• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim

N/A
N/A
Ahmad Roihan

Academic year: 2024

Membagikan "Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Ilmu Sosial yang Meyakinkan

ISSN: (Cetak) (Online) Beranda jurnal:https://www.tandfonline.com/loi/oass20

Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim

Henky Fernando, Yuniar Galuh Larasati, Irwan Abdullah, Hasse Jubba, Abdul Mugni & Pratama D. Persadha

Mengutip artikel ini:Henky Fernando, Yuniar Galuh Larasati, Irwan Abdullah, Hasse Jubba, Abdul

Mugni & Pratama D. Persadha (2023) Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim, Cogent Social Sciences , 9:1, 2225838, DOI:

10.1080/23311886.2023.2225838

Untuk menautkan ke artikel ini:https://doi.org/10.1080/23311886.2023.2225838

© 2023 Penulis. Diterbitkan oleh Informa UK Limited, diperdagangkan sebagai Taylor & Francis Group.

Diterbitkan online: 25 Juni 2023.

Kirimkan artikel Anda ke jurnal ini

Tampilan artikel: 355

Lihat artikel terkait

Lihat data Tanda Silang

Syarat & Ketentuan lengkap akses dan penggunaan dapat ditemukan di https://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=oass20

(2)

POLITIK | ARTIKEL PENELITIAN

Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim

Diterima: 26 April 2023 Diterima: 12 Juni 2023

Henky Fernando1*, Yuniar Galuh Larasati1, Irwan Abdullah1, Hasse Jubba2, Abdul Mugni3dan Pratama D. Persadha4

* Penulis koresponden: Henky Fernando, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281, Indonesia

Surel:fenky92@gmail.com

Abstrak:Hilangnya partai politik Islam juga terjadi di Indonesia, negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Kajian-kajian yang ada yang berfokus pada konteks ini

terutama mengkaji regenerasi dan ideologi partai-partai politik Islam, sehingga kurang melakukan eksplorasi komprehensif mengenai ketiadaan eksistensi partai-partai tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan, “Bagaimana de-eksistensi terwujud dalam partai politik Islam pada pemilu di Indonesia, sebagai negara mayoritas Muslim?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk mengkaji bentuk, partisipasi, dan tingkat elektabilitas partai politik Islam berdasarkan hasil tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa partai politik Islam secara konsisten dianggap tidak populer, dengan partisipasi pemilih dan elektabilitas kandidat yang sangat rendah dalam tiga periode pemilu. Konteks ini menunjukkan tidak adanya partai politik Islam selama siklus pemilu ini. Studi ini juga menggarisbawahi

Editor peninjau:

Angel Luis Torres Toukoumidis, Departemen Komunikasi, Universitas Politeknik Salesian:

Universidad Politecnica Salesiana, Ekuador

Informasi tambahan tersedia di akhir artikel

TENTANG PENULIS PERNYATAAN KEPENTINGAN PUBLIK Penulis makalah ini berafiliasi dengan IA Scholar

Foundation (IASF), sebuah organisasi yang telah mendedikasikan lima tahun terakhir untuk melakukan penelitian tentang pembentukan dan transformasi sosial dalam berbagai konteks lokal dan global. Dipimpin oleh Prof Irwan Abdullah, IASF telah melakukan studi kasus yang luas di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk

Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.

Makalah kolaboratif yang berfokus pada formasi dan transformasi politik di Indonesia ini memadukan perspektif antropologi dan kajian agama. Penulis yang terlibat dalam penelitian ini antara lain Henky Fernando, Yuniar Galuh Larasati, dan Irwan Abdullah dari Departemen Antropologi Universitas Gadjah Mada; Hasse Jubba dari Jurusan Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; Abdul Mugni dari Institut Studi Islam Negeri

Lhokseumawe, Aceh; dan Pratama D. Persadha dari Pusat Penelitian Keamanan Sistem Komunikasi dan Informasi, Jakarta.

Di Indonesia, sebagai negara mayoritas Muslim, partai politik Islam mengalami kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses de-eksistensi dan mengungkap bahwa proses deeksistensi tersebut terwujud dalam tiga periode pemilu berturut-turut sebelumnya: tahun 2009, 2014, dan 2019. Partai politik Islam menghadapi tantangan dalam mendapatkan dukungan dari umat Islam karena anggapan mereka yang berpikiran tertutup dan semangat yang berlebihan. dalam menjaga identitas agama.

Sebaliknya, masyarakat mayoritas Islam di Indonesia sudah menunjukkan keterbukaan dan pendekatan yang lebih rasional dalam memilih partai politik.

Temuan-temuan ini menggarisbawahi pentingnya penelitian di masa depan yang mengkaji motivasi dan persepsi pemilih dalam kelompok agama mayoritas yang aktif terlibat dalam proses pemilu. Investigasi semacam ini harus menggali bagaimana para pemilih memandang kehadiran partai politik yang sejalan dengan basis identitas kelompok agama mayoritas, sekaligus memiliki citra dan kerangka ideologis yang selaras dengan preferensi mereka.

© 2023 Penulis. Diterbitkan oleh Informa UK Limited, diperdagangkan sebagai Taylor & Francis Group. Ini adalah artikel Akses Terbuka yang didistribusikan berdasarkan ketentuan Lisensi Atribusi Creative Commons ( http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media apa pun, asalkan karya aslinya dikutip dengan benar. Ketentuan penerbitan artikel ini mengizinkan penempatan Naskah yang Diterima di

repositori oleh penulis atau dengan persetujuan mereka.

(3)

pentingnya menggali motivasi dan persepsi pemilih Islam, karena faktor-faktor ini mempunyai dampak besar terhadap keterlibatan mereka dalam pemilihan partai politik. Eksplorasi ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman komprehensif tentang kelangsungan dan prospek partai politik Islam dalam pemilihan umum mendatang di Indonesia, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Pokok Bahasan: Komunikasi Politik; Politik & Media; Sosiologi & Kebijakan Sosial Kata Kunci: Deeksistensi; partai politik Islam; pemilihan Umum; negara mayoritas Muslim

1. Perkenalan

Hilangnya partai politik Islam juga terlihat di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Hal ini terlihat dari dominasi partai politik non-Islam terhadap partai politik Islam pada pemilu selama tiga periode berturut-turut. Pada tahun 2009, Partai Demokrat (Partai Demokrat) muncul sebagai partai dengan perolehan suara terbanyak dengan total 20,85% suara (Shidik,2009). Pada tahun 2014, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memimpin dengan total 18,95% suara (Qodir,2014). Pada tahun 2019, PDIP kembali menjadi partai dengan perolehan suara terbanyak dengan perolehan 19,33% suara (Farisa,2009). Di sisi lain, partai politik Islam yang paling menonjol dalam tiga periode yang sama adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan total perolehan suara 5,32% pada tahun 2009 (Sidik,2009), Partai Keadilan Sejahtera (Partai Keadilan Sejahtera, atau PKS) dengan total 6,79% suara pada tahun 2014 (Qodir,2014), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan total perolehan suara 9,69% pada tahun 2019 (Farisa,2019). Temuan ini menunjukkan tidak adanya partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia. Oleh karena itu, seperti yang dikemukakan oleh Hadiz dan Robison (2017), hilangnya eksistensi partai politik Islam di negara mayoritas Muslim merupakan fenomena menarik yang memerlukan penjelasan dan refleksi lebih lanjut.

Hingga saat ini, kajian ilmiah terhadap fenomena partai politik Islam dalam ranah kontestasi politik terutama terfokus pada tiga bidang utama.Pertama, terdapat sejumlah penelitian yang menyelidiki keberadaan partai politik Islam dalam konteks kontestasi politik (Haris dkk.,2020; Adalah; Harahap, 2019; Rasyid dkk.,2020).Kedua, terdapat penelitian yang mengkaji proses regenerasi partai politik Islam dalam kerangka sistem demokrasi (Barton et al.,2021; Fossati,2019; Hadiz,2018).akhirnya, terdapat banyak literatur yang berpusat pada pendekatan strategis yang digunakan oleh partai politik Islam untuk mencapai keberhasilan dalam kontestasi politik (Barton dkk.,2021; Pepinsky,2019;

Rustow,2019). Oleh karena itu, keilmuan yang ada saat ini lebih banyak menekankan pada tiga bidang di atas, yaitu kehadiran, kaderisasi, dan manuver strategis partai politik Islam dalam rangka memenangkan kontes politik. Namun, diskusi seputar ketiadaan partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim sering kali diabaikan dalam penelitian sebelumnya. Meskipun demikian, penting untuk diketahui bahwa penyelidikan terhadap eksistensi partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim menghadirkan sebuah jalan menarik yang perlu ditelaah dan direnungkan lebih lanjut (Hadiz & Robison,2017).

Hilangnya keberadaan partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim merupakan fenomena yang memiliki banyak aspek dan bergantung pada konteks yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut (Putra & Lubis,2019). Pengamatan ini konsisten dengan Hadiz (2018) berargumentasi bahwa ketiadaan partai politik merupakan sebuah topik penting dan menarik yang perlu ditelusuri untuk merefleksikan manifestasinya, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dampaknya terhadap kelangsungan hidup dan prospek partai politik Islam dalam meraih kesuksesan dalam kontestasi politik. Namun penelitian mengenai keberadaan partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim belum dilakukan secara komprehensif, khususnya terkait dengan tidak adanya partai politik Islam di Indonesia.

(4)

negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Mengingat minimnya wacana mengenai de-eksistensi partai politik Islam di Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, penelitian ini tidak hanya menjawab kesenjangan penelitian sebelumnya namun juga menjelaskan berbagai bentuk, faktor, dan implikasi yang terkait dengan de-eksistensi partai politik Islam. Partai politik Islam di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengkaji secara kritis kelayakan dan prospek partai politik Islam dalam mencapai keberhasilan dalam kontes politik selama pemilihan umum, sehingga mengatasi keterbatasan penyelidikan sebelumnya.

Maraknya partai politik non-Islam dalam tiga siklus pemilu terakhir menjadi bukti berkurangnya kehadiran partai politik Islam di Indonesia, negara yang berpenduduk mayoritas Muslim. Oleh karena itu, tidak adanya partai politik Islam di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, menjadi sebuah topik menarik yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan merenungkan fenomena ini melalui

pemeriksaan tiga pertanyaan utama.Pertama, penelitian ini berupaya mengetahui sejauh mana kehadiran partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia. Kedua, penelitian ini berupaya menganalisis tingkat keterlibatan pemilih dalam memilih partai politik Islam pada siklus pemilu tersebut.akhirnya, bertujuan untuk mengevaluasi elektabilitas pemimpin yang didukung oleh partai politik Islam pada periode pemilu yang sama. Melengkapi pertanyaan-pertanyaan di atas, penelitian ini juga didukung oleh anggapan bahwa tidak adanya partai politik Islam di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, dapat dilihat dari terbatasnya kehadiran mereka dan kurangnya partisipasi aktif dari para pemilih. Akibatnya, prospek bagi partai politik Islam untuk meraih kemenangan dalam pemilihan umum di Indonesia, sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tampak sangat berkurang.

2. Tinjauan Pustaka 2.1. Pemilu di Indonesia

Selain merupakan proses penting dalam membentuk figur kepemimpinan, pemilihan umum mempunyai peran penting dalam menentukan kelangsungan kehadiran partai politik dalam jangka waktu tertentu (Sloman,2020). Sebagai sistem yang menarik secara politik, pemilihan umum menarik perhatian masyarakat dengan menjadi sarana untuk mengevaluasi kualitas dan kemampuan pemimpin yang didukung oleh partai politik (Al Mas'udah,2020). Sepanjang sejarah, Indonesia telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak 11 kali dengan partisipasi 20 partai politik (Vaccari & Valeriani,2015). Nur Wardhani (2018) lebih lanjut menegaskan bahwa pemilu di Indonesia menganut beberapa prinsip penting, antara lain pemungutan suara yang langsung, universal, bebas, rahasia, adil, dan jujur (Azed,2017). Pemilu ini diadakan setiap lima tahun sekali (Noviawati,2019), bertujuan untuk memilih anggota eksekutif dan legislatif. Dalam pemilihan umum, calon yang didukung oleh partai politik dapat memperoleh kemenangan jika ia memperoleh lebih dari 50% total suara warga negara peserta. Dalam konteks Indonesia, keterlibatan pemilih dalam pemilu terutama dipengaruhi oleh preferensi suara mayoritas penduduk Muslim (Fanani, 2013). Oleh karena itu, kekuatan jumlah pemilih Muslim dapat secara substansial menentukan hasil akhir proses pemilu di Indonesia, yang merupakan negara mayoritas Muslim.

Wewo dkk. (2018) mencatat bahwa pemilihan umum di Indonesia diselenggarakan oleh tiga lembaga penyelenggara: Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Etik Penyelenggara Pemilihan Umum (Dewan Etik). Penyeleggara Pemilihan Umum), dengan penekanan kuat pada implementasi UU No. 8 Tahun 2015 (Nugroho & Asmorojati, 2019). Pemilihan umum berfungsi sebagai indikator penting dari pemerintahan demokratis suatu negara. Dalam masyarakat demokratis, pemilihan umum tidak hanya berfungsi untuk merotasi posisi kepemimpinan tetapi juga berfungsi sebagai langkah mendasar dalam upaya transformasi dan evaluasi struktural (Maninggesa,2022). Menurut Triana dkk. (2023), selain untuk menentukan legitimasi kekuasaan, pemilihan umum juga berfungsi sebagai sarana untuk memilih calon pemimpin politik berdasarkan kualitasnya. Oleh karena itu, Fadillah dkk. (2019) juga menegaskan bahwa pemilu memberikan ruang terbuka yang tidak membatasi aspirasi, sehingga menjadi wadah bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin yang dapat mengakomodasi kepentingan

masyarakat ke arah yang semakin positif.

(5)

2.2. Partai politik di Indonesia

Partai politik memainkan peran penting dalam merekomendasikan dan mendukung calon pemimpin dalam kontes politik di negara-negara demokratis seperti Indonesia (Kodiyat et al.,2020). Di Indonesia, partai politik mencakup beberapa landasan ideologis yang berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai spiritual (Ubaidillah & Asy'ari,2021). Partai politik yang berorientasi nasionalis menunjukkan gagasan dan identitas terpusat yang bertujuan mewujudkan kepentingan nasional (Bourchier,2019). Di sisi lain, partai politik yang berakar pada nilai-nilai spiritual bercirikan gagasan-gagasan yang berpedoman pada prinsip- prinsip agama (Barton et al.,2021). Oleh karena itu, untuk menyukseskan kontes politik, basis ideologi yang dipilih suatu partai politik menjadi konteks yang krusial untuk menggalang simpati mayoritas pemilih (Leininger & Meijers,2021). Tanjung (2019) juga menyatakan bahwa beberapa partai politik mengadopsi ideologi mayoritas sebagai identitas partainya untuk menarik simpati mayoritas pemilih. Namun konteks ini tidak selalu menjamin respon positif mayoritas masyarakat terhadap kehadiran partai politik.

Respons mayoritas penduduk Muslim terhadap kehadiran partai politik Islam dalam kontestasi politik tidak selalu baik. Kurangnya dukungan ini seringkali dikaitkan dengan persepsi negatif seputar penerapan Islam sebagai ideologi partai (Arenggoasih,2018). Penerapan sistem tertentu dalam proses seleksi calon pemimpin yang didukung oleh partai politik Islam dalam kerangka demokrasi seringkali dipandang tidak demokratis oleh sebagian besar masyarakat Islam (Harahap,2019). Akibatnya, partai politik Islam terkadang dicap anti-demokrasi pada saat pemilihan umum (García-Rivero & Kotzé,2007). Menurut García-Rivero dan Kotzé (2007), faktor kontekstual ini berkontribusi signifikan terhadap penolakan terhadap kandidat yang dipilih dan didukung oleh partai politik Islam, sehingga berdampak pada kurangnya respon positif dari masyarakat mayoritas Muslim dalam kontestasi politik. Oleh karena itu, partai politik Islam seringkali menggunakan berbagai strategi untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan menumbuhkan lingkungan yang lebih inklusif dan akomodatif dalam masyarakat yang beragam (Umam & Junaidi,2017), yang bertujuan untuk mendapatkan respon positif, khususnya dari populasi mayoritas Muslim (Hajjaj,2022).

2.3. De-eksistensi

De-eksistensi mengacu pada kondisi di mana seseorang atau suatu kelompok masih relatif tidak dikenal dan tidak diakui oleh masyarakat umum. ketel (2022) menjelaskan bahwa de-eksistensi menandakan kehadiran yang terabaikan dan kurang berpengaruh pada lingkungan sekitarnya, sehingga mendorong upaya dan strategi untuk mendapatkan pengakuan. Konsekuensinya, ketiadaan eksistensi berkaitan erat dengan permasalahan status, distribusi, dan keuntungan, yang menentukan tingkat pengaruh yang dimiliki oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat (Williams & Ishiyama,2022). Dalam konteks ini, pihak-pihak yang berpengaruh memiliki kemampuan untuk menekan masalah dan memanipulasi proses pengambilan keputusan untuk mengamankan posisi penting yang strategis dalam suatu kompetisi (Williams & Ishiyama,2022). Pada dasarnya, de-eksistensi mewakili keadaan transformatif dimana suatu kelompok tidak memiliki kekuatan dan gagal untuk berkembang dalam suatu persaingan (van Raalte dkk.,2021). Moltmann (2020) berpendapat bahwa ketiadaan eksistensi tidak hanya menandakan perbedaan dalam hal kehadiran tetapi juga dalam hal kekuasaan. Akibatnya, deeksistensi dapat menimbulkan perdebatan dan konflik karena ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan dalam masyarakat (Niranjana et al.,2021).

De-eksistensi adalah respons yang terkait dengan ketidakpastian (Vlcek,2020). Sejalan dengan ini, deeksistensi ditafsirkan dalam dua konteks berbeda (Anderson et al.,2020; Ormerod,2021). Pertama, de- eksistensi dipahami sebagai ketidakpastian yang timbul dari perubahan besar-besaran dalam dinamika politik. Kedua, de-eksistensi dipandang sebagai kurangnya kesadaran mengenai dampak yang ditimbulkan oleh individu atau kelompok terhadap lingkungannya. Dengan kata lain, de-eksistensi mengacu pada kecenderungan untuk merespons kehadiran dan kepentingan individu atau kelompok dalam suatu komunitas (Zagidullin et al., 2021). Dalam konteks politik, de-eksistensi dipengaruhi oleh ideologi, kesenjangan teknologi, dan polarisasi kekuasaan (Koiranen et al.,2020). Selain itu, ketiadaan eksistensi dipengaruhi oleh isu pembaruan generasi dan kepentingan strategis dalam kontes politik (Olanrewaju,2015 ). Regenerasi dan partisipasi menentukan ada atau tidaknya suatu partai politik dalam pemilu

(6)

(Mas'ad,2021). Menurut Fanani (2013), lemahnya regenerasi partai menjadi permasalahan yang berujung pada ketidakpercayaan atau matinya suatu partai politik.

3. Metode

Kajian ini menyelidiki isu hilangnya eksistensi partai politik Islam di Indonesia, negara mayoritas Muslim, menjelang pemilu mendatang pada tahun 2024. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan analisis deskriptif dan reflektif terhadap fenomena hilangnya eksistensi berdasarkan media. liputan tiga pemilu sebelumnya yang diselenggarakan pada tahun 2009, 2014, dan 2019. Pemberitaan media online ini menjadi sumber evaluasi kelayakan dan prospek partai politik Islam pada pemilu 2024 mendatang. Studi ini dipandu oleh tiga pertimbangan utama.Pertama, hilangnya eksistensi partai politik Islam pada pemilu di negara mayoritas Muslim merupakan isu penting dan belum banyak dikaji sehingga perlu dicermati secara komprehensif.Kedua, tidak adanya partai politik Islam di negara-negara tersebut mempunyai karakteristik kompleks yang memerlukan analisis menyeluruh, terutama dalam mengungkap alasan yang mendasari kegagalan partai-partai tersebut.akhirnya, hilangnya eksistensi partai politik Islam merupakan fenomena kontekstual yang sangat penting, sehingga memerlukan refleksi dan kajian yang cermat. Ketiga

pertimbangan tersebut menjadi landasan penelitian ini, dengan fokus memberikan analisis deskriptif dan reflektif terhadap hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu di Indonesia, negara mayoritas Muslim.

Penelitian deskriptif kualitatif ini mengandalkan sumber data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari kutipan artikel berita online yang diperoleh melalui proses membaca mendalam terhadap 1.500 artikel berita online berbahasa Indonesia dengan menggunakan kata kunci pencarian “ eksistensi partai politik Islam dalam pemilihan umum di Indonesia tahun 2009, 2014, dan 2019 (“Kehadiran Partai Politik Islam pada Pemilu Indonesia Tahun 2009, 2014, dan 2019”) di mesin pencari Google. Proses pencarian dan pembacaan artikel berita online dilakukan mulai tanggal 1 Desember 2022 hingga 3 Januari 2023. Tiga orang penulis melakukan proses seleksi dan pembacaan cepat dengan fokus pada headline artikel berita. Dari proses pembacaan tersebut, ditemukan total 498 artikel berita online yang membahas tentang rendahnya eksistensi partai politik Islam pada pemilu, 503 artikel berita online membahas tentang rendahnya partisipasi pemilih dalam memilih partai politik Islam pada pemilu, dan 499 artikel berita online. artikel membahas tentang dominasi partai politik non-Islam dalam memenangkan hasil pemilu selama tiga periode yaitu tahun 2009, 2014, dan 2019. Data sekunder penelitian ini diperoleh melalui membaca buku, website yang relevan, dan artikel jurnal yang membahas fokus pemilu. pelajaran ini.

Analisis data dalam penelitian ini mengikuti proses yang sebelumnya dilakukan oleh Fernando et al. (2023) dan berfokus pada tiga tahap. Pertama, tahap pengorganisasian data secara sistematis berdasarkan klasifikasi data yang diperoleh, dengan mempertimbangkan bentuk, faktor, dan implikasi tren data. Kedua, peringkasan data tematik dilakukan dengan cara mengkategorikan data yang telah diklasifikasi untuk disajikan sebagai hasilnya. Ketiga, tahap mendeskripsikan data yang diperoleh, yang disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan kutipan artikel berita online terverifikasi yang relevan dengan pembahasan. Ketiga proses ini dilanjutkan dengan analisis data secara induktif, yang menjadi dasar interpretasi data yang dikumpulkan. Interpretasi dilakukan dengan menyatakan kembali dan merefleksikan data sesuai dengan ide, pola, dan kondisi yang digambarkan dalam artikel berita online. Dengan menggunakan proses dan tahapan analisis tersebut, kita dapat menarik kesimpulan mengenai bentuk, faktor, dan implikasi hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu di Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim.

4. Hasil

Hilangnya keberadaan partai politik Islam di Indonesia, negara mayoritas Muslim, merupakan fenomena menarik yang patut ditelaah dan direnungkan. Hilangnya eksistensi ini terlihat pada tiga periode pemilu terakhir di Indonesia, yaitu pada tahun 2009, 2014, dan 2019. Hal ini dapat dilihat melalui tiga temuan berikut dan pembahasan selanjutnya.

(7)

Tabel 1. Peringkat teratas partai politik Islam dan non-Islam di Indonesia pada tiga peringkat sebelumnya periode pemilihan umum

Atas Posisi

Non- Islam

Para Pihak

Bertahun-tahun Sumber Atas

Posisi

Islam

Para Pihak

Bertahun-tahun Sumber

1sttempat

(20,85%) Demokrat 2009 (Shidik,

2009) 6

thtempat

(5,32%) PPP 2009 (Shidik,

2009) 2dantempat

(14,45%) Golkar 2009 (Shidik,

2009) 7

thtempat

(4,94%) PKB 2009 (Shidik,

2009) 3rdtempat

(14,03%) PDIP 2009 (Shidik,

2009) 12

thtempat

(1,47%) PKNU 2009 (Shidik,

2009) 1sttempat

(18,95%) PDIP 2014 (Qodir,

2014) 7(6,79%)thtempat PKS 2014 (Qodir,

2014) 2dantempat

(14,25%) Golkar 2014 (Qodir,

2014) 9

thtempat

(6,53%) PPP 2014 (Qodir,

2014) 3rdtempat

(11,81%) Gerindra 2014 (Qodir,

2014) 11

thtempat

(1,46%) PBB 2014 (Qodir,

2014) 1sttempat

(19,33%) PDIP 2019 (Farisa,

2022) 5

thtempat

(9,69%) PKB 2019 (Farisa,

2019) 2dantempat

(12,31%) Golkar 2019 (Farisa,

2019) 9

thtempat

(4,52%) PPP 2019 (Farisa,

2019) 3rdtempat

(12,57%) Gerindra 2019 (Farisa,

2019) 13

thtempat

(0,79%) PBB 2019 (Farisa,

2019) Sumber: Artikel berita online diambil melalui mesin pencari Google.

4.1. Terbatasnya kehadiran partai politik Islam

Menurunnya kehadiran partai politik Islam pada tiga siklus pemilu terakhir di Indonesia terlihat dari persentase perolehan suara mereka yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan partai politik non-Islam. Reuters (2015) berpendapat bahwa terbatasnya kehadiran partai politik Islam dapat diukur dari peringkat kinerja elektoral mereka pada pemilu sebelumnya. Konteks ini digambarkan secara visual dalam Tabel1disajikan di bawah ini.

Meja1menampilkan peringkat partai politik selama tiga periode pemilihan umum berturut-turut yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2009, 2014, dan 2019. Dari penyajian tabel tersebut, dapat diamati tiga pola. Pertama, partai-partai non-Islam secara konsisten menempati posisi teratas dan dominan dalam tiga periode pemilu di Indonesia. Dominasi partai-partai non-Islam pada periode-periode ini terlihat dari konsistensi kinerja pemilu mereka. Konteks ini diilustrasikan dalam Tabel1, dimana pada pemilu tahun 2009, Partai Demokrat (Partai Demokrat) muncul sebagai partai non Islam terpopuler dengan menduduki peringkat pertama dengan perolehan suara sebesar 20,88%, sedangkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sebagai partai politik Islam terkemuka, hanya menempati posisi keenam dengan persentase suara 5,32% (Sidik,2009).

Pola penting kedua adalah bahwa partai politik Islam di Indonesia secara konsisten gagal mencapai peringkat teratas dalam tiga periode pemilu sebelumnya. Terbatasnya kehadiran partai- partai tersebut bisa dilihat dari peringkatnya. Meja1mengungkapkan bahwa sepanjang siklus pemilu, posisi tertinggi yang diraih partai politik Islam adalah peringkat keenam, seperti yang terlihat pada PPP pada tahun 2009. Pada periode 2014, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menduduki peringkat ketujuh. menandakan kedudukan tertinggi yang diraih oleh partai politik Islam (Qodir,2014).

Demikian pula pada periode tahun 2019, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menduduki peringkat kelima mewakili posisi tertinggi di antara partai politik Islam (Farisa,2019).

Pola ketiga, rendahnya popularitas partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia terlihat dari perolehan perolehan suara terbanyak.

(8)

oleh partai politik Islam tidak pernah melebihi 10% dari total jumlah pemilih. Meja1menggambarkan bagaimana, dalam tiga periode pemilu sebelumnya, persentase total perolehan suara partai politik Islam tertinggi hampir mencapai 10% dari total suara yang diberikan, dengan PKB memperoleh total perolehan suara sebesar 9,69% pada tahun 2019.

Terbatasnya kehadiran partai politik Islam pada tiga periode pemilu terakhir di Indonesia menunjukkan semakin berkurangnya eksistensi partai-partai tersebut di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Pengamatan ini didukung oleh tiga pola yang terlihat jelas dalam data yang disajikan pada Tabel1, yang menggarisbawahi berkurangnya keunggulan partai politik Islam sepanjang siklus pemilu ini. Kurangnya keterwakilan partai-partai tersebut di negara mayoritas Muslim tidak hanya menandakan penurunan kelangsungan hidup partai-partai tersebut tetapi juga memberikan gambaran mengenai prospek partai-partai tersebut dalam kompetisi pemilu mendatang.

4.2. Terbatasnya dukungan pemilih terhadap partai politik Islam

Tingkat partisipasi pemilih pada tiga periode pemilu terakhir di Indonesia menunjukkan rendahnya semangat memilih partai politik Islam. Minozzi dan Woon (2023) berpendapat bahwa relatif rendahnya perolehan suara partai politik Islam disebabkan oleh tingkat keterlibatan pemilih dalam memilih partai politik pada proses pemilu. Meja2memberikan representasi visual dari konteks ini.

Meja2memberikan gambaran mengenai partisipasi pemilih pada tiga periode pemilu sebelumnya yang diselenggarakan di Indonesia. Dalam siklus pemilu ini, muncul tiga pola yang dapat dilihat mengenai tingkat dukungan terhadap partai politik Islam di kalangan pemilih. Pertama, kurangnya dukungan pemilih terhadap partai politik Islam selama periode ini. Hal ini misalnya pada pemilu tahun 2019, PDIP, partai yang berorientasi nasionalis, memperoleh suara terbanyak yakni sebanyak 27.503.961 suara, sedangkan PKB, partai Islam unggulan pada tahun yang sama, hanya berhasil meraup 13.570.970 suara ( Farisa,2019).

Pola kedua yang diamati menunjukkan bahwa terbatasnya dukungan pemilih terhadap partai politik Islam selama tiga periode pemilu tersebut menghambat masuknya mereka ke dalam tiga partai teratas berdasarkan jumlah pemilih terbanyak. Tren ini terlihat jelas di

Tabel 2. Partisipasi pemilih pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia

Jumlah dari

Suara

Non- Islam

Para Pihak

Bertahun-tahun Sumber Jumlah dari

Suara

Islam

Para Pihak

Bertahun-tahun Sumber

21.703.137 Demokrat 2009 (Shidik,

2009) 5.533.214 PPP 2009 (Shidik,

2009)

15.037.757 Golkar 2009 (Shidik,

2009) 5.146.122 PKB 2009 (Shidik,

2009)

14.600.091 PDIP 2009 (Shidik,

2009) 1.527.593 PKNU 2009 (Shidik,

2009)

23.681.471 PDIP 2014 (Qodir,

2014) 8.480.204 PKS 2014 (Qodir,

2014)

18.432.312 Golkar 2014 (Qodir,

2014) 8.157.488 PPP 2014 (Qodir,

2014)

14.760.371 Gerindra 2014 (Qodir,

2014) 1.825.750 PBB 2014 (Qodir,

2014)

27.503.961 PDIP 2019 (Farisa,

2019) 13.570.970 PKB 2019 (Farisa,

2019)

17.596.839 Golkar 2019 (Farisa,

2019) 6.323.147 PPP 2019 (Farisa,

2019)

17.596.839 Gerindra 2019 (Farisa,

2019) 1.990.848 PBB 2019 (Farisa,

2019) Sumber: Artikel berita online diambil melalui mesin pencari Google.

(9)

Meja2, dimana terlihat bahwa pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia, PPP tampil sebagai partai politik Islam dengan jumlah pemilih terbanyak pada tahun 2009, dengan total hanya 5.533.214 pemilih (Shidik,2009). Pada tahun 2014, PKS memperoleh jumlah pemilih terbanyak di antara partai politik Islam, yaitu hanya mencapai 8.480.204 (Qodir,2014. Demikian pula pada tahun 2019, PKB memperoleh jumlah pemilih terbanyak di antara partai politik Islam, yaitu hanya berjumlah 13.570.970 (Farisa,2019).

Pola ketiga menunjukkan bahwa perolehan suara partai politik Islam mana pun pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia tidak melebihi 14 juta, jika memperhitungkan jumlah pemilih di negara tersebut. Terbatasnya tingkat partisipasi pemilih dalam memilih partai politik Islam terlihat dari jumlah kumulatif pemilih yang memilih partai politik Islam pada pemilu di Indonesia. Konteks ini diilustrasikan oleh data yang disajikan pada Tabel2, dimana PKB muncul sebagai partai politik Islam dengan jumlah pendukung terbanyak dengan menarik kurang lebih 13.570.970 pemilih pada tahun 2019 (Farisa,2019).

Terbatasnya keterlibatan pemilih dalam memilih partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia memainkan peran penting dalam hilangnya eksistensi partai-partai tersebut di negara ini, meskipun berstatus mayoritas Muslim. Konteks ini terlihat jelas melalui tiga pola berbeda yang diidentifikasi dalam Tabel2, yang menunjukkan terbatasnya tingkat keterlibatan pemilih dalam memilih partai politik Islam pada seluruh siklus pemilu di Indonesia. Berkurangnya partisipasi pemilih dalam memilih partai politik Islam di Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak hanya menandakan fenomena de-eksistensi tetapi juga memberikan pengaruh dominan terhadap terjadinya de-eksistensi dalam partai politik Islam.

4.2. Dominasi kandidat yang didukung oleh partai politik non-Islam

Dominasi partai politik non-Islam terlihat pada komposisi pemimpin atau wakil terpilih pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia. Kandidat yang didukung oleh partai politik non-Islam menduduki sebagian besar posisi kepemimpinan tersebut. Menurut Tomsa (2018), dominasi tersebut dapat dilihat dengan menganalisis tingkat dukungan yang diterima kandidat yang didukung partai politik pada pemilu. Meja3memberikan representasi visual dari konteks ini.

Meja3menyajikan gambaran mengenai kandidat yang terpilih pada tiga periode pemilu

sebelumnya yang diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2009, 2014, dan 2019. Selain itu, tabel ini juga mengungkap tiga pola yang dapat dilihat mengenai kandidat terpilih dalam siklus pemilu tersebut. Pola pertama menyoroti prevalensi kandidat yang didukung oleh partai politik non-Islam dalam pemilu. Sepanjang periode pemilu di Indonesia, kandidat yang didukung oleh partai politik non-Islam menunjukkan kemungkinan besar untuk meraih kesuksesan dalam persaingan politik.

Konteks ini dicontohkan pada Tabel3, dimana partai yang berorientasi nasionalis seperti Partai Demokrat memperoleh 150 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada pemilu 2009, sedangkan partai politik Islam seperti PKS hanya memperoleh 57 kursi di DPR RI pada periode yang sama. pemilu (Viva.co.id,2009).

Pola kedua menunjukkan bahwa keterwakilan anggota legislatif DPR RI dari partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia tidak pernah melebihi total 60 kursi. Akibatnya, dalam tiga siklus pemilu tersebut, jumlah anggota DPR RI yang terpilih dari partai politik Islam masih berada di bawah perolehan kursi yang diraih partai non-Islam. Konteks ini diilustrasikan dengan jelas dalam Tabel3, dimana PKB hanya memperoleh 58 kursi di DPR RI pada tahun 2019, sedangkan PDIP memperoleh 128 kursi pada tahun yang sama (Farisa & Wibowo, 2019).

Pada pola ketiga, mayoritas pemimpin eksekutif terpilih pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia berasal dari partai politik non-Islam. Partai politik non-Islam menyaksikan keberhasilan besar dalam memilih gubernur sepanjang siklus pemilu di Indonesia. Konteks ini secara jelas tercermin dalam Tabel3, di mana, misalnya, kandidat berafiliasi

(10)

Tabel 3. Kandidat terpilih pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia Terpilih KandidatNon-Islam Para Pihak

Bertahun-tahunSumberTerpilih KandidatPartai IslamBertahun-tahunSumber 150 kursi di DPR RI 107 kursi di DPR RI 23 kursi di DPRD 109 kursi di DPR RI 19 kursi di DPRD 3 gubernur 128 kursi di DPR RI

Demokrat2009(Viva.co.id,2009)57 kursi di DPR RIPKS2009(Viva.co.id,2009) (Viva.co.id,2009) (Berita,2009) (Bata, 2014) (Berita,2014) (PKS.id,2014)

Golkar2009(Viva.co.id,2009)27 kursi di DPR RIPKB2009 PDIP2009(Berita,2009)7 kursi di DPRDPPP2009 PDIP2014(Bata,0000)40 kursi di DPR RIPKS2014 PDIP2014(Berita,2014)12 kursi di DPRDPKS2014 PDIP2014(Kuwado,2014)1 wakil gubernurPKS2014 PDIP2019(Farisa,2019)58 kursi di DPR RIPKB2019(Farisa & Wibowo, 2019) 42 kursi di DPRD 3 gubernur Sumber: Artikel berita online diambil melalui mesin pencari Google.

PDIP2019(Purbaya,2019)20 kursi di DPRDPKB2019(Purbaya,2019) (Salabi,2021)Golkar2019(Salabi,2021)1 wakil gubernurPPP2019

(11)

dengan Partai Kelompok Fungsional (Partai Golongan Karya atau Partai Golkar) muncul sebagai pemenang dalam tiga pemilihan gubernur pada pemilu 2019, sementara PPP hanya berhasil mengamankan satu posisi wakil gubernur pada periode pemilu yang sama (Salabi,2021).

Dominasi partai politik non-Islam dalam memilih pemimpin pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, menandakan terjadinya de-eksistensi partai politik Islam di tanah air. Konteks ini tercermin dalam tiga pola yang terlihat pada Tabel3, yang menunjukkan rendahnya elektabilitas pemimpin yang didukung oleh partai politik Islam sepanjang siklus pemilu di Indonesia. Menurunnya tingkat keterwakilan kepemimpinan partai politik Islam tidak hanya menandakan terjadinya de-eksistensi tetapi juga menjadi acuan kelangsungan dan prospek partai politik Islam pada pemilu mendatang.

5. Diskusi

Hilangnya keberadaan partai politik Islam di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, dapat dilihat berdasarkan tiga temuan penting yang ditemukan dalam penelitian ini.Pertama, Partai politik Islam secara konsisten memperoleh peringkat lebih rendah dibandingkan partai politik non-Islam pada tiga siklus pemilu sebelumnya di Indonesia.Kedua, mayoritas suara pada pemilu ini diperoleh oleh partai politik non-Islam dibandingkan partai politik Islam.Ketiga, wakil-wakil terpilih pada periode pemilu ini sebagian besar berasal dari partai politik non-Islam dibandingkan kandidat yang didukung oleh partai politik Islam. Temuan-temuan ini secara kolektif menunjukkan tidak adanya partai politik Islam di Indonesia, terutama disebabkan oleh terbatasnya keterlibatan mereka dengan pemilih dan rendahnya elektabilitas pemimpin yang mereka dukung.

Oleh karena itu, konteks ini tidak hanya menandakan bentuk de-eksistensi partai politik Islam tetapi juga memberikan gambaran tentang prospek dan kelangsungan partai tersebut pada pemilu 2024 mendatang.

Temuan penelitian ini mendukung pendapat Kettler (2022) proposisi bahwa tidak adanya partai politik berasal dari ketidakmampuan mereka untuk secara efektif mewujudkan ideologi yang selaras dengan pemilih dan membentuk persepsi mereka. Demikian pula Niranjana dkk. (2021) berargumentasi bahwa landasan ideologi suatu partai memberikan kontribusi signifikan terhadap eksistensinya, sebagaimana dibuktikan dengan kasus partai politik Islam pada pemilu-pemilu lalu di Indonesia. Kerangka ideologis yang dihadirkan oleh partai politik selama pemilu muncul sebagai penentu penting kelangsungan hidup mereka (Umam & Junaidi,2017). Namun demikian, menyelaraskan diri dengan ideologi dominan konstituen tidak menjamin keberhasilan partai politik, seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran partai politik Islam di Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Hilangnya keberadaan partai-partai politik Islam di Indonesia, meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, menggarisbawahi pentingnya pengetahuan komprehensif dalam partai-partai tersebut untuk memposisikan basis ideologis mereka secara strategis dan menggalang dukungan dari konstituen agar dapat menyukseskan pemilu di masa depan. Koiranen dkk. (2020) menunjukkan bahwa penyebaran ideologi partai memainkan peran penting dalam mempengaruhi persepsi dan partisipasi pemilih dalam proses pemilu. Selain itu, Mas'ad (2021) berpendapat bahwa sosialisasi dan penerapan ideologi yang kaku telah berdampak pada tingkat kepercayaan masyarakat dalam memilih partai politik, sehingga strategi penyebaran ideologi yang efektif menjadi penting bagi partai politik Islam untuk berkembang dalam kontes politik di masa depan. Dengan kata lain, penyebaran politik ideologis yang lazim dan tidak fleksibel dapat menyebabkan punahnya partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim. Meski demikian, Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim masih memiliki potensi bagi partai politik Islam untuk meraih kemenangan dalam pemilu.

Temuan penelitian ini menunjukkan penyimpangan dari penelitian sebelumnya yang terutama berfokus pada ideologi dan proses regenerasi partai politik Islam, dan memberikan penekanan signifikan pada keberadaan mereka (Barton et al.,2021). Namun, penelitian ini mengungkap hilangnya eksistensi partai politik Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia, dan menyoroti hal ini.

(12)

dampak dari propaganda konservatif dan penerapan ideologi oleh partai politik sepanjang proses pemilu (Tanuwidjaja,2010). Selain itu, Olanrewaju (2015) berpendapat bahwa tidak adanya partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia juga dipengaruhi oleh proses regenerasi konservatif, yang berkontribusi pada persepsi bahwa kandidat yang didukung gagal memenuhi harapan masyarakat terhadap kepemimpinan progresif. Faktor-faktor ini secara kolektif menjadi penyebab hilangnya eksistensi partai politik Islam di Indonesia pada tiga periode pemilu sebelumnya.

Hilangnya keberadaan partai politik Islam di Indonesia pada tiga periode pemilu sebelumnya, meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, menghadirkan fenomena yang beragam dan bergantung pada konteks. Oleh karena itu, menjadi penting bagi partai politik Islam untuk melakukan evaluasi dan introspeksi untuk mendapatkan pemahaman komprehensif tentang kebutuhan ideologis dan sosiologis pemilih, sehingga meningkatkan prospek kemenangan mereka dalam kontes politik di masa depan. Menurut Kurzman dan Türkoğlu (2015), evaluasi dan introspeksi tersebut sangat penting bagi partai politik untuk menilai potensi keberhasilannya dalam pemilu mendatang. Intinya, tanpa melakukan evaluasi sosiologis secara menyeluruh, partai politik Islam secara signifikan mengurangi peluang mereka untuk meraih kemenangan dalam pemilu mendatang. Oleh karena itu, selain melakukan evaluasi sistematis, refleksi ideologi juga berperan penting dalam menentukan ada atau tidaknya partai politik Islam di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, yang pada akhirnya mempengaruhi kapasitas mereka untuk maju dalam kontes politik.

6. Kesimpulan

Hilangnya partai politik Islam di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim, terlihat dari tiga temuan penting dalam penelitian ini. Pertama, partai politik Islam secara konsisten gagal

mengungguli peringkat tertinggi yang diraih partai politik non-Islam pada tiga periode pemilu sebelumnya di Indonesia. Kedua, mayoritas suara selama siklus pemilu ini tidak mendukung partai politik Islam. Ketiga, calon terpilih pada periode pemilu tersebut bukanlah calon yang didukung oleh partai politik Islam. Secara keseluruhan, ketiga temuan ini memberikan bukti kuat bahwa

keberhasilan partai politik dalam pemilu tidak ditentukan oleh keberpihakannya pada identitas dan landasan ideologi kelompok mayoritas. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya partai politik Islam di Indonesia, meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Temuan penelitian ini menyimpang dari penelitian sebelumnya yang terutama mengkaji kelangsungan hidup partai politik Islam dalam kontes politik, dengan fokus pada konteks ideologi dan proses kaderisasi. Sebaliknya, penelitian ini mengungkap tidak adanya partai politik Islam di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim, selama tiga periode pemilu sebelumnya pada tahun 2009, 2014, dan 2019. Temuan ini diharapkan dapat berkontribusi pada dialog konstruktif dalam penelitian selanjutnya. mengenai politik Islam, khususnya mengenai skenario prospektif, dan menjadi acuan untuk menilai kelayakan dan prospek partai politik Islam dalam meraih keberhasilan pada pemilu 2024 mendatang di Indonesia.

Selain itu, penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pengumpulan data, karena penelitian ini hanya mengandalkan pemeriksaan laporan media online melalui Google. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan dan disajikan dalam penelitian ini hanya berasal dari deskripsi tekstual berita yang tersedia di arsip. Meskipun demikian, keterbatasan ini diharapkan dapat memberikan landasan atau titik referensi untuk penyelidikan selanjutnya, khususnya yang bertujuan untuk menjelaskan motivasi dan perspektif pemilih Muslim di Indonesia melalui wawancara ekstensif. Upaya penelitian semacam ini akan memungkinkan pemahaman yang komprehensif tentang kelayakan dan potensi partai politik Islam dalam pemilihan umum di Indonesia, mengingat statusnya sebagai negara mayoritas Muslim, pada periode mendatang.

(13)

Detail penulis Henky Fernando1

Surel:fenky92@gmail.com Yuniar Galuh Larasati1

Irwan Abdullah1

Hasse Jubba2

ID ORCID:http://orcid.org/0000-0002-4171-2501 Abdul Mugni3

Pratama D.Persadha4

1Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, Indonesia.

2Program Pascasarjana Politik Islam,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia.

3Institut Agama Islam Negeri Lhokseumawe, Indonesia.

4Keamanan Sistem Komunikasi dan Informasi Pusat Penelitian, Jakarta, Indonesia.

libre.pdf?1391609137=&response-content-disposi tion=inline%3B+nama file%3DDilema_Partai_Politik_

Islam_Terpuruk_dal.pdf&Expires=

1686901020&Tanda Tangan=

PqVbiCYrZIelwX2dVXgw5RiiZDuFo3Bnnvo2xbJ05rWc IClmmwC0–

aaV4XZ6PNse0H0N9aBR7QHMMorp2iUbrxGpJDdHn NvPbR~BPTQv~c~

KV2Zbd6ZXDVSTa6g0ClJtrUmhqBvstLvhJtchHu7t7S plcLoBhOtR9gP9ugHXXisTkwq3InCONjOacpTbUC9z~

KjtQD2Vtt1xtaCZzbH~1tN8S5Ixoqum~

5vDVyo3Pip6d1L69zQamOl8nQwogAqIUPBvP7R5aV v97pzjqSafOyVxJb~

Aci5ryQUklonUnQysE9jPAxX3zozfGsPgMr3s9ffsHftzE J73hEo1rZAg__&Id-Pasangan Kunci=

APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA

Farisa, FC (2009, Agustus).Hasil Lengkap perolehan kursi DPR 2019-2024 halaman semua. KOMPAS.com.https://nasional.

kompas.com/read/2019/08/31/11152361/hasil-lengkap - perolehan-kursi-dpr-2019-2024?page=all

Farisa, FC (2019). Hasil Pemilu 2019: Persentase Suara dan Jumlah Kursi Parpol. Kompas.https://amp.kom pas.com/nasional/read/2022/06/21/06150031/

hasilpemilu-2019-persentase-suara-dan-jumlah- kursiparpol

Farisa, FC (2022, Juni).Hasil Pemilu 2019: Persentase Suara Dan Jumlah Kursi PARPOL. KOMPAS.com. https://

nasional.kompas.com/read/2022/06/21/ 06150031/

hasil-pemilu-2019–persentase-suara-danjumlah-kursi- parpol

Fernando, H., Larasati, YG, & Cahyani, N. (2023). Makhluk

#Wanitasaleha: Representasi wanita Saleha di Tiktok.

IASJOL: Jurnal Lokalitas,1(1), 1–17.https://do.org/

iasjol.org/index.php/iasjol/article/view/13/14 Fossati, D.(2019). Kebangkitan ideologi di

Indonesia: Islam Politik, Aliran dan Perilaku Politik.

Jurnal Urusan Asia Tenggara Saat Ini, 38(2), 119–148.

https://doi.org/10.1177/ 1868103419868400 García-Rivero, C., & Kotzé, H. (2007). Dukungan pemilu untuk

Partai-partai Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Politik Partai,13(5), 611–636.https://doi.org/10.1177/

1354068807080088

Hadiz, VR (2018). Bayangkan semua orang? Mobilisasi Populisme Islam untuk politik sayap kanan di Indonesia. Jurnal Asia Kontemporer,48(4), 566–583.

https://doi.org/10.1080/00472336.2018.1433225 Hadiz, VR, & Robison, R. (2017). Populisme yang bersaing di

Indonesia pasca-otoriter.Tinjauan Ilmu Politik Internasional,38(4), 488–502.https://doi.org/10.

1177/0192512117697475

Hajjaj, B.(2022). Mitos Kebangsaan: Budaya Nasional- isme, Islam politik, dan gerakan menentang patung di Bangladesh.Jurnal Politik Komparatif Asia,7(4), 757–771.https://doi.org/

10.1177/20578911211068890

Harahap, hai (2019). Partai politik Islam di selatan- Asia Timur: Asal usul dan masalah politik. Ulasan Humaniora & Ilmu Sosial,7(5), 481–489. https://doi.org/

10.18510/hssr.2019.7555

Haris, M., Yuwanto, Y., Yuwono, T., & Sardini, NH (2020).

Dinamika dan Eksistensi Partai Islam pada Pemilu 2019:

Studi Kasus Partai Keadilan Sejahtera (PKS).Jurnal Islam

& Masyarakat Muslim Indonesia,10(2), 409–432.https://

doi.org/10.18326/ijims.v10i2.409-432

Kettler, JJ (2022). Membeli dengan cara mereka: Redistribusi sumber daya kampanye sebagai jalan menuju kepemimpinan legislatif negara bagi perempuan.Jurnal Ilmu Sosial,59 (3), 341–356.https://doi.org/10.1080/03623319.

2020.1727219 Pernyataan pengungkapan

Tidak ada potensi konflik kepentingan yang dilaporkan oleh penulis.

Informasi kutipan

Kutip artikel ini sebagai: Hilangnya eksistensi partai politik Islam dalam pemilu: Studi kasus Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim, Henky Fernando, Yuniar Galuh Larasati, Irwan Abdullah, Hasse Jubba, Abdul Mugni & Pratama D.

Persadha, Ilmu Sosial yang Meyakinkan(2023), 9:2225838.

Referensi

Al Mas’udah, A.(2020). Ambang batas presidensial sebagai kebijakan hukum terbuka dalam pemilihan umum di Indonesia. Tinjauan Hukum Nabi,2(1), 37‒58.https://doi.org/

10. 20885/PLR.vol2.iss1.art3

Anderson, B., Wilson, HF, Forman, PJ, Heslop, J., Ormerod, E., & Maestri, G. (2020). Brexit: Mode ketidakpastian dan masa depan menemui jalan buntu.

Transaksi Institute of British Geographers,45(2), 256‒

269.https://doi.org/10.1111/tran.12348 Arenggoasih, W. (2018). Masalah manajemen Islam

partai politik untuk kampanye pemilu pada tahun 2019.

Sunan Kalijaga: Jurnal Internasional Peradaban Islam,1 (1), 107‒135.https://doi.org/10.14421/skijic.v1i1.1282 Azed, AB (2017). Pelaksanaan Asas-Asas Pemilihan

Umum dalam Undang-Undang Pemilihan Umum (Studi Kasus di DKI Jakarta Tahun 1987).Jurnal Hukum &

Pembangunan,31(2), 157‒169.https://doi. org/

10.21143/jhp.vol31.no2.1308

Barton, G., Yilmaz, I., & Morieson, N. (2021). Otoritarianisme, demokrasi, gerakan Islam dan kontestasi gagasan agama Islam di Indonesia.agama,12(8), 641.https://

doi.org/10.3390/rel12080641

Bata, A.Ini Susunan DPR 2014-2019. Beritasatu.com.

https://www.beritasatu.com/nasional/184096/

inikomposisi-dpr-20142019

Bourchier, DM (2019). Dua dekade konflik ideologis kesaksian di Indonesia: Dari kosmopolitanisme demokratis ke nasionalisme religius.Jurnal Asia Kontemporer,49(5), 713‒733.https://doi.org/

10.1080/00472336.2019.1590620

Fadillah, D., Lin, ZL, & Hao, D. (2019). Media sosial dan pemilu di Malaysia 2018 dan Indonesia 2019.Jurnal Komunikasi: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia,4 (1), 1‒8.https://doi.org/10.25008/jkiski. v4i1.255 Fanani, AF (2013). Dilema Partai Politik Islam:

Terpuruk dalam Kegagalan atau Menjawab Tantangan?

Jurnal Maarif: Arus Pemikiran Islam dan Sosial,8(2), 72–

95.https://d1wqtxts1xzle7.cloud front.net/

32608477/1213_Jurnal_004_fuad-oke-

(14)

Kodiyat, MS, Siagian, BA, & Andryan AH (2020). Itu pengaruh kebijakan partai politik yang sentralistis dalam pemilihan kepala daerah di kota medan.Jurnal Pendidikan, Ilmu Sosial dan Penelitian Indonesia (IJSSR),1(1), 59‒70.https://doi.org/10.30596/ijessr.

v1i1.4899

Koiranen, I., Koivula, A., Saarinen, A., & Keipi, T. (2020).

Motif ideologis, kesenjangan digital, dan polarisasi politik:

Bagaimana preferensi dan nilai-nilai partai politik berhubungan dengan penggunaan media sosial secara politik?Telematika dan Informatika,46, 101322. https://

doi.org/10.1016/j.tele.2019.101322 Kurzman, C., &

Türkoğlu, D. (2015). Setelah Musim Semi Arab:

Apakah umat Islam sekarang memilih Islam?Jurnal Demokrasi, 26 (4), 100‒109.https://doi.org/10.1353/jod.2015.0073 Kuwado, FJ ( 2014, 22 Maret).Tiga Gubernur dan Satu

Wakil Gubernur dari PDIP “Keroyok” Lampung. KOMPAS.com.https://nasional.kompas.com/read/

2014/03/22/1051227/Tiga.Gubernur.dan.Satu.Wakil.

Gubernur.dari.PDIP.Keroyok.Lampung

Leininger, A., & Meijers, MJ (2021). Lakukan pesta populis meningkatkan partisipasi pemilih? Bukti dari sejarah pemilu selama lebih dari 40 tahun di 31 negara demokrasi Eropa.

Studi Politik,69(3), 665‒685.https://doi.org/10.

1177/0032321720923257

Maninggesa, S.(2022). Pentingnya Peranan Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

AHKAM: Jurnal Hukum Islam dan Humaniora,1(1), 166–

176.https://doi.org/10.58578/ahkam.v1i1.749 Mas’ad, A.(2021). Fragmentasi Partai-Partai Islam Pasca

Orde Baru.Jurnal Keislaman,2(1), 48–55.https://doi. org/

10.54298/jk.v2i1.3374

Minozzi, W., & Woon, J. (2023). Arti-penting elektabilitas bisa keputusan pemungutan suara yang bias.Riset &

Politik,10(1), 205316802311590.https://doi.org/

10.1177/ 20531680231159074

Moltmann, F.(2020). Predikat keberadaan.Sintesis,197(1), 311–335.https://doi.org/10.1007/s11229-018-1847-z Berita, D.(2009, Mungkin).Rekap Pileg di Jateng, DPRD Jateng

Didominasi Muka Baru. Detik News.https://berita.

detik.com/pemilu/d-1133956/rekap-pileg-di- jatengdprd-jateng-didominasi-muka-baru Berita, D.(2014, Mungkin).Rekap Pileg di Jateng, DPRD Jateng

Didominasi Muka Baru. Detik News.https://berita.

detik.com/pemilu/d-11303956/rekap-pileg-di- jatengdprd-jateng-didominasi-muka-baru Niranjana, R., Darney, PE, Narayanan, KL,

Krishnan, RS, Fernando, AV, & Robinson, YH (2021).

Perangkat komunikasi berbasis sarung tangan sensor yang produktif untuk penyandang cacat.Prosiding Konferensi Internasional Tren Elektronika dan Informatika ke-5, ICOEI 2021, 636–640.https://doi.org/

10. 1109/ICOEI51242.2021.9452966

Noviawati, E.(2019). Perkembangan Politik Hukum Pemilihan Umum di Indonesia.Jurnal Ilmiah Galuh Justisi,7(1), 75–

97.https://doi.org/10.25157/jigj.v7i1.2139 Nugroho, RM, & Asmorojati, AW (2019). Serentak

Pilkada di Indonesia: Benarkah Lebih Efektif dan Efisien?Jurnal Media Hukum,26(2), 213–222. https://

doi.org/10.18196/jmh.20190135 Olanrewaju, JS (2015).

Partai politik dan kemiskinan

ideologi di Nigeria.Jurnal Ilmu Sosial Afro Asia,6(3), 1–

16.http://www.onlineresearchjour nals.com/aajoss/

art/183.pdf

Ormerod, E. (2021). Tempat politik dan politik tempat: Perumahan, partai buruh dan negara bagian lokal di Inggris.Geografi Politik,85, 102308.

https://doi.org/10.1016/j.polgeo.2020.102308 Pepinsky, T.(2019). Islam dan Presiden Indonesia 2019

pemilihan umum.Kebijakan Asia,14(4), 54–62.https://doi.

org/10.1353/asp.2019.0049

PKS.id. (Mungkin.2014).Kader PKS Dilantik Jadi Gubernur maluku utara. PKS.id.https://pks.id/content/kader-pks - dilantik-jadi-gubernur-maluku-utara

Purbaya, AA (2019, Agustus).Ini 120 Caleg Jadi DPRD Jateng 2019-2024, PDIP Kuasai sepanjang lebih. detik News.https://news.detik.com/berita-jawa-tengah / d-4663903/ini-120-caleg-jadi-dprd-jateng-2019- 2024- pdip-kuasai-sepertiga-lebih

Putra, N., & Lubis, FH (2019). Diskursus politik Islam dan kebijakan ideologis media massa di sumatera utara.

Persepsi: Jurnal Komunikasi,2(2), 1–10.https://doi.org/

10.30596/persepsi.v2i2.3939

Qodir, A.(2014, Mungkin).Hasil Pemilu legislatif 2014: PDIP Menang!. Tribunnews.com.https://www.tribunnews.

com/pemilu-2014/2014/05/10/hasil-pemilu-legislatif - PDIP-Menang 2014

Rasyid, D., Uyuni, B., Rasyid, BD, & Yunus, NR (2020).

Analisis Gerakan Politik Identitas pada Pilkada di DKI Jakarta.Jurnal Internasional Sains & Teknologi Lanjutan, 29(7s), 707–718. https://repository.uia.ac.id/wp- content/uploads/2021/ 02/Turnitin-Analysis-of-Identity- Political-Movementsin-Daerah-Kepala-Pemilu-di-DKI- Jakarta.pdf Reuters, T.(2015). Partai politik dan kekuatan uang

di Indonesia dan sekitarnya.TRaNS: Studi Trans- Regional dan Nasional Asia Tenggara,3(2), 267–288.

https://doi.org/10.1017/trn.2014.23

Rustow, DA (2019). Partai politik di Turki: Sebuah over- melihat. Dalam JM Landau & M. Heper (Eds.),Partai politik dan demokrasi di Turki. Routledge.https://

doi.org/10.4324/9781315628516

Salabi, A.(2021, Februari).Daftar Gubernur/Wakil

Gubernur Yang Bisa Mencalonkan Lagi Di Pilkada. Sebelum tahun 2024. Rumah Pemilu.https://rumahpemilu. org/

daftar-gubernur-wakil-gubernur-yang-bisamencalonkan- lagi-di-pilkada-sebelum-2024/

Shidik, JM, Ed.(2009, Mungkin). Hasil Perolehan suara PARPOL pemilu 2009. InBerita Antarahttps://do.org/

antaranews.com/berita/140511/hasil-perolehansuara- parpol-pemilu-2009

Sloman, P.(2020). Diperas? Demokrat liberal dan pemilu tahun 2019.Suku Tahunan Politik,91(1), 35–42.

https://doi.org/10.1111/1467-923X.12816 Tanjung, A.(

2019). Peran Partai Politik Islam dalam

Mewujudkan Pemerintahan Ideal (Studi Partai Politik Islam di Kabupaten Bone).Jurnal Al-Dustur: Jurnal Politik dan Hukum Islam,2(1), 138–157.https://doi. org/

10.30863/jad.v2i1.360

Tanuwidjaja, S.(2010). Islam Politik dan Par-

hubungan di Indonesia: Menilai secara kritis bukti kemunduran politik Islam.Asia Tenggara Kontemporer ,32(1), 29–49.https://doi.org/10. 1355/CS32-1B Tomsa, D.(2018). Ketahanan rezim dan politik presidensial

di Indonesia.Politik Kontemporer,24(3), 266–285.

https://doi.org/10.1080/13569775.2017.1413502 Triana, HSY, Khairina, E., & Iqbal Fadhlurrohman, M.

(2023). Kajian Prinsip Demokrasi dalam Pemilihan Umum di Indonesia.Jurnal Transformatif,9(1), 66–83.

https://doi.org/10.21776/ub.transformatif.

2023.009.01.4

Ubaidillah, I., & Asy'ari, H. (2021). Hubungan Antara Demokrasi, Partai Politik, dan Pemilu.Jurnal Hukum Islam dan Yurisprudensi,3(1), 42–48.https://

jurnal.bungabangsacirebon.ac.id/index.php/edulaw/

article/view/464

Umam, AK, & Junaidi, AA (2017). Islam Politik: The tren menyusut dan masa depan partai politik Islam di Indonesia.Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,30(1), 1–12.https://doi.org/ 10.20473/mkp.V30I12017.1-12

(15)

Vaccari, C., & Valeriani, A. (2015). Ikuti pemimpinnya! Langsung dan arus komunikasi politik tidak langsung selama kampanye pemilihan umum Italia tahun 2013.Media &

Masyarakat Baru,17(7), 1025–1042.https://doi.org/10.

1177/1461444813511038

van Raalte, A., Maeseele, P., & Phelan, S. (2021).

Twitter sebagai taman bermain populis sayap kanan:

Populisme algoritmik partai politik Belanda 'Forum voor democratie' dan pemimpin Thierry Baudet selama kebangkitan politik mereka.Wacana, Konteks & Media, 44, 100549.https://doi.org/10. 1016/j.dcm.2021.100549 Viva.co.id. (2009, Mungkin).Inilah Pembagian Kursi DPR

2009-2014.https://www.viva.co.id/arsip/57646- inilah-pembagian-kursi-dpr-2009-2014 Vlcek, M.(2020). Keberadaan.Tinjauan Klinis &

Kasus,2(1), 1‒2.https://doi.org/

10.33425/2689-1069.1012

Wardhani, PSN (2018). Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum.JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial,10(1), 57–62.https://doi.

org/10.24114/jupiis.v10i1.8407

Wewo, JA, Stefanus, KY, & Pekuwali, UL (2018). Kode urgensi etika dalam penyelenggaraan pemilu di Indonesia.Jurnal Dinamika Hukum,18(2), 194‒ 199.

https://doi.org/10.20884/1.jdh.2018.18.2.1744 Williams, CJ, & Ishiyama, J. (2022). Bagaimana pemilih mendistribusikan

tions, kepemilikan isu, dan posisi mempengaruhi penekanan partai.Triwulanan Ilmu Sosial,103(5), 1084–1100.https://doi.org/10.1111/ssqu.13181 Zagidullin, M., Aziz, N., & Kozhakhmet, S. (2021).

Kebijakan dan sikap pemerintah terhadap penggunaan media sosial di kalangan pengguna di Turki: Peran kesadaran akan kebijakan, keterlibatan politik, kepercayaan online, dan identifikasi partai.Teknologi dalam Masyarakat,67, 101708.

https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2021.101708

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti memprediksikan bahwa siswa kelas XII tersebut memiliki persepsi yang baik terhadap keberadaan partai politik Islam dan pada akhirnya mereka memilih partai

Konsep Partai Politik dan Politik Lokal digunakan untuk menganalisis elektabilitas Partai Golkar dan mengukur Eksistensi Partai Golkal di Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten

Untuk variabel akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas sumber daya keuangan partai politik kepada publik, yang dalam penelitian ini diukur dengan tingkat

Gagasan utamanya adalah menggunakan memetika sebagai sistem analitis untuk melihat bagaimana partai-partai politik yang ada di Indonesia menjelang Pemilihan Umum 2004 berformasi

Partai Politik di Indonesia pada periode Pemilu 1955 dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Partai Politik ideologi Islam yang terdiri dari Partai Masyumi

Dalam menghadapi pemilu 2014 ini, partai-partai politik yang berada pada sisi “Kiri” (Nasionalis Sekuler) maupun “Kanan” (Islam) mengalami pergeseran positioning

ketua parpol beragama non muslim. Posisi kedudukannya semakin mempengaruhi sulitnya partai politik berbasis Islam menarik hati masyarakat. Meski demikian, PKB mampu

Dalam tulisan ini, tim penulis hendak memahami serta menggali lebih dalam kemampuan partai-partai politik Islam 8 seperti PAN, PKB dan PKS yang memanfaatkan