• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN

KABUPATEN TANAH DATAR

ARTIKEL

IMALATUL KHAIRA NPM. 11060166

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

Correlation Between Peer Interaction with Independence Behavior of Adolescent’s at grade X and XI of SMA N 1 Rambatan

Kabupaten Tanah Datar By:

Imalatul Khaira*

Dr. Helma, M.Pd**

Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd**

* Student

** Lecturers

Guidance and Counseling Study Program, STKIP PGRI West Sumatera E-mail: Imalatulkhaira1@gmail.com

ABSTRACT

The background of this research is caused by adolescents who cannot and difficult to take decisions, adolescents who don’thave ability to solve their problem, difficult to show their opinion in front of class, adolescents who go out in learning process. The purpose of this research to describe 1) peer interaction of adolescent’s, 2) adolescent’s behavior independence, 3)correlation between peer interaction withindependence behavior of adolescent’s. The kind of this research is descriptive correlation. Population in this research is adolescent at classes X and XI with totally 459 students. The technique usen in sampling is proportional stratified random sampling technique. To analyzed the data is percentage and correlation techniques by using program of Microsoft Excel 2007 and Software IBM SPSS version 20 for windows. The result of this research shows that: 1) peer interaction of adolescent’s in good category, 2) adolescents’ behavior independence in good category, 3) correlation between peer interaction with independence behaviorof adolescent’s at grade X and XI of SMA N 1 Rambatan resulting correlation 0,419 in significance at 0,000 level with showing that relationship 1 (positive). It means if the peer interaction be better should be improve the independence behavior in their self.

Key word: Peer Interaction, Independence Behaviorof Adolescent’s

PENDAHULUAN

Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk sosial di samping sebagai makhluk individual. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Dengan adanya dorongan sosial pada manusia, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Menurut Chaplin, 1979 (Ali dan Asrori, 2014:87) interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.

Walgito (2003:65) mendefinisikan interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain,

individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.

Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

Menurut Boner, 1953 (Ahmadi, 2002:54) interaksi sosial adalah suatu hubungan dua orang atau lebih, dimana tingkah yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Setiap individu memerlukan pergaulan dengan individu lain untuk dapat membentuk dirinya dikarenakan adanya faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat membentuk pribadi seseorang atau individu.

Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi pribadi individu adalah teman sebaya.

(3)

Santrock (2002:271) menjelaskan teman sebaya adalah anak-anak yang tingkat usia atau kematangannya kurang lebih sama.

Dari kelompok teman sebaya, anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan- kemampuan dan belajar tentang dunia di luar keluarga mereka. Teman sebaya (peer) mempunyai fungsi yang hampir sama dengan orangtua. Teman bisa memberikan ketenangan ketika mengalami kekhawatiran, tidak jarang terjadi ketika seseorang anak yang tadinya penakut berubah menjadi pemberani berkat teman sebaya (Desmita, 2014:224).

Pada masa remaja tingkat keakraban dengan teman sebaya sangatlah tinggi, pemikiran remaja yang masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Pada saat mengambil keputusan banyak juga remaja yang terpengaruh oleh teman tanpa mengandalkan kemampuan yang dimilikinya, oleh sebab itu dibutuhkan kemandirian perilaku. Menurut Ali dan Asrori (2014:110) individu yang mandiri adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu untuk mengelola dirinya sendiri dalam mengambil keputusan, kerentaan terhadap pengaruh orang lain dan perubahan dalam perasaan terhadap kepercayaan diri.

Berdasarkan hasil Observasi yang telah dilakukan peniliti pada tanggal 17 Maret 2015 di SMA Negeri 1 Rambatan, terdapat beberapa remaja yang sulit untuk mengambil keputusan sendiri dalam kehidupannya, kurang berani berbicara di depan umum, sulit menyampaikan pendapat didalam kelas, remaja yang suka mengolok- olok temannya sendiri, kurang bisa mengontrol diri dalam berbicara dengan teman-temanya serta kurang percaya diri dalam mempresentasikan tugas didepan teman-teman.

Selain itu berdasarkan hasil Wawancara yang telah dilakukan peniliti pada tanggal 18 Maret 2015 di SMA Negeri 1 Rambatan, siswa atau remaja mengatakan bahwa mereka mudah terpengaruh oleh teman yang tidak serius dalam belajar, tidak berani menyampaikan pendapat di depan teman-teman. belum dapat menyelesaikan masalah dan masih terpergaruh oleh teman dalam mengambil sebuah keputusan terhadap

dirinya sendiri serta kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat dalam kegiatan diskusi.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan Kemandirian Perilaku Remaja di Kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan Kabupaten Tanah Datar”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 21 September 2015 di SMA Negeri 1 Rambatan. Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas X dan XI yang berjumlah 459 orang remaja dan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 82 orang remaja. Jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data interval. Menurut Bungin (2005:131) “Data interval merupakan data yang memiliki ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama. Maka data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data variabel (X) Interaksi teman sebaya dan data variabel (Y) Kemandirian perilaku.

Sedangankan sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan angket.

Menurut Riduwan (2010:71) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Angket yang diberikan pada responden adalah angket tertutup. Teknik yang digunakan dalam pengolahan data yaitu menggunakan teknik persentase dan uji kolerasi dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan Software IBM Statistical Package for the Social Sciences version 20 for windows (IBM SPSS Versi 20.0)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan pengolahan data dapat diperoleh hasil penelitiannya sebagai berikut:

(4)

1. Interaksi Teman Sebaya

Tabel 1. Distribusi Interaksi Teman Sebaya

Klasifikasi Kategori F % 81% 100%

Sangat

Baik 4 4,88

61% - 80% Baik 75 91,46

41% - 60%

Cukup

Baik 3 3,66

21% - 40%

Kurang

Baik 0 0

0% - 20%

Sangat Kurang

Baik 0 0

82 100

Pada tabel 1 terlihat bahwa 4 atau 4,88% interaksi remaja dengan teman sebaya berada pada kategori sangat baik, 75 atau 91,46% interaksi teman sebaya berada pada kategori baik, 3 atau 3,66%

remaja berada pada kategori cukup baik, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun siswa berada pada kategori tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum interaksi remaja dengan teman sebaya di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan berada pada kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk lebih jelasnya deskripsi data tentang gembaran interaksi teman remaja di kelas X dan XI, maka akan dijelaskan lebih rinci pada tiap-tiap indikator sebagai berikut:

a. Interaksi Verbal

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka bisa diketahui bahwa interaksi verbal remaja dengan teman sebaya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 53 orang dengan persentase 64,63%, remaja yang berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 22 orang remaja atau 26,83%, pada kategori cukup baik sebanyak 7 orang atau 8,54% sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

b. Interaksi Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka bisa diketahui bahwa interaksi fisik remaja dengan teman sebaya berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 24,39%, remaja yang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 59 orang remaja atau 71,95%, pada kategori cukup baik sebanyak 3 orang remaja atau 3,66%, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

c. Interaksi Emosional

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka bisa diketahui bahwa interaksi emosional remaja dengan teman sebaya berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 2,44%, remaja yang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 54 orang remaja atau 65,85%, pada kategori cukup baik sebanyak 26 orang remaja atau 31,71%, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

2. Kemandirian Perilaku

Tabel 2. Distribusi Kemandirian Perilaku

Klasifikasi Kategori F % 81% - 100%

Sangat

Baik 4 4,88

61% - 80% Baik 74 90,24

41% - 60%

Cukup

Baik 4 4,88

21% - 40%

Kurang

Baik 0 0

0% - 20%

Sangat Kurang

Baik 0 0

82 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah peneliti lakukan, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di atas, maka bisa diketahui kemandirian perilaku remaja yang berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 4 orang dengan persentase 4,88%, remaja

(5)

yang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 74 orang remaja atau 90,24%, pada kategori cukup baik sebanyak 4 orang remaja atau 4,88%, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, untuk lebih jelasnya deskripsi data tentang gambaran kemandirian perilaku remaja kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan, maka akan dijelaskan lebih rinci pada tiap-tiap indikator sebagai berikut:

a. Memiliki Kemampuan Mengambil Keputusan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah peneliti lakukan, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di atas, maka bisa diketahui kemampuan remaja dalam mengambil keputusan berada pada kategori sangat baik yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 29,27%, remaja yang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56 orang atau 68,29 %, pada kategori cukup baik sebanyak 2 orang remaja atau 2,44%, sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja atau 0% yang menyatakan kurang baik dan sangat kurang baik.

b. Memiliki Kekuatan terhadap Pengaruh Pihak Lain

Kekuatan remaja terhadap terhadap pengaruh pihak lain yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 1 orang reamja dengan persentase 1,22%, baik sebanyak 65 orang remaja dengan persentase 79,27%, sangat cukup baik sebanyak 16 orang remaja dengan persentase 19,51%. Sedangkan pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik tidak satupun remaja yang menyatakannya kurang baik, dan sangat kurang baik atau 0%.

c. Memiliki Rasa Percaya Diri

Remaja yang memiliki rasa percaya diri berada pada kategori sangat baik sebanyak 3 orang remaja

dengan persentase 3,66%, pada kategori baik sebanyak 58 orang remaja dengan persentase 70,73% dan 21 orang remaja berada pada kategori cukup baik dengan persentase 25,61%.

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki rasa percaya diri dengan persentase yang tinggi berada pada kategori baik sebanyak 58 orang remaja dengan persentase 70,73%.

3. Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan Kemandirian Perilaku Remaja

Tabel 3. Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan Kemandirian Perilaku Remaja

Interaksi Teman Sebaya

Kemandirian Perilaku

Interaksi Teman Sebaya

Pearson Correla Tion

1 ,419**

Sig. (2-

tailed) ,000

N 82 82

Keman dirian Perilaku

Pearson Correla Tion

,419** 1

Sig. (2-

tailed) ,000

N 82 82

Hasil penelitian korelasi antara interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan, diperoleh korelasi 0,419 dengan taraf signifikan 0,000< 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang cukup kuat antara interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku. Sedangkan arah hubungannya adalah positif karena nilai r positif. . Berarti semakin baik hubungan interaksi remaja dengan teman sebaya maka akan meningkatkan kemandirian perilaku pada diri remaja.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Interaksi Teman Sebaya Secara umum gambaran interaksi remaja dengan teman sebaya di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan berada pada kategori baik dengan ditemukannya

(6)

sebanyak 75 dari 82 orang remaja dengan persentase tertinggi yakni 91,46%.

Hal ini mengindikasikan sebagian besar remaja di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan sudah berinteraksi dengan baik terhadap teman sebayanya. Meskipun hasil interaksi remaja dengan teman sebaya sudah baik, guru BK dan pihak- pihak lain yang terkait dapat mengembangkan kembali sikap-sikap sosial yang ada dalam diri remaja agar mereka dapat berhubungan baik terhadap teman sebayanya.

a. Interaksi Verbal

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi verbal remaja dengan teman sebaya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 53 orang dengan persentase 64,63%. Shaw, 1976 (Ali dan Asrori, 2014:88) mengemukakan bahwa interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat-alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam bentuk saling tukar percakapan satu sama lain. Mulyana (2011:260) mengungkapkan bahwa simbol atau pesan verbal semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih, pesan yang disengaja yaitu usaha- usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Apabila interaksi yang terjalin dengan baik maka akan membuat interaksi antar remaja tambah semakin baik pula.

b. Interaksi Fisik

Berdasarkan hasil penelitian, interaksi fisik remaja dengan teman sebaya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 59 orang remaja atau 71,95%. Menurut Shaw, 1976 (Ali dan Asrori, 2014:88) interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa-bahasa tubuh.

Misalnya dengan ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik tubuh dan kontak mata. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia.

c. Interaksi Emosional

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa interaksi emosional

remaja dengan teman sebaya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 54 orang remaja atau 65,85%. Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar maupun dari dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang sehingga secara fisiologis terlihat tertawa, dan emosi sedih mendorong seseorang berprilaku menangis. Menurut Shaw, 1976 (Ali dan Asrori, 2014:88) interaksi emosional terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan.

2. Gambaran Kemandirian Perilaku Berdasarkan hasil penelitian, kemandirian perilaku remaja kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan berada pada kategori baik yaitu sebanyak 74 orang remaja atau 90,24%, pada kategori cukup baik sebanyak 4 orang remaja atau 4,88%, Steinberg, 1993 (Desmita 2014:184) kemandirian berbeda dengan tidak tergantung, karena tidak tergantung merupakan bagian untuk memperoleh kemandirian. Kemandirian muncul dan berfungsi ketika remaja menemukan diri pada posisi yang menuntut suatu tingkat kepercayaan diri.

a. Memiliki Kemampuan Mengambil Keputusan

Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan remaja dalam mengambil keputusan remaja berada pada kategori baik yaitu sebanyak 56 orang atau 68,29 %. Menurut Steinberg, 1993 (Andriani, 2013:43) remaja yang memiliki kemandirian perilaku yaitu memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan. Menurut Mulyaningtyas dan Hadiyanto (2007:161) remaja yang berani mengambil keputusan secara tepat merupakan pribadi yang mandiri. Bisa dikatakan bahwa remaja di SMA Negeri 1 Rambatan sudah mandiri dalam memutuskan sebuah keputusan dalam kehidupannya.

b. Memiliki Kekuatan terhadap Pengaruh Pihak Lain

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa kekuatan remaja terhadap pengaruh pihak lain berada

(7)

pada kategori baik dengan persentase 79,27%. Menurut Steinberg, 1993 (Andriani, 2013:43) kekuatan terhadap pengaru pihak lain ditandai dengan tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, tidak terpengaruh oleh tekanan teman sebaya dan orangtua dalam mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa remaja sudah baik dalam menentukan sebuah keputusan dan tidak mudah terpengaruh oleh teman sebayanya dalam menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri.

c. Memiliki Rasa Percaya Diri

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa remaja di kelas X dan XI memiliki rasa percaya diri yang baik, ini dibuktikan bahwa hasil data menyatakan rasa percaya diri remaja berada pada kategori baik dengan persentase 70.73%. Menurut Steinberg, 1993 (Andriani, 2013:43) remaja yang memiliki rasa percaya diri ditandai dengan remaja merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari- hari, mersa mampu bertanggung jawab, merasa mampu mengatasi

masalahnya dan berani

mengemukakan ide-ide atau gagasan.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya.

Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa ia merasa memiliki kompetensi, yakin mampun dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri (Fatimah, 2006:149). Hal ini menunjukkan bahwa remaja sudah memliki rasa percaya diri yang baik terhadap tindakan yang dilakukannya, baik dalam mempresentasikan tugas di depan kelas, bertanggung jawab atas setiap hal yang dilakukannya.

3. Hubungan Interaksi Teman Sebaya dengan Kemandirian Perilaku Remaja

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program statistik SPSS versi 20.0 maka hasil penelitian korelasi antara interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan, diperoleh korelasi 0,419 dengan taraf signifikan 0,000< 0,05, sehingga dapat ditafsirkan “terdapat hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja di SMA Negeri 1 Rambatan”. Sedangkan arah hubungannya adalah positif karena nilai r positif.

Berarti semakin baik interaksi teman sebaya maka akan meningkatkan kemandirian perilaku pada diri remaja.

Hurlock (Rintyastini dan S Charlotte, 2006:98) menjelaskan kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan dirinya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Menjadi orang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan bantuan orang lain sama sekali, hanya saja kita tidak menggantungkan semua urusan kita kepada orang lain. Kita sendirilah yang harus membuat keputusan sendiri terhadap semua urusan yang dilakukan.

Hurlock (Mulyaningtyas dan Hadiyanto, 2007:160) menyatakan bahwa melalui hubungan teman sebaya, remaja belajar berfikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola tingkah laku yang diterima didalam kelompoknya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja di kelas X dan XI SMA Negeri 1 Rambatan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan interaksi teman sebaya di kelas X dan XI dari segi interaksi fisik, verbal dan interaksi emosional berada pada kategori sangat baik dengan persentase 4.88%, kategori baik dengan persentase 91.46%, kategori cukup baik dengan persentase 3.66% dan kategori kurang baik

(8)

dengan persentase 0.00% dan sangat kurang baik dengan persentase 0.00%.

2. Mendeskripsikan kemandirian perilaku remaja di kelas X dan XI dari segi memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan, memiliki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain dan memiliki rasa percaya diri berada pada kategori sangat baik dengan persentase 4.88%, kategori baik dengan persentase 90.24%, kategori cukup baik dengan persentase 4.88% dan kategori kurang baik dengan persentase 0.00% dan sangat kurang baik dengan persentase 0.00%.

SARAN

1. Remaja, agar dapat menjalin hubungan interaksi sosial yang baik dengan teman sebaya dan mampu bersikap mandiri, percaya diri serta berani dalam mengambil keputusan terhadap diri sendiri.

2. Guru BK, agar dapat membantu remaja dalam meningkatkan hubungan sosial yang baik dengan teman sebayanya serta meningkatkan rasa percaya diri remaja dan kemampuan remaja dalam mengambil keputusan.

3. Kepala sekolah, agar dapat mengembangkan sifat mandiri remaja dan meningkatkan rasa percaya diri yang ada dalam diri remaja.

4. Pengelola Program Studi BK, agar dapat mempersiapkan mahasiswa yang mampu berinteraksi sosial yang baik dengan teman sebayanya.

5. Peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai hubungan interaksi teman sebaya dengan kemandirian perilaku remaja dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial.

Jakarta: Rineka Cipta.

Andriani, Tita. 2013. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa. Jurnal (Online).

Universitas Pendidikan Indonesia.

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad.

2014. Psikologi Remaja. Jakarta:

Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu- ilmu Sosial Lainnya). Jakarta:

Kencana.

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia.

Mulyaningtya, Renita dan Hadiyanto,YP.

2007. Bimbingan dan Konseling (untuk SMA dan MA Kelas XI).

Jakarta: Erlangga.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitia (untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rintyastini, Yulita dan S Charlotte, Suzy Yulia. 2006. Bimbingan dan Konseling SMP untuk Kelas VII.

Jakarta: Erlangga

.

Santrock, Jhon W. 2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta: Erlangga.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa model hubungan dari analisis regresi linier berganda dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel IV-14

Contribute to research on educational psychology, add information related to important efforts to determine the relationship between self-esteem and fear of Missing Out FoMo in