• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakartadi masa pandemi COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakartadi masa pandemi COVID-19"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Spirit Vol 13 No 2 Mei 2023

58

HUBUNGAN ANTARA HARDINESS DENGAN RESILIENSI PERAWAT DIRUMAH SAKIT PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DI MASA PANDEMI COVID-19

Shella Prasetyo Kurniawati1, Siti Hafsah Budi Argiati2, Andreas Yudha Fery Nugroho3

Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

shellaprasetyo46@gmail.com1, hafsah@ustjogja.ac.id2, andreas.yudha@ustjogja.ac.id3

Kronologi Naskah:

Naskah masuk : 2 Maret 2023 Revisi naskah : 15 April 2023 Naskah diterima : 10 Mei 2023

_____________________________________________________________________________________________

Abstrak: Resiliensi adalah kapasitas untuk mempertahankan kemampuan yang berfungsi kompeten dalam menghadapi stresor yang bermacam-macam dalam kehidupan. hardiness merupakan gaya kepribadian dengan karakteristik komitmen, pengendalian, dan persepsiterhadap masalah sebagai sebuah tantangan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di masa pandemi COVID-19. Hipotesis yang diajukan adalah Ha , yang artinya ada hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yogyakrta di masa pandemi COVID-19.

Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Yogyakarta yang berjumlah 100 orang. Hasil penelitian hubungan antara hardines dengan resiliensi ini menunjukan adanya korelasi.

Hal ini dapat ditunjukan dari hasil nilai uji hipotesis sebesar 0,684 lebih besar dari nilai r tabel 5% 0,195 dengan signifikansi 0,000 kurang dari 0,05. Sehingga hipotesis diterima dengan jenis hubungan antara hardines dan resiliensi bersifat positif. Karena semakin tinggi hardiness pada perawat, maka semakin tinggi pula resiliensi perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta di masa pandemi.

Kunci: Hardiness, Perawat Rumah Sakit, Resiliensi

____________________________________________________________________________________________________________________________

Abstract: Resilience is the capacity to maintain the ability to function competently in the face of various stressors in life.

Hardiness is a personality style with the characteristics of commitment, control, and perception of the problem as a challenge. The purpose of this study was to determine the relationship between hardiness and nurse resilience at the PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital during the COVID-19 pandemic. The hypothesis proposed is Ha, which means that there is a relationship between hardiness and nurse resilience at the PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital in Yogyakarta during the COVID-19 pandemic. The subjects in this study were nurses who worked at the PKU Muhammadiyah Yogyakarta hospital in Yogyakarta, amounting to 100 people. The results of the research on the relationship between hardiness and resilience show acorrelation. This can be shown from the results of the hypothesis test value of 0.684 which is greater than the r table value of 5% 0.195 with a significance of 0.000 less than 0.05. So that the hypothesis is accepted with the type of relationship between hardiness and resilience is positive. Because the higher the hardiness of nurses, the higher the resilience of nurses at PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital during the pandemic.

Keywords: Hardiness, Nurse, Resilience

_____________________________________________________________________________________________

(2)

59 COVID-19 yang disebabkan oleh Coronavirus 2019 terjadi pertama kalidi tahun 2019 dan melonjak secara eksponensial di dunia (Tribunnews.com 14 April 2021). Indonesia melalui Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus COVID-19 pertama yaitu pada tanggal 2 Maret 2020 (Kompas.com 2 September 2020). Presiden Joko Widodo mengumumkan ada 2 (dua) pasien dinyatakan positif virus Corona yang diduga tertular dari warga Jepang (Kompas.com 2 September 2020). Juru bicara pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan jumlah pasien COVID-19 menjadi 34 (tiga puluh empat) orang dengan 2 (dua) orang sembuh dan 1 (satu) meninggal,dan terjadi lonjakan pertama pada tanggal 8 Juli 2021 sebanyak 344 orang, yang dimana jumlah tersebut melampaui jumlah penambahan kasus tertinggi pada tanggal 5 Juli 2020 yang saat itu jumlah penambahan pasien COVID-19 ada 256 pasien dalam waktu sehari (Kompas.com,

2 September 2020). Pandemi ini menjadi pemicu bagi masyarakat merasakan kecemasan karena penularannya yang begitu cepat dan masif. Sehingga masyarakat memerlukanwaktu untuk beradaptasi dengan situasi yang baru. Dikarenakan virus COVID-19 menjadi pandemi yang menyebar dengan cepat ke berbagai negara, pemerintah Indonesia melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan Virus Corona (Kompaspedia.kompas.id).

Dilansir dari kompaspedia.kompas.id tanggal 22 Juni 2020 tindakan awal yang dilakukan Presiden Joko Widodo yaitu memerintahkan kedutaan Indonesia di China untuk memberi perhatian khusus terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang terisolasi di Wuhan, China. Pemerintah tingkat daerah juga melakukan langkah siaga seperti menyiagakan 100 rumah sakit, Kementerian Kesehatan mengumumkan pentingnya memakai pelindung diri lengkap yaitu APD (Alat Pelindung Diri) untuk menangani pasien terduga danterinfeksi COVID- 19 (kompaspedia.kompas.id).

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) Agus Suprapto dalam Rapat Koordinasi Sinkronisasi dan Pengendalian 'Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Penanganan COVID-19 di Indonesia' pada 7 Agustus 2020menyampaikan adanya pandemi menyebabkan perubahan diberbagai aspek kehidupan terutama aspek kesehatan masyarakat (Kemenkopmk.go.id).

Rapat koordinasi oleh Agus Suprapto juga menyampaikan dalam penanganan COVID-19, peran tenaga kesehatan masyarakat sangat penting dalam memberikan pola promotif dan preventif dalam penanganan COVID-19 (Kemenkopmk.go.id tanggal 8 Agustus 2020).

Berdasarkan katadata.co.id pada 19 Juli 2020 tenaga kesehatan menjadi korban COVID-19 dengan jumlah 61 dokter dan 41 perawat meninggal dunia per tanggal 13 Juli 2020, selain itu 878 tenaga kesehatan diketahui positif. Hal ini juga dikatakan oleh Bappenas.go.id dalam bukuyang berjudul Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 di Indonesia, mengatakan bahwa tenaga kesehatan rentan terhadap pelbagai masalah kesehatan mental dengan hasil survei di Tiongkok menyatakan tenaga kesehatan bekerja langsung menangani pasien COVID- 19 memiliki tingkat depresi 50,4 persen, kecemasan 44,6 persen, insomnia 34,0 persen, dan 71,5 persen melaporkan gejala tekanan psikologis non-spesifik.

Hal ini menimbulkan dilema bagi tenaga kesehatan. Petugas kesehatan memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan disaat minimnya pengetahuan tentang COVID-19 sehingga para tenaga kesehatan mengalami kecemasan untuk terpapar. Kecemasan resiko terpapar di salah satu rumah sakit di Indonesia yang dimana beberapa perawat mendapat stigma negatif sebagai pembawa virus di lingkungan tempat tinggal (cnbc

(3)

Kurniawati, S.P., Argiati, S.H.B dan Nugroho A.Y.F Hubungan antara hardiness dengan Resiliensi perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Masa Pandemi Covid-19

60 indonesia.com 8 April 2020). Mendapat stigma negatif dari masyarakat para tenaga perawat tetap memberikan pelayanan, meskipun sebagian ada yang memilih untuk mengundurkan diriz karena takut. Seperti yang terjadi di salah satu rumah sakit di Indonesia mengatakan bahwa 109 tenaga kesehatan dipecat karena tidak mau tangani pasien corona dan menuntut adanya insentif, alat pelindungdiri (APD) demi keselamatan kerja, dan rumah singgah yang layak(news.detik.com 21 Mei 2020). Sebagai pihak yang berperan dalampenanganan COVID-19, kesehatan mental tenaga kesehatan perlu ada perhatian.

Presiden Joko Widodo mengumumkan pada bulan Maret 2020 tentang pemberian insentif dan santunan untuk tenaga medis yang menangani COVID-19 sudah ditetapkan di Keputusan Menteri Kesehatan (bbc.com, 27 mei 2020).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) nomor HK.01.07.MENKES/278/2020 dalam memutus mata rantai penularan COVID-19, tenaga kesehatan tentu memiliki resiko terpapar yang tinggi,sehingga pemerintah memberikan apresiasi dan memberi penghargaansehingga diharapkan akan dapat meningkatkan semangat dan etos kerja tenaga kesehatan untuk memberi pelayanan. Petugas kesehatan merasa kesulitan dalam melaksanakan tugasnya yang selalu dituntut untuk totalitas dan mengesampingkan masalah pribadi disaat yang bersamaan (Mariani, 2017). Saat pandemi banyak perawat yang mendapat tekanan mulai darilingkungan sosial, keluarga, maupun tempat kerja untuk tidak tertular atau menularkan virus COVID-19 di lingkungan (Basith, 2020). Sehingga perawatharus memiliki resiliensi yang baik di situasi pandemi ini.

Resiliensi merupakan kekuatan dasar dalam diri seseorang dalam menghadapi kesulitan, tangguh ketika menghadapi kesulitan dan mampu bangkit dari trauma yang menyakitkan (Hendriani, 2018). Menurut Nurjanah (2018), kemampuan menyesuaikan diri ini terbagi menjadi 3 (tiga) faktor yaitu faktor individu, faktor keluarga, dan faktor lingkungan.

Kemampuan bertahan dan kemampuan pulih dari suatu kondisi atau keadaan yang menekan dan mampu beradaptasi di kondisi tersebut biasa disebut dengan resiliensi (Nurjanah, 2018).

Resiliensi atau daya tahan seseorang ketika menghadapi tantangan kehidupan sangat diperlukan karena dapat meningkatkan kinerja serta menjaga kesehatan fisik dan mental.

Resiliensi dapat dilihat dari ukuran kemampuan mengatasi masalah dalam kondisi tekanan yang ada.

Menurut Setiawati (2021) resiliensi disebut juga ketahanan, dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa resiliensi merupakan kombinasi antara kepribadian dan pengalaman yang pada akhirnya mengarah pada kemampuanuntuk beradaptasi secara positif. Resiliensi merupakan suatu kemampuanuntuk menjaga keseimbangan stabil (Setiawati, 2021). Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan resiliensi yaitu melalui pelatihan, pembelajaran, pertahanan ego yang matang seperti humor, altruisme, antisipasi, dan pengamatan diri, dan tenaga kesehatan mendapatkan bantuan psikologis dan pengobatan sesuai kebutuhan (Setiawati, 2021).

Dalam penelitian Misassi (2019) resiliensi dipengaruhi 2 (dua) faktor yaitu dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal antaralain spiritualitas, self- efficacy, optimisme, self-esteem. Jika faktor internal baik, maka individu memiliki sikap sosial yang lebih dapat diterima danbertanggungjawab dan hal ini membuat individu tersebut menjadi lebih mampu dalam menghadapi perubahan di dalam hidup, dan mampu memperlihatkan pencapaian yang lebih tinggi, dan pada akhirnya secara sosial emosional lebih baik. sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi resiliensi adalah dukungan sosial.

Jannah (2018) mengatakan salah satu faktor individu yang bisa menjadi pengaruh

(4)

61 tantangan yang berhubungan dengan perawatan kepada pasien dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa. Sehingga perawat harus memiliki kepribadian yang tahan banting, pribadi yang tabah, memegang teguh komitmen sebagai seorang perawat yang harus memberikan pertolongan dalam segala kondisi khususnya saat pandemi, mampu mengontrol diri dan memiliki pandangan bahwa perubahan adalah sesuatu yang menantang dan menarik.

Individu memiliki hardiness yang rendah maka dalam kondisi apapun akan membuat ketidakyakinan akan kemampuan dalam mengendalikan situasi, selalu memandang rendah kemampuan yang dimiliki, sehingga membuat individu lemah tidak berdaya dan mengalami kesulitan (Schultz danSchultz, 2002). Namun jika individu memiliki hardiness yang tinggi maka individu akan lebih mampu menghadapi kondisi apapun serta lebih yakin akan kemampuan yang dimiliki (Schultz dan Schultz, 2002).

Penelitian terkait hardiness dan resiliensi dilakukan oleh Mariani (2017) dengan judul Faktor-Faktor Personal Sebagai Prediktor Terhadap Resiliensi Perawat Di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso. Kemudian dikembangkan oleh Nurjanah (2018) dengan judul penelitian Hubungan Antara Hardiness Dengan Resiliensi Pada Narapidana Di LembagaPemasyarakatan Klas II A Perempuan Malang. Selanjutnya pada tahun 2020, Wahyuni melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Resiliensi pada Anak Jalanan di Kecamatan Medan Maimun. Pada tahun yang sama Pragholapati melakukan penilitian dengan judul Resiliensi Perawat Yang Bekerja Di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Al Islam (Rsai) Bandung. Pada tahun 2021, Mardlotillah juga melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Nurses Self Efficacy dengan Resiliensi Perawat Di Tengah Pandemi COVID- 19. Penelitian Gilang (2022) juga meneliti tentang hardiness dan resiliensi dengan judul Hubungan Antara Hardiness dengan Resiliensi pada pengusaha muda anggota HIMPI Cabang Kota Malang.

Berdasarkan hasil dari survei peneliti, pada subjek yang merupakan anggota perawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta memilih untuk berhenti bekerja di rumah sakit pada saat awal pandemi COVID-19. Dengan jam kerja 8 sampai dengan 10 jam sehari membuat perawat menjadi rentan terpapar virus corona 19. Selain itu para perawat yang menangani pasien COVID-19 mendapat tanggapan yang negatif dari lingkungan sekitarterutama tetangga, selain itu juga tampak mengalami kecemasan saat penunjukan sebagai perawat Isolasi COVID-19.

Kobasa (1979) menyatakan hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber perlawanan ketika individu mendapati kondisi atau situasi yang mengancam. Ketika dihadapkan suatu permasalahan, individu yang hardines atau tangguh akan lebih jarang merasa stres (Menon & Yogeswari, 2015). Sedangkan Resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki individu untuk menyesuaikan diri saat dihadapkan oleh tekanan (Pragholapati 2020). Resiliensi dapat juga diartikan sebagai koping dalam menghadapi tantangan hidup untuk tetap sehat dan terus memperbaiki diri (Wolin and Wolin, 1993).

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa hubungan antara hardines dengan resiliensi. Hardines memiliki aspek control, yang dimana aspek ini menjelaskan adanya kecenderungan untuk percaya bahwa segala yang dilakukan akan memberikan pengaruh pada individu itu sendiri ataupun orang yang berada di sekitarnya. Hal ini sejalan dengan faktor resiliensi yaitu Self-esteem. Harga diri akan membantu seseorang dalam menghadapihambatan dalam menjalni kehidupan. Saat seseorang dihadapkan suatu problema, harga diri akan membantu memunculkan rasa percaya diri sehingga individu akan tetap tegar dalam menghadapi permasalahan. Selain itu hardiness juga merupakan aspek dari

(5)

Kurniawati, S.P., Argiati, S.H.B dan Nugroho A.Y.F Hubungan antara hardiness dengan Resiliensi perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Masa Pandemi Covid-19

62 resiliensi itu sendiri menurut (Campbell-sins and stein, 2007).

Berdasarkan dari penjabaran diatas, peneliti menjadikan resiliensi penting untuk diteliti karena dengan adanya dukungan edukasi sosialisasi mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi serta tata cara pemakaian alat pelindung diri, dan juga dengan adanya pemberian dukungan insentif diyakini mampu membangkitkan semangat perawat dan membuat perawat mampu bertahan.

METODE

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah Resiliensi, sedangkan untuk variabel bebas Hardiness. Karakteristik Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Yogyakarta yang berjumlah 100 orang. Dengan kriteria berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan masa kerja minimal 1 tahun sebagai perawat pelaksana dan tingkat pendidikan minimal D3 Keperawatan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan dua alat ukur skala yaitu skala resiliensi dengan skala hardines. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment. Analisis korelasi product moment ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung. Pada penelitian ini, perhitungan statistik dilakukan dengan bantuan program Statistical Package for Social Sciancess (SPSS) 16.0.

HASIL

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan menggunakan analisis one sample Kolmogorov-Smirnov Z terhadap data dari dua variabel yaitu Hardiness dan Resiliensi.

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai normalitas Hardiness K- SZ sebesar 1,107 dengan p=0,172 (p>0,05). Sedangkan hasil uji normalitas Resiliensi K-SZ sebesar 1,281 dengan p=0,075 (p>0,05). Makadapat disimpulkan bahwa nilai dari uji normalitas berdistribusi normal.

Uji linearitas berguna untuk mengetahui bentuk hubungan antaravariabel bebas dengan terikat. Kedua variabel dikatakan linear jika p<0,05. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai F sebesar 1,214 dengan signifikansi sebesar 0,252. Nilai signifikansi 0,252 ini lebih besar dari0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan sebaran data antara hardiness dengan resiliensi. Sehingga bersifat tidak linier.

Analisis data untuk korelasi antara hardiness dengan resiliensimenggunakan korelasi product momen dari pearson. Hipotesis dapat diterima jika nilai signifikansi <0,05. Dari hasil analisis korelasi sederhana didapat korelasi hubungan antara hardines dan resiliensi adalah 0,648. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat hubungan antara hardines dan resiliensi dengan nilaikorelasi r semakin mendekati 1 atau -1. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena niai 0,648 mendekati angka 1 maka dikatakan positif, dengan menunjukkan hubungan searah (hardiness naik maka resiliensi naik) berarti semakin tinggi hardiness maka semakin meningkatkan resiliensi. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang kuat dan signfikan pada hubungan antara hardines dan resiliensi, maka hipotesis diterima.

DISKUSI

Hasil penelitian hubungan antara hardines dengan resiliensi ini menunjukan adanya korelasi. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil nilai uji hipotesis sebesar 0,684 lebih besar dari nilai r tabel 5% 0,195 dengan signifikansi 0,000 kurang dari 0,05. Sehingga hipotesis diterima dengan jenis hubungan antara hardines dan resiliensi bersifat positif. Karena semakin tinggi

(6)

63 Yogyakarta di masa pandemi.

Resiliensi merupakan kemampuan individu merespon kejadian traumatis dengan tindakan yang positif. Kemampuan menyesuaikan diri dengan baik dan menunjukan keadaan yang stabil setelah mengalami peristiwa yang menegangkan/ttaumatis dalam hidup (Oshio dk, 2018). Tinggi rendahnya resiliensi perawat PKU Muhammadiyah Yogyakarta didasari pada komponen pebentuk resiliensi diantaranya : Regulasi emosi (emotion regulation), Mengendalikan diri (kontrol impuls), Optimisme, Kemampuan menganalisis masalah (causal analysis), Empati, Keyakinan diri(efikasi diri), Reaching out (pencapaian). Resiliensi dalam diri perawat dapat diidentifikasi dari bagaimana perawat mampu menyesuaikan diri serta mengendalikan diri untuk tetap stabil dalam menghadapi peristiwa seperti pandemi COVID- 19. Sehingga individu yang resilien mampu menghadapi kesulitan, tangguh dalam mengkondisikan stress diri sendiri serta mampu bangkit dari trauma yang pernah dialami (Masten,2003).

Hardiness merupakan kepribadian yang berfungsi sebagai sumber perlawanan ketika individu mendapati kondisi atau situasi yang mengancam. Ketika perawat memiliki kepribadian hardiness, maka perawat menjadi tangguh untuk untuk bangkit ketika berhadapan dengan situasi yang sulit dan menekan seperti di saat pandemi COVID-19. Konsep hardines seseorang yaitu gaya kepribaian yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan keterampilan ketika berada di bawah tekanan (kobasa dalam Mud,2016). Seseorang yang memiliki hardines tinggi cenderung memandang suatu masalah sebgai peluang baik untuk terus tumbuh berkembang serta dapat membantu dalam memecahkan masalah secara lebih efisien. Tinggi rendahnya hardiness pada perawat di PKU Muhammadiyah Yogyakarta didasarkan pada beberapa komponen pembentukhardiness yaitu, kontrol, komitmen, dan tantangan. Hardines dapat diidentifikasi dari para perawat dalam seberapa tangguhnya mereka dala menghadapi segala permasalahan dan cara menyikapi sehingga masalah tersebut terlewati.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2018) dengan judul Hubungan Antara Hardiness Dengan Resiliensi Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Perempuan Malang, yang dimana hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa semakin tinggi hardiness narapidana maka semakin tinggi pula tingkat resiliensi. Wahyuni (2020) dengan judul Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Resiliensi pada Anak Jalanan di Kecamatan Medan Maimun, dengan hasil penelitian yang sama yaitu semakin tinggi hardiness maka semakin tinggi resiliensi. Dan Gilang (2022) dengan judul Hubungan Antara Hardiness dengan Resiliensi pada pengusaha muda anggota HIMPI Cabang Kota Malang, dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hardiness dengan resiliensi pada pengusaha muda anggota HIMPI Cabang Kota Malang dengan sampel 100 orang perawat PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan jumlah 100 orang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan masa kerja minimal 1 tahun dengan pendidikan minimal D3 Keperawatan, dengan hardiness 20 aitem dan resiliensi 20aitem terdapat hasil yang valid tidak ada aitem yang gugur.

Penelitian ini menunjukkan resiliensi memberikan sumbangan efektif terhadap hardines sebesar 0,648 x 100% = 64,8% dan sisanya 35,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dapat diukur dalam penelitian ini.

SIMPULAN

Dalam menguji hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di masa Pandemi COVID-19, penelitian ini dapat dilakukan dengan hasil yang memberikan penjelasan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima. Ini

(7)

Kurniawati, S.P., Argiati, S.H.B dan Nugroho A.Y.F Hubungan antara hardiness dengan Resiliensi perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di Masa Pandemi Covid-19

64 mengartikan bahwa adanya hubungan antara hardiness dengan resiliensi perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta di masa Pandemi COVID-19. Serta terdapat hubungan yang berarah positif, semakin tinggi hardiness maka semakin tinggiresiliensi, sebaliknya ketika semakin rendah hardiness seseorang maka semakin rendah pula resiliensi perawat di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta di masa Pandemi COVID-19

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran yang dapat bermanfaat, bagi Subjek penelitian diharapkan memiliki komitmen yang tinggi, kontrol diri dalam mengambil keputusan, dan menjadikan masalah sebagai tantangan untuk bertumbuh. Agar rasa ketangguhan dalam diri meningkat sehingga mampu beradaptasi positif dalam situasi yang sulit. Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Yogyakarta Instansi memberikan dukungan berupa materi terhadap para tenaga kesehatan seperti suplemen vitamin agar para tenaga kesehatan selalu sehat dan siap dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Bagi peneliti selanjutnya yang juga ingin mengungkap hal yangsama,disarankan untuk memperhatikan variabel lain yang mungkin akan berhubungan dengan faktor eksternal dari hardiness ataupun resiliensi. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan jenis kelamin dan lama masa kerja subjek.

DAFTAR PUSTAKA

Asriandani E. (2015). Resiliensi remaja Korban Perceraian Orang tua. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Konseling, 2(8)

Ayudhia, R. R., & Kristiana, I. F. (2017). Hubungan antara hardiness dengan perilaku prososial pada siswa kelas XI SMA Islam Hidayatullah Semarang. Jurnal Empati, 5(2), 205-210.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/15041 Banaag C G.(2002). Resiliency, stret Children and substance abus prevention.

Preventian Preventif. Journal of America. Vol 3

Bartone, P. T., Valdes, J. J., & Sandvik, A. (2016). Psychological hardiness predicts cardiovascular health.

Psychology, health & medicine, 21(6), 743-749.

Basith, A. (2020). Hubungan Antara Berpikir Positif Dan Resiliensi Dengan Stres Pada Petugas Kesehatan Dalam Menghadapi Virus Corona (COVID- 19) (Doctoral dissertation, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya). http://repository.untag-sby.ac.id/7149/ diunduh tanggal 21 Oktober 2021

Bbc.com “Insentif tenaga medis COVID-19: Tagih janji pemerintah” 27 Mei 2020https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-52822797 [diakses 12

Campbell Sills & Stein M B. (2007). Psychometric analysis and rfinement of connor- davidson resilience scale (CD-RISC): validation of a 10-item measurer of resilience. Journal of Traumatic Stress, 20 (6) : 1019-1028

Connor K M & Davidson J R T. (2003). Development of a new resilience scale : the connor-davidson resilience scale (CD-RISC). Research article : resilienceScale : (CD-RISC). 76-82

Coronado-Hijon A. (2017).Academic Resilience : a transcultural perspective.Procedia – social and behavioral sciencs, 237, 594-598.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung:Pt Remaja Rosdakarya Offset Greeff A P, & Ritman I N.2005.Individual characteristics associated with resilience in single-parent families.

Psychological Reports, 96(1), 36-42 Grotberg E H.1995. A Guide to promoting resilience in children:strenghening the human spirit. The netherlands: bernard van leer foundation Hendriani W. (2018). Resiliensi Psikologis.Jakarta: Prenada Media Group Mardlotillah,

Hendriani Wiwin. (2018). Resiliensi Psikologis. Jakarta: Prenamedia group (divisi kencana)

(8)

65 Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 12(2), 115-121.

Kreitner dan Kinicki. (2005).Organizational Behavior.Jakarta:salemba empat 34- 56 Kobasa S C.1979.Stessful live events, personality, and healt:An inquiry into hardiness.journal of personality and social psychology;37(1).1-11 Cooper Donald R & schindler P S . 2011.

Lo Bue, S., Kintaert, S., Taverniers, J., Mylle, J., Delahaij, R., & Euwema, M. (2018). Hardiness differentiates military trainees on behavioural persistence andphysical performance. International journal of sport and exercise psychology, 16(4), 354-364.

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1612197X.2016.1232743 diunduh tanggal 3 Oktober 2021

Luthar S S. (2003). Resilieence and Vulnerability Adaption in the context of chilhood adversities.Cambridge:Cambridge University Press

Maddi S R. (2005). On hardiness and other pathways to resilience. American psychologist.60(3).261-262

Marisa,P. A. A.(2021). Pengaruh stres kerjadan hardiness

terhadapburnout(Doctoraldissertation,UINSunanAmpelSurabaya).

http://digilib.uinsby.ac.id/46940/ (diakses pada 9 Desember 2021).

Masten, A. S., Powell, J. L., & Luthar, S. S. (2003). A resilience framework for research, policy, and practice.

Resilience and vulnerability: Adaptation in the context of childhood adversities, 1(25), 153.

Maulidya N L . (2017).pengaruh self esteem terhadap rsilience pada remaja yang menjalani reliabilitas narkoba

Menon P dan Yogeswarie. (2015). Sociability, Hardiness and resilience in mothers of differently able children.International Jurnal of scientific research.4(2277),533-535

Pragholapati, A. (2020). RESILIENSI PERAWAT YANG BEKERJA DI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) RUMAH SAKIT AL ISLAM (RSAI)

BANDUNG. https://psyarxiv.com/e6n7j/ (diunduh tanggal 3 Oktober 2021)

Reivich K & Shatte A. (2002). The Resilience Factor; 7 Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle.New York:Broadway Books

Resnick B, Gwyther L P, & Roberto K A. (2011). Resilience in Aging: Concepts, Research, and Outcomes.

New York: Springer

Santrock J W.2002.Life span development : perkembangan masa hidup (edisi kelima).Jakarta:erlangga Sardjoko, M. D. S. (2021). Studi Pembelajaran Penanganan COVID-19 di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas.

https://www.bappenas.go.id/files/9116/1479/0631Buku StudiPembelajaran Penanganan COVID-19 BAPPENAS.pdf (diunduh 14 Oktober 2021)

Sarmadi, S. (2018). Psikologi Positif. Titah Surga.

Schultz, D. Dan Schultz, S. E. (2002). Psychology and Work Today. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall

Steven J Wolin and Sybil Wolin. (1993). The resilience self.New York : Villiar Books

Van Breda A D . (2001). Resilince theory A Literature Review. Pretoria:South African Military Health Service, Military Psychological Institute Social Work Research and development

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan beban kerja dengan sikap pendokumentasian asuhan keperawatan ini dapat dimaknai bahwa semakin tinggi beban kerja perawat maka semakin baik

Hubungan Kepribadian Hardiness Dengan Kemampuan Regulasi Emosi Perawat Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Arah hubungan adalah positif, yang berarti semakin tinggi self esteem dan religiusitas seseorang, maka semakin tinggi pula intensi seseorang untuk berhenti menjadi wanita

dengan resiliensi sebesar r=0.478 (p&lt;0.05). Hubungan ini bersifat positif dengan artian semakin tinggi skor setiap dimensi self compassion , maka semakin tinggi pula

Nilai negatif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kepribadian hardiness maka semakin rendah tingkat work-family conflict yang dialami

Hasil uji korelasi bertanda positif, berarti bahwa semakin banyak jumlah pasien yang ada dalam ruang rawat inap semakin tinggi pula rata-rata angka kuman udara

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: a) Ada hubungan positif antara gaya kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja. Artinya semakin tinggi

Dapat disimpulkan bahwa strategi coping mempunyai hubungan positif dengan resiliensi dan fear of COVID-19 berhubungan negatif dengan resiliensi pada tenaga kebersihan, sedangkan