi kering tanah dasar (subgrade). 4. analisis hasil uji CBR rendaman dan CBR tanpa rendaman dari beberapa jenis tanah dan semen dengan kadar air optimum terhadap peningkatan daya dukung tanah dasar. Analisis ini digunakan untuk mencari hubungan antara jenis tanah dengan semen terhadap nilai CBR rendaman dan CBR tanpa rendaman yang dituangkan dalam grafik yang dapat dijadikan sebagai tanah dasar (subgrade).. III - 3.

(59) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1.. Hasil Penelitian. 4.1.1. Tanah a. Karakteristik tanah Data hasil pemeriksaan karakteristik tanah diperoleh seperti pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Karakteristik Tanah Jenis Pengujian. Tanah Pasir. Tanah Laterit. Tanah Kapur. Satuan. Kadar Air. 40.96. 24.4. 21.24. %. Berat Isi. 1.78. 1.18. 1.33. gr/cm3. Berat Jenis. 2.49. 2.48. 2.48. Batas Cair. 33.2. 44.31. 34. %. Batas Plastis. 21.36. 36.75. 23.58. %. Indeks Plastis. 11.84. 7.56. 10.42. %. (sumber: Hasil Penelitian) b. Ukuran butir tanah Hasil analisa saringan butir diperoleh hasil sebagai berikut: a) Tanah Pasir 1. Kerikil. = 0.00%. 2. Pasir. = 40.17%. 3. Lanau/Lempung. = 59.83%. IV - 1.

(60) PERSEN LOLOS. no.200. 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0.001. 0.010. no.4 0. 0.100. no.10 no.4 3/. 1.000. UKURAN SARINGAN ( mm ). 1". 10.000. 100.000. Gambar 4.1 Grafik Ukuran Butir Tanah Pasir b) Tanah Laterit = 0.57%. 2. Pasir. = 31.04%. 3. Lempung/Lanau. = 68.39%. PERSEN LOLOS. 1. Kerikil. no.200. 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0.001. 0.010. no.4 0. 0.100. no.10 no.4 3/8. 1.000. 1". 10.000. UKURAN SARINGAN ( mm ). Gambar 4.2 Grafik Ukuran Butir Tanah Laterit c) Tanah Kapur 1. Kerikil. = 1.26%. 2. Pasir. = 33.37%. 3. Lempung/Lanau. = 65.37%. IV - 2. 100.000.

(61) PERSEN LOLOS. 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0.001. no.200. 0.010. no.4 0. 0.100. no.10 no.4 3/8. 1.000. 1". 10.000. UKURAN SARINGAN ( mm ). 100.000. Gambar 4.3 Grafik Ukuran Butir Tanah Kapur c. Pemadatan Data hasil uji pemadatan 3 jenis tanah dan 3 jenis tanah dengan semen sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Pemadatan No.. Jenis Tanah. Notasi. 1 2 3 4 5 6. Tanah Pasir Tanah Laterit Tanah Kapur Tanah Pasir + Semen Tanah Laterit + semen Tanah Kapur + semen. TAP1 TAP2 TAP3 TPSP TLSP TKSP. . (%) 17.00 31.90 24.80 21.05 28.20 21.00. (gr/cm3) 1.675 1.362 1.591 1.622 1.464 1.678. (Sumber: Hasil Penelitian) d. Nilai CBR dan Swelling variasi campuran tanah dan semen. Data hasil pemeriksaan CBR dan Swelling dari variasi campuran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.3 Data hasil pemeriksaan CBR dan Swelling No.. Variasi Campuran. CBR. CBR Rend.. Swelling. (%). (%). (%). 1. Tanah Pasir (100%). 13.95. 8. 0.42. 2. Tanah Laterit (100%). 48.03. 3.43. 2.40. 3. Tanah Kapur (100%). 8.69. 5.49. 0.60. 4. Tanah Pasir (80%) + Semen (20%). 20.13. 85.77. 0.10. 5. Tanah Laterit (80%) + Semen (20%). 53.06. 50.09. 0.65. 6. Tanah Kapur (80%) + Semen (20%). 7.32. 86.68. 0.12. IV - 3.

(62) Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pemadatan Tanah dan Kadar air Optimum dari pengujian kompaksi dan CBR. No. Jenis Tanah. 1 2 3 4 5 6. Tanah Pasir Tanah Laterit Tanah Kapur Tanah Pasir + Semen Tanah Laterit + Semen Tanah Kapur + Semen. Uji Kompaksi 1.675 1.362 1.591 1.622 1.464 1.678. .. 17.00 31.90 24.80 21.05 28.20 21.00. CBR Tanpa Rendaman . CBR 13.95 1.72 18.70 1.39 30.88 48.03 8.69 1.71 23.36 1.74 21.06 20.13 1.59 27.84 53.06 7.32 1.79 19.65. (Sumber: Hasil Penelitian) 4.2.. Pembahasan Hasil Penelitian. 4.2.1. Klasifikasi Tanah (Tanah Pasir ) Untuk menentukan klasifikasi jenis tanah yang akan diteliti, digunakan 2 jenis klasifikasi yaitu sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) dan sistem klasifikasi USCS (Unified Soil Clasification System). a. Sistem Klasifikasi AASHTO Berdasarkan hasil pemeriksaan analisa saringan dan atterberg limit diperoleh bahwa : a) Pasir sebesar 40.17% b) Lempung/Lanau sebesar 59.83% c) Batas Cair sebesar 33.20% d) Indeks plastis sebesar 11.84%. IV - 4.

(63) Tabel 4.5 Sistem klasifikasi AASHTO (tanah pasir). Dari data tersebut diatas, kemudian diplotkan ke tabel sistem klasifikasi AASHTO, maka diperoleh jenis tanah A-6. Jenis tanah A-6, merupakan kelompok tanah lempung yang masih mengandung butir-butir pasir dan kerikil tetapi sifat perubahan volume yang besar. b. Sistem Klasifikasi USCS Tabel 4.6 Sistem klasifikasi USCS (tanah pasir). IV - 5.

(64) Seperti data yang terlihat diatas, kemudian diplotkan ke tabel sistem klasifikasi USCS, maka diperoleh jenis tanah CL yaitu lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berkirikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus (lean clays).. 4.2.2. Klasifikasi Tanah (Tanah Laterit) Untuk menentukan klasifikasi jenis tanah yang akan diteliti, digunakan 2 jenis klasifikasi yaitu sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) dan sistem klasifikasi USCS (Unified Soil Clasification System). a. Sistem Klasifikasi AASHTO Berdasarkan hasil pemeriksaan analisa saringan dan atterberg limit diperoleh bahwa : a) Kerikil sebesar 0.57% b) Pasir sebesar 31.04% c) Lanau/Lempung sebesar 68.39% d) Batas Cair sebesar 44.31% e) Indeks plastis sebesar 7.56%. IV - 6.

(65) Tabel 4.7 Sistem Klasifikasi Tanah (tanah laterit). Dari data tersebut diatas, dengan menggunakan sistem klasifikasi AASHTO, maka diperoleh jenis tanah A-5. Jenis tanah A-5, merupakan kelompok tanah lanau dengan butir-butir plastis lebih banyak, sehingga lebih plastis dari kelompok A-4. b. Sistem Klasifikasi USCS Tabel 4.8 Sistem klasifikasi USCS (tanah laterit) c.. IV - 7.

(66) Seperti data yang terlihat diatas, kemudian diplotkan ke tabel sistem klasifikasi USCS, maka diperoleh jenis tanah ML yaitu lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung.. 4.2.3. Klasifikasi Tanah (Tanah Kapur) Untuk menentukan klasifikasi jenis tanah yang akan diteliti, digunakan 2 jenis klasifikasi yaitu sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Official) dan sistem klasifikasi USCS (Unified Soil Clasification System). a. Sistem Klasifikasi AASHTO Berdasarkan hasil pemeriksaan analisa saringan dan atterberg limit diperoleh bahwa : a) Kerikil sebesar 1.26% b) Pasir sebesar 33.37% c) Lempung/Lanau sebesar 65.37% d) Batas Cair sebesar 34.00% e) Indeks Plastis sebesar 10.42%. IV - 8.

(67) Tabel 4.9 Sistem Klasifikasi AASHTO (tanah kapur). Dari data tersebut diatas, dengan menggunakan sistem klasifikasi AASHTO, maka diperoleh jenis tanah A-6. Jenis tanah A-6, merupakan kelompok tanah lempung yang masih mengandung butir-butir pasir dan kerikil tetapi mempunyai sifat perubahan volume besar. b. Sistem Klasifikasi USCS Tabel 4.10 Sistem klasifikasi USCS (tanah kapur). IV - 9.

(68) Seperti data yang terlihat diatas, kemudian diplotkan ke tabel sistem klasifikasi USCS, maka diperoleh jenis tanah CL yaitu lempung tak organik dengan plastisitas rendah sampai sedang, lempung berkirikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung kurus (lean clays). 4.2.4. Analisa hasil uji pemadatan tanah Uji pemadatan tanah yang dilakukan mengacu pada SNI 1742-2008 yaitu Standard Proctor dengan tujuan untuk mendapatkan nilai berat isi kering maksimum dan kadar air optimum yang akan digunakan nantinya untuk campuran pemeriksaan nilai CBR (CBR tanpa Rendaman dan CBR Rendaman). Variasi campuran yang dilakukan yaitu: 1. Tanah Pasir 2. Tanah Laterit 3. Tanah Kapur 4. Tanah Pasir (80%) + Semen (20%) 5. Tanah Laterit (80%) + Semen (20%) 6. Tanah Kapur (80%) + Semen (20%). Berat Isi Kering (gr/cm3). Grafik hasil pemadatan dapat dilihat sebagai berikut: 1.70. max = 1.675 . = 17.00 %. 1.65 1.60. /. 1.55 1.50 1.45 10.00. 15.00. max = 1.622 . = 21.50 % 20.00. /. 25.00. 30.00. Kadar Air (%) Tanah Pasir (100%). Tanah Pasir (80%) + Semen (20%). Gambar 4.4 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah pasir dan Semen. IV - 10.

(69) Berat Isi Kering (gr/cm3). 1.50 1.45. max = 1.464 . = 28.20 %. 1.40 1.35 1.30. /. 1.25 1.20 20.00. 25.00. Kadar Air (%) Tanah Laterit (100%). max = 1.362 . = 31.9 % 30.00. /. 35.00. Tanah Laterit (80%) + Semen (20%). Berat Isi Kering (gr/cm3). Gambar 4.5 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah Laterit dan Semen 1.70 1.65 1.60. max = 1.678 / . = 21.00 %. 1.55 1.50 10.00. 15.00. 20.00. max = 1.591 / . = 24.80 % 25.00. 30.00. Kadar Air (%) Tanah Kapur (100%). Tanah Kapur (80%) + Semen (20%). Berat Isi Kering Maks (gr/cm3). Gambar 4.6 Kurva Pemadatan variasi campuran Tanah Kapur dan Semen 1.8 1.6. 1.6751.622. 1.464 1.362. 1.4. 1.678 1.591. 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0. Tanah Pasir. Tanah Laterit Tanah Asli. Tanah Kapur. Tanah + Semen. Gambar 4.7 Diagram perbandingan hasil uji pemadatan jenis-jenis tanah dan semen. IV - 11.

(70) Hasil uji pemadatan dari variasi campuran tersebut diatas, diperoleh hasil bahwa nilai berat isi kering paling rendah untuk tanah pasir adalah tanah (80%) dengan semen (20%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.622 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 21.50%, untuk tanah laterit adalah tanah asli (100%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.362 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 31.90%, dan untuk tanah kapur adalah tanah asli (100%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.591 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 24.80%, sedangkan untuk nilai berat isi kering paling tinggi untuk tanah pasir adalah tanah asli (100%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.675 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 17.00%, untuk tanah laterit adalah tanah (80%) dengan semen (20%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.464 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 28.20%, dan untuk tanah kapur adalah tanah (80%) dengan semen (20%) dengan nilai berat isi kering maksimum sebesar 1.678 gr/cm3 dengan kadar air optimum sebesar 21.00%. Jadi untuk pemelihan material tanah dasar jalan (subgrade) sangat penting sekali, semakin tinggi nilai berat isi kering tanah semakin baik dijadikan sebagai tanah dasar jalan.. IV - 12.

(71) 4.2.5. Analisa hasil uji CBR a. Hubungan Jenis Tanah dengan hasil uji CBR 1. CBR Rendaman 9000. 6500 6000. 8000. 5500. 7000. 0.1 = 26.76% 0.2 = 50.09%. 4500. Beban (lb). 6000. Beban (lb). 5000. 0.1 = 59.01% 0.2 = 85.77%. 5000 4000 3000. 4000 3500 3000 2500 2000. 2000. 1500. 0.1 = 7.20% 0.2 = 8.00%. 1000 0. 0. 0.1. 0.2. 0.3. 0.4. 0.1 = 3.43% 0.2 = 3.43%. 1000 500 0. 0.5. Penurunan (Inchi). 0. 0.1. 0.2. 0.3. 0.4. Penurunan (Inchi). Tanah Pasir. Tanah Laterit. Tanah Pasir (80%) + Semen (20%). Tanah Laterit (80%) + Semen (20%). Gambar 4.8 CBR tanah Pasir. Gambar 4.9 CBR tanah laterit. 10000 9000 8000. 0.1 = 58.66% 0.2 = 86.68%. 7000. Beban (lb). 0.5. 6000 5000 4000. Gambar 4.10 CBR tanah Kapur. 3000 2000. 0.1 = 5.15% 0.2 = 5.49%. 1000 0. 0. 0.1. 0.2. 0.3. 0.4. 0.5. Penurunan (Inchi) Tanah Kapur Tanah Kapur (80%) + Semen (20%). IV - 13.

(72) 100. 86.68. 85.77. 90 80 70 60. 50.09. 50 40 30 20 10 0. 8.00 Tanah Pasir. 3.43. 5.49. Tanah Laterit. Tanah Kapur. Tanah Asli. Tanah + Semen. Gambar 4.11 Hubungan jenis tanah dan semen dengan CBR Rendaman Hasil uji CBR rendaman selama 96 jam yang diperlihatkan pada gambar 4.11 bahwa, untuk nilai CBR tanah pasir (100%) sebesar 8.00%, setelah dicampur dengan semen dengan campuran tanah (80%) dan semen (20%) hasilnya naik menjadi 85.77%, untuk nilai CBR tanah laterit (100%) sebesar 3.43%, setelah dicampur dengan semen hasilnya naik menjadi 50.09%, dan untuk nilai CBR tanah kapur (100%) sebesar 5.49%, setelah dicampur dengan semen hasilnya naik menjadi 86.68%. ini disebabkan karena sifat plastis tanah yang awalnya tinggi, setelah mengalami pencampuran dengan semen nilai plastisnya berkurang. Jadi kondisi nilai CBR rendaman dari jenis tanah akan semakin membaik seiring bertambahnya presentasi campuran.. IV - 14.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja dari relai tersebut ialah mendeteksi adanya arus lebih yang melebihi nilai setting yang telah ditentukan, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu

Suatu penelitian selama dua tahun pada suatu perusahaan milik pemerintah US oleh Zamanou dan Gleser (1994) meneliti progam intervensi komunikasi dalam proses

Sehingga dapat disimpulkan bahwa total keseluruhan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari tahun 2020 sampai dengan 2021 di Kota Tangerang sebanyak 1.552.162 Jiwa,

Hasil penelitian pada parameter tinggi tanaman, perlakuan dengan perbedaan jenis media tanam sistem akuaponik memberikan efektivitas yang sangat nyata pada minggu

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

Perjuangan Kiai Haji Raden (K.H.R) Syamsul Arifin beserta Kiai Haji Raden (K.H.R) As’ad Syamsul Arifin dalam Mendirikan Pondok Pesantren .... Kisah Kiai Haji Raden (K.H.R)