• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

48 4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1.1 Letak Geografis

Desa Mayangan memiliki luas wilayah 502,5 Ha, yang terdiri dari 2 dusun dengan 2 Rukun Warga dan 4 Rukun Tetangga. Desa Mayangan memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Legonkulon 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Legonwetan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tegalurung

4.1.1.2 Topografi

Desa Mayangan merupakan desa dengan dataran rendah yang berada dipenghujung Utara diantara desa yang ada di wilayah Kecamatan Legonkulon. Di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa yang sekaligus berbatasan dengan Desa Legonkulon disebelah selatannya, Disebelah Timur Desa Mayangan bertasan langsung dengan Desa Legonwetan dan disebelah Barat berbatasan langsung dengan Desa Tegalurung.

4.1.1.3 Hidrologi dan Klimatologi

Desa Mayangan sesuai dengan topologinya lebih banyak dikelilingi oleh laut dan sungai pembuangan Cigadung. Terdapat Sungai Cigadung I dan Sungai Cigadung

(2)

II yang berfungsi sebagai irigasi pertanian, perempangan (tambak) dan pembuangan (SP). Iklim Desa Mayangan memiliki curah hujan 2175 Mm dengan suhu rata-rata harian 27-35C .

Berdasarkan Hidrologinya kualitas sumber air bersih di Desa Mayangan sangat jelek karena kondisi subgai dan sumber mata air bersih kondisinya tercemar, kumuh dan mengalami pendangkalan atau pengendapan lumpur lumpur tinggi serta mempunyai rasa asin yang berasal dari Sungai Cigadung I, Sungai Cigadung II, Laut Jawa yang kebanyakan oleh masyarakat Desa Mayangan digunakan untuk sumber air pertanian dan empang (tambak) serta hutan mangrove.

Secaras umum akhir-akhir ini terjadi pendangkalan laut sehingga sering terjadi rob/banjir hampir setiap hari apabila terjadinya laut pasang yang berpengaruh kepada sumber mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Desa Mayangan sebagai penggarap sawah atau petani dan peternak ikan/perikanan/empang

4.1.1.4 Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan

Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Mayangan digunakan secara produktif dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan atau lahan rusak. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan lahan Desa Mayangan memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap diolah. Luas wilayah Desa 502 Ha. Luas lahan berupa sawah

½ teknis, 29 Ha. (saat ini beralih fungsi 18 Ha menjadi Tambak), luas area perempangan 122 Ha, dan luas pemukiman 71 Ha.

(3)

Tabel 4.1

Luas Lahan Menurut Jenis Penggunaan Di Desa Mayangan Tahun 2021

No Penggunaan Lahan Luas Wilayah

1 Area Pesawahan 29

2 Area Perempangan 122

3 Area Mangrove 280

4 Area Lahan yang Rusak 180

5 Area Pemukiman 71

Jumlah 502

Sumber : Desa Mayangan, 2022

4.1.1.5 Kependudukan

Penduduk Desa Mayangan berdasarkan data terakhir tahun 2021 tercatat sebanyak 969 jiwa, tahun 2020 sebanyak 964 jiwa, tahun 2019 sebanyak 963 jiwa dan ditahun 2018 sebanyak 952 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat di;ihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Desa Mayangan Tahun 2018 – 2021

No Tahun Jumlah Penduduk

1 2018 952 Jiwa

2 2019 963 Jiwa

3 2020 964 Jiwa

4 2021 969 Jiwa

Sumber : Desa Mayangan, 2022

Jumlah kepala keluarga di Desa Mayangan pada tahun 2018 sebanyak 273 KK, tahun 2019 sebanyak 283 KK, tahun 2020 sebanyak 300 KK dan tahun 2021 sebanyak 306 jiwa.

(4)

4.1.1.6 Kesehatan

Tenaga kesehatan di Desa Mayangan pada tahun 2021 terbagi atas Keperawatan o orang dan Bidan 1 orang, Dukun Beranak 1 orang, Kader Kesehatan 20 orang dan partisipasi masyarakat dibidang kesehatan sebanyak 22 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Jumlah Tenaga Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat Di Desa Mayangan Tahun 2021

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Medis Dokter Umum -

Dokter Spesialis -

2 Keperawatan Bidan 1

Perawat -

3 Partisipasi Masyarakat

Dukun Bayi (Paraji) 1

Posyandu 3

Polindes -

POD/PUSTU 1

Desa Siaga 1

Kader Kesehatan Aktif 20

Paraji Sunat -

Jumlah 27

Sumber : Desa Mayangan, 2022

4.1.1.7 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, sehingga pendidikan adalah sebuah investasi (modal) di masa yang akan datang. Di Desa Mayangan pada tahun 2021 jumlah guru sebanyak 11 orang terdiri dari Guru Paud sebanyak 2 orang dan Guru SD sebanyak 9 orang. Jumlah murid Paud sebanyak 107 orang dan jumlah murid SD sebanyak 172 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(5)

Tabel 4.4

Data Pendidikan/Sekolah Formal dan Non Formal Di Desa Mayangan Tahun 2021

No Uraian PAUD SD SMP SLTA

1 Guru 6 9 - -

2 Murid 107 172 - -

Sumber : Desa Mayangan, 2022

Pada saat ini jumlah sarana prasarana sekolah menurut jenjang terud diupayakan baik kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, mulai dari TK/PAUD/RA s.d SD. Adapun jumlah sarana pendidikan di Desa Mayangan terdiri dari jenjang TK s.d SD, baik formal maupun non formal. Nama dan jumlah sarana prasarana pendidikan yang ada di Desa Mayangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5

Data Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Desa Mayangan Tahun 2021

No Nama Sekolah Jenjang Status Lokasi Jumlah

1 PAUD Paud Swasta Pondok Bali 17

2 RA/DTA Saat Sindine RA/DTA Swasta Krajan 40

3 RA/DTA Al-Forqon RA/DTA Swasta Pondok Bali 50

4 SDN Sakti Mulya SD Negeri Krajan 172

Sumber : Desa Mayangan, 2022

4.1.1.8 Ketenaga Kerjaan

Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenagakerjaan di Desa Mayangan sampai akhir tahun 2021, masih menunjukan keadaan kondusif, walaupun dipihak lain masih dihadapkan pada keterbatasan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit dikendalikan sebagai akibat krisis

(6)

ekonomi dan wabah Covid-19. Banyaknya pencari kerja di Desa Mayangan adalah sebagai akibat penambahan angkatan kerja baru dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi ini terus berlangsung diberbagai lapisan dan tingkat sektor-sektor usaha strategis yang banyak menyerap tenaga kerja. Keadaan ini memberikan kontribusi sangat besar terhadap jumlah pencari kerja yang tidak terproyeksikan sebelumnya.

Jumlah angkatan kerja pada tahun 2021 sebanyak 291 orang. Jumlah pencari kerja yang dapat disalurkan dan ditempatkan di perusahaan-perusahaan maupun jenis pekerja lainnya sebanyak 47 orang, sedangkan sisanya sebesar 244 orang belum mendapatkan pekerjaan. Dalam hal ini penyerapan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang ditempatkan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum nya, sementara jumlah jumlah pencari kerja yang terdaftar mengalami kenaikan.

4.1.1.9 Pemuda dan Olahraga

Dalam hak kepemudaan, pada tahun 2021 tidak terlepas dari aktivitas dan eksistensi Karang Taruna, baik level desa maupun level RW, sedangkan jumlah Karang Taruna tidak aktif untuk level desa serta hampir seluruh usia Karang Taruna kurang terlibat aktif dikepengurusan Tingkat RW, baik pengurus aktif, maupun anggota biasa.

Sedangkan organisasi keolahragaan yang ada di Desa Mayangan cukup variatif, namun semua organisasi tersebut masih dikelola secara amatir, dan hanya penyaluran kegemaran saja. Tetapi sempat ada yang mengikuti turnamen olahraga sampai ke tingkat nasional yaitu atlit olahraga Yudo. Kini nasib klub-klub olahraga tersebut nasibnya antara hidup dan mati karena tidak adanya penyantun dana. Untuk lebih jelasnya data organisasi keolahragaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6

Data Klub / Perkumpulan Olahraga

(7)

Di Desa Mayangan Tahun 2021

No Klub Olahraga yang Terdaftar Jumlah

1 Klub Sepakbola 1

2 Klub Bola Voli 1

3 Klub Bulu Tangkis 1

4 Klub Tenis Meja 1

5 Klub Senam Sehat -

6 Klub Jantung Sehat -

7 Klub Pencak Silat/Yudo 1

8 Klub Futsal 1

Jumlah 6

Sumber : Desa Mayangan, 2022

Dari data klub olahraga di atas, telah banyak melahirkan atlet-atlet berbakat dan ikut dalam mewakili desa dan kontingen kecamatan, dan bahkan kewakili kabupaten dan provinsi untuk tingkat nasional dan bahkan untuk olahraga Yudo sudah mewakili tingkat Internasional dan menorehkan juara II Internasional di Negara Jepang.

4.1.1.10 Tempat Peribadatan

Tempat ibadah merupakan bentuk indikator atau tolak ukur apakah masyarakat tersebut bisa dikatakan sebagai masyarakat yang religius atau tidak. Masayarakat Desa Mayangan merupakan tipe masyarakat yang religius, hal ini dapat dilihat dengan adanya 7 buah tempat peribadatan. Sarana dan prasarana peribadatan yang terletak di Desa Mayangan yaitu Masjid 2 buah, Mushallah 3 buah, dan Madrasah 2 buah. Untuk lebih jelasnya data tempat peribadatan di Desa Mayangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7

Sarana Tempat Peribadatan Di Desa Mayangan Tahun 2021

(8)

No Jenis Jumlah

1 Masjid 2

2 Mushola 3

3 Langgar -

4 Madrasah 2

Sumber : Desa Mayangan, 2022

4.1.2 Kondisi Pemerintahan Desa

4.1.2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa

Untuk lebih jelas struktur organisasi Pemerintahan Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon

4.1.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Unsur Organisasi

Adapun tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Unsur Organisasi dan Perangkat adalah sebagai berikut:

Kepala Dusun I

Sekretaris Desa Kepala Desa BPD

Tenaga Teknis

Kepala Dusun II Kaur

Pemerintahan Kaur Eknomi Kaur Kesra Kaur

Keuangan Kaur Umum

(9)

1. Kepala Desa

Tugas Kepala Desa:

a. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

b. Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan kewenangan jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.

Fungsi Kepala Desa:

a. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pemerintahan;

b. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pembangunan;

c. Merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pembinaan kemasyarakatan.

2. Sekretaris Desa

Tugas Sekretaris Desa:

a. Membantu Kepala Desa di bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat Pemerintah Desa dan masyarakat;

b. Mewakili Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan;

c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa;

Fungsi Sekretaris Desa:

a. Pengkoordinasi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh Perangkat Desa;

b. Pengumpul bahan dan perumus program serta petunjuk untuk keperluan pembinaan penyelenggaraan Pemerintah Desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya;

c. Pemantauan dan pengevaluasi terhadap kesekretariatan;

(10)

d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan, perekonomian, dan kesejahteraan;

e. Pengurusan administrasi keuangan, perlengkapan rumah tangga surat menyurat dan kearsipan serta memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh perangkat Pemerintah Desa;

f. Penyusun Program Kerja Tahunan Desa dan pertanggungjawaban Kepala Desa;

g. Penyusun laporan Pemerintah Desa;

h. Penyususn dan Penyampaian Bahan Rancangan Peraturan Desa untuk diajukan kepada BPD;

i. Pengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas kesekretariatan.

3. Urusan Ekonomi dan Pembangunan

Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris Desa di bidang perekonomian dan pembangunan;

Dalam melaksanakan tugas, Urusan Ekonomi dan Pembangunan mempunyai fungsi:

a. Pengumpul, pengolah dan pengevaluasi data perekonomian dan pembangunan;

b. Pengumpul bahan dan penyiap bahan bimbingan/pembinaan di bidang perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat;

c. Pemberi pelayanan kepada masyarakat di bidang perekonomian dan pembangunan;

(11)

d. Pengumpul bahan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan pembangunan;

e. Pengumpul bahan dan membantu melakukan koordinasi pelaksanaan pembangunan serta menjaga dan memelihara prasarana dan sarana fisik dilingkungan desa;

f. Pengurus dan pengolah administrasi di bidang perekonomian dan pembangunan desa;

g. Penyiap bahan dalam rangka perencanaan pembangunan di Desa dengan melakukan koordinasi dan bekerjasama dengan lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa;

4. Urusan Kesejahteraan Rakyat

Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris Desa di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

Dalam melaksanakan tugas, Urusan Kesejahteraan Rakyat mempunyai fungsi:

a. Pengumpul, pengolah dan pengevaluasi data di bidang agama, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

b. Pengumpul bahan dan penyiap bahan dalam bimbingan dan pembinaan di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat;

c. Pengumpul dan pelaksana penyaluran bantuan terhadap korban bencana alam;

d. Pemberi pelayanan kepada masyarakat di bidang keagamaan, fasilitas di bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

(12)

e. Pengolah dan pembina dalam kegiatan pengumpul zakat, fitrah, infaq dan shodaqoh;

f. Pengumpul bahan dalam rangka meningkatkan swadaya dan partisipasi masyarakat di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

g. Pengolah dalam membantu dan menjaga kelestarian adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di Desa;

h. Pengumpul bahan dan penyusun laporan di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial;

i. Pencatat data dan pengolah data Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR);

j. Pengumpul bahan/data dalam pelaksanaan bimbingan kegiatan pembinaan kesejahteraan keluarga, kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya;

k. Pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan;

5. Urusan Umum

Urusan Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Sekretaris Desa di bidang umum, kepegawaian dan keuangan.

Dalam melaksanakan tugas, Urusan Umum mempunyai fungsi:

a. Pengumpul dan pengolah kepegawaian;

b. Pengumpul dan pengolah administrasi keuangan;

c. Pengolah urusan perlengkapan dan inventaris Desa;

d. Pengolah urusan rumah tangga Desa;

e. Pengatur pelaksana rapat-rapat dinas dan upacara;

f. Pengolah urusan surat menyurat kearsipan dan ekpedisi (Tata Usaha Desa):

g. Pengumpul bahan dan penyusun laporan Pemerintah Desa;

h. Pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan.

6. Urusan Pemerintahan

(13)

Urusan Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Sekretaris Desa di bidang pemerintahan.

Dalam melaksanakan tugasnya Urusan Pemerintahan mempunyai fungsi:

a. Pengumpul, pengolah dan pengevaluasi data di bidang pemerintahan Desa;

b. Pengumpul bahan dalam rangka pembinaan wilayah dan masyarakat Desa;

c. Pemberi pelayanan kepada masyarakat di bidang pemerintahan;

d. Pelaksana tugas-tugas di bidang keagrariaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Pembantu tugas-tugas di bidang administrasi kependudukan;

f. Pembantu dan penyiap bahan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dan perangkat Desa;

g. Pembantu dan penyiap bahan-bahan dalam rangka pembinaan RT/RW;

h. Pengumpul da penyusun laporan di bidang Pemerintahan;

i. Pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.

7. Kepala Dusun

Tugas Kepala Dusun adalah membantu melaksanakan tugas dan kewajiban Kepala Desa dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Fungsi Kepala Dusun:

a. Pembantu pelaksanaan tugas Kepala Desa di wilayah kerjanya;

b. Pelaksana kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

c. Pelaksana keputusan dan kebijakan Kepala Desa;

d. Pembantu Kepala Desa dalam kegiatan pembinaan dan kerukunan warga;

e. Pembina dan meningkatkan swadaya dan gotong royong;

f. Pelaksana penyuluhan program Pemerintah Desa;

(14)

g. Pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

4.1.2.3 Aparatur Pemerintahan

Jumlah Pegawai di lingkungan Pemerintah Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon sebanyak 1 orang Kepala Desa, 1 orang Sekretaris, 5 orang Kaur, 2 orang Kepala Dusun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Jumlah Aparatur Pemerintahan Desa Mayangan

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Desa 1

2 Sekretaris Desa 1

3 Kepala Urusan 5

4 Kepala Dusun 2

5 Ketua RW 2

6 Ketua RT 4

7 Staf Desa 2

Sumber : Desa Mayangan, 2022

4.2 Hasil Penelitian

Pembahasan ini menjawab tujuan penelitian Implementasi Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon dengan melihat model implementasi yang diungkapkan oleh Edwards III yaitu faktor komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang mempengaruhi keberhasilan dari implementasi kebijakan yang diteliti penulis. Pengaruh keempat

(15)

faktor ini pada Implementasi Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah sebagai berikut:

4.2.1 Komunikasi

Sanitasi merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat sehat. Sanitasi yang baik akan menciptakan sebuah keteraturan lingkungan, meningkatkan produktifitas manusia dan mengurangi pencemaran lingkungan yang akan bemanfaat bagi kelangsungan hidup bagi masyarakat. Terwujudnya Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan pada wilayah desa ataupun kelurahan yang mengintensifkan keberlangsungan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang bersyarat sejumlah 50% atau separuh dari wilayah desa dan kelurahan SBTM diwajibkan memenuhi standart ODF yang sebelumnya telah diverifikasi. Karena hal ini tertuang dalam agenda Target RPJMN 2019 guna melanjutkan dari pembanguan MDG’s yaitu SDG’s berupa keinginan dan dengan maksud penyetaraan, dengan pembangunan dan pencapaian. Salah satunya dengan pembangunan sanitasi yang layak.

Pemerintah mengembangkan strategi nasional berupa pendekatan yang dikenal dengan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), dengan cakupan 5 pilar perubahan perilaku dan diatur dalam salah satu ketetapan pemerintah yaitu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 tahun 2014 perihal Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang terdiri atas 5 Pilar di antaranya ialah; Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Menggunakan Sabun, Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga dan Makanan Sehat, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga.

Salah satu output dari dari kelima pilar yaitu pilar 1 yang akan peneliti bahas meliputi terbentuknya komunitas Open Defecation Free (ODF), yaitu cakupan dari

(16)

Desa ODF, Kecamatan ODF hingga Kabupaten ODF. Keadaan Open Defecation Free (ODF) sendiri adalah suatu wujud ‘perilaku’ pada gerakan Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) ialah keadaan personal suatu lingkup dengan istilah yang ada akan merujuk dari ketentuan yang telah diumumkan yang telah dilakukan dari tahun 2008.

Konsistensi Kabupaten Subang dalam mengembangkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Barat agaknya tidak diragukan lagi. Pengembangannya tidak hanya dilaksanakan oleh jajaran kesehatan saja tetapi juga melalui paduan program lain seperti penuntasan rumah tidak layak huni yang diselaraskan dengan pembangunan desa mandiri gotong royong (DMGR). Pada tahun 2021 Bupati Subang menunjukkan komitmennya dengan mendeklarasikan 253 desa/kelurahan (100%) yang sudah ODF (Open Defecation Free) atau stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS).

Upaya agar masyarakat di Kabupaten Subang stop buang air besar ini merupakan salah satu upaya menurunkan angka kesakitan diare. Diare di Kabupaten Subang masih merupakan 10 besar penyakit di Puskesmas dan Rumah Sakit, bahkan menimbulkan balita meninggal. Aksi nyatanya adalah dengan metoda ‘pemicuan’ yang membuat masyarakat sadar bahwa jamban sehat penting dan tidak ada subsidi dalam pembangunannya.

Deklarasi Stop Buang Air Besar Sembarangan tidak hanya prestasi Dinas Kesehatan, tetapi termasuk juga keberhasilan para Kepala Desa, Camat dan masyarakat. Program ini terutama cocok untuk diterapkan di wilayah pantura Subang karena masih ada juga masyarakat yang sudah punya jamban tetapi hanya diperuntukkan bagi tamu saja, sementara pemiliknya masih buang air besar di sungai atau di pinggir pantai.

Pemerintah Daerah Kabupaten Subang telah berkomitmen menjadikan Kabupaten Subang bebas ODF yang hingga tahun 2021 ini telah mancapai 100%.

(17)

Kedepannya Pemerintah Daerah Kabupaten Subang akan terus mempertahankan bahkan akan lebih baik lagi dalam penanganan ODF. Pemerintah Daerah Kabupaten Subang dalam mendorong pengembangan pembiayaan kebutuhan penyediaan sanitasi selain dianggarkan dari APBD juga melalui swasta maupun mikrofinance dengan melakukan CSR dengan beberapa perusahaan swasta yang ada di Kabupaten Subang.

Tujuan STBM ialah melakukan pendekatan sosial terhadap warga dalam rangka menumbuhkan kepribadian yang lebih higienis juga sanitasi melalui penyuluhan untuk masyarakat. Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan fasilitas umum demi penyehatan lingkungan seperti pemasokan air bersih untuk minum, keperluan sanitasi, hingga pembiasaan perilaku higienis oleh masyarakat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 menyebutkan bahwa tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yakni wujud manifestasi perilaku higienis yang dilakukan oleh masyarakat dan kebiasaan saniter mandiri yang bertujuan untuk menaikkan level kesehatan masyarakat. Usaha yang dilaksanakan yaitu dengan menyediakan jamban sehat yang menjadi aksesnya, akan tetapi pada kenyataannya belum terjadi keefektifan dengan penyesuaian pada keadaan yang menjadi karakter tiap daerah dari penggambaran yang telah dipaparkan.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dimaknai sebagai suatu program berupa pendekatan serta sebuah alternatif pembangunan melalui kegiatan hygiene dengan melibatkan sumber daya manusia sebagai faktor pendukung utama yang dapat ditemukan pada lingkup keluarga, rumah tangga, ranah masyarakat, maupun individu melalui aktualisasi serta stakeholder yang bekerjasama secara kooperatif dalam rangka mewujudkan perubahan sanitasi total yang berkelanjutan. Dalam kebijakan publik indikator kesuksesan program diukur dari output dan outcome. Hasil dari program STBM dari segi outcome yaitu harapan turunnya angka persebaran penyakit yang

(18)

berhubungan dengan sanitasi, serta memperbaiki perilaku masyarakat mengenai BABS. Kemudian dari segi output penekanan kpd masyarakat sudah memiliki sanitasi yang dasar layak dan memadai sesuai kaidah STBM serta dikelola dengan tepat.

Pembuat kebijakan meregulasi kebijakan terkait apa saja yang seharusnya dilaksanakan dalam hal informalitas, segala fenomena yang ditafsirkan sebagai antitesis terhadap modernitas, namun pengaruhnya penting untuk kehidupan masyarakat miskin yang tinggal di daerah. Namun pada kenyataan yang dihadapi cenderung berkebalikan dengan pendapat tersebut, yaitu munculnya kendala-kendala tertentu pada proses yang dijalankan.

Program ini dilaksanakan melalui Puskesmas setempat, petugas kesehatan lingkungan atau kesling dari Puskesmas tersebut melakukan upaya awal yang disebut pemicuan. Tujuannya agar masyarakat terutama kader dapat mengetahui dan melaksanakan program secara langsung dan berkesinambungan. Proses pelaksanaan program ODF ini dilakukan dengan metode pemicuan oleh tim fasilitator seperti pimpinan desa/kelurahan, natural leader yang terjaring dalam pemicuan, kader posyandu, tokoh agama setempat, tokoh adat, pihak sekolah, dan mitra desa/kelurahan setempat, seperti fasilitator dari proyek.

Puskesmas Legonkulon di Desa Mayangan melakukan upaya penyehatan masyarakat melalui pengadaan jamban sehat, hal ini difokuskan untuk menyelsaikan permasalahan pada pilar Nomor 1 STBM yakni bebas buang air besar dengan sembarangan. Kabupaten Subang sudah mencapai target ODF pada tahun 2021 semua desa di Kabupaten Subang sudah ODF sehingga progres 100% sudah Bebas Buang Air Besar Sembarangan. Akan tetapi di Kecamatan Legonkulon khususnya di Desa Mayangan waktu pelaksanaan STBM pilar ke satu yaitu ODF tempat BABS berbentuk cubluk helikoter yang membuang ke sungai atau ke laut dibongkar habis, akan tetapi

(19)

sekarang bermunculan lagi bangunan BABS. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pola pikir masyarakat setempat. Namun, belum mempunyai sikap sadar untuk pembuatan jamban dari masyarakat sekitarnya, karena banyak masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang berbeda di desa ini menanggapi perilaku BABS ada yang pro dan kontra.

Komunikasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan dan diefektifkan lagi dengan disampaikan juga kepada kelompok sasaran kebijakan serta pihak lain yang berkepentingan. Indikator dalam komunikasi yaitu proses transmisi/ penyaluran komunikasi, kejelasan komunikasi dan konsistensi.

Menurut Edward dalam Budi Winarno (2007:174) komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik dan sikap serta tanggapan dari pihak yang terlibat. Sedangkan pengertian komunikasi itu sendiri merupakan proses penyampaian informasi dari komunikasi kepada komunikan.

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan konsisten.

Komunikasi pada implementasi kebijakan umumnya menganalisis apakah pesan yang dikirimkan pembuat kebijakan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh pelaksana kebijakan. Kalau pesan yang dikirimkan oleh pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan dapat diterima secara lengkap, maka komunikasi disebut efektif. Perkembangan komunikasi kebijakan saat ini menyatakan bahwa komunikasi dikatakan berjalan efektif jika pesan dari tujuan kebijakan yang disampaikan pembuat

(20)

kebijakan bukan saja bisa diterima dengan jelas, melainkan juga mempengaruhi dan dilaksanakan oleh pelaksana kebijakan.

Komunikasi pada saat ini memegang peranan yang sangat penting dalam mensukseskan suatu kebijakan termasuk kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon. Karena keputusan kebijakan dan perintahnya harus diteruskan kepada orang yang tepat dan dikomunikasikan dengan jelas dan akurat agar dapat dimengerti dengan cepat oleh pelaksana kebijakan.

Beberapa hal yang mendorong terjadinya komunikasi yang tidak konsisten dan menimbulkan dampak-dampak buruk bagi implementasi kebijakan, diantaranya adalah transmisi yang dilakukan, tingkat konsistensi, dan tingkat kejelasan dari komunikasi.

Sosialisasi terkait program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon sangat penting untuk dilakukan Berikut adalah hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai bagaimana caranya pihak Kantor Kecamatan Legonkulon mensosialisasikan program kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini kepada masyarakat, yaitu:

Sosialisasi sudah dilakukan oleh satuan kerja yang terkait dengan program ODF ini secara serentak disetiap desa diwilayah Kecamatan Legonkulon, termasuk Desa Mayangan juga, dimana sosialisasi ini diberikan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, memotivasi dan membentuk sikap dan karakter masyarakat dipedesaan untuk merubah pola hidupnya yang tadinya tidak sehat menjadi pola hidup sehat dengan program ODF ini untuk tidak buang air besar sembarangan.

Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat Desa pihak Kecamatan Legonkulon melakukan mensosialisasi program STBM ini kepada masyarakat dengan melakukan penyuluhan-

(21)

penyuluhan langsung kepada masyarakat desa. Sosialisasi tentang program STBM dilakukan oleh semua pihak terkait mulai dari aparatur kecamatan, tenaga kesehatan, aparatur desa, masyarakat, maupun pihak-pihak lainnya yang terkait. Selain itu sosialisasi diberikan melalui berbagai macam kegiatan seperti Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dan kegiatan sosialisasi oleh pendamping desa sehingga masyarakat dapat secara langsung menangkap program dan kegiatan yang berkaitan dengan ODF dan dapat dilaksanakan secara langsung.

Proses penyampaian informasi dilakukan oleh petugas kepada kelompok sasaran kebijakan sudah berjalan dengan baik dan dilaksanakannya kegiatan sosialisasi adalah untuk memberikan penjelasan mengenai kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan memberikan penjelasan kepada masyarakat dengan pengarahan langsung dan melalui media Pamplet agar mengetahui kebijakan tersebut, agar masyarakat dapat mengetahui program tersebut. Pelaksanaan sosialisasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ada yang dilakukan secara langsung yaitu dengan bertatap muka langsung antara petugas dan masyarakat dan dengan pelaksanaan sosialisasi tidak langsung yaitu dengan menggunakan leaflet dan sepanduk maupun baligo agar terlihat oleh masyarakat dan leaflet yang dibagikan kepada masyarakat desa.

Proses pentransferan informasi ke bawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami gangguan baik disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda akan memberikan interpretasi yang tidak sama terhadap suatu standar dan tujuan, atau sumber informasi sama memberikan interpretasi yang penuh dengan pertentangan, maka pada suatu saat

(22)

pelaksana kebijakan akan menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan secara intensif. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif sangat ditentukan oleh komunikasi.

Keberagaman sifat, perilaku dan karakteristik dari masyarakat juga mempengaruhi kelancaran program STBM. Masyarakat yang memiliki sifat acuh dan tak peduli akan kesehatan serta masyarakat yang kekurangan ekonominya kebanyakan tidak mau untuk menerima sosialisasi dan pemicuan yang dilakukan pihak kecamatan dan puskesmas serta desa sehingga mereka memilih untuk BAB di sungai atau pantai.

Berikut adalah hasil wawacara penulis dengan Kepala Puskesmas Legonkulon mengenai siapa saja pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan program STBM, beliau menjelaskan bahwa :

Untuk pelaksanaan kebijakan STBM ini, pihak yang berperan adalah Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Kantor Kecamatan. Pihak kecamatan dalam program STBM memiliki kegiatan pemicuan, sosialisasi dan stimulant.

Kegiatan pemicuan dilakukan oleh aparat Kecamatan Legonkulon dan petugas Puskesmas Legonkulon berbeda dengan kegiatan sosialisasi maupun penyuluhan

Menurut hasil waancara yang diperoleh di atas bahwa aspek sosialisasi sudah dijalankan secara maksimal dan terjadwal dengan melibatkan elemen terkait. Oleh sebab itu dari aspek pemberian informasi ini sudah cukup baik karena dari implementator kegiatan dan kelompok sasaran sudah diberikan sosialisasi terkait program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Tetapi dengan adanya perbedaan karakteristik dari masyarakat maka cara sosialisai yang dilakukan pada desa- desa juga perlu dilakukan secara berbeda.

Menurut Edward III dalam Agustino (2012:151) komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigu. Dalam

(23)

pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon, agar penyampaian informasi dapat diterima dengan jelas dan dapat dimengerti maka dalam tata cara teknis menerangkan. terdapat dua metode sosialisasi yaitu secara langsung dan tidak langsung yaitu media cetak. Sosialisasi langsung disampaikan oleh pihak penyuluh kesehatan kepada kelompok masyarakat secara lisan di lokasi melalui tatap muka.

Cara yang perlu dilakukan petugas penyuluh kesehatan untuk memberikan informasi tersebut yaitu dengan cara melakukan sosialisasi. Sosialisasi tersebut bertujuan agar dapat memberikan informasi tentang kebijakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), seperti tujuan dibuatnya kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah untuk mencapai kondisi sanitasi total dengan mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat yang meliputi 3 komponen yaitu penciptaan lingkungan yang mendukung, peningkatan kebutuhan sanitasi.

Pihak-pihak yang memilki keterlibatan untuk memperhatikan buang air besar sembarangan ini adalah perangkat Desa/Kecamatan tiap wilayah. Kerjasama pelaksanaan program oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Subang juga mengajak instansi-instansi terkait. Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kecamatan Legonkulon khususnya di Desa Mayangan sejauh ini telah jalannya dengan mumpuni, selaras dengan yang menjadi tujuannya. Acuan pelaksanaannya yaitu dengan sektor yang berarti koordinasi penggerakan semua sektor secara komunikasi juga cukup baik. Namun, ada beberapa kendala salah satunya di Desa Mayangan, kurangnya kebijakan yang tegas membuat daerah tersebut sulit untuk segera ODF.

(24)

Strategi Advokasi STBM dari kebijakan dan banyak faktornya. Kemudian dengan yang memiliki korelasi pada advokasi, kemudian dengan usaha mewujudkan hal bersangkutan. Serta belum adanya peraturan yang tertulis dan secara berkomitmen untuk dilaksananakan. meningkatkan kesadaran dalam kesehariannya.

Namun hal ini menjadi permasalahan ketika informasi yang disampaikan tidak tersampaikan dengan baik. Jika penyuluh kesehatan di Kecamatan Legonkulon tidak memberikan sosialisasi yang baik kepada masyarakat, maka dengan begitu masyarakat kurang mengetahui tentang tujuan dan manfaat dibuatnya program STBM tersebut.

Seperti yang dinyatakan oleh informan perwakilan masyarakat, yaitu:

Saya masyarakat pendatang di Desa Mayangan ini masih kurang mendapat sosialisasi dari petugas kesehatan tentang tata cara buang air besar yang sehat, karena saya tinggal masih menumpang dan kalau buang air besar selalu di pantai.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa masih ada masyarakat Desa Mayangan belum mendapat informasi yang jelas tentang tujuan dan manfaat dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini. Kondisi tersebut akan menjadi permasalahan yang cukup serius ketika masyarakat merasa kurang mendapatkan informasi yang cukup. Untuk itu agar tidak terjadi permasalahan tersebut, maka petugas kesehatan perlu melakukan sosialisasi dengan sebaik-baiknya, karena sosialisasi merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan di Kecamatan Legonkulon.

Komunikasi merupakan salah satu elemen penting yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik. Keberhasilan sebuah kebijakan dapat dilihat dari komunikasi yang ada. Kebijakan harus disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga informasi yang disampaikan harus akurat. Apabila penyampaian tujun dan

(25)

sasaran suatu kebijakan tidak jelas, tidak memberikan pemahaman atau bahkan tujuan dan sasaran kebijakan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi suatu penolakan atau resistensi dari kelompok sasaran yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukannya tiga hal, yaitu penyaluran (transmisi) yang baik akan mengahsilkan implementasi yang baik pula, adanya kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak membingungkan dalam pelaksanaannya, dan adanya konsistensi yang diberikan pelaksanaan kebijakan. Jika yang dikomunikasikan berubah-ubah akan membuat bingung dalam pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.

Faktor pertama yang berpengaruh terhadap komunikasi kebijakan adalah transmisi. Transmisi komunikasi atau penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Koordinasi pelaksanaan kebijakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan masyarakat desa disampaikan melalui media langsung melalui pertemuan dan sosialisasi yang dilakukan petugas kesehatan Puskesmas Legonkulon kepada masyarakat desa.

Faktor kedua adalah kejelasan, yaitu kejelasan komunikasi juga merupakan elemen yang penting. Kejelasan komunikasi menentukan akan keberhasilan implementasi sebuah kebijakan publik. Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya kesalahpahaman bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal.

(26)

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa kendala dan hambatan yang ditemukan dalam mewujudkan Desa Mayangan bebas dari perilaku Buang Air Besar di sembarang tempat diantaranya adalah tingkat pengetahuan yang rendah, sikap masyarakat, pendapatan masyarakat dan factor kebiasaan. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi inovasi yang mampu menggerakkan titik tolak untuk meningkatkan kualitas seorang petugas Kesehatan Lingkungan dan Pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan pelayanan public.

Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah kegiatan pemicuan. Pemicuan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menimbulkan suatu efek atau keyakinan dalam diri seseorang atau kelompok, sehingga akan terjadi suatu mata rantai gerakan yang terakumulasi.

Kegiatan ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya, sehingga akan timbul pula kesadaran bahwa sanitasi, khususnya tentang perilaku BABS adalah masalah yang berasal dari masyarakat dan harus diselesaikan oleh masyarakat sendiri. Pemicuan pada masyarakat tidak bisa sembarangan, dan ada teknik-teknik khusus agar masyarakat tidak merasa digurui, disalahkan, dan pikiran negatif lainnya

Desa Mayangan telah ditetapkan sebagai desa ODF pada Tahun 2021. Peran aktif pada Kader Kesehatan Desa Mayangan dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak lagi buang air besar disembarang tempat dilakukan dengan langsung datang ke tiap RT dan rumah warga. Melakukan pendataan guna pelaksanaan pemberian bantuan pembuatan WC kepada warga. Yang lebih penting adalah para Kader Kesehatan tidak kenal lelah dengan terus mengingatkan warga agar berperilaku

(27)

sehat dan menularkannya kepada anggota keluarganya masing-masing pada setiap penyuluhan.

Kerja sama antara aparat desa bersama jajaran pemerintah kabupaten untuk menghilangkan kebiasaan masyarakat yang masih buang air sembarangan dan membentuk kebiasaan baru yakni ke buang air di WC (Water Closet), dilakukan dengan pelaksanaan penyuluhan dan pembinaan rutin. Hasilnya memperlihatkan yang menjadi fase memicu keberhasilan tersebut, dikarenakan aktivitas pembentukan dengan kecenderungan biasa, pada penerimaan ataupun pemberian narasumber dengan acuan budaya ataupun yang menjadi kebiasaan, pemenuhan yang telah ada

Pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kecamatan Legonkulon, Desa Mayangan kurang berdampak secara maksimal.

Pemerintah Desa Mayangan belum mempunyai perencanaan prioritas anggaran yang digunakan untuk mendukung akses sanitasi. Pemberian informasi melalui penyuluhan, kunjungan ke rumah warga dan pemberian informasi secara perseorangan. Petugas kesehatan juga membantu menggunakan media yang digunakan berupa leaflet. Namun, kekurangannya belum terdapat himbauan atau informasi mengenai bahaya BAB disungai dan larang BAB di sungai yang berbentuk spanduk dan banner. Pembelajaran perilaku pada masyarakat yang tinggal di desa ODF sangat penting dilakukan.

Peran dan dukungan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaran program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) antara lain peran dukungan Kepala Desa dengan perilaku ODF. Dukungan yang cukup dari Kepala Desa melalui pendampingan dan monitoring akan mewujudkan perilaku ODF secara total. Meningkatkan penyuluhan serta pendekatan pada community leader secara lebih intens dari tenaga

(28)

kesehatan, seluruh jajaran pengurus dan aparat desa, tokoh-tokoh masyarakat termasuk tokoh agama terkait penggunaan jamban, juga harus lebih fokus. Dalam meningkatkan kepasitas fungsi para petugas kesehatan dalam menghubungkan dorongan kepala desa melalui advokasi dan regulasi yang tepat dan jelas agar sampai dengan jelas kepada masyarakat. Kepala desa juga harus mendapatkan advokasi untuk lebih membangun kesadaran masyarakat mengenai lingkungan yang sehat, agar tidak hanya terfokus pada kegiatan rutin seperti pembangunan jalan, pemasangan pengerasan jalan, dan kegiatan fisik konstruksi lainnya.

4.2.2 Sumber Daya

Mutu kesehatan ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya adalah:

perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, serta hereditas.lingkungan dan perilaku terutama sangat mempengaruhi pencapaian mutu kesehatan. Lingkungan dapat dilihat dari kondisi pemukiman/perumahan, ruang kerja, sekolah, tempat-tempat umum, air, udara, teknologi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Perilaku tergambar dari kebiasaan hidup sehari-hari, misalnya pola makan, higiene dan sanitasi perorangan, life style, serta perilaku individu terhadap upaya penyehatan diri pribadi.

Mutu kesehatan terpengaruh oleh faktor yang ada di lingkungan, perilaku masyarakat, layanan kesehatan seta genetik. Lingkungan yang keadaannya tidak sesuai dengan persyaratan kesehatan, kemudian perilaku masyarakat yang tidak higienis dan saniter yang ditemukan baik di perkotaan maupun di pedesaan merupakan faktor paling kuat dan paling berpengaruh terhadapat mutu kesehatan masyarakat. Pengetahuan yang kurang, masyarakat yang kurang mampu secara finansial, pengetahuan, serta teknologi

(29)

merupakan hal yang paling mendasar yang dapat mempengaruhi keberhasilan program pembangunan di sektor kesehatan.

Pembangunan kesehatan adalah suatu usaha penyelenggaraan di sektor kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, diprakarsai dengan harapan meningkatnya tingkat kesadaran, keinginan, serta kemampuan untuk hidup sehat untuk setiap individu, sehingga diharapkan terwujudnya mutu kesehatan seluruh masyarakat yang paripurna.

Merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), diterangkan bahwa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan suatu metode dalam mempengaruhi kebiasaan higienis dan saniter dengan melakukan pemeberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam metode pemicuan. Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pedoman untuk menyelenggarakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu terdiri dari Stop BABS, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dianggap efektif untuk mewujudkan dan memudahkan akses kepada sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan, karena program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan dengan penyesuaian terhadap norma-norma pembangunan yaitu mengutamakan swadaya masyarakat serta mengubah perilaku masyarakat dengan metode pemicuan. Sebagai leading sector Puskesmas dianggap mampu membina desa secara teknis dalam pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),

(30)

dan menyusun rencana kegiatan, menentukan kegiatan, strategi, mekanisme kerja unutk mewujudkan wilayah kecamatan, desa, dusun, Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim. Jika personel yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan sumberdaya dalam melakukan tugasnya. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempuma karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang hams dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program.

Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. lnformasi merupakan sumberdaya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa

(31)

yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang.

Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, infonnasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Sumber daya manusia yang tidak memadahi (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempuma karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program.

Demikian juga dengan proses mengimplementasikan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon dibutuhkan tenaga Sanitarian yang ada di Puskesmas Legonkulon agar dapat mengkafer pelaksanaan program di lapangan, sebab program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) merupakan tindakan preventif untuk melakukan prilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan.

Sumber daya menjadi salah satu faktor penting dalam implementasi kebijakan publik. Sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber daya anggaran, dan sumber daya fasilitas. Sumber daya menusia berkenaan dengan kecakapan pelaksana

(32)

kebijakan publik untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Edward (dalam Tangkilisan, 2003:55) sumber daya dikatakan baik dilihat dari sumber daya manusia, anggaran dan fasilitas. Sumber daya manusia di dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting. Ketersediaan staf beserta kualitas dalam penelitian ini adalah tentang ketersediaan satuan tugas yang dapat digunakan untuk menggantikan tugas tertentu dari implementor terhadap implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai Sumber Daya Manusia yang mendukung program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dan seperti apa kriteria yang dibutuhkan, sebagai berikut:

Dalam hal sumber daya manusia terkait pelaksanaan program STBM di wilayah Kecamatan Legonkulon khususnya harus memiliki kualifikasi akademik minimal Diploma III Ahli Kesehatan Lingkungan yang bertugas di Puskesmas yang menjabat sebagai Sanitarian, sementara tenaga lain di luar Sanitarian hanya sebatas diperbantukan untuk menjalankan program kesling namun tenaga tersebut lebih cenderung mengutamakan tindakan kuratif sesuai dengan profesinya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa dalam program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon, sumber daya manusia merupakan petugas yang akan memberikan pelayanan, yang termasuk di dalamnya petugas kesehatan, dan petugas dari masyarakat sendiri. Dalam pelaksanaan Program STBM Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Legonkulon hanya memiliki satu orang tenaga Sanitarian yang diangkat juga menajadi pelaksana program kesehatan lingkungan Stop BABS. Pendidikan terakhir tenaga sanitarian di Puskesmas Legonkulon ini adalah Diploma III Ahli Kesehatan Lingkungan. Dalam melaksanakan program STBM Stop BABS di wilayah kerja Puskesmas Legonkulon

(33)

tenaga Sanitarian dibantu oleh Kepala Puskesmas, promotor kesehatan, dan bidan- bidan desa yang ditempatkan di wilayah kerja Puskesmas Legonkulon diantaranya di Desa Mayangan.

Karena itu implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, dan kompetensi dibidangnya, sedangkan kuatitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber daya manusia yang kehandalan sumber daya manusia, implementasi kebijakan akan berjalan lambat.

Sumber daya merupakan salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan kebijakan ataupun sebuah program, baik sumber daya manusia, sumber daya finansial dan juga sumber daya fasilitas. Ketiga aspek tersebut sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu kebijakan yang sedang diimplementasikan. Dalam pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon, sumber daya yang dimiliki sudah sesuai kebutuhan di lapangan. Hal ini diungkapkan Kepala Puskesmas Legonkulon yang mengatakan bahwa:

Sumber daya manusia dalam pelaksanaan Program STBM di wilayah kerja Puskesmas Legonkulon sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM. Pemegang program STBM adalah seorang Sanitarian yang berlatar belakang pendidikan Ahli Kesehatan Lingkungan, dan untuk pelaksanaan sosialisasi Sanitarian dibantu oleh para kader kesehatan disetiap desa yang sebelumnya sudah diberikan pelatihan tentang STBM.

(34)

Dalam wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang dimiliki oleh Puskesmas Legonkulian dalam pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini sedah sesuai Permenkes Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM.

Sanitarian telah memilih tim fasilitator dengan memberdayakan Kader Kesehatan dan perangkat desa (kepala desa dan jajarannya) serta tokoh masyarakat setempat, kemudian diedukasi mengenai tujuan pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Stop BABS di desa-desa. Kepala desa dan tokoh masyarakat yang jadi panutan bagi masyarakat di desanya bisa menjadi pemancing agar masyarakat mengubah pemikiran mengenai pentingnya sanitasi. Sanitarian dan tim fasilitator telah mengikuti pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kabupaten.

Sanitarian mendapat sertifikat dan tim fasilitator hanya mendapat piagam sebagai tanda bahwa mereka telah mengikuti pelatihan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Kepala Puskesmas selaku kepala semua program kesehatan di Puskesmas Legonkulon juga berkontribusi dengan membangun kerjasama dengan pemerintah daerah, serta kerja sama lintas sektor. Kerjasama tersebut diantaranya Koramil yang ikut serta turun ke lapangan untuk melaksanakan gotong royong massal bersama warga.

Gotong royong untuk membersihkan jalan serta membangun sarana sanitasi berupa kamar mandi umum di desa-desa yang sedang melakukan pembangunan.

Suatu kebijakan tidak akan berjalan dengan baik apabila tanpa dukungan sumber daya anggaran. Maka dari itu sumber daya anggaran menjadi salah satu faktor yang cukup penting demi berjalannya kebijakan ini dengan baik. Anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atas suatu kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa adanya dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

(35)

Anggaran dana utama untuk program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) berasal dari APBD, BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dan masyarakat sendiri. Sedangkan untuk sumber pembiayaan alternatif bisa diperoleh dari donor Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada pelaksanaanya, masyarakat masih kurang memberi hati untuk sukarela membangun jamban walaupun itu untuk kepentingan mereka sendiri. Mayoritas masyarakat petani masih belum masuk kategori sejahtera.

Hal tersebut disebabkan karena total pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi dan produksi yang dikeluarkan oleh rumah tangga lebih besar dari pendapatan. Hal ini menyebabkan lemahnya kesanggupan masyarakat untuk memenuhi kondisi sanitasi

Secara umum prinsip pembiayaan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diarahkan untuk menggali dan mendorong potensi-potensi yang ada dari sektor terkait dan sumber-sumber yang ada di masyarakat, termasuk potensi kegiatan sosial kolektif yang ada di masyarakat seperti gotong royong untuk mewujudkan akses masyarakat terhadap sarana semua pilar. Subsidi tidak diperbolehkan untuk pembangunan sarana sanitasi dasar untuk rumah tangga atau individu. Subsidi hanya dapat dilakukan untuk sarana sanitasi komunal yang dilengkapi dengan sistem pengelolaan yang disepakati masyarakat di komunitas yang telah mencapai status tidak buang air besar sembarangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai sumber dana untuk melaksanakan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai berikut:

Untuk sumber anggaran pada pelaksanaan program STBM ini diperoleh dari swadaya masyarakat secara sukarela dan juga diperoleh dari subsidi pemerintah.

(36)

Dalam pelaksanaan program STBM Stop BABS di wilayah Kecamatan Legonkulon, pendanaan telah dimulai sejak dari persiapan hingga tercapainya desa-desa yang ODF. Di Kecamatan Legonkulon anggaran untuk program ini tidak ada secara khusus. Setiap tahun sumber dana berbeda-beda, terkadang dari APBD dan terkadang dari BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) dan selalu tercukupi setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa pelaksanaan program STBM Stop BABS ini pada prinsipnya adalah program non subsidi, karena pada dasarnya program ini adalah program yang menekankan pada pemberdayaan masyarakat. Jadi semua bermula dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat, dan hasilnya untuk masyarakat. Namun pada prakteknya tetap membutuhkan biaya untuk keperluan pemenuhan material yang berhubungan dengan pelaksanaan program.

Pembiayaan yang mencukupi, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang penting untuk penyelenggaraan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sumber anggaran dapat diperoleh melalui dana pemerintah maupun non pemerintah yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi, peningkatan kapasitas, pendukung operasional cakupan wilayah, promosi dan kegiatan perangkat lunak lainnya dalam upaya mendukung pengembangan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu program akan berjalan atau berhasil bila ada dukungan dana yang cukup untuk pelaksanaan pembiayaan suatu program dengan demikian dana yang ada harus cukup jika dana pembiayaan tidak mencukupi maka harus mencari pemecahan masalah. Seharusnya Desa Mayangan memiliki alokasi dana sendiri untuk pembiayaannya, namun pembiayaan untuk pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

(37)

lebih dominan berasal dari Dinas Kesehatan dan APBN, sehingga untuk pelaksanaan kebijakan tersebut sering terbengkalai karena hanya mengandalkan dana yang tersedia saja.

Sumber Pembiayaan yang dapat digunakan untuk mendukung upaya pengembangan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) antara lain : 1. Dana sektoral APBN yang direncanakan dan dikelola oleh Kementrian terkait yang

bertanggung jawab atas pengelolaan sumber dana tersebut seperti Kementrian Kesehatan, Kementrian PU.

2. Dana APBD yang dapat direncanakan untuk mendukung upaya pengembangan pendekatan STBM.

3. Dana sektoral yang ditransfer kedaerah dalam upaya mendukung program sanitasi seperti dana dekonsentrasi kepada Gubernur, dana tugas perbantuan ke Bupati dan Desa.

4. Dana terkait dengan proyek air minum dan sanitasi nasional, proyek lain yang memungkinkan integrasi dalam upaya mengembangkan pendekatan STBM seperti PAMSIMAS, MCC,

5. Dana hibah yang mungkin dapat digunakan untuk mendukung pengembangan pendekatan STBM seperti CSR,

6. Dana yang dapat digunakan dengan mengintegrasikan kegiatan sanitasi dengan mekanisme proyek induk yang akan diacu seperti BOK , BOS, PNPM

7. Dana yang bersifat kebijakan local seperti dana bantuan operasional puskesmas, alokasi dana desa/kelurahan, bantuan keuangan desa, pengembangan lingkungan sehat.

(38)

Usulan pembiayaan dilakukan melalui proses musyawarah perencanaan yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten propinsi dan pusat. Proses ini dilakukan untuk menampung aspirasi perencanaan dari bawah sehingga mendapat gambaran pendanaan yang diperlukan sesuai dengan skala prioritas. Namun beberapa mekanisme yang bersifat adhoc yang biasanya dilakukan berkaitan dengan proyek yang berskala nasional guna mencari terobosan pencapaian target yang telah disepakati secara global dan nasional.

Dilihat dari kondisi masyarakat yang terkendala ekonomi dalam membangun jamban, mungkin pihak Puskesmas perlu mempertimbangkan membuat arisan jamban bagi masyarakat. Masyarakat dapat menyisihkan uang sejumlah yang disepakati bersama setiap bulannya. Bahan-bahan seperti pasir, kayu, dan papan dapat dicari dari lingkungan sekitar desa, untuk bahan-bahan seperti semen dapat dibeli dengan uang yang dikumpulkan bersama-sama saat arisan. Satu jamban dapat dipergunakan oleh 2- 5 keluarga, dengan demikian mungkin untuk menyediakan jamban bersama tidak seberat membangun jamban perkeluarga.

Terlepas dari sanggup atau tidak sanggupnya masyarakat, program ini bertujuan untuk memancing kesadaran masyarakat. Semua berawal dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat itu sendiri. Terkadang fasilitas sudah dibangun oleh pemerintah tetapi tidak dipergunakan oleh warga karena kebiasaan yang sudah mendarah daging di dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, keberhasilan program bukan semata hanya karena banyaknya anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi juga dipengaruhi berbagai faktor pendukung lainnya

Menurut Edward III dalam Agustino (2012:152), fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang

(39)

untuk melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Fasilitas-fasilitas diperlukan untuk menterjemah usul-usul di atas guna melaksanakan pelayanan- pelayanan. Fasilitas merupakan faktor yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Fasilitas dapat berupa kantor, alat/perlengkapan, kendaraan. Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

Agar implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon dapat berjalan dengan baik, sudah saatnya harus didukung oleh sumberdaya yang memadai, terutama dalam hal sarana dan prasarananya. Dari hasil penelitian, implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon agak sulit mencapai tingkat keberhasilan dari pelaksana kebijakan. Hasil peneltian menunjukkan bahwa petugas yang ditetapkan untuk melaksanakan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) belum sepenuhnya dapat memahami tugas dan fungsi mereka sebagai karena masih ada keterbatasan dari sarana-prasarana yang dapat mendukung kebijakan.

Peralatan alat perangkat pendukung untuk menciptakan efisiensi kerja dalam pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Stop BABS khususnya pada saat kegiatan pemicuan. Peralatan tentunya berguna untuk mempermudah dan memperlancar masyarakat dalam memahami penjelasan fasilitator.

Peralatan disediakan oleh bendahara komite STBM, peralatan dibeli dengan

(40)

menggunakan dana BOK Puskesmas Legonkulon. Selain untuk belanja peralatan, dana juga digunakan untuk konsumsi berupa makanan ringan yang akan diberikan kepada masyarakat ketiga jeda pemicuan.

Berdasarkan hasil wawancara Kepala Puskesmas Legonkulon mengenai dengan fasilitas pendukung untuk melaksanakan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), sebagai berikut :

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan program Stop BABS antara lain gambar sketsa kontaminasi dari kotoran ke mulut, leaflet, brosur, spidol, kertas karton, buku, pena, sekam padi, tepung, kertas untuk daftar hadir kelompok pemicuan, dan lain-lain. Gambar sketsa kontaminasi dari kotoran ke mulut didapatkan pada saat petugas sanitarian mengikuti pelatihan kemudian diperbanyak sendiri untuk kegiatan pemicuan di lapangan. Melalui peralatan pendukung ini, masyarakat diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan bahaya pencemaran makanan akibat BABS. Spidol dan kertas karton digunakan untuk pemetaan kondisi sanitasi desa mereka.

Dari hasil wawancara mendalam dan observasi deketahui bahwa sarana untuk Pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di desa Mayangan Kecamatan Legonkulon sudah memadai karena alat dan bahan tesebut sudah disediakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, untuk mempromosikan tentang kesehatan khususnya mengenai STBM dengan menggunakan leaflet, brosur dan penyuluhan, dan untuk kendaraan operasional khususnya untuk sanitasi seperti yang disampaikan informan bahwa petugas kesehatan Puskesmas Muara Tembesi tidak memiliki kendaraan operasional khusus namun Puskesmas mempunyai kendaraan operasioanal yang bisa digunakan untuk petugas sebagai transportasi untuk melakukan kegiatan di desa.

Menurut sutiyono dkk (2014) Sarana dan prasarana merupakan peralatan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pelaksanaan kebijakan program

(41)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sehingga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat.

Sarana dan prasaran sangat penting dan mendukung untuk keberhasilan dan kelancaran suatu program khusunya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk memicu kesadaran masyrakat agar tidak ada lagi masyarakat yang BAB di sungai, BAB sembarangan dan menggunakan air untuk minum dan memasak. Untuk itu kelengkapan sarana merupakan faktor yang sangat penting agar pelaksanaan program dapat berjalan dengan efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal. pemberian Pemberian leaflet atau pemasangan brosur juga di anggap sangat penting dibagikan kepada masyarakat pada saat ada pertemuan seperti penyuluhan, Posyandu agar masyarakat sendiri menyadari bahwa pentingnya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) khususnya pilar pertama Stop BABS dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

Sumberdaya fasilitas tidak terlalu banyak yang harus dibenahi, karena dari segi infrastrukturnya sudah baik, tinggal meningkatkan dari aspek kualitas sumber daya manusianya, sehingga dari infrastruktur sudah memadai dan sumber daya manusia yang baik tentunya akan mendukung keberhasilan kebijakan. Petugas selain diharapkan mampu, pandai, dan terampil, juga hendaknya berkeinginan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja secara efektif dan efisien. Sebaliknya apabila petugas yang kurang mampu, kurang cakap, dan kurang terampil dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat terselesaikan secara optimal tepat dan cepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Petugas juga merupakan asset yang sangat penting dan

(42)

berharga untuk institusi khususnya pada Puskesmas Legonkulon yang berwenang dalam proses implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Dengan demikian selayaknya dari sudut teori implementasi yang dipergunakan dengan pendekatan memakai teori Edward III, menyatakan bahwa keberhasilan implementtasi kebijakan akan sangat ditentukan oleh faktor sumberdaya karena merupakan faktor yang sangat mendukung guna keberhasilan suatau regulasi/kebijakan yang akan dijadikan sebagai ukuran atau indikator untuk menentukan masa depan kebijakan. Sumberdaya tentunya merupakan sebuah hal yang sangat penting, untuk itu selayaknya dapat dijadikan sebuah ukuran guna menentukan arah kebijakan yang lebih baik, khususnya dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon.

Kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon tidak akan berhasil apabila jumlah petugas tidak memadai dan tidak ahli dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut. Perkembangan yang terus berjalan secara dinamis menuntut aparatur harus ahli dalam segala hal. Hal ini untuk menciptakan pelayanan prima dan maksimal kepada masyarakat wajib pajak. Petugas atau sumber daya manusia dalam mendukung kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dilihat dari kualitas dan kuantitas petugas Puskesmas Legonkulon.

Karena sumber daya fasilitas termasuk faktor yang tidak kalah pentingnya dengan sumber daya lainnya dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pengadaan fasilitas yang layak seperti gedung, tanah, transportasi, dan peralatan pembantu akan menunjang implementasi suatu kebijakan.

Referensi

Dokumen terkait

KPA Nasional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana terangkum dalam Perpres No.75 Tahun 2006, yang terdiri atas: pengembangan kebijakan, langkah strategis,

Ekonomi Islam 2 III K3 P9 Toton Fanshurna... Ekonomi Islam 2 III K2 C2

Manusia mendapatkan derajat kemuliah dengan akhlak yang tinggi pada Allah SWT,., dimana seseorang mendasarkan keyakinannya bahwa segala gerak dan langkahnya berada dalam

Pendidikan minimal S-1, diutamakan berlatar belakang pendidikan dibidang Ilmu Agama Islam dan/atau telah memiliki pengalaman dalam bidangnya;.. Memiliki kemampuan

Nasabah dengan ini menyatakan tunduk dan terikat pada Syarat dan Ketentuan Danamon Online Banking dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia

Komite Audit Perseroan dibentuk oleh dan bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris untuk membantu fungsi pengawasan Dewan Komisaris terhadap Direksi dalam menjalankan

Tim Kerja Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya di singkat Tim Kerja STBM adalah Tim yang dibentuk untuk mendukung dan memastikan penyelenggaraan STBM

Struktur Birokrasi ialah hal yang krusial tentang kebijakannya, saat melaksanakan hal tersebut dan daya mampu pada prakteknya. Dalam pelaksanaan pembangunan jamban sehat di