HUBUNGAN KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GEDANG HANYAR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020
ARTIKEL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh : KHAIRUN NISA
NPM: 16070039
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI BANJARMASIN
2020
HUBUNGAN KONDISI KESEHATAN LINGKUNGAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GEDANG HANYAR KOTA BANJARMASIN TAHUN 2020
Khairun Nisa1, Akhmad Fauzan2, Erwin Ernadi3
1Kesehatan Masyarakat, fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari, 16070039
2Kesehatan Masyarakat, fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari, 1116108502
3Kesehatan Masyarakat, fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari, 1101029001
E-mail : [email protected]
ABSTRACT
Respiratory disease is one of the main causes of death in infants estimated at 16%. In 2015 the death rate caused by respiratory problems was 920,136 people. In Indonesia Acute Respiratory Infection (ISPA. ISPA is also often dependent on the list of 10 most diseases in community health centers. This study discusses the relationship between published Home Health Conditions discussing, Ventilation, Wall Conditions, Floor Conditions, and Family Members related to ISPA in the Gadang Hanyar Community Health Center Banjarmasin City in 2020. The study was conducted in July 2020. This type of research is analytic using cross sectional design. The study sampel is the community in the working area of the Puskesmas with a large sample of 80 respondents. The sampling technique used is Simple Random Sampling. Statistical tests using the chi square test. The results showed there was a relationship between lighting (p = 0,000) and family smoking members (p = 0.002) with ISPA. While the relationship between operations (p = 0.832), state of the wall (p = 0.832), floor conditions (p = 0.785) had no relationship with the ISPA situation. Suggestions for health centers to provide counseling about environmental health problems in the home and the community need to know the signs of danger and triggers of ISPA in order to create comfort and away from disease.
Keywords: ISPA, Lighting, Ventilation, Wall Conditions, Family Members Smoking Gadang Hanyar Health Center
ABSTRAK
Penyakit gangguan pernafasan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita diperkirakan mencapai 16%. Pada tahun 2015 angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan pernafasan sebanyak 920.136 jiwa. Di Indonesia Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di pukesmas. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara Kondisi Kesehatan Lingkungan Dalam Rumah meliputi Pencahayaan, Ventilasi, Keadaan Dinding, Kondisi Lantai, dan Anggota Keluarga Merokok dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020. Jenis penelitian ini adalah observasional dan bersifat analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian yaitu masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas dengan besar sampel 80 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan (p=0,000) dan anggota merokok keluarga (p=0,002) dengan kejadian ISPA. Sedangkan hubungan antara ventilasi (p=0,832), keadaan dinding (p=0,832), kondisi lantai (p=0,785) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.
Saran untuk puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang kondisi kesehatan lingkungan dalam rumah dan masyarakat perlu mengetahui tanda bahaya dan pemicu penyakit ISPA agar terciptanya kenyamanan dan jauh dari penyakit
Kata Kunci : ISPA, Pencahayaan, Ventilasi, Keadaan Dinding, Anggota Keluarga Merokok Puskesmas Gadang Hanyar
PENDAHULUAN
Penyakit gangguan pernafasan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada balita diperkirakan mencapai 16%. Pada tahun 2015 angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan pernafasan sebanyak 920.136 jiwa, kejadian ini paling banyak terjadi di kawasan Asia Selatan dan Afrika (WHO, 2016).
Di Negara Asia, tingkat mortalitas penyakit ISPA sangat tinggi pada bayi dan anak-anak. Kasus terbanyak terjadi di India (43juta), Cina (21juta), Pakistan (10juta) dan Bangladesh. Di Indonesia dan Nigeria terdapat enam juta kasus (Kemenkes, 2012). Selain itu ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di pukesmas
Kondisi lingkungan rumah sangat mempengaruhi kesehatan dari penghuni rumah khususnya pada balita karena sistem kekebalan tubuh balita sangat rentan terhadap penyakit. Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku antara lain yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah tidak dari tanah (Profil Indonesia, 2016)
Dari pencatatan dan pelaporan P2M selama tahun 2019 mengalami penurunan kasus yaitu tahun 2018 sebanyak 3801 kasus sedangkan di tahun 2019 sebanyak 2580 kasus yang di temukan (Puskesmas Gedang Hanyar, 2018). Dari Laporan bulanan program pengendalian ISPA Dinkes Kota Banjarmasin dari bulan januari 2019 terdapat 130, bulan febuari 398, maret 338, april 165, mei 197, juni 195 kasus. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan observasional dan bersifat analitik dengan menggunakan rancangan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalahorang yang melakukan kunjungan ke Puskesmas Gadang Hanyar sebanyak 398 orang pada bulan feburuari 2019 dengan sampel penelitian ini sebanyak 80 responden. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara menggunakan teknik
Simple Random Sampling. Instrument penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner dan observasi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (variabel
independen) adalah Pencahayaaan, Ventilasi, Keadaan dinding, Kondisi lantai,
Anggota keluarga merokok dan variabel (dependen) dalam penelitian ini adalah
kejadian ISPA. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Uji statistic yang dipakai adalah uji Chi Square
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Tabel 1. Distribusi Umur Responden
Kelompok Umur N (%)
21 - 30 tahun 24 30
31 - 40 tahun 25 31,3
41 – 50 tahun 15 18,8
>51 tahun 16 20
Total 80 100
Pada tabel 1. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden sebagian besar yaitu paling bsnyak berusia 31 – 40 Tahun dengan jumlah 25 responden (31.3%)
b. Pendidikan Terakhir Responden
Tabel 2. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan n (%)
SD 21 26,3
SLTP 21 26,3
SLTA 23 28,8
Perguruan Tinggi 15 18,8
Total 80 100
Pada tabel 2. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden sebagian besar yaitu paling banyak pendidkan SMA berjumlah 23 responden (28.8%).
c. Pekerjaan Responden
Tabel 3. Distribusi Pekerjaan Responden
Pekerjaan n (%)
Buruh 12 15
Ibu Rumah Tangga 27 33,8
PNS 4 5
Swasta 37 46,3
Total 80 100
Pada tabel 3. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar yaitu paling banyak adalah Swasta sebanyak 37 responden (46.3%).
d. Jenis Kelamin
Tabel 4. Distribusi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N (%)
Laki – Laki 45 56,3
Perempuan 35 43,8
Total 80 100
Pada tabel 4 Di atas hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis Kelamin responden Bapak/Ibu sebagian besar yaitu yang paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 45 reponden (56.3%).
2. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian, dalam penelitian ini analisis univariat disajikan berupa distribusi frekuensi Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Benjarmasin Tahun 2020.
a. Kejadian ISPA
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Kejadian ISPA
Kejadian ISPA N (%)
Tidak Menderita ISPA 64 80
Cukup 16 20
Total 80 100
Pada tabel 5. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden Tidak Menderita ISPA sebanyak 64 responden (80%)
b. Pencahayaan
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pencahayaan
Pencahayaan N (%)
Memenuhi Syarat 45 56,3
Tidak Memenuhi Syarat 35 43,8
Total 80 100
Pada tabel 6. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki pencahayaan yang memenuhi syarat (lebih dari atau sama dengan 60 Lux) sebanyak 45 responden (56.3%)
c. Ventilasi Kamar
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Ventilasi Kamar
Ventilasi Kamar n (%)
Memenuhi Syarat 74 92,5
Tidak Memenuhi Syarat 6 7,5
Total 80 100
Pada tabel 7. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki luas ventilasi kamar yang memenuhi syarat (lebih darisama dengan (10%) luas lantai sebanyak 74 responden (92.55)
d. Keadaan Dinding
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Dinding
Keadaan Dinding n (%)
Memenuhi Syarat 74 92,5
Tidak Memenuhi Syarat 6 7,5
Total 80 100
Pada tabel 8. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki keadaan dinding yang memenuhi syarat sebanyak 74 responden (92.5%)
e. Kondisi Lantai
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kondsi Lantai
Kondisi Lantai n (%)
Memenuhi Syarat 63 78,8
Tidak Memenuhi Syarat 17 21,3
Total 80 100
Pada tabel 9. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki Kondisi lantai yang memenuhi syarat sebanyak 63 responden (78.8%)
f. Anggota Keluarga Merokok
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Merokok
Anggota Keluarga Merokok n (%)
Ya 38 47,5
Tidak 42 52,2
Total 80 100
Pada tabel 10. diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak memiliki anggota keluarga merokok Ya sebanyak 42 responden (52.5%).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah hasil analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square.
a. Hubungan antara Pencahayaan dengan Kejadian ISPA
Tabel 11. Hubungan antara Pencahayaan dengan Kejadian ISPA
Pencahayaan
Kejadian ISPA
Jumlah Tidak ISPA Menderita ISPA
N % N % N %
Memenuhi Syarat 44 97,8 1 2,2 45 100
Tidak Memenuhi Syarat
20 7,9 15 42,9 35 100
Total 64 80 16 20 80 100
p-value = 0,000 < α 0,05
Tabel 11. Didapatkan bahwa responden yang mempunyai rumah dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA lebih banyak yaitu sebesar (97.8%) dan yang tidak memenuhi syarat (57.1%). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA yaitu sebesar (2.2%) dan yang tidak memenuhi syarat (42.9). Hasil uju Chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk melihat hubungan antara variabel pencahayaan dengan kejadiann ISPA didapatkan p-value 0.000 dimana p < α (α =0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020.
b. Hubungan antara Ventilasi Kamar dengan Kejadian ISPA
Tabel 12. Hubungan antara Ventilasi Kamar dengan Kejadian ISPA
Ventilasi
Kejadian ISPA
Jumlah Tidak ISPA Menderita ISPA
N % N % N %
Memenuhi Syarat 59 79,7 15 20,3 74 100
Tidak Memenuhi Syarat
5 83,3 1 16,7 6 100
Total 64 80 16 20 80 100
p-value = 0,832 > α 0,05
Tabel 12. Didapatkan bahwa responden yang mempunyai rumah dengan Ventilasi yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA lebih banyak yaitu sebesar(79,7%) dan yang tidak memenuhi syarat (83.3%). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Luas Ventilasi yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA yaitu sebesar (20.3%) dan yang tidak memenuhi syarat (16.7%). Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk melihat hubungan antara variabel Luas Ventilasi dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.832 dimana p < α (α =0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara Luas Ventilasi dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
c. Hubungan antara Keadaan Dinding dengan Kejadian ISPA
Tabel 13. Hubungan antara Keadaan Dindingdengan Kejadian ISPA
Keadaan Dinding
Kejadian ISPA
Jumlah Tidak ISPA Menderita ISPA
N % N % N %
Memenuhi Syarat 59 79,7 15 20,3 74 100
Tidak Memenuhi Syarat
5 83,3 1 16,7 6 100
Total 64 80 16 20 80 100
p-value = 0,832 > α 0,05
Tabel 13. Didapatkan bahwa responden yang mempunyai rumah dengan Keadaan Dinding yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA lebih banyak yaitu sebesar (79.7%) dan yang tidak memenuhi syarat (83.3%). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Keadaan Dinding yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA yaitu sebesar (20.3%) dan yang tidak memenuhi syarat (16.7). Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.832 dimana p < α (α =0,05), maka Hoditerima artinya
tidak ada hubungan antara Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
d. Hubungan antara Kondisi Lantai dengan Kejadian ISPA
Tabel 14. Hubungan antara Koondisi Lantaidengan Kejadian ISPA
Kondisi Lantai
Kejadian ISPA
Jumlah Tidak ISPA Menderita ISPA
N % N % N %
Memenuhi Syarat 50 79,4 13 20,6 63 100
Tidak Memenuhi Syarat
14 82,4 3 17,6 17 100
Total 64 80 16 20 80 100
p-value = 0,785 > α 0,05
Tabel 14. Didapatkan bahwa responden yang mempunyai rumah dengan Kondisi Lantai yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA lebih banyak yaitu sebesar (79.4%) dan yang tidak memenuhi syarat (82.4%). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Kodisi Lantai yang memenuhi syarat dengan kejadian ISPA yaitu sebesar (20.6%) dan yang tidak memenuhi syarat (17.6%). Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel Kondisi Lantai dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.785 dimana p < α (α =0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara Kondisi Lantai dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020.
e. Hubungan antara Anggota Keluarga Merokok dengan Kejadian ISPA Tabel 15. Hubungan antara Anggota Keluarga Merokok dengan Kejadian ISPA Anggota Keluarga
Merokok
Kejadian ISPA
Jumlah Tidak ISPA Menderita ISPA
N % N % N %
Tidak Merokok 36 94,7 2 5,3 38 100
Merokok 28 66,7 14 33,3 42 100
Total 64 80 16 20 80 100
p-value = 0,002 < α 0,05
Tabel 15. Didapatkan bahwa responden yang tidak memilki anggota keluarga merokok ada 36 (94.7%) yang tidak menderita ISPA, dan yang tidak memilki anggota keluarga merokok ada 2 (5.3%) yang menderita ISPA, Sedangkan yang memiliki anggota keluarga merokok tidak menderita ISPA ada 28 (66.7%), dan yang menderita ISPA 14
(33.3%). Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel anggota keluarga merokok dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0,002 dimana p < ( 0,05), maka Ho ditolak. Artinya Ada Ada hubungan antara anggota keluarga merokok dengankejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020.
PEMBAHASAN
1. Hubungan Pencahayaan dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Berdasarkan analisis bivariat dengan 80 responden yang mempunyai rumah dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dengan tidak ISPA lebih banyak yaitu sebesar 44 responden (97.8%) dan yang tidak memenuhi syarat 20 responden (57.1%).
Sedangkan responden mempunyai rumah dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dengan menderita ISPA yaitu sebesar 1 responden (2.2%), dan yang tidak memenuhi syarat 15 responden (42.9%). Dari hasi penelitian masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar sebagian memiliki rumah dengan pencahayaan yang berarti bahwa resiko kejadian ISPA dapat diminimalisir sehingga berdasarkan uji statistic untuk pencahayaan ada hubungan dengan kejadian ISPA. Dan sebagian masih banyak rumah dengan pencahayaan kurang dari 60 lux yang didominasi dengan kejadian ISPA. Rentannya kejadian ISPA salah satu penyebabnya adalah pencahayaan yang kurang baik.
Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihathubungan antara variabel pencahayaan dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.000 dimana p < α (α =0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ardhin Yul Hamidah (2018) yang berjudul Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita di Desa Pulung Merdiko Ponorogo tahun 2018 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita dengan pencahayaan dengan p- value (p=0,010), Hal ini menujukkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan kejadian kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Desa Pulung Merdiko Ponorogo Tahun 2018
2. Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Berdasarkan analisis bivariat yang dapat diketahui tentang pengukuran ventilasi bahwa dalam 80 responden yang mempunyai rumah dengan Ventilasi yang memenuhi syarat dengan tidak ISPA lebih banyak yaitu sebesar 59 reponden (79,7%) dan yang tidak memenuhi syarat 5 responden (83,3%)). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Ventilasi yang memenuhi syarat dengan menderita ISPA yaitu sebesar 15 responden (20,3%), dan yang tidak memenuhi syarat 1 responden (16,7%).
Berdasarkan hasil observasi, jarak antara rumah satu dengan yang lain sangat berhimpitan dan cenderung ventilasi rumah hanya berada dibagian depan saja karena
bagian samping sudah tertutup tembok bangunan rumah lain. Oleh karena itu seharusnya petugas kesehatan lingkungan Puskesmas Gadang Hanyar memberikan informasi atau pengetauan mengenai membuka jendela dan pintu setiap pagi sampai sore hari, penyuluhan kepada masyarakat tentang persyaratan rumah sehat adalah hal yang efektif untuk dilakukan dengan adanya penyuluhan dan pemberitahuan diharapkan masyarakat mendapatkan informasi sehingga tumbuh kesadaran masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar pada diri mereka untuk selalu membuka jendela dan pintu setiap pagi,dan mungkin mereka dapat merubah ventilasi rumah sehingga memenuhi sesuai syarat kesehatan.
Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel ventilasi dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.832 dimana p < α (α =0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara ventilasi dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembapan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti kadar O2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan meningkat (Hanifah, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sri Sayekti, dkk (2018) yang berjudul Hubungan Antara Ventilasi dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali tahun 2018 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara Ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita dengan p-value (p=2,879), Hal ini menujukkan bahwa tidak ada Hubungan antaraVentilasi dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Desa Cabean Kunti, Cepogo, Boyolali Tahun 2018.
3. Hubungan Keadaan Dinding dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Berdasarkan analisis bivariat yang dapat diketahui tentang pengamatan observasi Keadaan Dinding bahwa dalam 80 responden yang mempunyai rumah dengan Keadaan Dinding yang memenuhi syarat dengan tidak ISPA lebih banyak yaitu sebesar 59 reponden (79,7%) dan yang tidak memenuhi syarat 5 responden (83,3%)).
Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Keadaan Dinding yang memenuhi syarat dengan menderita ISPA yaitu sebesar 15 responden (20,3%), dan yang tidak memenuhi syarat 1 responden (16,7%). Dari hasi observasi masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar sebagian memiliki rumah dengan keadaan dinding permanen yang berarti bahwa resiko kejadian ISPA dapat diminimalisir sehingga berdasarkan uji statistic untuk keadaan dinding tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar memilki rumah dengan keadaan dinding permanen. Responden juga sangat sering membersihkan tembok rumah. Keadaan dinding permanen akan memperkecil angka kejadian ISPA pada penghuninya, hal ini disebabkan karena penyebab lain dari ISPA adalah debu masuk dari luar ke dalam rumah melaui sela-sela dinding yang tidak permanen, dan akan menumpuk jika tidak sering dibersihkan, dinding yang berdebu akan mendukung
pertumbuhan kuman penyakit yang dapat menyebakan ISPA pada masyaralat itu sendiri.
Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.832 dimana p < α (α =0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan William Winardi, dkk (2015) yang berjudul Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sario Kota Manado Tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA pada balita dengan p-value (p=0,464), Hal ini menujukkan bahwa tidak ada Hubungan antara Keadaan Dinding dengan Penyakit ISPA Pada Anak Balita tahun 2015.
4. Hubungan Kondisi Lantai dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Berdasarkan analisis bivariat yang dapat diketahui tentang pengamatan observasi Kondisi Lantai bahwa dalam 80 responden yang mempunyai rumah dengan Kondisi Lantai yang memenuhi syarat dengan tidak ISPA lebih banyak yaitu sebesar 50 reponden (79,4%) dan yang tidak memenuhi syarat 14 responden (81,4%)). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Kondisi Lantai yang memenuhi syarat dengan menderita ISPA yaitu sebesar 13 responden (20,5%), dan yang tidak memenuhi syarat 1 responden (17,6%). Dari hasi observasi masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar sebagian memiliki rumah dengan kondisi lantai yang memenuhi syarat yang berarti bahwa resiko kejadian ISPA dapat diminimalisir sehingga berdasarkan uji statistic untuk kondisi lantai tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.
Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel Kondisi Lantai dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.785 dimana p < α (α =0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara Kondisi Lantai dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa resiko penyakit ISPA tidak akan meningkat jika tinggal dirumah yang lantainya memenuhi syarat. Lantai rumah yang memenuhi syarat terbuat dari semen atau lantai rumah berubin. Kondisi lantai yang baik dapat mengurangi instrusi air sehingga dapat sehingga dapat mengurangi kelembapan dalam rumah. Anonim (2006), lantai rumah yang selalu basah memudahkan timbulnya bakteri dan kelembapan pada lantai. Lantai yang memenuhi syarat harus terbuat dari keramik sehingga mampu mudah dibersihkan bahkan seluruh kotoran terbawa keluar hinggasetiap celah-celah dari ruas keramik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan William Winardi, dkk (2015) yang berjudul Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sario Kota Manado Tahun 2015 Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara Kondisi Lantai dengan kejadian
ISPA pada balita dengan p-value (p=0,895), Hal ini menujukkan bahwa tidak ada Hubungan antara Kondisi Lantai dengan Penyakit ISPA Pada Anak Balita tahun 2015 5. Hubungan Anggota Keluarga Merokok dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja
Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020
Berdasarkan analisis bivariat yang dapat diketahui tentang Anggota Merokok Keluarga bahwa dalam 80 responden yang mempunyai rumah dengan Anggota Merokok Keluarga yang Tidak Merokok dengan Tidak ISPA lebih banyak yaitu sebesar reponden 36 (94,7%) dan yang Merokok responden 28 (66,7%)). Sedangkan responden mempunyai rumah dengan Anggota Merokok Keluarga yang Tidak Merokok dengan menderita ISPA yaitu sebesar responden 2 (38%), dan yang Merokok responden 14 (33,3%). Dari hasil pengamatan dan observasi ditemukan bahwa sebagian besar kepala keluarga merupakan merokok aktif, hal ini asap tersebut dapat mengganggu bagi keluarga nya sendiri terutama pada anak-anak yang sering terkena dampaknya sehingga udara yang dihirupnya sudah terkontaminasi oleh asap rokok tersebut yang mengakibatkan radang tenggorokan, penyakit asma, dan infeksi saluran pernafasan akut dan lainnya. Untuk menghindari hal tersebut maka diperlukan kesadaran diri dan saling mengerti bagi keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok untuk tidak merokok didalam rumah dan bahkan di lingkungan rumah hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya ISPA yang disebabkan asap rokok itu sendiri.
Hasil uji Chi square dengan tingkat kepercayaan 95% untuk melihat hubungan antara variabel Anggota Keluarga Merokok dengan kejadian ISPA didapatkan p-value 0.002 dimana p < α (α =0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara Anggota Merokok Keluarga dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin.
Menurut Mardjanis (2007), bahwa asap rokok dari perokok aktif memang bukan menjadi penyebab langsung kejadian penyakit ISPA pada anak, tetapi menjadi faktor tidak langsung yang diantaranya dapat menimbulkan penyakit paru-paru yang akan melemahkan daya tahan tubuh anak. Anonim (2004).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hadi Syahputra, dkk (2014) yang berjudul Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Keluarga yang Merokok Di Dalam Rumah Dengan Keluarga yang Tidak Merokok Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kejadian ISPA Balita pada Keluarga Merokok Keluarga di Dalam Rumah dengan p-value (p=0,028), Hal ini menujukkan bahwa ada Hubungan antara kejadian ISPA Balita pada Keluarga Merokok Keluarga di Dalam Rumah Dengan Keluarga yang Tidak Merokok Tahun 2014.
PENUTUP a. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar Pencahayaan berkategori tidak memenuhi syarat (bila<60 lux) sebanyak 35 rumah (43.8)
2. Sebagian besar Ventilasi berkategori tidak memenuhi syarat (<15%) sebanyak 6 rumah (7.5%)
3. Sebagian besar Keadaan Dinding berkategori tidak memenuhi syarat sebanyak 6 rumah (7.5%)
4. Sebagian besar Kondisi Lantai berkategori tidak memenuhi syarat sebanyak 17 rumah (21.3%)
5. Sebagian besar Anggota Keluarga Merokok berkategori Tidak merokok 38 rumah (47.5%)
6. Ada hubungan yang bermakna antara Pencahayaan dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020 (p value 0,000).
7. Tidak ada hubungan yang bermakna antara Ventilasi dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020 (p value 0,832).
8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara Keadaan Dinding dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020 (p value 0,832).
9. Tidak ada hubungan yang bermakna antara Kondisi Lantai dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020 (p value 0,785).
10. Ada hubungan yang bermakna antara Anggota Keluarga Merokok dengan kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Gadang Hanyar Kota Banjarmasin Tahun 2020 (p value 0,002).
b. Saran
Adapun saran yang diajukan berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Bagi masyarakat
a. Memberikan wacana pengetahuan tentang syarat-syarat rumah sehat dan memberikan informasi tetnang penyakit ISPA. Agar mempunyai kebiasaan rumah membuka jendela setiap hari agar sirkulasi udara lancar dan cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah, sehingga dapat mengurangi kelembapan untuk mengurangi timbulnya penyakit.
b. Masyarakat diharapkan meningkatkan perilaku sehat seperti tidak merokok di dalam rumah
2. Bagi Puskesmas
Meningkatkan media komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai Infeksi Saluran Pernafasan Akut kepada masyarakat dengan media yang tersedia seperti poster, leaflet, atau flim sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat orang tua tentang kejadian ISPA untuk dapat mengurangi resiko terjadinya kekambuhan Penyakit ISPA
3. Bagi Peneliti
Dapat dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan jenis desain penelitian yang berbeda mengenai Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian ISPA
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1999. Kepmenkes RI No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta.
Dessy Irfi Jayanti, T. D. 2017. Pengaruh Lingkungan Rumah Terhadap ISPA Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban Kabupaten Labuan Bajo. Jurnal JUMANTIK Vol. 3 No.2 November 2018, 64.
Dinkes. 2019. Data penyakit ISPA .Banjarmasin: Dinkes Kota Banjarmasin.
Hamidah, A. Y. 2018. Hubungan Kesehatan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Desa Pulung Merdiko Ponorogo Tahun 2018. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Madiun. [di akses 24 Maret 2020]
Hanifah, E. 2011. Cara Hidup Sehat. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka (Persero).
Hasan, Rusdawati. N 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kedadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggal, Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kebidanan Komunitas, Universitas Indonesia [di akses 10 Agustus 2020]
Kementerian Kesehatan Republk Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Rumah.
Mahendrayasa, I. G. 2018. Hubungan Antara Kondisi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita di Surabaya. Volume 6 Nomor 3 - Desember 2018, 228.
Menteri Kesehatan RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.
Milo, dkk (2015). Hubungan Kebiasaan Merokok di Dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Anak Umur 1-5 Tahun di Puskesmas Sario Kota Manado, ejoernal Keperawatan, 3 (2): 1-7
Ningrum, Kusuma E., 2015. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Kepadatan Hunian dengan Kejadian ISPA Non Pneomonia Pada Balitat di Wliayah kerja Puskesmas Sungai Pinang . Jurnal Publikasi Kesehatan Mayarakat Indonesia (3) vol. 2 No. 2 Agustus 2015, 72-73
Notoatmodjo., Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni . Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo., Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
Jakarta:UII.
Pedoman Penulisan Skripsi., 2019. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.
Puskesmas Gadang Hanyar. 2018. Laporan jumlah penderita ISPA 2018.
Banjarmasin: Puskesmas Gadang Hanyar.