• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Birokrasi

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 54-64)

Dalam implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa Mayangan Kecamatan Legonkulon, kemauan dan kesungguhan para pelaksana dalam melakukan implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dinilai sudah baik. Walaupun dengan berbagai kekurangan dan kendala yang ada, mereka tetap berusaha untuk mensiasatinya seperti penggunaan fasilitas pribadi untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kebijakan.

Sabun (CTPS); 3) Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM-RT); 4) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT); 5) Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (PLRT).

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Program STBM memiliki indikator outcome dan output. Indikator outcome STBM yaitu menurunnya kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis

lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku. Sedangkan indikator output STBM adalah sebagai berikut :

1. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF).

2. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga.

3. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.

4. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.

5. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.

Implementasi kebijakan yang baik haruslah mempunyai prosedur yang jelas dalam suatu kegiatannya, begitu juga dalam kebijakan implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini, perlu adanya kegiatan yang jelas dan perencanaan yang tersusun sesuai dengan standar prosedur yang telah ditentukan agar

hasil yang dicapai dapat memuaskan. Mekanisme program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan SOP maksudnya adalah suatu kebijakan yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Struktur Birokrasi termasuk salah satu faktor yang penting dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ada dua karakteristik utama dari birokrasi menurut Edward, yaitu prosedur-prosedur kerja ukuran ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi (Winarno, 2014:206). SOP yang baik adalah yang mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerja implementor.

Struktur birokrasi menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan kepada instansi pelaksana. Hal ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara setiap instansi melaksanakan tugasnya dalam implementasi program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini. Ketika arah dan strategi instansi secara keseluruhan telah ditetapkan serta struktur birokrasi telah dibentuk, maka hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana instansui tersebut melakukan kegiatan atau menjalankan tugas dan fungsinya. Struktur birokrasi merupakan suatu gambar yang menggambarkan tentang jenis atau tipe instansi, pembagian bidang-bidang, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang hubungan pekerjaan yang terkait, garis perintah dan tanggung jawab serta rentang kendali sistem pimpinan.

Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolak ukur dalam melaksanakan program kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai

langkah-langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna sistem proses kerja dalam bentuk aktivitas aliran data, dan aliran kerja. Prosedur operasional standar adalah standar langkah-langkah sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.

Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan dan menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan. menjalin konsistensi dan proses kerja yang sistematik. dan menetapkan hubungan timbal balik antara satuan kerja.

Harapan dengan adanya SOP, sumber daya pengampu kebijakan mampu dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SOP sehingga dapat menimbulkan efektivitas dan efisiensi kinerja, sedangkan struktur organisasi pelaksanapun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks. Untuk kebijakan penyelenggaraan kebijakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini dipegang oleh setiap Puskesmas mempunyai tugas pokok melaksanakan diantaranya melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga. Berikut ini hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembangunan & Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai prosedur (Standard Operating Procedures) dalam pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai berikut:

Peraturan jelas sudah dibuat oleh Kementerian Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang mana dari peraturan ini pemerintah Kabupaten Subang mengeluarkan juga peraturan agar program yang dicanangkan oleh kementerian yang juga dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Subang hal ini adalah bentuk penguatan legalitas oleh pemerintah Kabupaten Subang yang dituangkan dalam Surat Edaran Bupati Subang Tentang Deklarasi Desa ODF.

Hal ini juga adalah bentuk keseriusan pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara diatas diperoleh informasi bahwa Standard Operating Procedures (SOP) yang digunakan dalam proses penetapan target kebijakan

program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar Stop BABS di Puskesmas Legonkulon adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Adapun target atau indikator keberhasilan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar Stop BABS adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar, sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BAB di sembarang tempat dengan menggunakan jamban sehat yang tujuan akhirnya mencapai Desa/Kelurahan ODF. Sedangkan indikator Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM adalah sebagai berikut: telah ada intervensi melalui pemicuan satu wilayah Desa/Kelurahan, ada masyarakat yang bertanggungjawab untuk melanjutkan aksi intervensi STBM baik individu, ataupun bentuk komite; dan sebagai respon dari aksi intervensi STBM, masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen perubahan perilaku pilar STBM yang telah disepakati bersama.

Pedoman yang digunakan dalam proses penetapan teknis pelaksanaan program STBM pilar Stop BABS di Puskesmas Legonkulon sama dengan pedoman dalam

penetapan target yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Puskesmas Legonkulon tidak melakukan penyusunan perencanaan terkait teknis pelaksanaan STBM Pilar Stop BABS, Puskesmas hanya melaksanakan teknis yang sudah tertera pada pedoman yang digunakan. Karena Puskesmas sebaiknya harusnya sudah memiliki buku panduan tersendiri yang lebih terperinci dari pedoman yang berlaku, yang didalamnya menjelaskan pedoman pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan agar memperoleh hasil maksimal.

Sementara itu hasil wawancara penulis dengan Kepala Puskesmas Legonkulon mengenai prosedur (Standard Operating Procedures) dalam pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai berikut:

Sebenarnya tidak ada SOP khusus yang mengatur kebijakan STBM, karena program STBM itu ada dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, kami melakukan sosialisai kepada masyarakat pada saat kebijakan disyahkan, dan kemudian kami melakukan menotoring sebulan sekali, untuk melihat perkembangan keberhasilan program STBM ini, jadi peraturan itulah yang dijadikan pedoman oleh pihak puskesmas untuk menjalankan kebijakan tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas, SOP dalam pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di wilayah Puskesmas Legonkulon belum mempunyai SOP secara khusus. Namun, dalam melaksanakan tugas-tugasnya, mengenai struktur birokrasi dan SOP ini telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Untuk kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini dipegang oleh Dinas

Kesehatan. Pada implementasi kebijakan penyelenggaraan kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ini Puskesmas Legonkulon telah melaksanakan tugas dengan baik itu terlihat dari keberhasilan ODF mencapai 100% diwilayah Puskesmas Legonkulon.

Salah satu aspek yang terpenting dalam birokrasi adalah adanya standar operasional prosedur (SOP). SOP adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakan suatu instansi untuk mencapai tujuan. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. SOP di Puskesmas Legonkulon berpedoman kepada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Standar operasional prosedur (SOP) pada dasarnya adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa semu keputusan dan tindakan serta penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang dalam organisasi, anggota-anggota organisasi, berjalan secara efektif dan efisien, konsisten, standar, dan sistematis.

Tujuan SOP untuk memberikan parameter pekerjaan, pengoperasian pekerjaan secara aman, efektif, efisien, konsisten.

Struktur Birokrasi termasuk salah satu faktor yang penting dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Ada dua karakteristik utama dari birokrasi menurut Edward, yaitu prosedur-prosedur kerja ukuran ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan fragmentasi (Winarno, 2014:206). SOP yang baik adalah yang mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi

acuan dalam bekerja implementor. Harapan dengan adanya SOP, sumber daya pengampu kebijakan mampu dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SOP sehingga dapat menimbulkan efektivitas dan efisiensi kinerja, sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks.

Pada konteks strukutur organisasi dengan menggunakan pendekatan teori Edward III pemisahan dalam pelaksanaaan kebijakan (fragmentasi). Fragmentasi adalah pelaksanaan fungsi secara terpisah-pisah-pisah, yang menurut Edward III akan mengakibatkan atau dapat menimbulkan dua konsekuensi pokok yang dapat merugikan bagi keberhasilan implementasi kebijakan. Jika sesuatu badan rendah tingkat fleksibilatsnya terhadap misi maka badan tersebut akan mempertahankan eksistensinya dan besar kemungkinan akan menentang kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan perubahan.

Penyebaran tanggung jawab atau Fragmentasi yang terjadi di dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini yang dilaksanakan oleh Puskesmas Legonkulon terwujud melalui pola kinerja mereka yang saling bekerja sama untuk mensukseskan pelaksanaan implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Masing-masing petugas pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugas saling membantu dan bekerjasama dengan baik. Pelaksana implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini dalam menjalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka, sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama. Mereka tetap berkompetisi dalam melaksanakan tugasnya, akan tetapi kompetisi yang mereka lakukan dengan positif dan sehat.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Seksi Pembangunan &

Pemberdayaan Masyarakat Desa mengenai fragmentasi yaitu:

Mengenai pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan Kebijakan STBM ini, tanggung jawab Puskesmas sendiri dalam implementasi kebijakan STBM ini adalah melakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan yang di serahkan/fokuskan oleh Dinas Kesehatan dalam pelaksanaannya ke Puskesmas Legonkulon

Menurut hasil wawancara diatas, tanggungjawab Puskesmas Legonkulon dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ini adalah melakukan sosialisai, pembinaan dan pengawasan. Untuk tanggungjawab pelaksanaan adalah pihak Puskesmas Legonkulon.. Penyebaran tanggung jawab diberikan sesuai dengan struktur organisasi yang sudah ditetapkan Kepala Puskesmas Legonkulon dan dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), tugas sepenuhnya diberikan pada pihak Puskesmas Legonkulon.

Sedangkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Puskesmas Legonkulon tanggung jawab implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), menyatakan:

Tanggung jawab kami adalah melaksanakan kebijakan STBM di Puskesmas Legonkulon, dalam hal ini tanggung jawab kami adalah melakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan STBM yang dilaksanakan oleh Puskemas Legonkulon, Pengawasan disini untuk melihat perkembangan keberhasilan kebijakan STBM ini dimasyarakat.

Menurut hasil wawancara di atas diperoleh informasi bahwa tanggung jawab Puskesmas Legonkulon dalam implementasi kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah melakukan sosialisasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dilaksanakan

oleh Puskesmas Legonkulon. Penyebaran tanggung jawab kepada instansi pelaksana kebijakan dalam menjalankan tugasnya saling membantu dan bekerjasama serta berkompetisi secara sehat. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan semangat pelaksana kebijakan dalam mencapai keberhasilan menerapkan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Petugas dari masing-masing Institusi pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan kerjasama.

Penyebaran tanggung jawab tersebut dapat diwujudkan dalam kinerja antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, antara bagian tersebut saling bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Misalnya petugas yang bertugas melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat wajib adalah Petugas dari Puskesmas Legonkulon bekerja sama dengan pamong desa untuk melakukan proses pelaksanaan kebijakan ini. Penyebaran tanggung jawab yang diberikan oleh Kepala Puskesmas Legonkulon kepada Petugas sebagai pelaksana kebijakan tersusun sesuai dengan tupoksi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal demikian dilakukan agar pelaksana kebijakan dapat mengetahui tugas pokok dan fungsinya supaya penyebaran tanggung jawab ini dapat terlaksana dan membawa keberhasilan dalam kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menilai bahwa dalam penyebaran tanggung jawab apabila dilihat dari struktur birokrasi beserta tugas pokok dan fungsinya sudah berjalan dengan baik dan sesuai tupoksi Puskesmas Legonkulon dalam melaksanakan kebijakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan uraian tersebut mengenai fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab dalam implementasi kebijakan

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 54-64)

Dokumen terkait