• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di SMAN 1 Plumbon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PAI di SMAN 1 Plumbon"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 1 PLUMBON

KABUPATEN CIREBON

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendididkan Agama Islam

Oleh :

AI DEDEH KURNIASIH NIM : 2014.17.01868

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM IAI BUNGA BANGSA CIREBON

TAHUN 2018

(2)

PERSETUJUAN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 1 PLUMBON

KABUPATEN CIREBON

Oleh :

AI DEDEH KURNIASIH NIM : 2014.17.01868

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Sulaiman, M.M.Pd. H. Casta, M.Pd

NIDN. 2118096201

(3)

NOTA DINAS

Kepada Yth.

Dekan Tarbiyah

IAI Bunga Bangsa Cirebon di

Cirebon Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi dari Ai Dedeh Kurniasih Nomor Induk Mahasiswa 2014.17.01868, berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Plumbon Kabuaten Cirebon.” Bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Tarbiyah untuk dimunaqosahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Sulaiman, M.M.Pd. H. Casta, M.Pd.

NIDN. 2118096201

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Plumbon Kabuaten Cirebon” oleh Ai Dedeh Kurniasih NIM. 2014.17.01868, telah diajukan dalam Sidang Munaqosah Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal 20 Juli 2018.

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Cirebon, Juli 2018

Sidang Munaqosah,

Ketua Sekretaris

Merangkap Anggota Merangkap Anggota

H. Oman Fathurohman, MA. Drs. Sulaiman, M.M.Pd.

NIDN : 2118096201 Penguji I, Penguji II,

Muhammad Idrus, M. Ag. Drs. H. Muchlis, M.PdI.

NIDN : 2101048703

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI Di SMAN 1 Plumbon Kabuaten Cirebon” beserta isinya adalah benar- benar karya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau mengutip yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik.

Atas pernyataan di atas, saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun yang dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Juni 2018 Yang membuat pernyataan, Materai 6000

AI DEDEH KURNIASIH NIM : 2014.17.01868

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkat ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PAI di SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon”, dalam rangka menyelesaikan studi strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.

Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun telah menerima banyak bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya.

Jasa baik mereka tentu tidak dapat penyusun lupakan begitu saja, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Ahmad Basuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa Cirebon.

2. Bapak H. Oman Fathurohman, MA., Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon yang memberikan kesempatan untuk dapat menuntut ilmu di IAI BBC.

3. Bapak Agus Dian Alirahman, M.Pd.I, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam IAI Bunga Bangsa Cirebon

4. Bapak Drs. Sulaiman. M.M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

5. Bapak Sulaiman, M.M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I 6. Bapak H. Casta, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II 7. Para Dosen yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis

8. Kepala Sekolah, guru-guru dan siswa SMA Negeri 1 Plumbon yang telah banyak membantu dalam penulisan Skripsi ini.

(7)

9. Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasinya

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Cirebon, Juni 2018

Penyusun

(8)

ABSTRAK

AI DEDEH KURNIASIH. NIM. 2014.17.01868. HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 1 PLUMBON KABUPATEN CIREBON

Penelitian ini mengacu pada masalah pokok yaitu terdapat masalah pembelajaran yaitu kurangnya motivasi siswa kelas X MIPA 1 yang berjumlah 36 siswa di antaranya : 13,8% Menunjukkan prestasi belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai KKM, hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan dan anak lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar sejumlah 5 anak (ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pola asuh orang tua dengan motivasi belajar siswa kelas X MIPA 1 SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode angket. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket untuk mendapatkan data tentang pola asuh orang tua (X) dan data tentang motivasi belajar siswa (Y). Penelitian ini merupakan penelitian populasi, karena mengambil seluruh siswa kelas X MIPA 1 SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 36 responden.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi satu prediktor dan dua variabel yang ada yaitu variabel X (pola asuh orang tua) dan variabel Y (motivasi belajar siswa). Kemudian data penelitian dari kedua variabel tersebut diolah untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Setelah melakukan uji instrumen kemudian peneliti menyebarkan angket untuk memperoleh data X dan Y.

Selanjutnya, hasil dari perhitungan statistik dengan Koefisien Korelasi dan analisis regresi, dimana terdapat korelasi yang positif antara pola asuh orang tua (X) dengan motivasi belajar siswa (Y). Hal ini berdasarkan hasil analisis data, pada uji normalitas distribusi data dengan tingkat kepercayaan 0,05. Maka diketahui 𝑥2 hitung = 6,89 < 𝑥2 tabel = 9,488 artinya data x berdistribusi normal.

Dilanjutkan dengan uji linearitas data dengan tingkat kepercayaan 0,05. Maka diketahui Fhitung = 0,44 < Ftabel = 2,25artinya data berpola linier. Kemudian pada uji hipotesis dengan tingkat kepercayaan 0,05 diketahui thitung = 3,29 > ttabel = 2,034artinya Ha diterima dan Ho ditolak yakni data signifikan.

Penerapan pola asuh orang tua diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga bagi orang tua siswa. Pola asuh orang tua ini, diharapkan dapat menambah motivasi belajar siswa dari belajar yang kurang maksimal menjadi belajar yang lebih aktif dan giat lagi. Penelitian ini, diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kegiatan belajar di rumah dan di sekolah untuk senantiasa meningkatkan motivasi belajar lebih baik lagi.

Kata Kunci : Hubungan, Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar Siswa

(9)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

NOTA DINAS ... iii

LEMBAR PEGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ...11

E. Tujuan Penelitian ...12

F. Kegunaan Penelitian ...12

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pola Asuh Orang Tua ...14

1. Konsep Keluarga dalam Perspektif Islam ...14

a. Pengertian Keluarga ...14

b. Fungsi Keluarga ...15

c. Keluarga dalam Perspektif Islam ...17

(10)

d. Tujuan Terbentuknya Keluarga Muslim ...19

2. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga Perspektif Islam ...20

a. Pentingnya Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga ...20

b. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam ...22

3. Pola Asuh Orang Tua ...23

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ...23

b. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ...24

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua ..31

4. Ciri-ciri dan Dampak dari Pola Asuh Orang Tua ...33

a. Pola Asuh Otoriter ...33

b. Pola Asuh Demokratis ...33

c. Pola Asuh Permisif ...34

d. Pola Asuh Penelantar ...34

B. MOTIVASI BELAJAR ...33

1. Hakikat Motivasi ...35

2. Teori-teori Motivasi ...35

3. Tujuan dan Fungsi Motivasi ...37

4. Tipe-tipe Motivasi...38

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi ...39

C. MOTIVASI BELAJAR PAI ...40

D. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ...41

E. KERANGKA BERPIKIR ...43

F. HIPOTESIS PENELITIAN ...43

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...47

B. Tempat Dan Waktu Penelitian ...48

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...49

D. Teknik Pengumpulan Data ...52

1. Instrumen Pengumpulan Data ...52

2. Pengembangan Instumen Pengumpulan Data ...53

E. Teknik Analisis Data ...55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...60

1. Deskripsi Data Variabel Pola Asuh Orang Tua ...60

2. Deskripsi Data Variabel Motivasi Belajar Siswa ...78

3. Analisis Data ...82

B. Analisis Statistik Inferensial ...91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...97

B. Saran ...98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Kegiatan Penyusunan Skripsi ...46

Tabel 3.2: Jumlah Populasi Penelitian ...47

Tabel 3.3: Instrumen Penelitian ...52

Tabel 3.4: Tabel Konversi ...54

Tabel 3.5: Tabel Konversi Persentase ...55

Tabel 4.1: Data Variabel Pola Asuh Orang Tua ...59

Tabel 4.2: Data Hasil Angket tentang Pola Asuh Orang Tua ...60

Tabel 4.3: Gambaran Kategori Variabel X ...62

Tabel 4.4: Perlakuan Orang Tua dengan lemah lembut dan kasih sayang...63

Tabel 4.5: Orang Tua berlaku adil terhadap anak ...64

Tabel 4.6: Orang Tua menghargai anak ...65

Tabel 4.7: Orang Tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak ...65

Tabel 4.8: Orang Tua memberikan kebebasan untuk memilih ...66

Tabel 4.9: Orang Tua memberikan kebebasan kepada anak ...67

Tabel 4.10: Orang Tua memberikan kebebasan secara luas kepada anak ...68

Tabel 4.11: Kurangnya bimbingan dan arahan dari orang tua ...69

Tabel 4.12: Orang Tua selalu membolehkan apapun yang diperbuat anak...69

Tabel 4.13: Orang Tua kurang memberikan kepercayaan pada anak ...70

Tabel 4.14: Orang Tua suka menghukum anak secara fisik ...71

Tabel 4.15: Orang Tua cenderung bersikap mengomandoi ...72

Tabel 4.16: Orang Tua menghabiskan waktunya di luar rumah ...73

Tabel 4.17: Orang Tua kurang memperhatikan perkembangan anak... ...74

(13)

Tabel 4.18 : Orang Tua membiarkan anak bergaul bebas di luar rumah...74

Tabel 4.19 : Rekapitulasi Hasil Analisis Deskripsi Variabel Pola Asuh Orang Tua ...75

Tabel 4.20 : Data Variabel Motivasi Belajar siswa ...76

Tabel 4.21 : Data Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa ...78

Tabel 4.22 : Gambaran Katergorisasi Motivasi Belajar Siswa ...80

Tabel 4.23 : Skor Baku Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 81

Tabel 4.24 : Skor Baku Variabel Motivasi Belajar Siswa ...82

Tabel 4.25 : Distribusi Frekuensi Variabel X ...83

Tabel 4.26 : Tabel Penolong Mencari Chi-Kuadrat Hitung ...84

Tabel 4.27 : Tabel Kelompok Data Variabel X dan Y ...85

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1Pendidikan merupakan unsur yang paling penting dalam kehidupan, sebab pendidikan memberikan banyak pengetahuan tentang berbagai hal dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia ini. Pendidikan juga dapat memberikan pandangan bagi kehidupan. Membantu kita membentuk sudut pandang kehidupan.

Pendidikan sangat penting, karena tidak hanya memberikan pengetahuan, akan tetapi mengajarkan sopan santun dan hal- hal yang baik.

Pendidikan memupukindividu menjadi dewasa,individu yang mampu merencanakan masa depan dan mengambil keputusan yang tepat dalam hidup, dan pendidikan yang baik akan membuat individu menjadi lebih manusiawi.

































Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaantidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.2

1Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : PT Remaja Rosdakarya : 2012)

2Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 275

1

(15)

Pendidikan menghapuskan pemikiran yang salah, membantumemberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang membingungankan. Pendidikan melalui proses belajar mampu mengobarkan api semangat dalam diri, semangat untuk mencari hal-hal yang belum diketahui, semangat bertanya, semangat dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu pendidikan mampu memberi pencerahan bagi siapapun.

Pendidikan dapat membantu kemajuan bangsa karena masa depan bangsa aman ditangan masyarakat yang berpendidikan. Pendidikan adalah penting bagi pembangunan sosial dan pertumbuhan ekonomi bangsa. Tiga pusat pendidikan yang bisa menjalankan fungsi sebagai pendidikan yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat dalam hal ini adalah masyarakat pada umumnya selain rumah tangga dan sekolah. Termasuk di kantor-kantor, lembaga-lembaga masyarakat dan di kursus-kursus, termasuk juga di terminal, pasar dan lain-lain. Ketiganya tidak bisa dipisahkan dalam mengawali proses pendidikan.3Proses pendididkan diwujudkan dalam kegitan belajar mengajarguna menuntut ilmu. Kewajiban menuntut ilmu bagi setiap muslim adalah mutlak, sebagaimana Hadits Nabi SAW :

َّنِاَف َنْي ِ صلاِب ْوَل َو َمْلِعْلاا ْوُبُلْطُا :َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِالله ُل ْوُس َر َلاَق َلَمْلا َّنِا ٍمِلْسُم ِ لُك ىَلَع ٌةَضْي ِرَف ِمْلِعْلا َبَلَط اَهَتَحِنْجَا ُعَضَت َةَكِئ

ِبِلاَطِل

ُبُلْطَي اَمِباًض ِر ِمْلِعْلا

Artinya:“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut”.4

3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung : PT Remaja Rosdakarya : 2012)

4A.A Khozin, Hadits Tarbawi Persepektif Psikologi (Cirebon : STAI BBC : 2014), hal. 7

(16)

Ilmu dan orang berilmu sangat dihargai dalam Islam. Apresiasi Islam terhadap ilmu bukan hanya terkandung dalam ajaran tetapi juga terbukti dalam sejarah.Memilih ilmu dibandingkan harta adalah keputusan yang tepat danmenguntungkan, baik secara moril maupun materil. Ketika Nabi Sulaiman ditawari Allah SWT untuk memilih ilmu, harta atau kekuasaan, Sulaiman memilih ilmu, dan dengan ilmu maka ia kemudian memperoleh pula harta dan kekuasaan. Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta, engkaulah yang harus menjaganya. Harta jika diberikan kepada orang lain maka harta itu dapat berkurang, tetapi ilmu semakin sering diberikan kepada orang justeru semakin bertambah. Hal ini sejalan dengan Al Qur’an Surat Al Mujadalah ayat 11berbunyi :































































Artinya:”Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah memberi kelapangan untukmu”. Dan apabila dikatakan:

“Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.5

Pendidikan bisa didapatkan dimana saja, baik di sekolah, masyarakat dan dalam keluarga.Akan tetapi pendidikan yang sangat mendasar adalah

5Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 543

(17)

pendidikan yang didapatkan di dalam keluarga. Sebagai komunitas terkecil keluarga mempunyai arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas.Kehidupan yang harmonis perlu dibangun di atasdasar sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Pendidikan pada dasarnya sebagai upaya efektif dalam mengembangkan potensi setiap individu agar berkembang sesuai dengan fitrahnya. Proses ini berlangsung secara kontinu sejak manusia itu lahir hingga menjelang akhir hayatnya. Proses pelaksanaan pendidikan yang pertama kalinya berlangsung dalam lingkungan keluarga. Karena secara kodrati, keluarga merupakan basis penentu dalam pengembangan pendidikan anak pada masa depan. Keluarga sebagai unit terkecil dari sistem kemasyarakatan, yang terbentuk atas pernikahan, terdiri dari seorang suami (ayah), istri (ibu), anak-anak mereka atau anggota keluarga lainnya senantiasa mengalami interaksi satu sama lainnya.6

Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan dan pandangan, keterampilan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.7 Pendidikan memegang sebuah peranan penting dalam membangun peradaban suatu bangsa. Pendidikan dijadikan sebagai satu tolak ukur dari maju tidaknya suatu bangsa. Semakin tinggi kualitas pendidikan

6Jurnal Permata, Islam dan Globalisasi (Cirebon : STAI Bunga Bangsa Cirebon : 2014)

7Moh. Scochib, Pola Asuh Orang tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri (Jakarta : Rineka Cipta : 2010)

(18)

suatu bangsa maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk tersebut dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Pendukung keberhasilan pendidikan yang ditanamkan pada seorang anak adalah keluarga. Keluarga menjadi sebuah tempat yang di dalamya seorang dapat berekspresi serta tidak jarang mendapat pengetahuan baru yang terkadang tidak didapatkan di sekolah, tempat beribadah atau teman bermain anak.

Dasar pendidikan tentang keluarga disebutkan dalam al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 berbunyi :















































Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”8

ِإ ُهُلَمَع ُهْنَع َعَطَقْنا ُناَسْنِ ْلْا َتاَم اَذ ِإ

َّلّ

ْن ِم ٍةَث َلَث َدَص ْنِم َّلِّإ

ٍةَق

َص ٍدَل َو ْوَأ ِهِب ُعَفَتْنُي ٍمْلِع ْوَأ ٍةَي ِراَج َي ٍح ِلا

ُهَل وُعْد

Artinya :“Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya”. 9

8Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 560

9Muhammad Abduh Tausikal, Terputusnya amalan selain tiga perkara, 2017(http://madinatulquran,.or.id)

(19)

Tugas-tugas serta peran yang harus dilakukan orang tua tidaklah mudah.Salah satu tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak-anaknya. Orang tua memberikankehidupan pada anak-anaknya, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya, agar dapat melaksanakan pendidikan terhadap anak-anaknya, maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan tentang pendidikan.

Tugas orang tua adalah menolong anak-anaknya, menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesedian-kesedian bakat, minat dan kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera penglihatan dan pendengaran.

Setiap anak yang belajar pasti membutuhkan motivasi yang kuat.

Motivasi belajar bagi siswa ialah untuk menyadarkan bahwa adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( di sela-selanya ada istirahat atau bermain ) yang berkesinambungan. Individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa di harapkan untuk belajar di rumah, membantu orang tua dan bermain dengan temannya. Apa yang dilakukan diharapkan dapat berhasil memuaskan. Hal di atas menunjukkan betapa pentingnya motivasi tersebut disadari oleh pelakunya sendiri . Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka

(20)

sesuatu pekerjaan dalam hal ini yaitu tugas belajar akan terselesaikan dengan baik.10

Orang tua harus memberikan perhatian dan semangat belajar yang lebih sehingga dapat memunculkan motivasi belajar anak. Orang tua harus bekerja sama dengan sekolah bagaimana memahami kurikulum dan memberikan pengajaran saat mendampingi anak. Orang tua juga harus menemani atau mendampingi anak saat belajar. Saat mendampingi anak belajar, orang tua harus siap memberikan pertolongan dengan membantu kesulitan yang dihadapi anak, mengatasi masalah belajar, memberi dukungan kepada anak dan menjadi teladan bagi anak-anak.Orang tua juga sebaiknya melakukan komunikasi dengan anak sebagai bentuk perhatian kepada anak.

Perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak dapat berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Misalnya pada saat anak pulang sekolah hendaknya orang tua menanyakan apa saja yang dilakukan di sekolah. Karena tidak menutup kemungkinan, anak memiliki masalah dengan teman atau pun guru, atau masalah sosial ketika di sekolah. Dengan seringnya orang tua menanyakan kepada anak tentang kegiatannya di sekolah dapat membangkitkan motivasi belajar anak, karena ia merasa mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya.

Tidak hanya itu, perlu di ingat sebaiknya orang tua tidak hanya menekankan motivasi belajar untuk meraih prestasi dalam bidang akademik semata. Peran orang tua dalam membangkitkan motivasi belajar anak sangat

10Khodijah Nyanyu, Psikologi pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada : 2014)

(21)

perlu dilakukan mulai dari yang akedemik maupun non akademik. Jadi jangan hanya mengukur kepintaran anak dari ranking saja. Tapi, lihatlah bagaimana ia bersosialisasi dengan orang dan lingkungan sekitar, bagaimana ia mengembangkan ide dan kreativitasnya, gerak tubuhnya, dan lain-lain.

Motivasi belajar dari orang tua lah yang membuat anak menjadi lebih percaya diri untuk berprestasi.Sebagaimana dalam al Qur’an surat Adz Dzariyat ayat 56 berbunyi :















Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.11

Selain al Qur’an, hadits juga menyebutkan tentang motivasi sebagaimana tercantum dalam hadits riwayat Al-Tirmidzi berbunyi :

ىَتَح ِالله ِلْيِبَس ىِف َوُهَف ِمْلِعْلا ُبَلَط ىِف َج َرَخ ْنَم ج ْرَي

Artinya : “ Orang-orang yang keluar dalam mencari ilmu, maka berada di jalan Allah sampai ia kembali (ke rumahnya).”12

Berdasarkan studi awal yang dilakukan di SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon terdapat masalah pembelajaran yaitu kurangnya motivasi siswa kelas XMIPA 1 yang berjumlah 36 siswa diantaranya : 13,8% Menunjukkan prestasi belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai KKM, hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan dan anak lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar

11Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 523

12 A. A. Khozin , Hadits Tarbawi perspektif Psikologi(Cirebon : STAI Bunga Bangsa : 2014), hal. 6

(22)

sejumlah 5 anak (ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal).

Menghadapi anak yang mengalami kesulitan belajar, maka orang tua harus dapat memberikan bantuan atau bimbingan untuk memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh anak, seperti menjadi pendengar yang baik dengan kesabaran orang tua harus menunjukkan kepedulian dan perhatian yang masuk akal kepada anaknya serta penuh kasih sayang dalam membimbingnya.

Betapa pentingnya kerjasama antara hubungan lingkungan itu.

Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal.Contohnya guru dengan orang tua murid. Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya.Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu- rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.

Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia

(23)

dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

SMAN1 Plumbon Kabupaten Cirebon adalah lembaga pendidikan yang berasaskan agama Islam yang mempunyai misi membentuk siswa yang cerdas dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Adanya studi mata pelajaran PAI sangat memotivasi untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Faktanya masih banyak membutuhkan pengembangan sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan maksimal. Untuk itu dibutuhkan adanya penelitian secara komprehensif dan kreativitas dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian diatas menarik untuk diteliti yakni mengungkap Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Siswa pada Pembelajaran PAI di SMAN1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

B. Identifikasi Masalah

Mengingat latar belakang masalah yang dirumuskan, maka dapatdiidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pola asuh orang tua dengan motivasi siswa,dalam penelitian ini masalahpola asuh orang tua dalam kaitannya dengan motivasi siswa kelas X SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

2. Kehadiran siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI yang kurang bersemangat.

3. Keterlambatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.

4. Keterlambatan siswa ketika pembelajaran PAI dimulai C. Pembatasan Masalah

(24)

Mengingat luasnya masalah yang dirumuskan, maka dapatdibatasimasalah yang berkaitan dengan pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua tersebut dapat dipengaruhi olehcara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.13

Penelitian ini akan dibatasi dengan beberapa aspek yang mempengaruhi pola asuh, yaitu sebagai berikut:(1) Aspek perhatian orang tua siswa, (2)Aspek kondisi lingkungan siswa, (3) Aspek pergaulan siswa, (4) Aspek status ekonomi orang tua siswa, (5) Aspek orientasi religius.

Motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, nilai, aspirasi dan perangsang. Kebutuhan dan dorongan untuk memuaskan kebutuhan tersebut merupakan sumber utama motivasi.14 Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhanya.15 Dalam hal ini motivasi belajar siswa dibatasi oleh dua motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penulisan ini adalah : Apakah pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X SMAN 1 Plumbon? Agar lebih operasional maka

13Thoha Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar : 1996)

14Khodijah Nyanyu, Psikologi pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada : 2014), hal. 151

15Hamzah B, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara : 2008), hal. 3

(25)

perumusan masalah diatas dijabarkan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Seberapa baik pola asuh orang tua siswa kelas X SMAN 1 PlumbonKabupaten Cirebon?

2. Seberapa tinggi motivasi belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikelas X SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon?

3. Seberapa erathubungan antara pola asuh orang tua denganmotivasi belajarsiswa kelas X SMA 1 Plumbon?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk :

1. Mendeskripsikan pola asuh orang tua siswa kelas X SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

2. Mendeskripsikan motivasi belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XSMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

3. Mendeskripsikan seberapa erat hubungan antara pola asuh orang tua denganmotivasi belajar siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini mendukung teori yang membahas tentang pola asuh orang tua, yang dikemukan oleh Hurlock, bahwa ada beberapa pola asuh orang tua yaitu: pola otoriter, pola demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh penelantar. Penelitian ini juga mendukung teori hierarki kebutuhan Maslow, teori kognitif Bruner, teori kebutuhan berprestasi dan teori atribusi. Di samping itu kegunaan teoritis tentang pola asuh orang tua dan motivasi:

a. Memberikan sumbangan kajian dalam bidang psikologi anak, perkembangan dan pendidikan.

(26)

b. Memberikan sumbangan kajian yang terkait pola asuh dan motivasi siswa.

1. Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini bermanfaat bagi : a. Guru PAI

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan referensi dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMAN 1 Plumbon Kabupaten Cirebon.

b. Orang tua

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya peran orang tua dalam membentuk sikap dan perilaku anak melalui pola asuh orang tua

(27)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Konsep Keluarga dalam Perspektif Islam a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah salah satu elemen pokok pembangunan dalam pendidikan, menciptakan proses-proses naturalisasi sosial membentuk kepribadian serta memberi berbagai kebiasaan baik pada anak-anak yang akan terus menerus bertahan selamanya. Dengan kata lain keluarga merupakan benih awal penyusunan kematangan individu dan struktur kepribadian. Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan unit pertama dalam masyarakat. Dalam keluarga proses sosialisasi dan perkembangan individu mulai terbentuk.16

Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi, dengan kata lain keluarga adalah suatu kelompok sosial terkecil yang biasanya terdiri dari ayah, ibu, satu anak atau lebih, dimana cinta/kasih sayang dan tanggung jawab dibagi secara adil agar anak mampu mengendalikan diri dan menjadi orang yang berjiwa sosial.

Keluarga merupakan kelompok premier yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak

16Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 20

14

(28)

dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, terutama pihak- pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan.

Keluarga dalam arti lebih luas adalah komunitas masyarakat atas dasar kepentingan sesaat (misalnya perkumpulan pebinis) atau kepentingan jangka panjang (misalnya sebuah paguyuban). Mereka terdiri dari bentuk pranata sosial yang mengandung predikat sebagai amanah dari Tuhan kepada manusia. Sedangkan dalam arti sempit keluarga adalah keluarga inti kelompok kecil dari masyarakat yang terbentuk atas pernikahan, terdiri dari suami (ayah), istri (ibu) dan anak-anak mereka. Di dalam keluarga, terjalin hubungan cinta kasih dan sayang yang intim, murni dan bersifat kodrati.17

b. Fungsi Keluarga

Sebagai penanggung jawab pendidikan dalam kelurga yang pertama dan utama adalah orang tua. Adapun fungsi keluarga Adapun fungsi keluarga secara ilmu menurut ST. Vembrianto sebagaimana dikutip oleh M. Alisuf Sabri ialah sebagai berikut :

1) Fungsi Biologis: keluaraga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara biologis anak berasal dari orang tuanya.

2) Fungsi Afeksi: kerluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).

3) Fungsi Sosial: fungsi keluaraga dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi sosial dalam keluarga anak, mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam keluarga anak, masyarakat, dan rangka pengembangan kepribadiannnya.

17Agus Dian A, Jurnal Permata(Cirebon : STAI BBC : 2014), hal. 51-52

(29)

4) Fungsi Pendidikan: keluarga sejak dulu merupakan institusi pendidikan dalam keluarga dan merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dimasyarakat, sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak.

5) Fungsi Rekreasi: keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan, dan kegembiraan.

6) Fungsi Keagamaan: merupakan pusat pendidikan upacara dan ibadah agama, fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak.

7) Fungsi Perlindungan: keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya.

Tugas orang tua adalah menolong anak-anaknya, menemukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan bakat, minat dan kemampuan akalnya dan memeperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih daya nalar.18

Adapun cara lain mendidik anak dijelaskan dalam Alquran QS. Lukman : 17





































Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap

18Rahmat Jalaluddin dan Muhtar Gandatama, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosdakarya : 1994), hal. 46-47

(30)

apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.19

c. Keluarga Dalam Persepektif Islam

Dalam Al-Qur’an istilah keluarga mereka, dan disebut dengan Ahlun, sebagaimana terdapat dam surah At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :















































Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.20

Menjaga keluarga yang dimaksud dalam butiran ayat di atas adalah dengan cara mendidik, mengajari, memerintahkan membantu mereka untuk bertakwa kepada Allah, serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya.

Selain itu keluarga dapat diartikan dzawil qurba sebagaimana terdapat dalam surah Al-Isra ayat 26 yang berbunyi :



 



19Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 412

20Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 560

(31)





 

 



Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”.21

Islam merupakan agama yang pertama kali memberikan perhatian terhadap keluarga sebagai elemen sosial yang pertama.

Sementara orang tua memberikan pendidikan, pemeliharaan dan pengawasan yang terus menerus kepada anak-anaknya, yang akan mewarnai corak kepribadian sang anak.

Pendidikan agama Islam merupakaj pendidikan yang memberikan pengajaran, bimbingan terhadap anak dalam ajaran agama Islam, sebagaimana yang dikemukakan : “Pendidikan agama Islam adalah segala usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, serta menjadikannya sebagai way of life ( jalan kehidupan ) sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial masyarakat”.

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi tua mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia

21Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 284

(32)

muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian utuh yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.22

d. Tujuan Terbentuknya Keluarga Muslim

Tujuan terbentuknya sebuah keluarga muslim adalah menciptakan keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (cinta dan gairah) dan rahmah (kasih sayang).23

Hal ini sebagaimana dalam surah ar-Rum ayat 21 yang berbunyi :











































Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.24

Sementara itu menurut Nadhirah Mudjab, yang dikutip oleh Wahyu, menyatakan bahwa tujuan terbentuknya suatu keluarga muslim adalah:

a) Mengatur potensi kelamin/kebutuhan sek yang sehat dan bersih;

b) Melahirkan keturunan yang mulia;

c) Merasakan kasih sayang dan penderitaan hidup;

d) Mendidik generasi baru;

e) Menjaga nasab;

f) Menjaga harta pusaka.25

22Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001)

23Sayyid Ahmad A, Rahasia Kebahagian Rumah Tangga, (Jakarta : Erlangga, 2008)

24Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 406

25Surya Diisur, Makalah Keluarga dalam Perspektif Islam, 2014 (http://blogspot.co.id)

(33)

Keluarga Muslim merupakan landasan utama bagi terbentuknya masyarakat Islami. Di dalam keluarga Muslim terkandung sebuah konsep religius (al-mafhum al-dini), yaitu bahwa para anggota keluarga diikat oleh sebuah ikatan agama untuk mewujudkan kepribadian yang luhur. Konsep ini menekankan bahwa sebuah keluarga Muslim harus dapat membentuk para anggotanya agar memiliki kepribadian yang luhur ini. Memiliki sifat kasih dan sayang, cinta sesama, menghormati orang lain, jujur, sabar, qana’ah dan pemaaf merupakan di antara indikator bagi sebuah kepribadian yang luhur.

2. Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga Persepektif Islam a. Pentingnya Pendidikan Agama di Lingkumgan Keluarga

Pada prinsipnya pendidikan agama yang dilaksanakan di lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga itu sama saja, hanya sistem pendidikan dan pengajarannya yang berbeda, kalau di sekolah menggunakan sistem pendidikan persekolahan yang segalanya serba formal, sedang dilingkungan masyarakat dan keluarga menggunakan sistem pendidikan yang ada di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga adalah interaksi yang teratur dan diarahkan untuk membimbing jasmani dan rohani anak dengan ajaran Islam yang berlangsung di lingkungan keluarga. Sebagaimana yang tercantum dalam hadits riwayat Muslim yang artinya :

َع ىَلاَعَت ُالله َي ِض َر ي ِراَّدلا ٍس ْوَأ ِنْب ٍمْيِمَت َةَّيَقُر يِبَأ ْنَع

ُهْن

(34)

َّلَس َو ِهِلآ َو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص َّيِبَّنلا َّنَأ َم

َلاَق ُنْي ِدلا ُةَحْي ِصَّنلا

ْوُس َرِل َو ِهِباَتِكِل َو ِلله َلاَق ؟ ْنَمِل : اَنْلُق َو ِه ِل

ِةَّمِئَ ِلِ

َو َنْيِمِلْسُملا ْمِهِتَّماَع

ٌمِلْسُم ُها َو َر –

Artinya “Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Daari radhiyallah‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wsallam bersabda,

“Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?”

Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul- Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 55]

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga berlangsung antara orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan agama, dan anak-anak sebagai sasaran pendidikannya. Ibu sebagai pendidik yang utama dan pertama dalam kaitannya dengan pendidikan agama di lingkungan keluarga.

Pendidikan agama di lingkungan keluarga ditekankan pada bimbingan yang terarah dan berkelanjutan dari orang-orang dewasa. Bimbingan yang dimaksud bisa dalam bentuk interaksi kehidupan sehari-hari antara anak dengan orang dewasa, interaksi tersebut dilandasi dengan interaksi edukatif kearah pendidikan agama dan berusaha menciptakan suasana kehidupan beragama di lingkungan keluarga.26

Pendidikan dimulai sejak usia dini karena perkembangan jiwa anak mulai sejak dini, sesuai dengan fitrahnya. Kelahiran dan kehadiran seorang anak dalam keluarga secara ilmiah memberikan

26Ibid, hal. 102

(35)

adanya tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas motivasi cinta kasih, yang pada hakekatnya di jiwai oleh tanggung jawab moral.

b. Pendidikan Keluarga dalam Persepektif Islam

Pendidikan Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan terhadap manusia (anak generasi muda agar nantinya menjadi orang Islam, yang berkehidupan serta mampu melaksanakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai muslim).27

Sebagaimana dalam al Qur’an surat Ar Rum ayat 30 berbunyi :















































Artinya :“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.28

Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus di lakukan oleh setiap umat Islam, karena melalui pendidikan umat Islam mampu memahami syariat Islam dengan baik dan benar. Hal ini tidak terlepas dari tujuan hidup umat Islam itu sendiri, yaitu dengan mewujudkan

27A. A. Khozin, Hadits Tarbawi, (Cirebon : STAI BBC, 2012), hal. 107

28Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta : Maghfirah Pustaka, 2011), hal. 407

(36)

kehidupan yang selamat, damai, harmonis dan bahagia, sejahtera di dunia maupun di akherat kelak.

3. Pola Asuh Orang Tua

a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih pendidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana pendidik memperlakukan anak didiknya,29jadi yang dimaksud pendidik adalah orang tua terutama ayah dan ibu atau wali.Pola Asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.30

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak.31 Dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara,

29Gunarsa S, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia : 2003)

30Thoha Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar : 1996)

31Ibid

(37)

mendidik, membimbing serta mendisplinkan dalam mencapai proses kedewasaan baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua

Terdapat perbedaan yang berbeda-beda dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, yang antara satu dengan yang lainnya hampir mempunyai persamaan.

Diantaranya sebagai berikut:

Menurut Hourlock dalam Thoha,32 mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya, yakni :

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua.

3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

32Thoha Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar : 1996), hal. 111-112

(38)

Menurut Baumrind dalam Dariyo,33 membagi pola asuh orang tua menjadi 4 macam, yaitu:

1) Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.

2) Pola Asuh Permisif

Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.

3) Pola Asuh demokratis

Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

4) Pola Asuh Situasional

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.

Berbagai macam bentuk pola asuh di atas pada intinya hampir sama. Misalnya saja antara pola asuh parent oriented, authoritarian,

33Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja (Jakarta: Ghalia Indonesia : 2004, hal. 98

(39)

otoriter, semuanya menekankan pada sikap kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan yang berlebihan. Demikian pula halnya dengan pola asuh authoritative atau demokratis menekankan sikap terbuka dari orang tua terhadap anak. Sedangkan pola asuh neglectful,indulgent, children centered, permisif dan laissez faire orang tua cenderung membiarkan atau tanpa ikut campur, bebas, acuh tak acuh, apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.

Berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, pada dasarnya terdapat tiga pola asuh orang tua yang sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan beberapa penjelasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya menurut Hurlock. Pola asuh tersebut antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif dan pola asuh penelantar. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai keempat pola asuh tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah sentral artinya segala ucapan, perkataan, maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anaknya. Supaya taat, orang tua tidak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak.Pola asuh otoriter merupakan cara mendidik anak yang dilakukan orang tua dengan menentukan sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi dan memperhitungkan keadaan anak. Orang tualah yang berkuasa

(40)

menentukan segala sesuatu untuk anak dan anak hanyalah objek pelaksana saja. Jika anak membantah, orang tua tidak segan-segan akan memberikan hukuman, biasanya hukumannya berupa hukuman fisik. Pola asuh yang bersifat otoriter ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja.

Ketika anak patuh maka orang tua tidak akan memberikan pengahargaan karena orang tua mengganggap bahwa semua itu adalah kewajiban yang harus dituruti oleh seorang anak. Dalam hal ini kebebasan anak sangat dibatasi oleh orang tua, apa saja yang akan dilakukan oleh anak harus sesuai dengan keinginan orang tua. Jika anak membantah perintah orang tua maka akan dihukum, bahkan mendapat hukuman yang bersifat fisik dan jika patuh orang tua tidak akan memberikan hadiah.

2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah gabungan antara pola asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang

(41)

memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian kepada anak. Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas- batas atau aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua.

Pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua dengan anak. Mereka membuat aturan-aturan yang telah disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginannya. Jadi dalam pola asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Pola asuh demokratis, anak mampu mengembangkan kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri, bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya berkembang dengan baik karena orang tua selalu merangsang anaknya untuk mampu berinisiatif. Sehingga dengan pola asuh demokratis anak akan menjadi orang yang mau menerima kritik dari orang lain, mampu menghargai orang lain, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mampu bertanggung jawab terhadap kehidupan sosialnya.

3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif ini orang tua justrumerasa tidak peduli dan cenedrung memberi kesempatan serta kebebasan secaraluas

(42)

kepada anaknya. Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Anak tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuaidengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

Pola asuh permisif yaitu orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua membebaskan anak untuk berperilaku sesuai dengan keiginannya sendiri. Orang tua memiliki kehangatan dan menerima apa adanya. Kehangatan, cenderung memanjakan, dituruti keinginnannya. Sedangkan menerima apa adanya akan cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja.Pola asuh orang tua permisif bersikap terlalu lunak, tidak berdaya, memberi kebebasan terhadap anak tanpa adanya norma-norma yang harus diikuti oleh mereka. Mungkin karena orang tua sangat sayang (over affection) terhadap anak atau orang tua kurang dalam pengetahuannya.

Sifat-sifat pribadi anak yang permisif biasanya agresif, tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil, serta mempunyai sifat selalu curiga.

Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri,

(43)

tidak peduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas bertindak dan berbuat.

4) Pola asuh penelantar

Pola asuh ini biasanya memiliki interaksi waktu yang sedikit dengan anak-anaknya. Secara umum ciri-ciri pola asuh penelantar yaitu:

a) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya terlalu sibuk, tidak peduli bahkan tidak tahu anaknya dimana atau sedang dengan siapa, dan lain sebagainya.

b) Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri baik fisik maupun psikis.

Hasil penelitian di Firlandia, ternyata anak dengan pola asuh orang tua penelantar berperilaku lebih agresif, impulsif, pemurung dan kurang konsentrasi pada suatu kegiatan penyimpangan kepribadian dan perilaku anti sosial lebih tampak pada pola asuh ditelantarkan. Pengasuhan penelantaran merupakan pengasuhan yang beresiko paling tinggi .34

Gejala-gejala perilaku negatif tersebut semakin tampak pada anak usia 8-12 tahun. Bahkan pada anak dengan pola asuh penelantar kecenderungan perilaku negatif sering kali mengarah pada perilaku negatif orang dewasa seperti merokok, minum-minuman beralkohol, seks bebas atau melacur dan tidak jarang terlibat tindakan kriminal.35

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Pola pengasuhan sendiri terdapat banyak faktor yangmempengaruhi serta melatarbelakangi orang tua dalam menerapkan

34Prasetyo G, Pola Pengasuhan Anak

35Ibid

(44)

pola pengasuhan pada anak-anaknya, sedangkan Santrock 36 menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pola pengasuhan antara lain :

a. Penurunan metode pola asuh yang didapat sebelumnya. Orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang pernah didapat sebelumnya.

b. Perubahan budaya, yaitu dalam hal nilai, norma serta adat istiadat antara dulu dan sekarang.

Menurut Soekanto 37 secara garis besar menyebutkan bahwa

“ada duafaktor yang mempengaruhi dalam pengasuhan seseorangyaitu faktor eksternal serta faktor internal”. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan lingkunganfisik serta lingkungan kerja orang tua, sedangkan faktor internal adalah model pola pengasuhan yang pernah didapat

sebelumnya. Secara lebih lanjut pembahasan faktor-faktor yang ikut berpengaruh dalam pola pengasuhan orangtua adalah :

a. Lingkungan sosial dan fisik

Tempat dimana keluarga itu tingga Pola pengasuhan suatu keluarga turut dipengaruhi oleh tempat dimanakeluarga itu tinggal.

Apabila suatu keluarga tinggal di lingkungan yang otoritaspenduduknya berpendidikan rendah serta tingkat sopan santun yang rendah, makaanak dapat dengan mudah juga menjadi ikut terpengaruh.

b. Model pola pengasuhan

Kebanyakan dari orang tua menerapkan pola pengasuhan kepada anak berdasarkan pola pengasuhan yang mereka dapatkan

36Santrok, Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga : 2003), hal. 240, E. 6

37Soekanto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: PT Rineka Cipta : 2004), hal. 43

Gambar

Tabel 3.3  Intrumen Penelitian
Tabel Konversi
Tabel Konversi Persentase

Referensi

Dokumen terkait

asuh orang tua dan motivasi belajar siswa. Kesimpulan yang diambil adalah: 1) Ada pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap hasil belajar pada siswa

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat

Mengingat bahwa pentingnya pola asuh orang tua terhadap minat belajar anak, maka penulis tertarik untuk mengetahui pola asuh manakah yang tepat diberikan orang tua

Dalam penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk mendapat gambaran hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku cuci tangan pada siswa kelas 6 SD Al-Alaq

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 siswa yang mempunyai tingkat motivasi belajar matematika kategori tinggi, terdapat 3 orang tua yang menggunakan tipe pola

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan kepada anak-anaknya dengan memberikan penuh kasih sayang,

Pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh orang tua, menyusul pola asuh otoriter dan permisif.4 orang tua dengan pola asuh demokratis, 1 orang tua dengan pola asuh otoriter dan

Pola asuh orang tua dan lingkungan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa.. Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di