• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KAPASITAS PENYULUH DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KOTA KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KAPASITAS PENYULUH DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KOTA KENDARI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

2023: 2 (3): 154 – 161

https://ojs.uho.ac.id/index.php/inovap/index doi: http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i3.42416

CONTACT Iskandar Zainuddin Rela iskandar_faperta@uho.ac.id

Vol 2. No 3. Juli 2023

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI DENGAN KAPASITAS PENYULUH DALAM KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KOTA KENDARI

Harmoko1, Iskandar Zainuddin Rela1*, Salahuddin1, Tjandra Buana1

1 Jurusan Penyuluhan Pertanian, Fakultas Pertanian, Uiversitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara

* Corresponding Author : iskandar_faperta@uho.ac.id To cite this article:

Harmoko, H., Iskandar, Z. R., & Salahuddin, S. (2023). Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Kapasitas Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Kota Kendari. JIIKPP (Jurnal Ilmiah Inovasi dan Komunikasi

Pembangunan Pertanian), 2(3), 154-161. http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i3.42416

Received: 25 Mei 2023; Accepted: 10 Juli 2023; Published: 28 Juli 2023 ABSTRACT

This research aims to determine the relationship between communication behaviour and the capacity of extension agents in agricultural extension activities in Kendari City. The research location was chosen based on several considerations, such as: being an area with a lower level of change in people's behaviour in communicating with each other, being an area where the majority of people use information technology so that face-to-face communication between people is decreasing. The number of samples in this study was 58 agricultural extension workers because the total population in the study did not reach 100 people, so the number of pieces was taken using a census technique. The method used in this study is a quantitative method using data analysis, namely descriptive analysis and correlation analysis (rank spearman), with the help of SPSS software.

The results of this study indicate that communication behaviour, both in terms of knowledge, skills, and intensity, is in the high category, with an average value of 4.27. The capacity of extension agents, which includes the ability to facilitate, access information, technology, and resources, and improve the organization, is also in the high category with an average value of 4.07. The relationship between communication behaviour and extension capacity in Kendari City's agricultural activities is very close, with a correlation coefficient of 0.81 (positive).

Extension workers' communication behaviour and ability need to be maintained so that farmers get satisfying new information and knowledge while participating in extension activities.

Keywords: Communication Behavior, Extension Capacity, Agricultural Extension Activities.

PENDAHULUAN

Luas kota Kendari adalah 27.176 hektar. Lahan pertanian yang terus menyusut akan ikut andil dalam nilai total penciptaan pertanian. Hal ini karena lahan pertanian diubah menjadi lahan produktif, seperti perumahan, pusat perbelanjaan, bangunan komersial, dan ruang publik. Oleh karena itu, di kawasan pertanian Kota Kendari terjadi penurunan produktivitas pertanian yang cukup signifikan. Diprediksi ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi penurunan produktivitas lahan pertanian di Kota Kendari, salah satunya ialah tingkat produktivitas tenaga kerja. Perihal ini sejalan dengan komentar Sari et al., (2019) berkata kalau tingkatan kinerja penyuluh pertanian mempunyai ikatan nyata dengan tingkatan produktivitas usaha tani. Kinerja program penyuluhan pertanian adalah adanya perantara dalam mengelola hubungan antara tugas dan kebutuhan program penyuluhan yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan petani. Berikutnya Purwatiningsih et al., (2018) menerangkan kalau yang diartikan dengan kinerja penyuluh merupakan keahlian ataupun hasil kerja penyuluh pertanian.

Penyuluh pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian di Indonesia, artinya salah satu capaian sektor pertanian untuk kesejahteraan rakyat Indonesia ada di tangan penyuluh, karena penyuluh dapat berhubungan langsung dengan petani (Lubis, 2016). Penyuluhan pertanian saat ini mengalami keterpurukan

(2)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 hingga titik terendah sehingga membuat kinerja penyuluh tidak maksimal, keadaan tersebut diakibatkan oleh rendahnya kapasitas penyuluh. Kapasitas penyuluh merupakan keahlian yang dimiliki penyuluh dalam mencapai berbagai tujuan dengan dedikasi tinggi untuk mengubah sikap pelaku utama serta pelaku usaha sehingga petani jadi sejahtera. Tingkatan kinerja penyuluh yang rendah sendiri diakibatkan oleh rendahnya kapasitas penyuluh.

Sejalan dengan riset Anwarudin et al., (2020) mengemukakan kalau kapasitas penyuluh lapangan rendah serta kurang mencukupi sehingga butuh ditingkatkan oleh pihak- pihak pemangku kepentingan.

Kapasitas penyuluh adalah kemampuan penyuluh dalam melaksanakan berbagai tugasnya dengan komitmen besar untuk mengubah perilaku pemangku kepentingan utama dan pemasar agar masyarakat petani berkembang. Tingkat kinerja penyuluh yang rendah sendiri disebabkan oleh rendahnya kapasitas penyuluh.

Penyuluh bisa dikatakan berkapasitas tinggi dalam melaksanakan profesinya sebagai seseorang penyuluh apabila ia mampu meningkatkan perilakunya dalam berbicara melalui pembelajaran informal, sehingga ia dapat memahami kualitas kehidupan dirinya, keluarga maupun warga yang jadi sasaran penyuluhan. Perilaku komunikasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dan memperoleh informasi dari berbagai sumber dan menyampaikan informasi kepada setiap pihak yang membutuhkannya. Sikap komunikatif pada hakikatnya berorientasi pada tujuan dalam arti sikap seseorang biasanya dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu (Fuady et al., 2012)

Perilaku komunikasi penyuluh yang rendah diakibatkan oleh ketersediaan teknologi data yang memunculkan sebagian permasalahan antara lain yakni pergantian perilaku komunikasi generasi millennial serta generasi di masa digital, pergantian tersebut bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari, dimana kurangnya interaksi tatap muka saat berjumpa langsung, sehingga tidak terjalin komunikasi yang efisien (Rizqi & Pradana, 2019).

Permasalahan lainnya juga dikemukakan oleh Zis et al., (2021), bahwa perilaku komunikasi online juga menunjukkan perilaku komunikasi yang tidak jujur kepada orang lain sehingga menimbulkan banyak konflik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut perilaku komunikasi penyuluh pertanian dan kapasitas penyuluh pertanian dalam kegiatan penyuluhan di Kota Kendari, serta bagaimana hubungan perilaku komunikasi dengan kapasitas penyuluh pertanian dalam kegiatan penyuluhan di Kota Kendari. Karena berdasarkan hasil observasi awal bahwa Kota Kendari merupakan daerah dengan tingkat perubahan perilaku masyarakat dalam berkomunikasi satu sama lain semakin rendah dan menjadi daerah yang mayoritas masyarakatnya menggunakan teknologi informasi sehingga komunikasi secara tatap muka antar sesama masyarakat semakin berkurang.

METODE PENELITIAN

Riset ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2023 di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dimana subjek penelitiannya adalah seluruh penyuluh pertanian yang aktif mendampingi petani di Kota Kendari.

Pemilihan Kota Kendari sebagai lokasi penelitian didasarkan pada beberapa pertimbangan, seperti: menjadi daerah dengan perubahan perilaku masyarakat dalam berkomunikasi satu sama lain semakin rendah, menjadi daerah yang mayoritas masyarakatnya menggunakan teknologi informasi. Sampel dalam riset ini merupakan seluruh penyuluh pertanian di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, ialah sebanyak 58 orang. Hal ini dikarenakan populasi penelitian kurang dari 100 orang, sehingga jumlah sampel diambil dengan metode sensus atau secara keseluruhan (Aslianda et al., 2017). Sifat data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Informasi kuantitatif adalah informasi berupa angka atau informasi kualitatif yang dievaluasi/dinilai. Informasi pada riset diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang diolah dengan menggunakan rumus interval kelas yang dikemukakan Dewasiri et al., (2018) dan analisis korelasi (Rank Spearman) tersebut (Sugiyono, 2013) adalah sebagai berikut:

Rumus Interval Kelas

𝐼 = 𝑅 Keterangan: 𝐾

I = Interval Kelas.

R = Rentang.

K = Banyaknya Kelas.

(3)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850

Rumus Analisis Korelasi (Rank Spearman) ρ = 1 −

6 ∑ 𝑏𝑖2

𝑛(𝑛2−1)

Keterangan:

P = Koefisien korelasi (Rank Spearman)

∑ = Sigma atau jumlah

bi = Selisih setiap pasangan rank n = Jumlah responden/sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penyuluh yang berada di Kota Kendari dan masih aktif dalam menjalankan tugasnya untuk mendampingi masyrakat petani selama proses usahatani. Responden yang termasuk pada penelitian ini di uraikan berdasarkan beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh pertanian dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Putri, (2020) bahwa usia penyuluh cukup menentukan keberhasilan dalam melakukan pekerjaan fisik dan non fisik. Pada umumnya penyuluh yang lebih tua memiliki kekuatan fisik yang lemah dan terbatas, sedangkan pekerja yang lebih muda memiliki kemampuan fisik yang kuat untuk melakukan kegiatan produksi, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat produktivitasnya.

Menurut UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013, kelompok umur belum/kurang produktif pada kelompok umur 0-14, produktif pada kelompok umur 15-54, sedangkan yang berumur 55 ke atas tergolong tidak produktif. untuk informasi lebih lanjut mengenai karakteristik responden berdasarkan usia produktif dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No Umur Responden (jiwa) Persentase (%)

1 Non Produktif (>54) 13 22,41

2 Produktif (15-54) 45 77,49

Total 58 100

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023.

Tabel 1. menjelaskan bahwa dari 58 penyuluh yang menjadi responden pada penelitian ini, 45 responden berada pada kategori usia produktif yakni 15-54 tahun dengan persentase 77,49%, sedangkan 13 responden lainnya berada pada kategori usia non produktif dengan tingkatan usia >54 tahun atau setara dengan 22,41 %. Hal tersebut dapat diartikan bahwa penyuluh pertanian yang berada di Kota Kendari didominasi oleh penyuluh usia produktif.

Pendidikan Responden

Pendidikan seseorang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak ketika melakukan kegiatan.

Tingkat pendidikan yang tinggi atau rendah mempengaruhi kemampuan responden untuk mempelajari inovasi- inovasi baru khususnya di bidang pertanian. Tingkat pendidikan yang disebutkan dalam penelitian ini ialah tingkat pendidikan formal yang ditamatkan oleh responden. Sejalan dengan penelitian Puspitasari et al., (2018), yang menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta pendidikan tinggi yang menyediakan gelar diploma, sarjana, magister dan doktor yang diselenggarakan oleh universitas. Karakteristik responden berdasarkan tingkatan pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Responden (jiwa) Persentase (%)

1 SMA/SMK 2 3,45

2 Diploma (D3) 2 3,45

3 Sarjana (S1 &S2) 54 93,10

Total 58 100

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023

Tabel 2 menjelaskan bahwa di Kota Kendari terdapat 2 orang penyuluh yang memiliki jenjang pendidikan SMA/SMK dan Diploma (D3), dengan persentase masing-masing 3,45%, sedangkan jumlah penyuluh dengan gelar Sarjana (S1 dan S2) sebanyak 54 orang dengan persentase 93,10%. Semua Penyuluh Pertanian telah menyelesaikan pendidikan formal, sehingga diharapkan tingkat pendidikan tersebut dapat menunjukkan pengetahuan dan visi penyuluh untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan petani di Kota Kendari.

Penyuluh dengan pendidikan tinggi dapat memenuhi tugas atau tanggung jawabnya sebagai penyuluh relatif lebih cepat. Tingkat pendidikan penyuluhan sangat mempengaruhi cara berfikir yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan pada saat membawakan materi dalam kegiatan penyuluhan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Dahlan, (2013) menyatakan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi kinerja. Artinya, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan mempekerjakan orang yang berpendidikan di bidang pertanian.

Perilaku Komunikasi Penyuluh Pertanian

Sasongko & Witjaksono, (2014), perilaku adalah tindakan yang mengimplementasikan pengetahuan dan sikap yang terbentuk pada seseorang. Hal ini juga terkait dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Perilaku adalah pembentukan aspek kognitif dan afektif yang diskrit terkait dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Komunikasi ialah hubungan kontak antara orang-orang, baik individu maupun kelompok.

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, manusia bersentuhan dengan lingkungannya sejak lahir. Komunikasi sebagai suatu proses dimana komunikator menciptakan informasi dan menyebarkannya dengan orang lain untuk sampai pada pengertian yang sama.

Komunikasi yang efektif dapat mendorong proses difusi yang lancar sehingga teknologi dapat diterima dengan baik di masyarakat Siu, (2016).

Fuady et al., (2012) menjelaskan bahwa perilaku komunikasi merupakan ekspresi dan umpan balik tentang situasi dan lingkungan komunikasi, yang didasarkan pada sifat kognitif dan afektif yang terbentuk di dalamnya. Perilaku komunikatif diidentifikasi dalam dua bentuk, yaitu verbal dan nonverbal. Perilaku komunikasi verbal adalah setiap kegiatan komunikatif yang mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam bentuk kata-kata, baik secara lisan maupun secara langsung. Perilaku komunikatif dipahami sebagai kegiatan komunikatif yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh informasi. Perilaku komunikasi dalam penyuluhan pertanian merupakan tindakan atau komunikasi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya.

Untuk mengetahui perilaku komunikasi penyuluh pertanian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Perilaku Komunikasi Penyuluh Pertanian di Kota Kendari

No Kategori Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Tinggi (55-75) 58 100

2 Sedang (35-54) 0 0

3 Rendah (15-34) 0 0

Total 58 100

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023.

Perilaku komunikasi para penyuluh di Kota Kendari sudah tergolong maju. Hal ini dikarenakan seluruh penyuluh di kota Kendari yaitu sebanyak 58 orang berada pada kategori tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa seluruh penyuluh di Kota Kendari memiliki perilaku komunikasi yang tinggi, dengan persentase skor

(5)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 100%. Perilaku komunikasi juga memiliki 3 indikator yang menunjukkan standar tinggi, sedang rendahnya perilaku komunikasi penyuluh di Kota Kendari. Indikator perilaku tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perilaku Komunikasi Penyuluh Pertanian

No Indikator Rata-rata Standar Deviasi

1. Pengetahuan 4,3 0,544

2. Keterampilan 4,33 0,521

3. Intensitas 4,19 0,516

Total 12,82 1,581

Rata-rata 4,27 0,527

Kategori Tinggi

Note : Kategori Min = rendah (1.00-2.32), sederhana (2.33-3.65), tinggi (3.66-5.00) Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023.

Tabel 4 menggambarkan tingkat perilaku komunikasi penyuluhan pertanian di Kota Kendari berada pada kategori tinggi dengan rerata 4,27 dan nilai standar deviasi 0,527. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku komunikasi dapat diterapkan dengan baik oleh penyuluh pertanian di Kota Kendari baik sesama penyuluh, petani maupun peneliti yang menjadi teman untuk berkomunikasi. Perilaku komunikasi penyuluh pertanian di Kota Kendari diukur dengan beberapa indikator seperti: (1) pengetahuan, dengan nilai rata-rata 4,3 dan standar deviasi 0,544; (2) keterampilan dengan nilai rata-rata 4,33 dan standar deviasi 0,521; dan (3) intensitas dengan nilai rata-rata 4,19 dan standar deviasi 0,516. Indikator utama yang mempengaruhi tingginya tingkat perilaku komunikasi penyuluh pertanian ialah keterampilan penyuluh yang mampu berkomunikasi, menyampaikan informasi, menggunakan teknologi serta mampu mengatasi situasi-situasi yang dihadapi oleh petani selama proses usahatani.

Intensitas menjadi indikator ke dua yang mempengaruhi tingginya tingkat perilaku komunikasi penyuluh pertanian karena penyuluh memiliki banyak cara dalam berkomunikasi dan beradaptasi pada petani serta memiliki pengetahuan yang luas terkait materi dalam kegiatan penyuluh, dalam mengaplikasikan teknologi informasi dan menggunakan teknologi pertanian modern. Sedangkan untuk pengetahuan menjadi indikator ketiga yang mempengaruhi tingginya perilaku komunikasi penyuluh pertanian di Kota Kendari karena penyuluh sering berdiskusi dan berkomunikasi baik antar sesama penyuluh maupun peneliti untuk menambah pengetahuan di antara kedua bela pihak, penyuluh juga mengetahui cara membangun komunikasi dan menyampaikan informasi dengan baik pada petani dengan berbagai latar belakang karakter. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wardhani, (2006) menyatakan bahwa perilaku komunikasi penyuluh pertanian berada pada kategori tinggi. Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku komunikasi juga merupakan tindakan atau aktivitas komunikasi penyuluh dalam melaksanakan tugasnya.

Kapasitas Penyuluh Pertanian di Kota Kendari

Kapasitas adalah kemampuan individu, sebagai pelaku utama dalam pengelolaan sumber daya pertanian, untuk menetapkan tujuan pertaniannya secara tepat dan mencapai tujuan yang ditetapkan dengan cara yang benar. Oleh karena itu, sejalan dengan pemahaman tentang kemampuan petani dalam kekuatan individu untuk menetapkan dan mencapai tujuan dengan cara yang benar, yang diperoleh dari pembelajaran pengalaman baik petani maupun non petani. Kapasitas sebagai kemampuan individu, organisasi atau sistem untuk melakukan tugas mereka dengan baik secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Selain itu, kemampuan dinyatakan terkait dengan efisiensi yang ditetapkan dan ketepatan melakukan aktivitas dan tugas, seperti sejauh mana orang tersebut berkontribusi pada pencapaian tujuan yang ditetapkan Fatchiya (2015).

Kapasitas penyuluh merupakan kemampuan tenaga penyuluh pertanian untuk mendukung kegiatan penyuluhan pertanian. Kapasitas seorang penyuluh sangat penting untuk pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang penyuluh, oleh karena itu kapasitas seorang penyuluh harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan (Humaedah et al., 2016). Kapasitas penyuluh adalah serangkaian kompetensi yang dimiliki seorang agen pembaharu untuk dapat melaksanakan fungsinya seperti yang ditentukan dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2006. Tingkat kapasitas tersebut mengacu pada perilaku untuk melaksanakan berbagai perannya dengan dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga petani menjadi puas (Listiana et al., 2018). Untuk mengetahui tingkat kapasitas penyuluh pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

(6)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 Tabel 5. Kapasitas Penyuluh Pertanian di Kota Kendari

No Kategori Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 Tinggi (55-75) 53 91,38

2 Sedang (35-54) 5 8,62

3 Rendah (15-34) 0 0

Total 58 100

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023.

Kapasitas penyuluh Kota Kendari tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari tabel di atas yang menjelaskan bahwa di Kota Kendari sebanyak 53 orang penyuluh pertanian termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 91,38% dan 5 orang lainnya termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 8,62%. Selain itu, kapasitas penyuluh pertanian juga memiliki 3 indikator yang menjadi tolak ukur dalam kategori tinggi, sedang dan rendah penyuluh di Kota Kendari. Indikator pada kapasitas penyuluh pertanian ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kapasitas Penyuluh Pertanian Berdasarkan Indikator

No Indikator Rata-rata Standar Deviasi

1. Kemampuan memfasilitasi 3,99 0,705

2. Kemampuan mengakses informasi, teknologi dan

sumberdaya 4,04 0,658

3. Kemampuan meningkatkan organisasi 4,18 0,516

Total 12,18 1,581

Rata-rata 4,07 0,554

Kategori Tinggi

Note : Kategori Min = rendah (1.00-2.32), sederhana (2.33-3.65), tinggi (3.66-5.00) Sumber: Data Primer yang Diolah, 2023.

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat daya dukung pertanian Kota Kendari termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata 4,07 dan standar deviasi 0,554. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kapasitas penyuluh pertanian di Kota Kendari sudah tergolong baik. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator pengukur kapasitas yang dimiliki oleh seorang penyuluh pertanian di Kota Kendari. Kemampuan meningkatkan organisasi menjadi indikator utama yang mempengaruhi tingginya kapasitas penyuluh pertanian karena penyuluh mampu mewujudkan dan meningkatkan kemampuan anggota kelompok tani yang dinamis dalam wilayah binaannya dan mampu meningkatkan level kelompok tani serta mampu memfasilitasi dan mengevaluasi kegiatan kelompok tani binaannya. Kemudian diiringi dengan kemampuan penyuluh dalam mengakses teknologi pertanian sesuai kebutuhan petani, serta kemampuan penyuluh dalam mengakses pasar yang dibutuhkan oleh petani, memfasilitasi sarana dan prasarana untuk petani selama proses usahatani serta mampu memfasilitasi media sosial untuk petani guna untuk memasarkan hasil usahataninya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Listiana et al., (2018) menyatakan bahwa penyuluh berkapasitas tinggi adalah penyuluh yang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan serta memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan memajukannya.

Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Kapasitas Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan di Kota Kendari Perilaku komunikasi dipahami sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan secara berulang-ulang dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh informasi. Perilaku komunikasi penyuluh pertanian adalah tindakan atau komunikasi seorang penyuluh selama menjalankan tugasnya. Kapasitas penyuluh pertanian adalah kemampuan tenaga penyuluh pertanian untuk mendukung kegiatan penyuluhan. Kapasitas penyuluh sangat penting untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang penyuluh, maka kapasitas seorang penyuluh haruslah selalu dikembangkan dan ditingkatkan (Humaedah et al., 2016). Tingkat kapasitas yang dimiliki tersebut menyangkut perilaku untuk melaksanakan berbagai perannya dengan dedikasi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga petani menjadi puas (Listiana et al., 2018). Hasil dari analisis korelasi (Rank Spearman) yang diuji dapat dilihat pada Tabel 7.

(7)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 Tabel 7. Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Kapasitas Penyuluh Dalam Kegiatan Penyuluhan di Kota Kendari yang di

Uji menggunakan Analisis Korelasi (Rank Spearman).

Variabel Nilai Koefisien Nilai Signifikan Ket

Perilaku komunikasi (X)

Kapasitas penyuluh pertanian (Y) 0,81 0,000 Positif

Sumber: Data Primer yang Diolah,2023.

Tabel 6 menerangkan bahwa terdapat korelasi positif antara variabel perilaku komunikasi dengan variabel kapasitas ekspansi pertanian. Diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,81 yang berarti terdapat hubungan yang sangat erat antara variabel perilaku komunikasi dengan kapasitas penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Sehingga dapat diartikan bahwa apabila perilaku komunikasi semakin ditingkatkan maka kapasitas penyuluh pertanian juga akan semakin meningkat. Selaras dengan pendapat Wahyuni et al., (2017) mengatakan kapasitas berhubungan dengan perilaku penyuluh pertanian dalam berkomunikasi pada saat menjalankan tugasnya sebagai penyuluh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara perilaku komunikasi dengan kapasitas penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kota Kendari. Hasil pengumpulan data di lapangan menunjukkan bahwa kapasitas penyuluh pertanian di Kota Kendari termasuk dalam kategori tinggi, perilaku komunikasi penyuluh pertanian sangat baik.

Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dikemukakan Oktavia et al., (2017) bahwa perilaku komunikasi berhubungan positif dan nyata dengan konvergensi komunikasi dalam pengembangan kapasitas penyuluh dan pelaku agribisnis.

KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku komunikasi dan kapasitas penyuluh dalam penelitian ini berada pada kategori tinggi serta memiliki hubungan yang positif dan sangat erat dengan kapasitas penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kota Kendari dengan nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,81. Sehingga dapat dikatakan bahwa penyuluh pertanian di Kota Kendari memiliki perilaku yang baik dalam berkomunikasi baik antar sesama penyuluh, peneliti maupun masyarakat petani dan memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan profesinya. Perilaku seorang penyuluh dalam berkomunikasi, yang dilakukan secara baik memberikan kontribusi positif pada kapasitas yang dimilikinya saat melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat petani di Kota Kendari.

REFERENCES

Anwarudin, O., Sumardjo, S., Satria, A., & Fatchiya, A. (2020). Kapasitas Wirausaha Petani Muda pada Kegiatan Agribisnis di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan, 16(2), 267–276. https://doi.org/10.25015/16202031039 Aslianda, Z., Israwati, & Nurhaidah. (2017). Hubungan Displin Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1), 236–243. https://jim.usk.ac.id/pgsd/article/view/2552/0

Dahlan, A. (2013). Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor dan Kualitas Audit [Universitas Hasanuddin]. In Universitas Hasanuddin (Issues 13–23).

Dewasiri, N. J., Weerakoon, Y. K. B., & Azeez, A. A. (2018). Mixed Methods in Finance Research: The Rationale and Research Designs. International Journal of Qualitative Methods, 17(1), 1–13.

https://doi.org/10.1177/1609406918801730

Fatchiya, A. (2015). Tingkat Kapasitas Pembudidaya Ikan dalam Mengelola Usaha Akuakultur secara Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan, 6(1). https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v6i1.10667

Fuady, I., Lubis, D. P., & Lumintang, R. W. E. (2012). Perilaku Komunikasi Petani dalam Pencarian Informasi Pertanian Organik (Kasus Petani bawang merah di Desa Srigading Kabupaten Bantul). Jurnal Komunikasi Pembangunan, 10(2), 10–18. https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/view/9065

Humaedah, U., Yulianti, A., Sirnawati, E., & Effendi, L. (2016). Model Peningkatan Kapasitas Penyuluh Dalam Pemanfaatan Analisis Keberlanjutan (Model of Capacity Enhancement of Extension Agents in Utilizing Climate Information at Indramayu District with Sustainable Analysis Approach). Jurnal Informatika Pertanian. 131–144. https://repository.pertanian.go.id/items/a0bd9a63-48fe-4cad-8533-418f742901dd

(8)

Harmokoet al. e-ISSN: 2809-9850 Listiana, I., Sumardjo, S., Sadono, D., & Tjiptopranoto, P. (2018). Hubungan Kapasitas Penyuluh dengan

Kepuasan Petani dalam Kegiatan Penyuluhan. Jurnal Penyuluhan, 14(2), 244-256.

https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v14i2.18673

Lubis, U. A. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Umur Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Agrohita, 1(1), 64–71. http://dx.doi.org/10.31604/jap.v1i1.196

Oktavia, Y., Muldjono, P., Amanah, S., & Hubeis, M. (2017). Hubungan Perilaku Komunikasi dan Pengembangan Kapasitas Pelaku Agribisnis Perikanan Air Tawar di Padang, Sumatera Barat. Jurnal Penyuluhan, 13(2), 157-165. https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v13i2.15443

Purwatiningsih, N. A., Fsaatchiya, A., & Mulyandari, R. S. H. (2018). Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Cianjur. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 79-91.

https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v14i1.17173

Puspitasari, Nurmalina, R., Fariyanti, A., & Kiloes, A. M. (2018). Pengaruh Faktor Internal dan Ekternal terhadap Perilaku Kewirausahaan dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Petani Anggrek. J. Hortikultura, 28(2), 2.

https://repository.pertanian.go.id/items/b25ec852-4089-4d75-acf9-a806b6c2e1df

Putri, A. U. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja (Studi Kasus pada Usaha Roti Donat Eve Bakery di Palembang). Jurnal Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini, 11(1), 40-48.

https://doi.org/10.36982/jiegmk.v11i1.1060

Rizqi, M., & Pradana, B. C. S. A. (2019). Literasi Dampak Penggunaan Smartphone Bagi Kehidupan Sosial di Desa Ngadirojo, Kabupaten Pacitan. Communicare : Journal of Communication Studies, 5(2), 15-30.

https://doi.org/10.37535/101005220182

Sari, S. P., Hudoyo, A., & Soelaiman, A. (2019). Proyeksi Stokastik Produksi Jagung di Indonesia. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis, 6(4), 355-359. https://doi.org/10.23960/jiia.v6i4.355-359

Sasongko, W. A., Witjaksono, R. & Harsoyo. (2014). Pengaruh Perilaku Komunikasi Terhadap Sikap Dan Adopsi Teknologi Budidaya Bawang Merah Di Lahan Pasir Pantai Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul. Agro Ekonomi, 24(1), 35–43. https://jurnal.ugm.ac.id/jae/article/view/17380

Siu, N. Y. M. (2016). Customer Relationship Management and Recent Developments. Administrative Sciences, 6(3), 6–7. https://doi.org/10.3390/admsci6030007

Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. https://digilib.unigres.ac.id/index.php?p=show_detail&id=43

Wahyuni, S., Sumardjo, S., Lubis, D. P., & Sadono, D. (2017). Hubungan Jaringan Komunikasi dan Dinamika Kelompok dengan Kapasitas Petani dalam Agribisnis Padi Organik di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan, 13(1), 110-120. https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v13i1.15115

Wardhani, A. C. (2006). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Komunikasi Penyuluhan Pertanian. Mediator:

Jurnal Komunikasi, 7(2), 269–280. https://doi.org/10.29313/mediator.v7i2.1293

Zis, S. F., Dewi, R. S., & Efendi, Z. (2021). Model Perilaku Komunikasi Generasi Muda Dalam Pemanfaatan Media Digital Memasuki Era 4.0 Dan 5.0 di Kecamatan Kuranji. Jurnal Komunikasi Profesional, 5(1), 66–

87. https://doi.org/10.25139/jkp.v5i1.3624

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian hipotesis yang diajukan yaitu : hubungan negatif antara komunikasi interpersonal orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.. Artinnya semakin tinggi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku komunikasi ibu rumah tangga dan mengetahui hubungan antara perilaku komunikasi ibu rumah tangga dengan

Komponen strategi komunikasi penyuluh dalam teknik komunikasi yang dilihat dari cara penyampaian pesan dengan skor rata-rata 2,47 berada pada kriteria tinggi.. Hal

Komunikasi orang tua dan anak tentang seks dalam kategori kurang (87%), perilaku seks remaja dalam kategori cukup (57%), sehingga terdapat hubungan positif yang signifikan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara resiliensi dengan perilaku komunikasi terbuka pada peserta didik sebesar 0.331 sedangkan hubungan resiliensi

Hubungan perilaku komunikasi interpersonal dengan perilaku bercocok tanam padi sawah Perilaku Komunikasi Interpersonal Koefisien korelasi Perilaku Bercocok Tanam Padi Sawah τb

Hubungan Komunikasi Orang Tua-Remaja dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Remaja Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peniliti di RW 007 Mustikajaya, didapatkan hubungan

Pada penelitian ini juga ditemukan hubungan yang searah antara kedua variabel yakni semakin tinggi perilaku konformitas maka akan semakin tinggi pula tingkat motivasi berwirausaha yang