HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU DALAM UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG TAHUN 2022
THE RELATIONSHIP BETWEEN ENVIRONMENTAL AND BEHAVIORAL FACTORS IN EFFORTS TO PREVENT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN THE WORK AREA
OF THE GUNTUNG UMBRELLA HEALTH CENTER IN 2022
Defirianti Agustina1, Asrinawaty2, Edy Ariyanto3
1,2,3 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin
E-mail: [email protected]/082253551403
ABSTRAK
Data dari puskesmas Guntung Payung yang mewilayahi Kelurahan Guntung Payung dan Syamsudinoor diperoleh adanya peningkatan kejadian penyakit DBD yaitu, tahun 2021 terdapat 3 orang penderita DBD, tahun 2022 terdapat 7 orang penderita DBD. Dari kedua kelurahan tersebut, kelurahan Guntung Payung memiliki angka kejadian DBD yang tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan perilaku dalam upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung tahun 2022. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan menggunakan desain cross sectional, Populasi yang di digunakan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Guntung Payung, Teknik pengambilan sampel secara random sebanyak 100 responden.
Instrumen yang digunakan berupa Kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian variabel yang terbukti berhubungan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung adalah keberadaan barang bekas (p value : 0,000 0,05), Pencahayaan (p value: 0,006 0,05), ABJ sebanyak 84 yang tidak terdapat jentik dengan 100 rumah yang diperiksa dikategorikan baik, Menggantung Pakaian (p value: 0,000 0.05), Kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk (p value : 0,001 0,05). Keberadaan barang bekas di sekitar rumah responden kategori kurang baik (89,1%) ,pencahayaan di rumah yang tidak memenuhi syarat (76,7%), angka bebas jentik pada tempat-tempat penampungan air kategori kurang baik (87,5%), kebiasaan menggantung pakaian kategori kurang baik (88,5%), dan dalam kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kategori kurang baik (78,7%). Bagi masyarakat disarankan agar lebih membersihkan lingkungan sekitar guna memutus rantai penularan DBD.
Kata Kunci: Lingkungan; Perilaku; Demam Berdarah Dengue
ABSTRACT
Data from the Guntung Payung health center which covers Guntung Payung and Syamsudinoor villages obtained an increase in the incidence of dengue disease, namely, in 2021 there were 3 people with dengue fever, in 2022 there were 7 dengue sufferers. Of the two villages, Guntung Payung village has the highest incidence of dengue fever. This study aims to determine the relationship between environmental and behavioral factors in efforts to prevent dengue fever in the work area of the Guntung Payung Health Center in 2022. This study is an analytical survey using a cross-sectional design, the population used by people living in Guntung Payung Village, Random sampling techniques as many as 100 respondents. The instruments used are questionnaires, observations, and interviews. The results of the study of variables that were proven to be related to efforts to prevent dengue fever in the work area of the Guntung Payung Health Center were the presence of used goods (p value: 0.000 < 0.05), Lighting (p value: 0.006 < 0.05), ABJ as many as 84 that did not have larvae with 100 houses examined categorized as good, Hanging Clothes (p value: 0.000 < 0.05), Habits of using drugs / anti-mosquitoes (p value : 0.001 < 0.05). the presence of used goods around the respondent's house category is not good. The presence of used goods
around the homes of respondents in the category is not good (89.1%) ,lighting in unqualified houses (76.7%), flick-free rates in water reservoirs of the poor category (87.5%), the habit of hanging clothes in the category is not good (88.5%), and in the habitual use of drugs / mosquito repellents category is not good (78.7%). For the community, it is recommended to clean the surrounding environment more to break the chain of dengue transmission.
Keywords: environment; behaviour; DHF
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik. Kejadian demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan karenanya jumlah aktual kasus dengue tidak dilaporkan dan banyak kasus salah diklasifikasikan. Satu perkiraan menunjukkan 390 juta infeksi dengue per tahun (interval kredibel 284–528 juta), dimana 96 juta (67–136 juta) bermanifestasi secara klinis (dengan tingkat keparahan penyakit apapun) (WHO, 2018).
Setiap tahun dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit terdapat satu orang anak yang meninggal (Depkes RI, 2015). Penyakit DBD, sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 yaitu di DKI Jakarta dan tahun 1969 di Surabaya sampai dengan sekarang, sering kali menyebabkan kematian dan menyebar hampir keseluruh wilayah Indonesia.
(Rahim, 2021)
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah kasus DBD yang tinggi dimana pada tahun 2019 terdapat 691 kasus 5 diantaranya meninggal dengan rincian di kota Banjarbaru 3 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Tanah Laut 1 orang. Data pada tahun 2021 kasus DBD di Kalimantan Selatan sekitar 237 kasus namun tidak ada kematian. Jika dibandingkan dengan tahun 2020 sekitar 8.000 kasus, sedangkan yang meninngal sekitar 20 orang. ( Dinkes Kalsel )
Data dari puskesmas Guntung Payung yang mewilayahi Kelurahan Guntung Payung dan Syamsudinoor diperoleh adanya peningkatan kejadian penyakit DBD yaitu, tahun 2021 terdapat 3 orang penderita DBD, tahun 2022 terdapat 7 orang penderita DBD. Dari kedua kelurahan tersebut, kelurahan Guntung Payung memiliki angka kejadian DBD yang tertinggi (Puskesmas Guntung Payung, 2022
Data hasil survei awal di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung ,dikerahui bahwa kepedulian masyarakat untuk membersihkan lingkungan sekitar masih kurang baik, dimana masih adanya keberadaan barang bekas yang dapat menampung air ,sehingga nyamuk dengan mudahnya berkembangbiak. Frekuensi pengurasan tempat penampungan air pada masyarakat juga tidak dilakukan secara rutin, bahkan terdapat masyarakat yang dalam satu bulan hanya sekali membersihkan tempat penampungan air (bak mandi). Rumah sehat memerlukan Pencahayaan yang cukup, kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah dapat menjadi tempat peristirahatan dan berkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Kebiasaan masyarakat dalam menggantung pakaian juga kurang baik. Dikarenakan terdapatnya masyarakat yang menjemur pakaian didalam rumah.
selain itu Kepeduliaan mamsyarakat untuk menggunakan obat anti nyamuk juga sedikit.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang hubungan faktor lingkungan dan perilaku dalam upaya pencegahan DBD di wilayah kerja puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yang bersifat analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Pendekatan yang digunakan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah Kelurahan Guntung Payung yang terdiri dari 13 RT sebanyak 2935 KK yang bertempat tinggal di kelurahan guntung payung. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah random. Variabel bebas adalah keberadaan barang bekas di sekitar rumah,
pencahayaan, angka bebas jentik, kebiasaan menggantung pakaian, dan kebiasaan penggunaan obat/anti nyamuk sedangkan variabel terikat adalah pencegahan demam berdarah dengue
Instrumen menggunakan kuesioner, observasi dan wawancara. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari data identitas responden sedangkan data sekunder terdiri dari data demografi profil puskesmas dan laporan jumlah penderita DBD di wilayah kerja puskesmas guntung payung. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat melalui uji chi-square.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 Pendidikan
Tidak sekolah/ Tidak tamat SD SD
SMP SMA/SMK
Akademik/ Perguruan tinggi Pekerjaan
Buruh Pedagang Pegawai swasta PNS
Tidak bekerja Lain-lain
50 50 23 51 15 9 2 1 2 7 65 25 4 18 27 11 23 17
50,0 50,0 23,0 51,0 15,0 9,0 2,0 1,0 2,0 7,0 65,0 25,0 4,0 18,0 27,0 11,0 23,0 17,0
Jumlah 100 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa kategori jenis kelamin laki-laki dan perempuan masing- masing sebanyak 50 (50,5%). Sebagian besar umur responden yaitu sekitar 26-35 sebanyak 51 responden (51,0%). Sebagian besar pendidikan responden yaitu SMA/SMK sebanyak 65 responden (65,0%). Sebagian besar pekerjaan responden yaitu pegawai swasta sebanyak 27 responden (27,0).
b. Analisis Univariat
Analisis univariat terdiri dari distribusi frekuensi keberadaan barang bekas di sekitar rumah, pencahayaan, angka bebas jentik, kebiasaan menggantung pakaian, penggunaan obat/
anti nyamuk dan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja puskesmas guntung payung tahun 2022
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah, Pencahayaan, Angka Bebas Jentik, Kebiasaan Menggantung Pakaian, Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk dan Upaya
Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Variabel Penelitian f %
Upaya Pencegahan DBD
Kurag Baik 66 66,0
Baik
Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah
Kurang Baik Baik
Pencahayaan
Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Angka Bebas Jeentik Positif
Negatif
Kebiasaan Menggantung Pakaian Ada Pakaian Tergantung
Tidak Ada Pakaian Tergantung Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk Kurang Baik
Baik
34
64 36 60 40 16 84 52 48 61 39
34,0
64,0 36,0 60,0 40,0 16,0 84,0 52,0 48,0 61,0 39,0
Total 100 100
Tabel 2 menunjukkan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung sebagian besar upaya pencegahan DBD kurang baik sebanyak 66 responden (66,0%), keberadaan barang bekas di sekitar rumah kurang baik sebanyak 64 responden (64,0), pencahayaan tidak memenuhi syarat sebanyak 60 rumah (60,0), angka bebas jentik positif sebanyak 16 rumah (16,0), kebiasaan menggantung pakaian yang ada pakaian tergantung sebanyak 52 responden (52,0), dan penggunaan obat/ anti nyamuk kurang baik sebanyak 61 responden (61,0)
c. Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah, Pencahayaan, Angka Bebas Jentik, Kebiasaan Menggantung Pakaian, Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk dengan Upaya Pencegahan
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 Variabel Penelitian
Upaya Pencegahan DBD Total P- Value Kurang Baik Baik
n % n % n %
Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah
Kurang Baik Baik
57 9
89,1 25,0
7 27
10,9 75,0
64 36
100 100
0,000 Pencahayaan
Tidak Memenuhi Syarat Memnuhi Syarat
46 20
76,7 50,0
14 20
23,3 50,0
60 40
100 100
0,011 Angka Bebas Jentik
Positif Negatif
14 52
87,5 61,9
2 32
12,5 38,1
16 84
100 100
0,090
Kebiasaan Menggantung Pakaian
Ada Pakaian tergantung Tidak ada pakaian tergantung
46 20
88,5 41,7
6 28
11,5 58,3
52 48
100 100
0,000 Kebiasaan Penggunaan
Obat/ Anti Nyamuk Kurang Baik Baik
48 18
78,7 46,2
13 21
21,3 53,8
61 39
100 100
0,002
Total 66 66,0 34 34,0 100 100
Hasil analisis tabulasi silang antara keberadaan barang bekas dengan upaya pencegahan DBD didapatkan keberadaan barang bekas kurang baik sebanyak 57 responden (89,1%) dibandingkan keberadaaan barang bekas di sekitar rumah baik sebanyak 27 responden (75,0). Hasil uji analisis yang menggunakan uji chi-square menunjukkan p-value =0,000 < α=0,05 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara keberadaan barang bekas di sekitar rumah dengan upaya pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung.
Hasil tabulasi silang antara pencahayaan dengan upaya pencegahan DBD didapatkan pencahayaan tidak memenuhi syarat sebanyak 46 rumah (76,7%) dibandingkan pencahayaan memenuhi syarat sebanyak 20 rumah (50,0%). Hasil uji analisis yang menggunakan uji chi-square menunjukkan p-value=0,011 < α=0,05 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan upaya pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung.
Hasil tabulasi silang antara angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD didapatkan angka bebas jentik positif sebanyak 14 rumah (87,5%) dibandingkan angka bebas jentik negatif sebanyak 32 rumah (38,1%). Hasil uji analisis yang menggunakan uji chi-square menunjukkan p-value=0,090 < α=0,05 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung
Hasil tabulasi silang antara kebiasaan menggantung pakaian dengan upaya pencegahan DBD didapatkan kebiasaan menggantung pakaian yang ada pakaian tergantung sebanyak 46 responden (88,5%) dibandingkan tidak ada pakaian tergantung sebanyak 28 responden (58,3%).
Hasil uji analisis yang menggunakan uji chi-square menunjukkan p-value=0,000 < α=0,05 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan upaya pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung
Hasil tabulasi silang antara kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dengan upaya pencegahan DBD didapatkan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kurang baik sebanyak 48 responden (78,7%) dibandingkan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk baik sebanyak 21 responden (53,8%). Hasil uji analisis yang menggunakan uji chi-square menunjukkan p- value=0,002 < α=0,05 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dengan upaya pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung
PEMBAHASAN
a. Upaya Pencegahan DBD
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi upaya pencegahan DBD kurang baik sebanyak 66 responden (66,0%) sedangkan upaya pencegahan baik sebanyak 34 responden (34,0).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung tidak melakukan pencegahan dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya keberadaan barang bekas, pakaian yang tergantung, pencahayaan yang tidak memenuhi syarat, serta terdapatnya jentik di tempat penampungan air.
b. Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi keberadaan barang bekas di sekitar rumah kurang baik sebanyak 64 (64,0) dibandingkan keberadaan barang bekas di sekitar rumah baik sebanyak 36 (36,0)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung keberadaan barang bekas di sekitar rumah kategori kurang baik.
Hal ini disebabkan karena responden tidak memanfaatkan dan merawat barang bekas di sekitar rumah.
c. Pencahayaan
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi pencahayaan tidak memenuhi syarat sebanyak 60 (60,0) dibandingkan pencahayaan memenuhi syarat sebanyak 40 (40,0).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung memiliki pencahayaan yang tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena kurangnya cahaya yang masuk sehingga menjadi media ( tempat ) yang baik untuk hidup nyamuk Aedes aegypti.
d. Angka Bebas Jentik
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi angka bebas jentik yang terdapat jentik sebanyak 16 (16,0) dibandingkan tidak ada jentik sebanyak 84 (84,0)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung terdapat jentik di tempat penampungan air. Hal ini disebabkan karena responden tidak menutup tempat penampungan air dan tidak menguras air dalam waktu yang lama.
e. Kebiasaan Menggantung Pakaian
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi kebiasaan menggantung pakaian kurang baik sebanyak 52 (52,0) responden dibandingkan kebiasaan menggantung pakaian baik sebanyak 48 (48,0) responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung memiliki kebiasaan menggantung pakaian kurang baik. Hal ini disebabkan kebiasaan masyarakat yang sudah lama berlangsung. Pakaian di dalam rumah respondrn ditemukan di belakang pintu maupun dinding. Serta ada juga pakaian yang berserakan di ruangan sehingga hal tersebut dikatakan kurang baik.
f. Kebiasaan Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022 di dapat bahwa distribusi frekuensi kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kurang baik sebanyak 61 (61,0) dibandingkan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk baik sebanyak 39 (39,0).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung memiliki kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kurang baik.
Hal ini disebabkan responden tidak menggunakan obat pembunuh nyamuk serta tidak menggunakan lotion karena punya efek yang tidak bagus bila sering terpajan kulit mereka, membuat mereka harus mencuci tangan bila hendak ngemil atau makan-makanan ringan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk.
g. Hubungan Keberadaan Barang Bekas di Sekitar Rumah dengan Upaya Pencegahan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan barang bekas disekitar rumah kurang baik sebanyak 57 responden (89,15%) dibandingkan keberadaan barang bekas di sekitar rumah baik sebanyak 27 responden (75,0%)
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk diperoleh nilai P Value 0,000 pada Continuity Correction yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
keberadaan barang bekas disekitar rumah dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ulis (2018) yang menyatakan p value Continuity Correction 0,002 artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang buruk dengan keberadaan barang bekas di luar rumah akan menjadi faktor penyebaran DBD karena dapat memicu bersarangnya nyamuk Aedes aegypti.
Hal tersebut didukung ketika peneliti melakukan wawancara dengan responden mengenai keberadaan barang bekas serta observasi langsung ada atau tidaknya barang bekas di sekitar rumah. Hasil dari pertanyaan di kuesioner dan observasi, sebagian responden tidak memanfaatkan dan merawat barang bekas di sekitar rumah.
Menurut Ferdiansyah (2016) Lingkungan yang menjadi habitat nyamuk Aedes aegypti adalah di genangan air bersih yang tidak berkontak langsung dengan tanah dan tidak terkena sinar matahari langsung. Ban, plastik, botol, dan barang-barang lain yang dapat menampung air merupakan sarana yang memungkinkan untuk tempat perkemabangbiakan nyamuk.
h. Hubungan Pencahayaan dengan Upaya Pencegahan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pencahayaan tidak memenuhi syarat sebanyak 46 rumah (76,7%) dibandingkan pencahayaan memenuhi syarat sebanyak 20 rumah (50,0%).
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P -Value 0,011 pada Continuity Correction yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pencahayaan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lisa mengenai hubungan lingkungan fisik rumah. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan P Value 0,001 yang artinya adanya hubungan. Dimana orang yang tinggal dalam rumah dengan intensitas cahaya dibawah 60 lux berisko 3,286 kali untuk terkena DBD dibandingkan orang yang tinggal dalam rumah dengan intensitas cahaya di atas 60 lux.
Rumah responden yang pencahayaan tidak memenuhi syarat sebanyak 46 (76,7%) namun tidak pernah mengalami DBD karena memiliki kebiasaan membuka jendela ditunjukan untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara dan juga memaksimalkan masuknya cahaya matahari kedalam rumah, sehingga ini akan meminimalisir nyamuk yang sangat suka ditempat gelap tanpa cahaya.
Menurut Lisa (2016) rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman juga merupakan media (tempat) yang baik untuk hidup dan berkembangbiaknya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang gelap.
i. Hubungan Angka Bebas Jentik dengan Upaya Pencegahan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa angka bebas jentik positif sebanyak 14 rumah (87,5%) dibandingkan angka bebas jentik negatif sebanyak 32 rumah (38,1%).
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD didapatkan nilai P -Value 0,090 pada Continuity Correction yang artinya ada hubungan yang signifikan antara angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Halifah .Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan P- Value 0,02 yang artinya ada hubungan angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung terdapat jentik di tempat penampungan air. Hal ini disebabkan karena responden tidak menutup tempat penampungan air dan tidak menguras air dalam waktu yang lama.
Hal ini didukung ketika peneliti melakukan observasi langsung, dari 100 rumah yang diperiksa pada tempat penampungan air seperti bak mandi, kolam, dan tempayan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD, hal tersebut disebabkan responden menyadari untuk menutup tempat penampungan air serta beberapa rumah menggunakan ember yang lebih kecil untuk keperluan sehari-hari agar lebih mudah dibersihkan.
j. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Upaya Pencegahan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian yang ada pakaian tergantung sebanyak 46 responden (88,5) dibandingkan kebiasaan menggantung pakaian yang tidak ada pakaian tergantung sebanyak 28 responden (58,3%).
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai P- Value 0,000 pada Continuity Correction yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Luluk (2016) dengan menunjukkan P-Value sebesar 0,002 yang artinya ada hubungan yang bermakna kebiasaan menggantung pakaian dengan upaya pencegahan DBD
Kebiasaan menggantung pakaian yang terdapat pakaian tergantung sebanyak 46 (88,5%) responden disebabkan dari kebiasaan menggantung pakaian responden merupakan kebiasaan masyarakat yang sudah lama berlangsung dan lama terjadi di dalam rumah responden terutama di kamar ditemukan baju yang tergantung di belakang pintu maupun dinding, serta ada juga pakaian yang dibiarkan begitu saja berserakan di ruangan dengan jangka waktu yang lama sehingga hal tersebut dikatakan kurang baik.
Menurut Suroso dan Umar nyamuk lebih menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu dan baju/pakaian, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung untuk berkembangbiak, sehinga nyamuk berpotensi untuk bisa menggigit manusia (Luluk,2016) k. Hubungan Kebiasaan Penggunaan Obat/ Anti Nyamuk dengan Upaya Pencegahan di
Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Tahun 2022
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kurang baik sebanyak 48 responden (78,7) dibandingkan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk baik sebanyak 21 responden (53,8%).
Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai P-Value 0,002 pada Continuity Correction yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ulis (2018) yang memperoleh P -Value 0,02 yang artinya ada hubungan yang bermakna.
Kebiasaan penggunaan obat/anti nyamuk kurang baik sebanyak 48 (78,7%) responden.
Hal ini disebabkan kebiasaan responden pada saat aktifitas di luar rumah yaitu tidak menggunakan lotion karena merasa punya efek yang tidak bagus bila sering terpajan di kulit mereka, membuat mereka harus selalu mencuci tangan bila hendak ngemil atau makan-makan dan responden tidak menggunakan obat pembunuh nyamuk, seharusnya memiliki peluang terjadinya DBD akan tetapi tidak pernah DBD dikarenakan mereka memiliki hidup sehat dengan menjaga imunitas tubuh.
Menurut Rima (2017) Penggunaan insektisida ditunjukan untuk mengendalikan populasi vektor sehingga diharapkan penularan penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Nyamuk menghisap darah pada pagi hari sekitar 09.00-10.00 dan sore hari pukul 16.00-17.00 maka dari itu, penggunaan obat/ anti nyamuk sebaiknya dilakukan pada waktu tersebut.
PENUTUP A. Kesimpulan
1. Keberadaan barang bekas di sekitar rumah responden kategori kurang baik (89,1%), pencahayaan di rumah yang tidak memenuhi syarat (76,7%), angka bebas jentik pada tempat-tempat penampungan air kategori Positif (87,5%), kebiasaan menggantung pakaian kategori ada pakaian tergantung (88,5%), dan kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk kategori kurang baik (78,7%).
2. Ada hubungan antara keberadaan barang bekas dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung karena nilai P –Value pada Continuity Correction 0,000 < 0,05
3. Ada hubungan antara pencahayaan dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung karena nilai P -Value pada Continuity Correction 0,011 <
0,05
4. Ada hubungan antara angka bebas jentik dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung payung karena nilai P -Value pada Continuity Correction 0,090 <
0,05
5. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung karena nilai P –Value pada Continuity Correction 0,000 < 0,05
6. Ada hubungan antara kebiasaan penggunaan obat/ anti nyamuk dengan upaya pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung karena nilai P -Value pada Continuity Correction 0,002 < 0,05
B. Saran
1. Bagi Instansi Kesehatan dan Pemerintah
Pemberian informasi dari instansi sudah dilaksanakan, akan tetapi sebaiknya tidak hanya melalui penyuluhan atau leaflet / pamphlet / media lainnya tetapi juga dengan tindakan nyata atau praktek seperti kerja bakti bersama agar semakin memahami informasi
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat agar lebih membersihkan lingkungan sekitar guna memutus rantai penularan DBD serta meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat dengan pola makan gizi seimbang guna menjaga imunitas tubuh
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti sarankan untuk melakukan penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis faktor resiko yang lain seperti perilaku ekonomi, personal hygiene dan kondisi lingkungan rumah ( suhu, kelembapan) serta dapat menyempurnakan penelitian ini sehingga hasil yang diperoleh lebih mendalam dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani, Lisa Tanjung. 2016. “ Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah Dan Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan”, diakses dari http//repository.usu.ac.id pada 6 aprill 2022 pukul 15.00
Fakhriadi, rudi dkk.2015. “Faktor Risiko Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Kota Banjarbaru (Tinjauan Terhadap Faktor Manusia, Lingkungan, Dan Keberadaan Jentik), vol. 2 No. 1 diakses dari http://eprints.Ulm.ac.id/5 609/ pada 7 April 2022 pukul 15.40
Ferdiansyah. 2016. “Gambaran Sanitasi Lingkungan, Tempat Penampungan Air dan Keberadaan Jentik Aedes sp. Di Kelurahan Balleangin Kecamatan Balocci Kabupaten Pangkep”, diakses dari http://repository.uin-alauddin.ac.id pada 7 April 2022 pukul 14.40
Halifah. 2018. “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Manusia Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Martapura”, diakses dari skripsi pada 28 Mei 2022 pukul 10.30
Kolondam, Bellinda Putri. 2020. “Gambaran Perilaku Masyarakat tentang Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue”, vol. 1 no.1 diakses dari https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/download/27243/2806 pada 7 April 2022 pukul 22.00
Masruroh, Luluk dkk.2016. “Hubungan Faktor Lingkungan Dan Praktik Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang”,vol. 4 no. 1 diakses dari https://ID-hubunngan-faktor-lingkungan-dan-praktik-p.ppdf pada 9 April 2022 pukul 12.35
Nasution, Hilya Auni. 2019. “Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Plus Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”, diakses pada http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/8550 pada 17 Mei 2022 pukul 18.50
Priesley, Fuka.dkk. 2018. “Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Menutup, Menguras Dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) Terhadap Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Kelurahan Andalas”, diakses dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/artikel/ view/790 pada 18 Mei 2022 pukul 17.39
Sari, Ulis Wahyu Purnama. 2018. “Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Puskesmas Klagenserut” Diakses dari http://repository.stikes-bhm.ac.id/52/1/15.pdf pada 22 April 2022 pukul 18.35 Suryadi. 2011.“Hubungan Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan
Abatisasi Dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Di Desa Beringin Kencana Tabunganeh Tahun 2011”, diakses dari skripsi pada 28 Mei 2022 pukul 11.00