• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home - Open Access Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Home - Open Access Repository"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang Tua

Beberapa psikolog berpendapat bahwa orang tua benar-benar menggunakan "citra sejati" pengasuhan untuk menyediakan, melindungi, dan mendidik anak-anak mereka. Salah satu peran terpenting yang mungkin dimainkan orang tua adalah menyediakan kesejahteraan emosional, sosial, dan fisik anak-anak mereka melalui pengasuhan (Aslan, 2019). Pola, pengasuhan, orang tua, dan keluarga semuanya merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar yaitu pengasuhan.

Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pendidikan, dan menetapkan norma dan batasan anak adalah bagian dari pengasuhan, yaitu hubungan antara anak dan orang tua (Nomaguchi & Milkie, 2020).

Menurut Djamarah (Sureti Rambu Guna et al., 2019) "pengasuhan dalam keluarga" mengacu pada cara orang tua membimbing, mendorong, dan merawat anak-anak mereka. Pendekatan orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka sering tetap stabil sepanjang waktu. Cara kedua orang tua membesarkan anak-anak mereka memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak, menjadikan pengasuhan sebagai bagian penting dari kehidupan anak. Ketika orang tua memberi anak-anak mereka pendidikan terbaik, hasilnya dapat dilihat di kelas dan lingkungan.

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya: anak-anak yang orang tuanya adalah panutan yang buruk akan tumbuh menjadi anggota masyarakat yang berdampak negatif (Rani Handayani, 2021).

2.1.2 Jenis-Jenis Pola Asuh Orang tua

Ada tiga macam pola asuh secara umum menurut Hurlock (Puspita Sari &

Mulyadi, 2020) yaitu:

(2)

2.1.1.1 Pola Asuh Authoritarian (otoriter)

Orang tua yang mempraktikkan pengasuhan otoriter ingin menanamkan kepatuhan pada anak-anak mereka dengan menuntut agar mereka melakukan apa yang mereka katakan, kadang-kadang beralih ke hukuman fisik jika anak-anak mereka tidak mematuhi. Setiap tindakan dan keinginan seorang anak harus disetujui oleh orang tuanya. Dalam rumah tangga otoriter, orang tua membuat semua keputusan dan memberikan sedikit ruang untuk masukan dari anak-anak mereka. Ada aspek unik dari gaya pengasuhan otoriter itu sendiri, seperti dominasi orang tua, yang harus ditoleransi agar dapat berkembang. Dalam rumah tangga seperti itu, anak-anak memiliki sedikit otonomi dan orang tua melakukan kontrol ekstrem atas setiap gerakan mereka.

2.1.1.2 Pola Asuh Authoritative (demokratis)

Mengambil pendekatan yang lebih logis dan demokratis, gaya pengasuhan demokratis sangat kontras dengan gaya pengasuhan otoriter. Orang tua dalam model ini sangat mengasuh dan responsif terhadap kebutuhan anak-anak mereka. Mendengarkan dan mengakomodasi permintaan dan tuntutan anak-anak yang masuk akal. Anak-anak diizinkan beberapa kebebasan dalam bermain mereka, tetapi tetap diawasi secara ketat oleh orang tua mereka. Anak muda dipercaya dengan tugas dan harus menunjukkan kemampuan untuk berperilaku rasional. Ketika orang tua mengadopsi pendekatan yang lebih demokratis untuk membesarkan anak-anak mereka, mereka membiarkan anak-anak mereka lebih banyak kelonggaran untuk mengekspresikan diri dan membuat pengecualian terhadap aturan.

2.1.1.3 Pola Asuh Permisif

Dalam pendekatan ini, orang tua santai, tidak memaksakan terlalu

(3)

banyak peraturan, dan tetap mempertahankan otoritas atas keturunan mereka. Anak diberi kebebasan memilih dan bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Hoffman dan Lippit, David, Muh (2021) mengidentifikasi hal-hal berikut sebagai pengaruh pada pengasuhan.

2.1.3.1 Faktor Keluarga

Sebagai hasil dari pengalaman masa kecil mereka sendiri dan perkembangannya sendiri sebagai anak muda, orang tuanya mungkin membesarkannya dengan cara yang sama. Perlakuannya akan sama dengan ketika dia kecil di didik oleh orang tuanya.

2.1.3.2 Faktor Pendidikan

Ada korelasi kuat antara pendidikan orang tua dan cara anak- anak mereka berubah sebagai orang dewasa.

2.1.3.3 Keadaan Dalam Keluarga

Dalam hal pengasuhan dan pendidikan, telah ditunjukkan bahwa semakin besar jumlah anak, semakin tidak efektif orang tua.

Pendekatan orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka dipengaruhi oleh berbagai keadaan, termasuk jenis kelamin orang tua, status sosial ekonomi keluarga, budaya dan lingkungan mereka, dan lokasi mereka di dalam masyarakat.

2.1.3.4 Karakteristik Pribadi Anak

Meliputi kepribadian anak, konsep anak, konsep diri, kondisi fisik (anak yang abnormal) dan kesehatan fisik dan mental memerlukan perhatian khusus dan ekstra tidak boleh lepas dari pengawasan orang tua.

(4)

2.1.4 Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Anak

Segala sesuatu yang dilakukan orang tua untuk mempengaruhi tindakan anak-anak mereka adalah mengasuh anak. Cara orang tua membesarkan anak-anak mereka memiliki dampak signifikan pada perkembangan mereka dan kesuksesan di kemudian hari. Banyak orang tua tidak menyadari konsekuensi dari tindakan mereka. Karena pendekatan yang buruk terhadap pengasuhan mungkin memiliki efek jangka panjang pada perilaku anak, orang tua dan keluarga memainkan peran penting dalam membentuk identitas anak-anak mereka. Upaya ekstra dari pihak orang tua diperlukan untuk memantau perkembangan anak; Kehendak anak harus dihormati, karena paksaan akan berdampak negatif pada kehidupan anak (Pendidikan & Konseling, 2021).

Pola asuh orang tua berperan penting bagi anak anak, peran orang tua juga sangat berpengaruh dengan sikap emosi anak, karakter anak, perilaku dan etika anak. Karena orang tua merupakan lingkungan atau guru dirumah terdekat bagi anak sebelum anak-anak bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar (Umboh et al., 2019). Hal tersebut disebabkan oleh kepribadian anak yang di bentuk sejak dini, Akibatnya, anak-anak sangat dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua mereka. Sikap seorang anak terhadap masyarakat dan kepribadian anak itu sendiri akan mencerminkan gaya pengasuhan. Jika gaya pengasuhan buruk, sikap anak terhadap masyarakat dan kepribadian anak sendiri akan mencerminkan hal itu (muhammad ihzario ibrahim akbar, 2022).

2.2 Tahap Perkembangan Remaja

Kata Latin untuk "dewasa" dari mana "remaja" berasal. Masa remaja telah datang untuk menyiratkan berbagai hal yang berbeda, termasuk tetapi tidak terbatas pada pertumbuhan intelektual, sosial, emosional, dan fisik (Permatasari

& Suprayitno, 2021). Menurut Hockenberry dalam Diorarta (2020) remaja di bagi menjadi tiga fase yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15- 17 tahun), remaja akhir (18-20 tahun).

(5)

Fase remaja merupakan fase yang paling tepat, paling panjang, dan paling penting bagi seorang pendidik untuk menanamkan prinsip-prinsip yang lurus dan pengarahan yang benar ke dalam jiwa dan perilaku remaja. Kesempatan untuk itu terbuka lebar mengingatkan segala sarana dan prasarana sebagai pendukung pada fase ini sangat berpengaruh, dimana anak-anak tau remaja masih memiliki jiwa yang bersih dan masa remaja merupakan masa yang dianggap sebagai masa kecemerlangan dalam kehidupan serta merupakan masa gemilang di antara masa kehidupan (Buana Sari & Santi Eka Ambayani, 2021).

Masa remaja adalah masa dimana mencari jati diri dan masa rasa ingin tahu untuk semua hal dengan rasa penah saran yang tinggi (Haidar & Apsari, 2020).

Menurut Sj Blakemore (2019) masa remaja di definisikan sebagai priode antara pubertas dan kemandirian dewasa, yang bergatung pada perkembangan individu dan norma budaya. Masa remaja harus di anggap sebagai priode berbeda perkembangan biologis, psikologis dan sosial karen tiga alasan utama. Pertama tipikal remaja perilaku seperti pengambilan resiko yang tinggi dan pencarian sensasi dapat di lihat pada manusia yang berbeda budaya. Kedua ada bukti perilaku tipikal remaja mengalami tahap perkembangan antara pubertas dan menjadi orang dewasa yang matang secara seksual dan selama tahap bukti peningkatan pengambilan resiko, eksplorasi lingkungan dan perubahan perilaku sosial. Ketiga perilaku remaja di dokumentasikan dengan perubahan emosi, sosial yang berubah di masa remaja dengan memiliki banyak perilaku negatif.

2.2.1 Konsep Remaja

Masa remaja adalah periode antara usia 10 dan 21, di mana orang membuat lompatan perkembangan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Perspektif remaja berubah dalam berbagai cara, baik secara fisik maupun mental.

Remaja mengalami sejumlah perubahan fisik, yang paling mencolok adalah perkembangan karakteristik dan sikap seksual, seperti pembesaran payudara dan pinggang pada gadis remaja dan pertumbuhan kumis, jakun, dan pembesaran suara pada remaja laki- laki. (Diananda, 2018).

(6)

Masa remaja cenderung ditandai dengan puncak perilaku kenakalan dari teman bermainnya. Kerentanan nakal pada remaja berbeda-beda terhadap pengaruh teman sebayanya. Cenderung pada remaja yang kurang percaya diri lebih sering menunjukan sikap yang lebih nakal, dan mungkin lebih rentan terhadap pengaruh teman sebaya, karena teman juga berperan penting untuk pembentukan identitas remaja itu sendiri (Levey et al., 2019).

2.3 Konsep Perilaku Merokok 2.3.1 Definisi Perilaku

Perilaku seseorang adalah hasil dari reaksi terhadap rangsangan atau rangsangan yang telah melakukan kontak dengan mereka. Pengetahuan, persepsi, keinginan, minat, dan sikap semuanya tercermin dalam tindakan individu. Perilaku seseorang adalah seperangkat elemen yang berinteraksi, yang masing-masing diarahkan pada tindakan yang dapat diamati dengan frekuensi, durasi, dan tujuan (Yulia Angga Dewi Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, 2020).

2.3.2 Ciri-Ciri Remaja

Menurut jatmika (2010) dalam (Imani1 et al., 2021), kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus yaitu:

2.3.2.1 Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindar ini dapat menyebabkan ketegangan dan perselisihan dan menjauhkan remaja dari keluarganya.

2.3.2.2 Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman sebaya daripada kerika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orang tua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.

2.3.2.3 Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik

(7)

pertumbuhan maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dan bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.

2.3.2.4 Remaja juga sering lebih percaya diri (over confidance) dan ini bersmaan dengan emosinya yang biasanya meningkat, dan mengakibatkan sulit menerima nasehat dan pengarahan orang tua.

2.3.3 Karakteristik Remaja

Menurut Ali (2011) dalam (Imani1 et al., 2021), sebagai berikut:

2.3.3.1 Kegelisahan sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempuyai banyak impian dan keinginan yang diwujudkan di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan remaja mempunyai impian tinggi namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai sehingga membuat remaja diliputi rasa gelisah.

2.3.3.2 Pertentangan remaja sering mengalami kebingungan karena mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.

Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja tersebut.

2.3.3.3 Mengkhayal keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya remaja akan mengkhayal, mencari kepuasaan, bahkan menyalurkan khayalan remaja bersifat negatif, bersifat positif misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yan dapat terealisasikan.

2.3.3.4 Aktivitas kelompok adanya bermacam-macam larangan dari orang tua akan menimbulkan rasa kecewa pada anak bahkan mematahkan semangat pada anak. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi berkumpul bersa,a teman sebaya.

2.3.3.5 Keinginan mencoba segala sesuatu pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi (high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu tinggi, remaja cenderung ingin

(8)

berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah di alami sebelumnya.

2.3.4 Definisi Perilaku Merokok

Perilaku merokok menjadi salah satu masalah yang sangat dominan di kalangan orang dewasa bahkan merokok ini pun sudah memasuki kalangan anak-anak remaja. Indonesia adalah salah satu yang mempuyai lahan tembakau terluas di dunia, merokok sudah menjadi permasalahan global bagi kaum remaja di Indonesia. Ada banyak perokok di negara- negara berkembang seperti Indonesia seperti halnya di dunia industri (Mahmudah et al., 2020).

Merokok adalah salah satu kegiatan membahayakan diri yang sering di lakukan oleh penduduk Indonesia. Walaupun sudah banyak yang mengetahui efek samping dan dampak dari rokok itu sendiri, tetapi merokok memiliki praktik umum di banyak negara, termasuk Indonesia (Gita Cendekia Badan Pusat Statistik, 2018). Merokok merupakan kegiatan dimana seseorang menghisap dan menggulung tembakau (Ilmiah Kesehatan Sandi Husada et al., 2019). Merokok adalah menghisap bahan-bahan bahaya bagi tubuh (Gobel et al., 2020). Menurut Nasution dalam (Jade & Rifayanti, 2022) merokok berarti menyalakan rokok, menghirup asapnya, dan kemudian melepaskannya ke udara sehingga orang lain bisa menghirupnya.

Merokok berarti membakar tembakau dan menghirup asap yang dihasilkan, yang terdiri dari partikel dan gas. Setidaknya ada 7.000 senyawa dalam asap rokok, 250 di antaranya telah dikaitkan dengan efek kesehatan. Karbon monoksida, hidrogen sianida, dan amonia adalah contoh senyawa tersebut (Ayu et al., 2020). Perokok moderat merokok antara 5 dan 14 batang per hari, sementara perokok berat merokok lebih dari 15 batang rokok setiap hari (Prabowo et al., 2020).

(9)

2.3.5 Kandungan Rokok

Tembakau yang telah difermentasi (umur) selama 13 tahun ini memiliki 2.500 senyawa sehingga siap untuk dilinting menjadi rokok. Sebanyak 1.100 zat ini tetap tidak berubah oleh pembakaran dan dihembuskan oleh asap. Kemudian, unsur-unsur baru ini bergabung dengan yang sudah ada untuk menghasilkan sekitar 4.800 bahan kimia dalam asap (Kesehatan et al., 2023).

2.3.6 Tahap-Tahap Perilaku Merokok

Menurut Leventhal &; Cleary (1980) dalam (Manafe et al., 2019) ada empat langkah yang mengarah pada kebiasaan merokok adalah sebagai berikut:

2.3.3.1 Tahap preparation ini masuk dalam tahap pertama dalam perilaku merokok dalam tahap ini remaja mendapat sebuah gambaran yang sangat menyenangkan terhadap merokok.

2.3.3.2 Tahap initiation pada tahap ini sudah memasuki pertama kali seseorang merokok. Pada titik ini, keputusan seseorang untuk menjadi perokok berada di persimpangan jalan.

2.3.3.3 Tahap becoming a smoking sudah memasuki tahap berat tetapi setiap orang berbeda.

2.3.3.4 Tahap maintenance of smoking pada tahap ini rokok sudah menjadi bagian dari hidupnya dalam berbagai situasi dan kondisi.

Ketika seseorang merokok, kita menyebutnya "perokok aktif," dan ketika mereka hanya menghirup uapnya, kita menyebutnya "perokok pasif” (Rezki Agus Kurniawan, 2020).

2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Merokok

Menurut Kementerian Kesehatan (2018), kecenderungan seseorang untuk merokok dipengaruhi oleh sejumlah variabel:

2.3.7.1 Rasa ingin mencoba berbagai macam rasa (cappuccino, menthol, the hitam dll) yang telah di lihat dari iklan rokok yang murah dan mudah didapatkan.

(10)

2.3.7.2 Ingin terlihat gaul, macho, dianggap dewasa dan setia kawan.

2.3.7.3 Perbendapat bahwa rokok dapat menghilangkan stress.

2.3.7.4 Untuk bersosialisasi dengan orang baru dan saat berada di komunitas yang merokok.

2.3.7.5 Pengaruh orang tua jika orang tua merokok anak remaja melihat maka akan melakukan hal yang sama dengan orang tua, anak beranggapan bahwa jika yang dilakukan orang tua.

2.3.7.6 Pengaruh iklan anak remaja tertarik karena melihat iklan, remaja akan melakukan hal yang dilihat jika menarik menurut mereka.

Menurut studi oleh Oktaviani et al., (2019) Pengetahuan, sikap, ketersediaan rokok, aksesibilitas pembelian, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, dan dampak iklan semuanya mungkin memiliki peran dalam mempengaruhi remaja untuk mulai merokok.

Faktor perilaku merokok pada remaja putra menurut Mu’tadin dalam (Daryanti et al., 2019) Penyebab yang berasal dari dalam diri seseorang disebut faktor kepribadian. Selain usia dan genetika, kepribadian seseorang mungkin memainkan peran dalam apakah mereka mengembangkan kebiasaan merokok atau tidak. Menurut penelitian yang dilakukan pada topik tersebut (Tryastuti & Dwi Widyaningsih, 2022) keluarga, teman, dan promosi rokok semuanya memiliki peran pada wanita muda yang mulai merokok.

2.3.8 Tipe-Tipe Perilaku Merokok

Dari hasil temuan Tomkins Tahun 1996 dalam (Budianto & Haryadi Santoso, 2020 ) ada 4 tipe perilaku merokok yaitu:

2.3.8.1 Kebiasaan merokok (Habitual smoking) adalah perilaku kebiasaan membakar, menghisap dan memainkan rokok.

2.3.8.2 Efek positif merokok (Positive affect smoking) adalah tipe perokok yang mendapatkan efek positif dalam kegiatan merokok ini, efek ini ada dua bagian yaitu perokok sebagai stimulant dan sebagai relaksasi.

(11)

2.3.8.3 Efek negatif merokok (Negative affect smoking) dalam tipe ini seseorang yang merokok merasa rokok adalah sebagai alat penenang. Untuk mengurangi rasa takut, malu, kesepian dan kesesusahan.

2.3.8.4 Kecanduan rokok (Addictive smoking) tipe ini sudah memasuki pada tipe tahap kecanduang dengan rokok.

2.3.9 Dampak Perilaku Merokok

Dalam hal pengaruh dalam mencegah merokok, kebanyakan individu sadar bahwa ini adalah kebiasaan berisiko bagi kesehatan mereka. Mereka yang menyadari efek negatif merokok terhadap kesehatan dan risiko yang ditimbulkannya untuk mengembangkan kanker paru-paru lebih cenderung menjauhkan diri dari merokok dalam interaksi sosial reguler mereka dan mencurahkan waktu dan energi mereka untuk kegiatan yang bermanfaat bagi kesejahteraan fisik mereka (Sigit Purnawan, 2022). Efek negatif merokok terhadap kesehatan didokumentasikan dengan baik;

Merokok dikaitkan dengan berbagai penyakit, mengurangi harapan hidup, dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan (Kebijakan Kesehatan Indonesia et al., 2020).

Kemenkes RI, (2018) menyebutkan beberapa dampak dari perilaku merokok:

2.3.9.1 Efek negatif merokok dapat menyebabkan rambut menipis.

2.3.9.2 Masalah dengan mata seperti katarak.

2.3.9.3 Kehilangan pendengaran lebih awal atau lebih cepat dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

2.3.9.4 Menyebabkan penyakit kronis seperti paru-paru.

2.3.9.5 Merusak gigi dan dapat mengakibatkan bau mulut yang kurang sedap.

2.3.9.6 Dapat menyebabkan penyakit stroke dan penyakit serangan jantung.

2.3.9.7 Tulang mudah patah.

2.3.9.8 Bisa menyebabkan kanker kulit.

2.3.9.9 Yang paling tidak disangka yaitu bisa menyebabkan kemandulan,

(12)

impotensi, kanker leher rahim dan keguguran.

2.3.10 Tingkatan Perilaku Merokok

Perokok dapat di kelompokan berdasarkan banyaknya batang rokok yang di hisap setiap hari. Bustan membaginya dalam 3 kelompok, untuk 1-10 batang rokok perhari yang dihisap masuk dalam kelompok perokok ringan, 11-20 batang dalam sehari sudah memasuki kelompok perokok sedang, dan masuk dalam kelompok perokok berat yaitu lebih dari 20 batang dalam sehari (Umbas et al., 2019).

Menurut Azwar (2008) dalam (Untari et al., 2017), sikap juga bisa dikatakan sebagai respon hanya akan timbul jika individu dihadapkan dengan suatu stimulus yang menghendaknya timbul reaksi individu. Respon evaluative berarti bahwa bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai.

Sikap terbentuk dari 3 kemponen utama, komponen afektif, kognitif, dan perilaku. Sikap terbentuk dari tingkah laku seseorang dan perilakunya, contohnya jika kita mau merokok tau bisa menolak merokok. Sikap kadang tidak selalu ekstream kadang-kadang seseorang tidak dapat memutuskan apakah dia suka atau tidak suka kekuata sikap tergantung dari banyak faktor.

Faktor terpenting adalah faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku.

2.3.11 Hubungan Pola Asuh dengan Perilaku merokok

Parenting dapat dianggap sebagai pendekatan keseluruhan yang diambil orang tua terhadap keturunan mereka. Gaya pengasuhan orang tua remaja adalah salah satu paparan pertama anak-anak mereka terhadap norma dan harapan masyarakat, dan dengan demikian, mereka memiliki dampak besar pada perkembangan sikap, perilaku, dan karakter anak-anak mereka. Orang tua, terutama ibu tetapi juga ayah, memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak- anak mereka tentang penggunaan tembakau. Remaja cenderung merokok jika mereka berasal dari rumah di mana merokok adalah umum (Norlita & Amaliah, 2019).

(13)

Tentang perilaku merokok banyak penelitian yang salah satu penyebab remaja merokok adalah pola asuh seperti ini. Merokok remaja meningkat setiap tahun karena pengaruh orang tua. Mengasuh anak sangat penting karena orang tua adalah guru dan pengasuh anak yang pertama dan aling berpengaruh. Menurut temuan penelitian ini, faktor pengaruh orang tua mungkin berpengaruh pada perilaku merokok remaja (Noor, 2019). kembal kekeluarga cara merawat orang yang dicintai yang merokok adalah salah satu pendekatan untuk membantu kaum muda menghindari dan menghentikan kebiasaan itu. Menurut penelitian Rahmawati, (2020) orang tua memiliki peran dalam keputusan anak-anak remaja mereka untuk mulai merokok.

2.4 Kerangka Konsep

Skema 2.1 Kerangka Konsep Faktor merokok

- Teman sebaya - Iklan rokok - Lingkungan

- Menghilangkan stress - Menunjukan

kedewasaan

Perilaku merokok Pola Asuh Orang Tua

Otoriter Demokratis permisif

(14)

2.5 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 4 Kuala Kapuas.

H0 : Tidak ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 4 Kuala Kapuas

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan pertama tentunya didapatkan dari keluarga oleh karena itu, orang tua memiliki peran penting dalam membangun karakter anak didik melalui hal paling sederhana yaitu dengan