PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengenalan MP-ASI pada usia kurang dari 6 bulan menyebabkan buruknya status gizi pada balita (Widyaswari, 2011). Menurut penelitian Lestasri dkk, (2015) terdapat hubungan antara usia pemberian MP-ASI dengan status gizi p=0,001.
Rumusan Masalah
Artinya, melebihi indikator target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2018 yaitu ≤ 0,5%. Laporan LB3 dari Puskesmas Desa Bambu Apus I, Desember 2018). Untuk melihat dampak dan risiko yang timbul akibat pemberian makanan bayi yang tidak tepat khususnya terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak serta masih tingginya prevalensi balita dibawah garis merah (BGM) dengan indeks (BB/U) yang buruk pada rentang kerja. Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur, sehingga Penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pemberian makan anak dengan asupan zat gizi makro pada anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I. , Jakarta Timur.
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat) pada anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019. Bagaimana Hubungan Karakteristiknya? pemberian makanan anak (frekuensi, jumlah, tekstur, variasi) dengan status gizi anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019.
Tujuan
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Bagaimana hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat) dengan status gizi anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019. Analisis terhadap hubungan asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat) dengan status gizi anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019.
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Satatus Gizi
- Definisi Status Gizi
- Penilaian Status Gizi
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
- Klasifikasi Status Gizi
Status Gizi Kurang
Seseorang yang mengalami gizi buruk dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan/atau kelainan penyakit tertentu. Akibat kurangnya asupan nutrisi pada masa pertumbuhan, anak tidak dapat tumbuh maksimal dan pembentukan otot terhambat.
Karakteristik Pemberian Makan Anak
- Definisi Pemberian Makan Anak
- Usia Pemberian Makan Anak
- Frekuensi Pemberian Makan Anak
- Jumlah Pemberian Makan Anak
- Tekstur Pemberian Makan Anak
- Variasi Pemberian Makan Anak
- Responsif Pemberian Makan Anak
- Kebersihan Pemberian Makan Anak
Pada Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak (IYCF), frekuensi makan disesuaikan dengan usia berdasarkan tabel Rekomendasi Makanan Bayi dan Anak (IYCF). Variasi makanan setiap kali makan pada praktik pemberian makan bayi dan anak (IYCF), misalnya (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Asupan Gizi Makro
- Definisi Asupan Gizi Makro
- Asupan Energi
- Asupan Protein
- Asupan Lemak
- Asupan Karbohidrat
Kebutuhan energi setiap anak berbeda-beda, yang ditentukan oleh metabolisme basal tubuh, usia, aktivitas fisik, suhu, lingkungan dan kesehatan. Hal ini disebabkan karena pada masa kanak-kanak terjadi proses pertumbuhan yang sangat pesat sehingga kebutuhan energinya juga besar (Sulistyoningsih, 2011). Kebutuhan energi bayi usia 6 bulan hingga 12 bulan, rata-rata kebutuhan energinya adalah 105-110 kkal per kilogram berat badan.
Penentuan kebutuhan energi pada anak sebaiknya dihitung secara individual berdasarkan berat badan ideal menurut TB sebenarnya dikalikan ADA menurut tinggi badan. Pola umum dari segi kuantitas adalah ketika kebutuhan energi meningkat maka kebutuhan zat gizi makro juga meningkat.
Angka Kecukupan Gizi Anak
Pengukuran Konsumsi Pangan
Metode pengukuran asupan makanan individu dilakukan dengan memperkirakan jumlah makanan yang dikonsumsi responden berdasarkan catatan konsumsi makanan. Cara pengukuran asupan makanan pada individu dilakukan dengan menimbang makanan yang dikonsumsi responden. Konsumsi pangan di suatu daerah diukur dengan menggunakan Kuesioner Frekuensi Pangan, Neraca Pangan dan Neraca Pangan.
Metode Makan Semi Frekuensi (Food Frequency Questionnaire) Metode Makan Semi Frekuensi merupakan metode yang berfokus pada frekuensi konsumsi makanan oleh subjek yang dipadukan dengan informasi kuantitatif mengenai jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Metode jumlah makanan merupakan metode yang difokuskan untuk mengetahui jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam skala rumah tangga.
KERANGKA PENELITIAN
- Kerangka Teori
- Kerangka Konsep
- Hipotesis
- Definisi Operasional
Terdapat hubungan antara karakteristik pemberian makan anak (frekuensi, jumlah, tekstur, variasi) dengan status gizi anak usia 12 s/d 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019. Distribusi frekuensi berdasarkan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat) pada anak usia 12 s/d 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bambu Apus I. Hubungan karakteristik pemberian makan anak (frekuensi, jumlah, tekstur, Variasi) dengan indeks gizi (BB/U ) anak usia 12 s/d 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I.
Hubungan Asupan Makronutrien (Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat) dengan Indeks Status Gizi (BB/U) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I. Hubungan Makronutrien (Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat) dengan Indeks Status Gizi (BB/U) anak usia 12-24 tahun.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
- Populasi
- Sampel
- Besar Sampel
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Status Gizi (BB/U) Balita Usia 12 – 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I. Distribusi Frekuensi Karakteristik Gizi Anak (Frekuensi, Jumlah, Tekstur , Variasi) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus.
Berdasarkan tabel 9, hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik pemberian makan anak (frekuensi, kuantitas, tekstur, variasi) dengan indeks status gizi (BB/U) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I. Analisis pemberian MP-ASI dengan status gizi anak usia 12 – 24 bulan di wilayah kerja puskesmas.
Instrumen Penelitian
Prosedur Pengumpulan Data
- Tahap Persiapan
- Tahap Pelaksanaan
- Tahap Pengolahan Data
Pengumpulan Data
- Data Primer
- Data Sekunder
Analisa Data
- Analisa Univariat
- Analisa Bivariat
Etika Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambaran umum wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I. Desa Bambu Apus terletak di wilayah Kecamatan Cipayung. Terdapat 9 Posyandu binaan Puskesmas Desa Bambu Apus I yang tersebar di tiga RW. Posyandu Serunis I, II dan III merupakan Posyandu yang terletak di Desa Bambu Apus di RW 01.
Matahari, Mawar I, II og III Posyandu er Posyandu beliggende i Bambu Apus Sub-District, som er i RW 03. Anggrek I og II Posyandu er Posyandu beliggende i Bambu Apus Sub-District, som er i RW 05.
Hasil Penelitian
- Analisis Univariat
- Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 8 terlihat 32 balita (57,1%) mempunyai zat gizi makro (energi) pada anak usia 12-24 bulan dengan asupan energi cukup, sedangkan 24 balita (42,9%) kekurangan asupan energi. Korelasi karakteristik gizi bayi (frekuensi, jumlah, tekstur, variasi) dengan indeks status gizi (BB/U) anak. Hasil uji korelasi Spearman Ranks antara karakteristik pola makan (jumlah makanan) anak dengan status gizi anak usia 12-24 bulan menunjukkan nilai koefisien korelasi atau r = 0,265 dengan nilai korelasi lemah dan p-value = 0,049 dimana p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara karakteristik pemberian makan anak (jumlah makanan) dengan status gizi anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I.
Dari hasil uji korelasi Ranks Spearman antara karakteristik gizi anak (tekstur makanan) dengan status gizi anak usia 12 sampai 24 bulan terlihat nilai koefisien korelasi atau r = 0,006 dengan korelasi lemah nilai dan p = 0,049. dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara karakteristik pemberian makan anak (tekstur makanan) dengan status gizi anak usia 12 s/d 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara karakteristik pemberian makan anak ( variasi makanan) dan status gizi anak usia 12-12 tahun. Pada usia 24 bulan terlihat koefisien korelasi atau r = 0,168 dengan nilai korelasi lemah dan p = 0,217 dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara karakteristik pemberian makan anak (variasi makanan) dengan status gizi anak umur 12 sampai dengan 24 bulan, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bambu Apus I.
Pembahasan Penelitian
Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik pemberian makan anak (jumlah) dengan indeks status gizi (BB/U) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I dapat disimpulkan terlihat pada 32 balita (68,1%) dengan karakteristik gizi anak (jumlah tidak sesuai) mempunyai status gizi lebih baik dibandingkan balita dengan karakteristik gizi (jumlah) benar, sebanyak 15 balita (31,9%) mempunyai status gizi baik. Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik pemberian makan anak (tekstur) dengan indeks status gizi (BB/U) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I dapat Terlihat pada 42 balita (89,4%) dengan ciri gizi anak (tekstur tidak sesuai) mempunyai status gizi lebih besar dibandingkan balita dengan ciri gizi anak (tekstur) benar sebanyak 5 balita (10,6%) mempunyai status gizi baik. Hasil analisis bivariat hubungan karakteristik pemberian makan anak (variasi) dengan indeks status gizi (BB/U) anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus I dapat teridentifikasi 26 balita (55,3%) dengan karakteristik gizi anak (variasi) kurang sesuai mempunyai status gizi baik lebih banyak dibandingkan balita dengan karakteristik gizi anak (variasi) tepat sebanyak 21 balita (44,7%) mempunyai status gizi baik .
Dari hasil analisis bivariat asupan zat gizi makro (lemak) dengan indeks gizi (BB/U) balita usia 12 s/d 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bambu Apus I terlihat bahwa Indeks status gizi balita (BB/U) baik dengan asupan lemak cukup ≥ 80% AKG pada 39 balita (83%) lebih besar dibandingkan balita dengan asupan protein rendah <80% AKG pada 8 balita (17%). Dari hasil uji korelasi Ranks Spearman antara asupan makronutrien (asupan karbohidrat) dengan gizi anak usia 12 sampai 24 bulan terlihat nilai koefisien korelasi atau r = 0,281 dengan nilai korelasi sedang dan p value = 0,036, dimana p<0,05 artinya.
Keterbatasan Penelitian
Hubungan pengetahuan ibu tentang pola pemberian makan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Gapura Kabupaten Sumenep. Hubungan Karakteristik Gizi Anak dan Asupan Zat Gizi Makro dengan Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Bambu Apus I Jakarta Timur Tahun 2019. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik untuk mengetahui gizi anak dan asupan zat gizi makro dengan status gizi anak usia 12-24 bulan, data diperoleh dari anak di bawah umur dan ibu di bawah umur itu sendiri serta yang tinggal dan menghadiri posyandu. di wilayah kerja Puskesmas Desa Bambu Apus. SAYA.
Hubungan karakteristik gizi anak dan asupan zat gizi makro dengan status gizi anak usia 12 – 24 bulan di wilayah kerja. Variasi makanan setiap kali makan pada praktik pemberian makan bayi dan anak (IYCF) terdiri dari Sumber Karbohidrat (bintang 1), Makanan Hewani (bintang 2), Kacang-kacangan (bintang 3), Buah-buahan dan Sayur (bintang 4) ( Kementerian RI Kesehatan, 2014).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Sampel terbanyak mempunyai karakteristik pemberian makan anak (frekuensi, jumlah, tekstur, variasi) frekuensi pemberian makan yang benar yaitu 46 balita (82,1%), dan 10 balita (17,9%) frekuensi pemberian makan kurang. Sebagian besar sampel memiliki asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat) yang cukup, asupan energi yang cukup (≥80% AKG), serta sebanyak 32 balita (57,1%) dan 24 balita (42,9%) memiliki pola makan. asupan energi lebih sedikit (<80% AKG).
Saran
Hubungan antara pengetahuan pola asuh ibu dengan pemberian MP-ASI terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan di Puskesmas Jakarta Timur Tahun 2018. Hubungan pola asuh ibu dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pattingallong , Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar, 2010. Asosiasi Pengetahuan Gizi Ibu dan Asupan Makanan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) pada usia 12-24 bulan.
Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (ASI) dengan Status Gizi Bayi Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Setabelan Kota Surakarta. Pada usia 12-24 bulan, jumlah makanan yang diberikan adalah ¾ mangkuk untuk 1 mangkuk berukuran 250 ml untuk sekali makan (Kemenkes RI, 2014).