PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Tentang Pernikahan
- Pengertian Nikah / Perkawinan
- Asas-asas Pernikahan
- Syarat dan Rukun Pernikahan Dalam Islam
- Hak dan Kewajiban Suami Isteri
- Hikmah Pernikahan
Tinjauan Umum Tentang Pernikahan Di Bawah Umur
- Pengertian Nikah Di Bawah Umur
- Pernikahan Di Bawah Umur dalam Pandangan Hukum Islam
- Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan di bawah
- Akibat yang timbul dari pernikahan di bawah umur
Tinjauan Umum Tentang Teori Perlindungan Anak
- Batas Usia Anak dalam Hukum Positif di Indonesia
- Aspek Hukum Perlindungan Anak
- Perlakuan Terhadap Kebutuhan & Hak-Hak Anak
METODE PENELITIAN
- Jenis Penelitian
- Sifat Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data (Legal Research)
- Teknik Analisis Data
- Keabsahan Data
- Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pokok bahasan kajian tentang pengujian hukum perkawinan anak di bawah umur berdasarkan undang-undang nomor 1. Data primer meliputi data yang diperoleh langsung di lapangan terkait pelaksanaan perkawinan anak di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Teknik wawancara dilakukan langsung pada sampel penelitian yaitu pasangan belum dewasa di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Jumlah orang yang melakukan perkawinan di bawah umur di Kecamatan Pabelan adalah sebagai berikut. Dari tabel di atas diketahui bahwa perkawinan di bawah umur selalu terjadi pada penduduk Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Pemikiran mereka masih sangat sederhana sehingga mereka tidak mengetahui akibat buruk dari pernikahan di bawah umur.
Demikian kata salah satu orang tua dari anak di bawah umur. 50Hasil wawancara dengan Suryanth, ayah dari aktris yang menikah di bawah umur, karena sudah hamil, pada 21 September 2018 pukul 15.00 WIB. Meskipun perkawinan anak di lingkungan masyarakat Pabelan patut kita syukuri, namun bisa dikatakan tidak ada perceraian.
Perkawinan anak selain berdampak pada suami istri dan anak-anaknya, juga berdampak pada orang tua masing-masing keluarga. Dari komunitas pelaku perkawinan anak di Kecamatan Pabelan, hanya sebagian kecil yang berdampak pada penurunan tingkat ekonomi orang tua/pasangan. Dari pemaparan di atas, dampak negatif perkawinan anak sangat besar, baik bagi pelaku maupun bagi anak.
Perkawinan di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan ketika salah satu atau kedua belah pihak masih di bawah umur. Bagi anak hasil perkawinan di bawah umur yaitu rendahnya tingkat kecerdasan dan IQ serta gangguan pada perkembangan fisik anak. Hanafi, Yusuf, Kontroversi Perkawinan Anak Perspektif Fikih Islam, HAM Internasional dan Hukum Nasional (Bandung: Mandar Maju, 2011).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Lapangan
- Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Nikah di Bawah Umur
- Dampak Dari Pernikahan Di Bawah Umur
- Perlindungan Hukum HAM bagi Anak Yang Melakukan Nikah
Untuk melangsungkan perkawinan, baik laki-laki maupun perempuan, seseorang harus berusia 21 tahun, jika di bawah 21 tahun harus mendapat izin dari orang tuanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974. Dari segi medis, pernikahan dini berdampak buruk bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Permasalahan yang menarik adalah meskipun perkawinan di bawah umur selalu menimbulkan pro dan kontra dari berbagai sudut pandang, serta banyak pula dampak negatif yang melebihi dampak positifnya, namun perkawinan di bawah umur tetap saja terjadi.
Begitu juga pernikahan di bawah umur yang terjadi di Kabupaten Semarang dimana setiap tahun atau setiap bulan selalu berbeda latar belakang dan alasan. Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel perkawinan di bawah umur ditinjau dari penyebab, akibat dan perlindungan hukum hak asasi manusia bagi anak yang melakukannya, di masyarakat Kecamatan Pabelan yang penulis anggap mewakili masyarakat. di Kabupaten Semarang. Perkawinan di bawah umur juga berdampak negatif terhadap kesehatan, ada juga yang berdampak pada psikologi dan kehidupan keluarga remaja khususnya perempuan juga dari segi hak.
Indikator sosial perempuan Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 1995 menunjukkan bahwa 21,75 persen anak perempuan di perkotaan menikah di bawah usia 16 tahun dan 47,79 persen di pedesaan. Penelitian menunjukkan bahwa ibu di bawah umur lebih cenderung melahirkan anak cacat atau bermasalah kesehatan. Penelitian UNICEF pada tahun 2007 menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan di bawah usia 18 tahun memiliki keterampilan merawat bayi atau anak yang rendah, sehingga sering membuat keputusan yang salah untuk bayinya.
Beberapa isu yang diangkat adalah risiko kesehatan menikahi anak di bawah umur, mis. UNICEF melaporkan pada tahun 2001 bahwa anak di bawah umur yang hamil cenderung melahirkan bayi prematur, komplikasi kelahiran bayi kurang gizi dan angka kematian ibu dan bayi yang lebih tinggi. Anak yang dinikahkan pada usia muda tidak memiliki kekuatan untuk menegosiasikan kehidupan pernikahannya. Dalam pernikahan di usia muda, sulit membedakan apakah anak laki-laki atau perempuan biasanya lebih mudah mengendalikan emosinya.
Di satu sisi, Zaenudin Ali mengatakan bahwa perkawinan di bawah umur memiliki dampak negatif, namun ada juga dampak positifnya yaitu: 36. Dari pemaparan di atas, dan secara umum dari hasil penelitian ini, perkawinan di bawah umur lebih banyak menimbulkan dampak negatif dibandingkan dampak positifnya. . Menikah di usia muda atau dini di mana setiap orang belum matang secara mental dan fisik seringkali menimbulkan masalah di kemudian hari, bahkan tidak sedikit yang amburadul di tengah jalan.
Pembahasan Hasil Penelitian
- Perlindungan Hukum HAM bagi Anak Yang Melakukan Nikah di
- Analisis Pernikahan di Bawah Umur
Sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor-faktor yang mendorong terjadinya perkawinan di bawah umur secara tegas antara lain: 41. Faktor orang tua merupakan salah satu faktor terjadinya perkawinan di bawah umur, dimana orang tua akan segera menikahkan anaknya jika sudah terlihat dewasa. Wawancara dengan Eka Mardiyan K, pelaku perkawinan di bawah umur yang dijodohkan orang tuanya, yang menikah pada tanggal 16 April 2016 di Desa Bendungan Kecamatan Pabelan).
Wawancara dengan Sutiman, ayah dari Eka Wahana Putri yang menikah dengan anak di bawah umur pada tanggal 27 Juli 2017 di Desa Jembrak. 47. Jika dikaitkan dengan perkawinan di bawah umur, penulis menemukan bahwa faktor ekonomi menjadi salah satu alasan orang tua menikahkan anaknya. 47 Hasil wawancara dengan Sutiman, ayah dari pelaku pernikahan di bawah umur Eka Wahana Putri, pada tanggal 19 September 2018 pukul 11.00.
Dari pemaparan teori dan hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan di bawah umur akan selalu membawa dampak positif dan negatif. Dampak perkawinan di bawah umur tidak hanya dirasakan oleh suami istri tetapi juga berdampak pada Bagi perempuan yang melakukan perkawinan di bawah umur, pasti akan mengalami kesulitan dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya karena belum siap menjalankan tugasnya. sebagai orang tua, terutama sebagai ibu.
Dari penelitian yang diperoleh secara keseluruhan, ada satu pelaku perkawinan di bawah umur yang hamil sebelum perkawinan bahkan melahirkan sebelum perkawinan dilangsungkan. Dengan kata lain, perkawinan di bawah umur merupakan bentuk penyimpangan dari perkawinan pada umumnya karena tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian di atas mengenai faktor pendorong, dampak dan perlindungan anak, keluarga pasangan yang melakukan perkawinan di bawah umur pada masyarakat Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Untuk pendidikan pelaku perkawinan di bawah umur yaitu putus sekolah, terhambatnya program wajar pemerintah 9 tahun, mengakibatkan kurangnya keterampilan. Dampak dari kehidupan ekonomi anak di bawah umur adalah penurunan kemampuan ekonomi keluarga yang akan meningkatkan angka kemiskinan dalam jangka panjang. Dawud, Imam Abu, Sunan AbuDawud, Jilid II (Beirut: Darul Pole al-Ilmiyah Dea Agustina Suardini, Yunanto, Melakukan Perkawinan Di Bawah Umur.
Umar, Nasaruddin, Ph.D. Perkawinan di Bawah Umur Dikenakan Sanksi Pidana, 2010 Umar, Ph.D. Nasaruddin, Refleksi Penerapan Hukum Keluarga di Indonesia, Dirjen. Yusuf Hanafi, Kontroversi Perkawinan Anak Perspektif Fikih Islam, Hak Asasi Manusia Internasional dan Hukum Nasional (Bandung: Mandar Maju, 2011).
PENUTUP
Simpulan
Perkawinan di bawah umur selain menimbulkan keuntungan dan kerugian hukum, juga menimbulkan masalah sosial, ekonomi dan lainnya, sehingga diperlukan peran serta dan tanggung jawab semua pihak, agar pelaksanaannya berkurang tanpa melanggar Hak Asasi Anak. Setiap perkawinan, meskipun masih di bawah umur, jika dilakukan dengan tata cara yang benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, tetap mendapat perlindungan hukum hak asasi manusia. Karena jelas perkawinan di bawah umur lebih banyak membawa mudharat daripada keuntungan, maka harus dilakukan berbagai upaya dan upaya dari berbagai pihak agar perkawinan di bawah umur tidak terjadi lagi.
Saran-saran
Amelia, Ketidakharmonisan Hukum Perijinan dan Dispensasi Melanjutkan Pernikahan dengan Hukum Perlindungan Kesehatan Anak, Artikel dalam "Rechtidee Jurnal Hukum", Vol. Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafis, Jakarta, 2011 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 14 (Bandung: Al-Ma'arif, 1997) Al-Tahrir, Vol. Amshori, Ibnu, Perlindungan Anak dari Perkawinan Di Bawah Umur, Citra Umbara Bandung, 2007,. al., Family Law, Criminal and Business Studies on Indonesian Law, Jurisprudence and International Law, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta: 2013.
Zuhdi Muhdlor, Pengertian Hukum Perkawinan, Bandung: Al-Bayan, 1995 Cholil tentang konflik dan ketegangan antara fikih dan hukum formal Islam. Melalui Dispensasi Pengadilan Agama Kabupaten Indramayu, artikel dalam “Uji Ulang Hukum Diponegoro”, Volume 1, Nomor 2, 2013 Desmita, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosda KaryaPrint V, Bandung,. Dwi Idayanti, Pemberian Dispensasi Nikah oleh Pengadilan Agama, artikel dalam “Jurnal Lex Privatum”, vol.
Idayanti, Dwi, Pemberian Pembebasan Nikah oleh Pengadilan Agama (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kota Ambogu), Artikel dalam “Jurnal Lex Privatum”, Vol. Maidin Gultom, Perlindungan hukum anak dalam sistem peradilan anak di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2007. Nasution, Khoiruddin, Status perempuan di Asia Tenggara; Kajian Hukum Islam Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, Jakarta-Lieden: INIS, 2002.
Neng Djubaidah, Pencatatan Nikah dan Nikah Tidak Dicatat Menurut Hukum Islam Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafik, 2010). Idris, Hukum Perkawinan Islam (Kajian UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), Bumi Aksara, Jakarta: 2004. Wirjono Projodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, 1974 Yunus, Mahmud. Hukum pernikahan dalam Islam.
UU RI No. 01 Tahun 1974 tentang Perkawinan UU RI No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. UU RI No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi UU RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang.