• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan di Desa Lampahan Kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan di Desa Lampahan Kecamatan "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2021 eISSN 2656 – 8446

71

Hubungan Pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan di Desa Lampahan Kecamatan

Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah

Lydia Febricha, Zulfikar, Afdalul Magfirah,

Stikes Payung Negri Aceh Darussalam afdalulmagfirah88@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian dengan Judul Hubungan Pembinaan STBM(Sanitasi Total berbasis Masyarakat) dengan prilaku mencuci tangan didesa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah, Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang berdomisili di desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah berjumlah 166 KK yang di tentukan dengan rumus slovin berjumlah 63 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan strata. Penelitian dilakukan pada tanggal 09 sampai tanggal 21 Oktober 2020 dengan menggunakan kuisioner. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari faktor Perilaku Mencuci Tangan mayoritas responden melakukan kegiatan mencuci tangan sesuai standar sebanyak 55,6%, berdasarkan faktor pembinaan STBM mayoritas responden tidak ada mendapatkan pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sebanyak 61,9%.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dan pada derajat kepercayaan 95%

dilakukan untuk mengetahui hubungan pembinaan STBM dengan Perilaku Mencuci Tangan, diperoleh nilai P Value 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan.

Kata Kunci : Perilaku Mencuci Tangan, Pembinaan STBM

ABSTRACT

Research has been carried out with the title of STBM (Community-based Total Sanitation) Development Relationship with hand washing behavior in Lampahan Village, Timang Gajah District, Bener Meriah Regency. This type of research is analytic with a cross sectional design. The population in this study were all households domiciled in Lampahan village, Timang Gajah sub-district totaling 166 households determined by the slovin formula totaling 63 respondents.

Sampling was done by means of stratified random sampling, namely sampling based on strata. The study was conducted from 09 to 21 October 2020 using a questionnaire. The results of this study indicate that from the Hand Washing Behavior factor, the majority of respondents carried out hand washing activities according to standards as much as 55.6%, based on STBM development factors

(2)

72

the majority of respondents did not get STBM (Community-Based Total Sanitation) guidance as much as 61.9%. Based on the results of the Chi Square statistical test and at the 95% confidence level, it was carried out to determine the relationship between STBM development and Hand Washing Behavior, obtained a P Value of 0.000 (P 0.05). This shows statistically that there is a significant relationship between the development of STBM (Community-Based Total Sanitation) and Handwashing Behavior.

Keywords: Hand Washing Behavior, STBM Development PENDAHULUAN

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan. STBM terdiri dari 5 pilar yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT), dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT). Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku (Kemenkes, 2014).

Penelitian Aulia Jayanti (2012) tentang “Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Kebiasaan Mencuci Tangan di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerta Tahun 2010” menyebutkan bahwa program Perilaku Mencuci Tangan masih belum belum menjadi prioritas masalah di wilayah kerja Puskesmas Pungging serta masyarakat belum berperan aktif dalam program ini karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya penyuluhan oleh tenaga kesehatan setempat. Penelitian Erickson Sidjabat (2012) “Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Implementasi Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kabupaten Grobongan” menyebutkan bahwa dari implementasi strategi STBM tidak muncul inisiatif dari masyarakat desa untuk mengatasi masalah Kebiasaan Mencuci Tangan.

Salah satu faktor predisposisi terhadap perilaku adalah pengetahuan, apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran serta sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat abadi (Ningsih, 2013). Semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang mencuci tangan, semakin baik sikap mereka dalam penerapan cuci tangan (Wati, 2011). Sekolah memiliki peran penting dalam mendidik dan mendorong kebiasaan cuci tangan sejak usia dini karena kebiasaan mencuci tangan yang dipelajari di sekolah dapat bertahan seumur hidup. Selain itu, anak-anak juga merupakan calon-calon agen perubah untuk lingkungan sekitarnya (Kemenkes RI, 2014).

Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk mencuci tangan dalam aktivitas sehari-hari masih rendah, terutama dalam momen-momen tertentu seperti sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, buang air kecil dan besar dan

(3)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

73 setelah memegang ternak. Data survey menunjukkan, hanya 14,3 persen dari masyarakat Provinsi Aceh yang mencuci tangan pakai sabun sesudah buang air besar, 11,7 persen yang cuci tangan sebelum makan, 8,9 persen yang cuci tangan setelah menceboki bayi, 7,4 persen yang cuci tangan sebelum menyuapi anak, dan hanya 6 persen yang cuci tangan sebelum menyiapkan makanan (Dinkes Provinsi Aceh, 2020).

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2017 proporsi populasi di Indonesia yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air sebesar 68,16%.

Meningkat menjadi 78,87% pada 2018 dan pada 2019 sebesar 76,07%. Data tahun 2019 menunjukkan provinsi dengan proporsi penduduk berfasilitas cuci tangan dengan sabun dan air tertinggi adalah Bali (88,33%). Provinsi Papua menjadi terendah dengan angka 35,55%. Ini menunjukkan belum ada provinsi di Indonesia yang mencapai angka 90%.

Data yang didapat dari dinas kesehatan Bener Meriah tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah fasilitas mencuci tangan di Kabupaten Bener Meriah hamper 80%.

Fasilitas mencuci tangan ini di tempatkan di area keramaian seperti pasar, terminal, rumah makan, dan tempat – tempat umum lainnya, bahkan hampir seluruh Desa menggalakkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun, dirumah – rumah warga banyak ditemukan ember sebagai wadah untuk mencuci tangan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan terhadap Kepala Keluarga yang berdomisili di Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan pilar pertama program STBM diantaranya kurangnya dukungan lintas sektor diantara pemangku kepentingan, sehingga partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pilar pertama STBM masih kurang. Tidak adanya kebijakan khusus dari pihak kecamatan yang mendorong pelaksanaan pilar pertama program STBM. Selain itu tidak ada anggaran khusus dari Puskesmas yang dialokasikan untuk pelaksanaan pilar pertama STBM, juga menjadi masalah dalam pelaksanaan pilar pertama STBM (Survey Awal Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah, 2020).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang bertujuan mencari hubungan antar variabel yang sifatnya bukan hubungan sebab akibat (Hidayat, 2013) untuk mengetahui fenomena yang dihadapi pada situasi sekarang dengan desain “cross sectional” yaitu studi yang mempelajari terjadinya efek, dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang di observasi sekaligus pada waktu yang sama (Isgiyanto, 2009) yang bertujuan untuk mengetahui “Hubungan Pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan di Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah“. Penelitian ini akan dilakukan di Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah pada bulan Juli tahun 2020. Dalam penelitian ini besarnya sampel yang diperoleh sebanyak 63 sampel dari 166 populasi yang ada di Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah dengan menggunakan rumus slovin yang di kemukakan oleh Notoatmodjo (2010)

(4)

74

PENGOLAHAN DATA

Data yang telah terkumpul lalu di olah dengan cara manual dengan langkah- langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) :

a. Editing (penyuntingan data)

Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

b. Coding (lembar kode)

Instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor- nomor pertanyaan.

c. Entry (memasukkan data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulating (tabulasi)

Membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

ANALISIS DATA a. Analisa Univariat

Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam bentuk persentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2010). Data yang didapat dari pengisian kuesioner dianalisa secara deskriptif, kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Machfoedz (2009).

b. Analisa Bivariat

Untuk mengukur hubungan antar variabel akan dilakukan dengan menggunakan komputer yaitu program Statistik Product Service Solution (SPSS). Hubungan antar variabel dilihat dengan menggunakan uji Chi Square (X2) pada tingkat kepercayaan 95%, dikutip dari Machfoedz (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Dari 63 responden mayoritas responden tidak ada mendapatkan pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) sebanyak 39 responden (61,9%). Dan hanya 24 responden yang mendapatkan pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) degan persentase 38,1%.

Tabel 1. Persentase Pembinaan STBM masyarakat

No Pembinaan STBM Frekuensi Persentase

1 Ada 24 38,1

2 Tidak ada 39 61,9

Jumlah 63 100

(5)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

75 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan. STBM terdiri dari 5 pilar yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum Dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT), Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT), dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (PALRT). Strategi Nasional STBM memiliki indikator outcome yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku (Kemenkes, 2014).

Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABSyang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan rantaikontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan lainnya.

STBMmenggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melaluipemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Dengan metode pemicuan, STBMdiharapkan dapat merubah perilaku kelompok masyarakat dalam upaya memperbaikikeadaan sanitasi lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF), pada suatu komunitas atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100%penduduk desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat (Ditjen PP dan PL, 2015).

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Perilaku Mencuci Tangan di Desa Lampahan Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah.

No Jamban Sehat Frekuensi Persentase

1 Sesuai standar 35 55,6

2 Tidak sesuai standar 28 44,4

Jumlah 63 100

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 63 responden mayoritas responden melakukan kegiatan mencuci tangan sesuai standar sebanyak 35 responden (55,6%). Dan dari 63 responden yang diteliti terdapat 35 responden yang ada mendapatkan Pembinaan STBM mayoritas melakukan Kegiatan Mencuci Tangan yang Seusai Standar sebanyak 21 responden (60%) dan dari 28 responden tidak ada mendapatkan Pembinaan STBM mayoritas tidak melakukan kegiatan mencuci tangan yang sesuai standar sebanyak 25 responden (89,3%).

Jamban merupakan fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penggunaan jamban tidak hanya nyaman melainkan juga turut melindungi dan meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman yang ada, masalah mengenai pembuangan kotoran manusia menjadi meningkat, dilihat dari segi kesehatanmasyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok untuk sedini mungkin diatasi (Notoatmodjo, 2010).

Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka penbuangan tinja manusia harus dikelola dengan baik, yaitu jamban. Jamban sehat menurut Notoatmojo

(6)

76

(2010) adalah sebagai berikut : tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingnya, tidak mengotori air permukaan tanah disekitarnya, tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah di gunakan dan di pelihara, sederhana desainnya dan murah. Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah pada masyarakat desa. Faktor pendidikan yang rendah tentunya akan mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya (Agustina, 2014).

Dari 35 responden yang ada mendapatkan Pembinaan STBM mayoritas melakukan Kegiatan Mencuci Tangan yang Seusai Standar sebanyak 21 responden (60%) dan dari 28 responden tidak ada mendapatkan Pembinaan STBM mayoritas tidak melakukan kegiatan mencuci tangan yang sesuai standar sebanyak 25 responden (89,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dan pada derajat kepercayaan 95%

dilakukan untuk mengetahui hubungan pembinaan STBM dengan Perilaku Mencuci Tangan, diperoleh nilai P Value 0,000 (P ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dengan Perilaku Mencuci Tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar Pertama (Stop Babs) di Wilayah Kerja Puskesmas Pemulutan Tahun 2014. Palembang: Universitas Sriwijaya

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet 13.

Rineka Cipta: Jakarta

Chandra, B. 2017. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Chayatin, N. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Depkes RI, 2012. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan Pusat Promosi Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI

Depkes RI. 2013. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) , Ditjen PP dan PL bekerjasama dengan Pokja AMPL Pusat. Jakarta: Depkes RI Ditjen PP dan PL. 2015. Pedoman Umum Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (draft

03). Jakarta: Menkes RI

Isgiyanto, Awal. 2009. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non- Eksperimental. Jogjakarta: Mitra Cendikia

(7)

Jurnal Sains dan Aplikasi Oktober 2020 eISSN 2656 – 8446

77 Jayanti A. 2012. Evaluasi Pencapaian Program Sanitasi Berbasis Masyarakat(STBM) Pilar Pertama Di Wilayah Kerja Puskesmas Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 2008-2010 [Skripsi]. Surabaya: Universiats Airlangga FKM Surabaya.

Kemenkes. 2014. Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Kemenkes

Machfoedz, Ircham. 2008. Statistika Induktif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran Bio Statistika. Yogyakarta: Fitramaya

Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aescu Lapius FK UI.

Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Suparmin, S. 2012. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Jakarta: ECG.

Usman, H dan Purnomo Setia Akbar. 2009. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Widoyono. 2016. Penyakit Trofis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

1 MARSUM BAGELEN 2 SUKIYAH BAGELEN 3 SUKIYAH BAGELEN 4 EDGAR ARSHAQ ALFAREZEL BANYUURIP 5 FERA HARYANTI BANYUURIP 6 INTAN YATASYA CAROLINAWATI BANYUURIP 7 MUHAMMAD