• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN

SEMANGAT KERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN

SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP)

Disusun Oleh :

SRI WIDATIK

H 0406008

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN

SEMANGAT KERJA PENYULUH PERTANIAN DI

KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Sri Widatik

H0406008

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 23 Desember 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

D. Padmaningrum SP, MSi NIP. 19720915 199702 2 001

Anggota I

Agung Wibowo, SP, MSi NIP. 19760226 200501 1 003

Anggota II

Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D NIP. 19490320 197610 1 001

Surakarta, Januari 2011 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang telah mencurahkan karuniaNya sehingga penulis diberikan kesempatan

untuk menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Iklim

Komunikasi Organisasi Dengan Semangat Kerja Penyuluh Pertanian di

Kabupaten Sukoharjo”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku pembimbing utama penulisan

skripsi dan Agung Wibowo, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan

pembimbing pendamping penulisan skripsi.

4. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan

Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

5. Kepala Bappeda Kabupaten Sukoharjo yang telah mempermudah perijinan

pengumpulan data dan segenap Penyuluh Pertanian Lapang di Kabupaten

Sukoharjo.

6. Kedua orang tua penulis, Bapak Sularno dan Ibu Suparni, adikku tersayang

Linda, dan nenek atas segala doa, semangat, kasih sayang dan dukungan yang

tidak pernah putus diberikan untuk penulis.

7. Seluruh penyuluh pertanian di Kabupaten Sukoharjo yang menjadi responden

dalam penelitian ini

8. Sahabat- sahabat penulis Ule, Febri, Nurillah, Yayuk, Asih, Watik, Santi, Ifati

serta anak-anak kos Rilda (Herning, Dian, Poyan)

9. Teman-teman Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian angkatan 2006

atas kebersamaan dan kerjasamanya.

(4)

commit to user

iv

11.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan skripsi ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Surakarta, Januari 2011

(5)

commit to user

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Berfikir ... 30

C. Hipotesis ... 30

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 37

B. Penentuan Lokasi Penelitian ... 37

C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ... 38

D. Jenis dan Sumber Data ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Metode Analisis Data ... 39

(6)

commit to user

vi

B. Keadaan Penduduk ... 42

C. Keadaan Pertanian ... 47

D. Keadaan Perkebunan ... 49

E. Keadaan Peternakan ... 49

F. Keadaan Sarana Perekonomian ... 50

G. Gambaran Umum Penyuluhan Pertanian ... 51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 54

B. Iklim Komunikasi Organisasi ... 55

C. Semangat Kerja ... 65

D. Hubungan Antara Iklim Komunikasi Organisasi Dengan Semangat Kerja Penyuluh Pertanian di Kabupaten Sukoharjo ... 71

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jumlah Responden Penyuluh Pertanian di Kabupaten Sukoharjo ... 38

Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 43

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 45

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 46

Tabel 4.5 Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 47

Tabel 4.6 Komoditas Pangan dan Produksi di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 48 Tabel 4.7 Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 49 Tabel 4.8 Jumlah Ternak di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 50

Tabel 4.9 Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 ... 50

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Responden ... 54

Tabel 5.2 Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Aspek Kepercayaan ... 56

Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Responden Berdasakan Aspek Pembuatan Keputusan Bersama ... 58

Tabel 5.4 Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Aspek Kejujuran ... 59

Tabel 5.5 Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Aspek Keterbukaan Dalam Komunikasi Ke Bawah ... 61

Tabel 5.6 Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Aspek Mendengarkan Komunikasi Ke Atas ... 62

Tabel 5.7 Distribusi Persepsi Responden Berdasarkan Aspek Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi ... 63

Tabel 5.8 Iklim Komunikasi Organisasi ... 64

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Aspak Disiplin ... 65

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Loyalitas ... 67

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kerjasama ... 68

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Antusias Kerja ... 69

Tabel 5.13 Semangat Kerja ... 71

Tabel 5.14 Hubungan Antar Variabel ... 72

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 30

(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... 88

Lampiran 2: Identitas Responden ... 104

Lampiran 3: Tabulasi Variabel X dan Y ... 105

Lampiran 4: Tabulasi Variabel X ... 107

Lampiran 5: Tabulasi Variabel Y ... 109

Lampiran 6: Output Rank Spearman ... 111

Lampiran 7: Hasil Perhitungan T hitung ... 112

Lampiran 8: Surat Perijinan Penelitian ... 113

(10)

commit to user

x RINGKASAN

Sri Widatik, H 0406008. “HUBUNGAN ANTARA IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN SEMANGAT KERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO”. Dibawah bimbingan D.Padmaningrum, SP, Msi dan Agung Wibowo, SP, MSi Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Kegiatan penyuluhan pertanian menjadi salah satu media di dalam proses penyebarluasan hasil-hasil penelitian untuk diterapkan petani ataupun di dalam proses penyampaian umpan balik dan pemecahan masalah yang dihadapi petani setelah mencoba, menguji dan menerapkan hasil penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut maka kegiatan penyuluhan membutuhkan suatu bentuk organisasi atau kelembagaan tertentu misalnya BPP (Balai Penyuluhan Pertanian). Sebagai salah satu bentuk organisasi maka BPP juga memerlukan koordinasi atau komunikasi agar bagian-bagian dari organisasi tersebut dapat bekerja menurut ketentuannya. Iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai pengaruh yang penting dalam produktivitas organisasi karena iklim komunikasi dalam organisasi mempengaruhi usaha organisasi. Iklim komunikasi organisasi yang kondusif mampu menciptakan semangat, motivasi kerja serta solidaritas internal organisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji iklim komunikasi organisasi di Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sukoharjo, mengkaji semangat kerja penyuluh pertanian dan mengkaji hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan semangat kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Sukoharjo.

Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survai. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kabupaten Sukoharjo dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten penyandang pangan di Jawa Tengah. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel acak distratifikasi (Stratified Random Sampling)

sebanyak 42 penyuluh. Untuk mengetahui derajat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan semangat kerja penyuluh pertanian digunakan uji koefisien korelasi rank Spearman (rs) dengan program SPSS 17,0 for Windows.

(11)

commit to user

xi

SUMMARY

Sri Widatik, H 0406008. "RELATIONSHIP BETWEEN

ORGANIZATIONAL CLIMATE OF COMMUNICATION WITH THE SPIRIT OF EMPLOYMENT AGRICULTURAL EXTENSION IN THE SUKOHARJO DISTRICT." Under the guidance of D. Padmaningrum, SP, MSi and Agung Wibowo, SP, MSi Agricultural Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.

Activity of agricultural extension become one of media in the dissemination process of research results to apply to farmers or in of delivering feedback and solving problems process faced by farmers after trying, testing and applying research results. Relative to the extension activities require a certain form of organization or institution such as BPP (Institute for Agricultural Extension). As one form of organization, the BPP also require coordination or communication to the parts of these organizations can work according to its provisions. Communication climate in the organization have an important influence in the organization productivity because the organization's communication climate influence organizational effort. Organizational communication climate that is conducive to create the work spirit, work motivation and the internal solidarity of the organization.

This aims of this researches are to assess the organizational communication climate in the BPP (Institute for Agricultural Extension) in Sukoharjo District, examines the spirit of agricultural extension work and analyze the relationship between organizational communication climate in the work spirit of agricultural extension in Sukoharjo District.

The basic method used is descriptive method with survey techniques. Location is determined by purposive research in Sukoharjo District with the consideration that the Sukoharjo District is a district disabled food in Central Java. Sampling using stratified random sampling as many as 42 trainers. The degree of relationship between organizational communication climate with morale agricultural extension determined by test was used Spearman rank correlation coefficient (rs) with SPSS 17.0 for Windows.

(12)

commit to user

(13)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian negara berkembang yang sedang membangun, pada

umumnya ditentukan oleh sektor pertanian sehingga pembangunan yang

menonjol juga berada di sektor pertanian. Pembangunan yang mendasar di

sektor pertanian diperlukan karena hasil pembangunan ini dapat digunakan

untuk memperbaiki mutu makanan penduduk, memperoleh surplus produksi

bagi negara yang bersangkutan serta untuk mencapai dan mempertahankan

swasembada penyediaan bahan makanan penduduk. Pembangunan sektor

pertanian tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi melainkan juga

untuk memperbaiki kesejahteraan, kesehatan dan untuk menurunkan tingkat

kematian yang lebih awal penduduknya. Dalam hal ini petani memiliki

peranan penting karena merupakan pelaku dalam kegiatan usahatani. Oleh

karena itu, secara bertahap perhatian dalam kegiatan penyuluhan telah

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan petani serta titik berat penyuluhan telah

bergeser dari budidaya tanaman kepada manusia yang membudidayakan

tanaman tersebut yaitu petani (Suhardiyono, 1992).

Timmer (1982) mengemukakan pentingnya kegiatan penyuluhan

pertanian di dalam proses pembangunan pertanian baik sebagai jembatan

antara dunia ilmu dan pemerintah sebagai penentu kebijakan dan juga

jembatan antara dunia penelitian dengan praktik usahatani yang dilaksanakan

oleh petani. Berkaitan dengan pentingnya penyuluhan sebagai jembatan antara

dunia penelitian dengan praktik usahatani yang dilaksanakan oleh petani,

Lionberger (1982) dalam Mardikanto (1992) melihat pentingnya kegiatan

penyuluhan pertanian di dalam proses penyebarluasan hasil-hasil penelitian

untuk diterapkan petani ataupun di dalam proses penyampaian umpan balik

dan pemecahan masalah yang dihadapi petani setelah mencoba, menguji dan

(14)

commit to user

2

Sehubungan dengan hal tersebut maka kegiatan penyuluhan

membutuhkan suatu bentuk organisasi atau kelembagaan tertentu. Hal ini

dikarenakan kegiatan penyuluhan melibatkan beberapa pihak yang terlibat

dalam unit kerja dengan fungsi yang berbeda-beda. Alasan yang kedua yaitu

kegiatan penyuluhan memiliki tujuan bersama yaitu mengubah perilaku

masyarakat sasaran agar dapat membantu dirinya sendiri dalam rangka

memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraannya. Salah satu organisasi

penyelenggara penyuluhan pertanian adalah Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP).

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) merupakan unit kerja teknis

operasional pemerintah di bidang penyuluhan pertanian yang berada dibawah

bupati dan bertanggung jawab kepada bupati. Balai penyuluhan Pertanian

(BPP) mempunyai tugas menyelenggarakan penyuluhan pertanian dalam

rangka mewujudkan pembangunan pertanian.

Sebagai salah satu bentuk organisasi, maka BPP juga memerlukan

koordinasi atau komunikasi agar bagian-bagian dari organisasi tersebut dapat

bekerja menurut ketentuannya. Proses dan pola komunikasi merupakan sarana

yang diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan ke tujuan

dan sasaran organisasi. Adanya komunikasi yang baik akan membuat suatu

organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil, sehingga komunikasi dalam

suatu organisasi mempunyai peranan sentral dalam memelihara dan

mengembangkan organisasi tersebut.

Komunikasi di dalam organisasi akan berpengaruh pada iklim

komunikasi dalam organisasi. Iklim komunikasi dalam organisasi merupakan

salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi. Hal

itu dikarenakan iklim komunikasi dalam organisasi mempengaruhi usaha

organisasi. Adanya pengetahuan mengenai iklim komunikasi organisasi akan

membuat kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota

organisasi untuk bersikap dengan cara tertentu. Iklim komunikasi organisasi

yang kondusif mampu menciptakan semangat, motivasi kerja serta solidaritas

(15)

commit to user

organisasi untuk ikut atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan organisasi

(Pace dan Faules, 2002).

B. Perumusan Masalah

Iklim komunikasi organisasi merupakan sesuatu yang penting dalam

sebuah organisasi, karena akan mempengaruhi usaha organisasi. Iklim

komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup seseorang: kepada

siapa dia berbicara, siapa yang dia sukai, bagaiman perasaannya, bagaiman

kegiatan kerjanya, apa yang ingin dia capai, dan bagaimana cara seseorang

menyesuaikan diri dengan organisasi. Redding (1972) dalam Pace dan Faules

(2002) menyatakan bahwa iklim komunikasi jauh lebih penting daripada

keterampilan atau teknik-teknik komunikasi semata dalam menciptakan

organisasi yang efektif. Dengan mengetahui iklim komunikasi organisasi kita

dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk

bersikap dengan cara tertentu. Iklim komunikasi organisasi dikatakan baik jika

dalam organisasi tersebut terdapat dimensi-dimensi iklim komunikasi

organisasi yang cukup kuat misalnya kepercayaan, pembuatan keputusan

bersama, kejujuran, keterbukaan terhadap komunikasi ke bawah,

mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan tujuan kinerja yang tinggi

(Pace dan Faules, 2002).

Pentingnya iklim komunikasi organisasi bagi suatu organisasi antara lain

yaitu dapat meningkatkan kegairahan dan semangat kerja para pegawai.

Semangat kerja adalah sikap dari sekelompok orang yang memiliki tanggung

jawab, gairah kerja yang tinggi yang berpegang pada peraturan dan hukum

serta mempunyai hubungan erat satu sama lain untuk bekerja sama dalam

mencapai tujuan. Semangat kerja dapat diketahui dari disiplin, loyalitas,

kerjasama dan antusias kerja anggota organisasi. Dengan adanya semangat

kerja dan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam diri para anggota organisasi,

mereka akan bekerja secara giat dan dapat menyelesaikan tugas yang menjadi

tanggung jawab mereka dengan hasil yang baik (Wursanto, 2002).

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah yang telah aktif melaksanakan

(16)

commit to user

4

bidang pertanian diantaranya adalah sebagai juara 1 Lomba Supra Insus tingkat

nasional pada tahun 2001 dan penghargaan ketahanan pangan tingkat nasional

pada tahun 2002. Tentunya hal tersebut tidak terlepas dari adanya kelembagaan

atau organisasi penyuluhan pertanian khususnya BPP sebagai organisasi

pelaksana kegiatan penyuluhan pertanian. Oleh karena itu penelitian ini

memusatkan perhatian pada BPP khususnya mengenai hubungan antara iklim

komunikasi organisasi dan semangat kerja anggota. Dimana adanya faktor

iklim komunikasi organisasi akan berpengaruh terhadap perilaku anggota

organisasi termasuk di dalamnya semangat kerja.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dijelaskan beberapa permasalahan

yang akan dikaji dalam penelitian ini diantaranya :

1) Bagaimana iklim komunikasi organisasi di Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP) Kabupaten Sukoharjo?

2) Bagaimana semangat kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Sukoharjo?

3) Bagaimana hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan semangat

kerja penyuluh pertanian di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengkaji iklim komunikasi organisasi di Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP) Kabupaten Sukoharjo .

2. Mengkaji semangat kerja penyuluh pertanian Kabupaten Sukoharjo.

3. Mengkaji hubungan antara iklim komunikasi organisasi dengan semangat

(17)

commit to user

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan proses belajar untuk menambah

pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan judul penelitian sekaligus

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya. Khususnya

bagi BPP dengan mengetahui iklim komunikasi organisasi yang telah ada

maka dapat dilakukan hal-hal yang dapat memperbaiki, mempertahankan

ataupun meningkatkan iklim komunikasi organisasi yang telah ada

tersebut.

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan

(18)

commit to user

6

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah

(informal) untuk petani dan keluarganya (ibu tani, pemuda tani) dengan

tujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau

meningkatkan kesejahteraannya. Ruang lingkup penyuluhan pertanian

adalah apa yang disebarkan, diajarkan dan direkomendasikan kepada

petani dan keluarganya seperti bertani lebih baik, berusahatani lebih

menguntungkan dan hidup lebih sejahtera (Deptan, 1978).

Menurut Kartasapoetra (1987) penyuluhan pertanian adalah suatu

usaha untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya. Kegiatan tersebut

dilaksanakan agar petani dan keluarganya mengetahui dan mempunyai

keterampilan dalam memecahkan masalahnya sendiri dalam

kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.

Mosher dalam Suriatna (1988) mengartikan penyuluhan pertanian

sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses

pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusahatani. Kegitan

penyuluhan pertanian tersebut bertujuan untuk meningkatkan produksi

agar lebih berhasil guna dalam meningkatkan pendapatan.

Menurut Kartasapoetra (1996) Fungsi-fungsi penyuluhan pertanian

antara lain:

a. Menimbulkan dan merangsang kesadaran petani agar dengan

kemampuan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

b. Menjembatani pengetahuan yang dibutuhkan petani dan pengalaman

yang dimiliki petani dengan pengetahuan baru yang terjadi.

c. Penyampai dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat

diikuti dan dilaksanakan oleh petani.

(19)

commit to user

Salah pengertian yang sering terjadi mengenai peranan penyuluhan

ini ialah bahwa “tugas penyuluhan adalah untuk menyampaikan hasil-hasil

penelitian kepada petani-petani”. Penyuluh pertanian yang baik memang

berbuat demikian, akan tetapi akan lebih tepat bila dikatakan bahwa

tugasnya dalam hal ini adalah menyadarkan petani-petani akan adanya

alternative-alternatif, adanya metoda-metoda lain untuk menyelenggarakan

pekerjaan usahatani mereka (Mosher, 1970).

2. Organisasi dan Kelembagaan Penyuluhan

Fungsi pelayanan penyuluhan mempunyai lingkup yang terbatas

yaitu komunikasi tentang pesan-pesan ilmiah yang disiapkan oleh para ahli

kepada petani beserta keluarganya melalui pendidikan nonformal. Oleh

karena itu organisasi penyuluhan dapat juga dikatakan sebagai organisasi

pendidikan yang bertujuan mengubah pengetahuan, tingkah laku dan sikap

bagi petani dan keluarganya. Dengan demikian inti organisasi penyuluhan

adalah petani dan penyuluh yang melakukan komunikasi dua arah, baik

antara penyuluh dengan petani, antara petani satu dengan yang lain, petani

dengan keluarganya serta antar penyuluh dengan penyuluh

(Suhardiyono, 1992).

Sebuah organisasi penyuluhan memerlukan hal-hal sebagai berikut:

komunikasi efektif dalam pengelolaan dan penelitian mengenai

permasalahan yang dihadapi agen penyuluhan, komunikasi efektif atas

hasil penelitian kepada agen penyuluhan, dan komunikasi efektif tentang

perubahan lingkungan bagi semua yang terlibat. Selain itu organisasi

penyuluhan juga harus memiliki motivasi yang tinggi diantara semua agen

penyuluhan untuk bekerja menuju sasaran organisasi dan fleksibilitas yang

memadai yang memungkinkan organisasi menyesuaikan dengan cepat

pada situasi yang berubah-ubah (Van den ban dan Hawkins, 2003).

(Rural Extension Centre) Balai Penyuluhan Pertanian yang

didirikan di daerah-daerah khususnya di lingkup kabupaten guna

memperlancar kegiatan penyuluhan harus berfungsi sebagai berikut:

(20)

commit to user

8

penyebarluasan informasi pertanian, sebagai tempat latihan para PPL yang

teratur sehingga kemampuan akan selalu meningkat baik pengetahuan

maupun keterampilan, sebagai tempat pemberian rekomendasi pertanian

yang lebih menguntungkan dan sebagai tempat mengajarkan pengetahuan

dan keterampilan yang lebih kepada petani. Dilihat dari fungsinya maka

jelas bahwa di BPP tidak cukup hanya diselenggarakan kegiatan-kegiatan

klasikal, melainkan harus terdapat berbagai jenis dan bentuk kegiatan di

lapangan yang dalam hal ini di kompleks BPP. Dengan demikian maka

kompleks BPP bukan hanya bermanfaat bagi pelaksanaan diskusi,

penyuluhan informasi secara timbal balik, menganalisa, dan mengevaluasi

hal-hal yang berasal dari dan diperuntukkan bagi tingkat lapangan

(Kartasapoetra, 1991).

Perubahan struktur organisasi penyuluhan pertanian sangat

diperlukan yaitu organisasi yang mampu mengakomodasi berbagai

perkembangan. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan perlu diberi

keleluasaan dalam menerapkan prinsip dan system kerja sebagai lembaga

pendidikan nonformal yang sangat mengandalkan pendekatan demokratis

dan partisipatif. Dalam hal ini dituntut perubahan citra penyelenggaraan

penyuluhan pertanian yang tidak lagi didominasi oleh pemerintah. Oleh

karena itu, diperlukan upaya untuk menanamkan pengertian dan

pemahaman pemerintah tentang azas, prinsip dan sistem kerja lembaga

penyuluhan pertanian (Syahyuti, 1999).

3. Iklim Komunikasi Organisasi

Menurut Berlo dalam Mardikanto (1993) secara umum komunikasi

sering diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari sumber ke

penerima. Akan tetapi dalam praktiknya proses komunikasi tidak hanya

terhenti sampai diterimanya pesan oleh penerimanya. Setelah menerima

pesan, penerima memberikan tanggapannya kepada sumber atau pengirim

pesan untuk kemudian proses tersebut berlangsung dimana pengirim dan

(21)

commit to user

berhenti jika penerima telah memberikan tanggapan sesuai atau tidak

sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengirimnya (Mardikanto, 1993).

Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh

seseorang terhadap informasi sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk

pengetahuan, gerak-gerik, tahu sikap, perilaku dan perasaan-perasaan,

sehingga seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan

perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami

(Bungin, 2007).

Komunikasi sebagai transmisi pesan, bagaimana pengirim dan

penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menterjemahkannya

(decode) dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan

media komunikasi. Dengan kata lain komunikasi sebagai suatu proses

yang dengannya seorang pribadi mempengaruhi perilaku seseorang atau

state of mind pribadi yang lain (Fiske, 1990).

Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti

pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna

umum atau bersama-sama. Hoveland mendefinisikan komunikasi

demikian: “the process by which an individual (the communication)

transmits stimuli (usually verbal symbol)to modify, the behavior of other

individu”. Komunikasi adalah proses individu mentransmisikan stimulus

untuk mengubah perilaku individu yang lain (Wiryanto, 2006).

Menurut teori neoklasik organisasi dianggap sebagai kelompok

orang dengan tujuan bersama. Definisi ini berbeda dengan definisi teori

klasik yang hanya menitikberatkan pembahasannya pada struktur, tata

tertib, organisasi formal, serta faktor-faktor ekonomi dan rasionaalitas

tujuan. Teori neoklasik lebih menekankan pentingnya aspek sosial dalam

pekerjaan (organisasi informal) dan aspek psikologis (emosi)

(Reksohadiprodjo, 1988).

Organisasi bisa didefinisikan sebagai sebuah kelompok individu

(22)

commit to user

10

dari satu organisasi dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan

tiga atau empat orang yang bekerja dengan kontak yang sangat dekat.

Organisasi yang lainnya memiliki 1000 karyawan yang tersebar di seluruh

dunia. Apa yang penting dalam hal ini adalah mereka ini bekerja di dalam

struktur tertentu (Devito, 1997).

Setiap organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa

informasi suatu organisasi tidak dapat berjalan. Dengan adanya informasi

bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat

dimaanfaatkan oleh manusia. Begitu juga sebaliknya dengan tidak adanya

informasi suatu organisasi dapat macet atau mati sama sekali. Untuk

mendapatkan informasi tersebut adalah melalui proses komunikasi. Tanpa

komunikasi maka informasi tidak mungkin didapatkan. Oleh karena itu,

komunikasi memegang peranan yang penting dalam organisasi untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi. Informasi yang

dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi sendiri maupun dari luar

organisasi (Muhammad, 2001).

Iklim komunikasi adalah suasana komunikasi yang diciptakan oleh

pola hubungan antar pribadi yang berlaku di situ. Secara umum dapat

dikatakan bahwa suasana komunuikasi yang baik adalah suasana yang

bersih dari prasangka-prasangka subyektif, perasaan golongan atau

kedaerahan. Suasana komunikasi yang demikian akan membantu

efektivitas komunikasi. Bila ternyata sebaliknya maka jelas komunikasi

akan sulit memperolah hasil karena masing-masing anggota organisasi

baik sebagai pemberi atau penerima informasi akan memberikan

penafsiran yang lain akan suatu data (Yuwono, 1988).

Iklim komunikasi merupakan persepsi mengenai seberapa jauh

anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung,

terbuka terhadap anggota, menaruh perhatian kepada anggota, dan secara

aktif meminta pendapat mereka serta memberi penghargaan atas standar

(23)

commit to user

1) Kepercayaan yaitu persepsi anggota organisasi tentang seberapa jauh

atasan, bawahan, dan sesama rekan kerja dapat dipercaya.

2) Pembuatan keputusan bersama yaitu persepsi anggota organisasi

tentang keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama.

3) Pemberian dukungan yaitu persepsi anggota organisasi tentang

perhatian atau dukungan organisasi pada anggotanya dan dukungan

anggota terhadap organisasinya.

4) Keterbukaan yaitu persepsi anggota organisasi tentang keterbukaan

organisasi terhadap informasi yang dianggap penting bagi anggota,

kebebasan dan kemudahan anggota dalam memperoleh informasi.

5) Perhatian atas tujuan berkinerja tinggi yaitu persepsi anggota

organisasi tentang keinginan anggota dan organisasi untuk selalu

memiliki tujuan kinerja yang tinggi (Kriyantono, 2006).

Kreps (1986) menyatakan bahwa iklim organisasi adalah sifat

emosional intern organisasi yang didasarkan pada bagaimana senangnya

para anggota terhadap satu sama dan terhadap organisasi. Beberapa iklim

kerja dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang terlibat di

dalamnya diperhatikan dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya.

Beberapa iklim lainnya dianggap dingin bila terdapat kekuranghormatan

dan permusuhan. Iklim organisasi terutama berkembang dari perilaku dan

tindakan atasan serta iklim ini diperlihatkan oleh perilaku anggota

organisasi (Curtis, 1998).

Beberapa definisi mengenai iklim organisasi yaitu sebagai berikut:

1) Taiguri mendefinisikan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif

abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh

anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan

dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.

2) Payne dan Pugh menyatakan Iklim organisasi sebagai suatu konsep

yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma,

(24)

commit to user

12

3) Litein dan Stringers mengatakan bahwa Iklim organisasi dapat

dipelajari dengan mengobservasi jumlah otonomi secara individual,

kebebasan yang dialami oleh individu, tingkat dan kejelasan struktur

dan posisi yang dibebankan kepada pekerja, orientasi ganjaran dari

organisasi dan banyaknya sokongan serta kehangatan yang diberikan

kepada pekerja. Itulah sebabnya mereka memberikan dimensi iklim

organisasi antara lain rasa tanggung jawab, harapan tentang kualitas

pekerjaan, ganjaran, rasa persaudaraan, dan semangat tim.

4) Hillrieger dan Slocum mendefinisikan iklim organisasi adalah set

atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota

organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau

subsistem, terhadap anggota dan lingkungannya (Muhammad, 2001).

Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling

menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu

sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu

berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses,

pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan

ketidakpastian. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka

yang kompleks dan dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal

maupun eksternal. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya,

tujuan, arah dan media. Komunikasi organisasi juga meliputi orang dengan

sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketrampilannya atau skill

(Muhammad, 2000).

Komunikasi organisasi adalah suatu komunikasi yang terjadi di

dalam suatu organisasi tertentu. Ciri dari komunikasi organisasi adalah

berstruktur dan berhierarki. Komunikasi ini memiliki struktur yang

vertikal dan horizontal dan sebagai akibatnya dapat pula berstruktur ke

luar organisasi. Struktur ke luar terjadi jika organisasi tersebut melakukan

interaksi dengan lingkungannya (Thoha, 2005).

Komunikasi organisasi menurut Senjaja (1996) adalah proses

(25)

commit to user

berkaitan dengan kepentingan organisasi baik dalam lingkup internal dan

eksternal. Komunikasi dengan internal organisasi terjadi antara

orang-orang dalam suatu organisasi terutama aktivitas member perintah, member

petunjuk, memberi tugas, memberikan laporan, memberikan saran dan

membahas permasalahan. Komunikasi dengan internal organisasi pada

intinya berkaitan dengan aktivitas mengolah, mengirim, menerima dan

menyebarkan pesan atau informasi kepada orang-orang dalam lingkup

organisasi. Komunikasi dengan lingkup eksternal organisasi terjadi antara

orang-orang dalam organisasi dengan orang-orang luar organisasi.

Komunikasi seperti ini bias terjadi karena adanya transaksi, negosiasi,

pemberian informasi dan pencarian informasi kepada pihak luar organisasi

(Setyanto, 2002).

Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi bersifat

formal dan juga informal dan berlangsung dalam jaringan lebih besar

daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali

melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada

kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi

menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, ke atas, dan

komunikasi horizontal. Komunikasi informal tidak tergantung pada

struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip

(Panuju, 2001).

Komunikasi didefinisikan sebagai proses pemindahan informasi

dan pengertian dari orang-orang yang satu kepada yang lain. Kebutuhan

komunikasi bagi organisasi sama dengan kebutuhan aliran darah bagi

orang. Sebagaimana orang menghasilkan penyempitan pembuluh nadi,

suatu pembekuan nadi yang mengganggu efisiensi mereka, begitu juga

organisasi menghasilkan “infoclerosis”. Pembekuan nadi informasi yang

menghasilkan ketidakefisien yang sama inilah yang disebut infoclerosis

(Keith, 1997).

Komunikasi juga dianggap penting bagi suatu keberhasilan

(26)

commit to user

14

dalam suatu organisasi selalu terlibat dalam pengalihan informasi. Dimana

dalam sebuah organisasi banyak ditemukan bagian-bagian seperti yang

sering dilihat dalam struktur organisasi. Oleh karena itu, maka Parton

(1992) mengatakan komunikasi terdiri dari pengalihan informasi dan

pengertian diantara bagian-bagian dan orang dalam suatu organisasi serta

berbagai cara dan media yang terlibat dalam pertukaran. Oleh karena itu,

komunikasi efektif sangat penting bagi keberhasilan suatu organisasi

(Suprapto dan Fahrianoor, 2004).

Iklim komunikasi organisasi menggambarkan iklim fisik yang

menyatakan cara orang bereaksi terhadap aspek-aspek organisasi dalam

menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim komunikasi organisasi terdiri

dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur terhadap komunikasi. Pengaruh ini

didefinisikan, dipengaruhi, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan

secara berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi

lainnya. Pengaruh ini menghasilkan pedoman bagi keputusan-keputusan

dan tindakan-tindakan individu, dan mempengaruhi pesan-pesan mengenai

organisasi (Pace dan Faules, 2002).

Enam faktor yang digunakan untuk melihat iklim komunikasi

organisasi menurut Pace dan Faules (2002) adalah adanya kepercayaan,

pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi

ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas dan perhatian pada

tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

1) Kepercayaan

Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk

mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya

terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh

pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha

membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan.

Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka

(27)

commit to user

bawahan dan atasan. Semakin tinggi kepercayaan cenderung semangat

kerja makin tinggi (Pace dan Faules, 2002).

Tekanan waktu sering memperkecil kemungkinan pimpinan

akan mampu menindaklanjuti komunikasi dan mendorong

penyampaian balikan atau komunikasi ke atas setiap kali mereka

berkomunikasi. Dalam keadaan seperti itu adanya perasaan saling

percaya dapat memperlancar komunikasi. Pimpinan yang berusaha

mengembangkan suasana saling percaya akan lebih mudah melakukan

tindak lanjut setiap komunikasi dan tidak akan terjadi kesalahpahaman.

Hal ini terjadi karena telah pimpinan telah memupuk kredibilitas

diantara para bawahan (Gibson, 2000).

Komunikasi adalah menyangkut rasa percaya. Seseorang hanya

mau mendengarkan orang yang mereka percaya. Sebaliknya sulit bagi

seseorang untuk mau mendengarkan orang yang tidak atau kurang

mereka percayai. Rasa percaya dapat dibangun dengan jalan

menjadikan diri kita jujur menghargai diri sendiri dan tentang tujuan

kita. Rasa percaya dapat berkembang diantara orrang-orang yang

saling rendah hati dan bertenggang rasa terhadap orang lain. Seseorang

yang penampilannya menimbulkan kesan sombong tidak akan

menumbuhkan rasa percaya (Nasution, 1990).

Organisasi yang efektif bercirikan kepercayaan timbal balik

yang tinggi dikalangan anggota, artinya anggota yakin akan integritas,

watak, dan kemampuan satu sama lain. Kepercayaan membangkitkan

kepercayaan dan kecurigaan membangkitkan kecurigaan,

mempertahankan kepercayaan memerlukan perhatian yang seksama

dari manajemen. Iklim kepercayaan di dalam sebuah kelompok

cenderung sangat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan manajemen dan

budaya organisasi itu. Organisasi yang menghargai keterbukaan,

kejujuran, dan proses kerjasama dan yang mendorong keterlibatan

karyawan serta otonomi karyawan cenderung menciptakan

(28)

commit to user

16

Orang yang memiliki rasa percaya kepada orang lain

menunjukkan rasa percayanya dengan cara meningkatkan

kepercayaannya terhadap orang tersebut, membuka informasi yang

relevan, dan menyatakan niat mereka yang sebenarnya. Orang yang

tidak memiliki rasa percaya bersikap sebaliknya. Mereka

menyembunyikan informasi dan bertindak secara oportunistik untuk

memanfaatkan orang lain. Beberapa orang yang tidak memiliki rasa

percaya akan merusak organisasi secara keseluruhan (Robbins, 1996).

2) Pembuatan keputusan bersama

Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus

diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah

dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan

kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi

kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di

atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan

dan penentuan tujuan. Akan tetapi umumnya pimpinan mau

memberikan informasi ke bawah bila merasa bahwa pesan itu penting

bagi penyelesaian tugas. Namun apabila suatu pesan tidak relevan

dengan tugas, pesan itu tetap dipegangnya (Pace dan Faules, 2002).

Program keterlibatan karyawan dalam pembuatan keputusan

bersama yang dimaksud adalah suatu proses partisipasif untuk

memanfaatkan seluruh kemampuan karyawan dan dimaksudkan untuk

mendorong peningkatan komitmen demi keberhasilan perusahaan atau

organisasi. Salah satu teknik dalam meningkatkan keterlibatan tersebut

ialah “manajemen partisipatif”. Sebagai definisi dapat dikatakan

bahwa manajemen partisipatif berarti suatu proses dimana para

bawahan pada tingkat dominan berbagi kekuasaan dengan para atasan

langsung dalam pengambilan keputusan (Siagian, 2002).

Keputusan oleh kelompok disebut pembuatan keputusan secara

partisipatif atau manajemen partisipatif. Hal ini membantu

(29)

commit to user

kepada mereka kesempatan untuk memberikan atau mengemukakan

pendapatnya mengenai masalah-masalah yang mempengaruhi

pekerjaan mereka (Moekijat, 1989).

Pengambilan keputusan partisipatif memiliki beberapa

keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pengambilan keputusan

partisipatif antara lain adanya perspektif yang lebih lebar dalam

pedefinisian masalah dan analisis, lebih banyak pengetahuan atau fakta

serta alternatif yang dapat dievaluasi, diskusi untuk klarifikasi masalah

yang membingungkan, mengurangi ketidakpastian alternative dan

menciptakan kepuasan anggota. Kelemahan pengambilan keputusan

partisipatif yaitu membutuhkan waktu yang lama, kompromi kepuasan

tidak memuaskan seorang pun dan tidak ada fokus yang jelas bagi

tanggung jawab kepuasan (Daft, 2002).

Sulit bagi orang-orang untuk menolak sebuah keputusan

perubahan dimana mereka ikut berpartisipasi. Sebelum perubahan

dilakukan, orang-orang yang menentang keputusan dapat dibawa

kedalam proses pembuatan keputusan itu. Dengan mengandaikan

bahwa peserta memilki keahlian untuk memberikan sumbangan yang

berarti, keterlibatan mereka dapat mengurangi penolakan,

mendapatkan komitmen untuk mensukseskan perubahan itu, dan

meningkatkan mutu keputusan. Akan tetapi teknik pengambilan

keputusan partisipatif ini mengandung kelemahan yaitu kemungkinan

suatu pemecahan yang buruk serta jumlah waktu yang dibutuhkan

(Robbins, 1999).

3) Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan

harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para

pegawai mampu mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka“

tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat,

(30)

commit to user

18

Perbedaan status selalu ada dalam dunia organisasi dan status

dalam pekerjaan itu merupakan dambaan orang-orang yang ada dalam

setiap institusi. Di lingkungan organisasi, keterbukaan dan kejujuran

mutlak diperlukan dalam keseluruhan komunikasi antar manusia.

Orang yang mempunyai kedudukan atau status rendah dapat saja

memperoleh keberanian berkomunikasi, asalkan mereka mampu

menjalin tata hubungan lebih baik kepada atasannya (Danim, 2008).

Orang tidak mau mengikuti seseorang yang mereka anggap tidak

jujur atau memanfaatkan mereka. Kejujuran misalnya selalu berada

pada peringkat atas dari karakteristik yang dipuja orang dari

pemimpinnya. Kejujuran sangat penting untuk kepemimpinan. Jika

orang bersedia mengikuti seseorang, baik ke medan atau ke ruang

direksi, mereka terlebih dahulu ingin meyakinkan diri mereka sendiri

bahwa orang tersebut memang layak dipercaya (Robbins, 1996).

Bersikap jujur berarti dapat dipercaya. Apabila kejujuran itu

penting bagi sikap dapat dipercaya, maka seseorang harus dapat

menimbulkan persepsi sebagai orang yang menyampaikan kebenaran.

Karyawan-karyawan lebih toleran mendengar sesuatu yang “tak ingin

mereka dengarkan” daripada mengetahui bahwa manajer mereka

membohonginya (Robbins, 1999).

4) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir

dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Komunikasi

ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap,

membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang

timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena

kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan. Kecuali untuk keperluan

informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh

informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu,

(31)

commit to user

pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan

yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para

pemimpin dan rencana-rencana (Pace dan Faules, 2002).

Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (1997) komunikasi ke

bawah mempunyai lima tujuan pokok yaitu:

a) Memberi pengarahan atau instruksi kerja

b) Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan

c) Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organisasional

d) Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan

e) Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat

membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang

ingin dicapai

Dalam kebanyakan organisasi komunikasi ke bawah sering

tidak lengkap dan tidak akurat. Hal ini terbukti dari seringnya

terdengar pernyataan di kalangan anggota organisasi bahwa “kita sama

sekali tidak mengetahui apa yang terjadi”. Keluhan semacam itu

menunjukkan tidak cukupnya komunikasi ke bawah dan perlunya

pegawai mendapatkan informasi yang sesuai dengan pekerjaan

mereka. Tidak adanya informasi yang berkaitan dengan pekerjaan

dapat menimbulkan tekanan batin yang tidak perlu diantara anggota

organisasi (Gibson, 2000).

Komunikasi ke bawah digunakan oleh para pemimpin untuk

menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi, menginformasikan

kebijakan serta prosedur kepada karyawan, menunjukkan persoalan

yang membutuhkan perhatian, dan menawarkan umpan balik mengenai

kinerja. Komunikasi ke bawah tidak harus dalam bentuk lisan atau

kontak tatap muka. Ketika mengirimkan surat ke rumah karyawan

untuk memberitahu mereka mengenai kebijakan organisasi

menyangkut cuti sakit yang baru, manajemen sedang menggunakan

(32)

commit to user

20

Menurut pandangan tradisional proses komunikasi di dalam

organisasi didomonasi oleh sistem komunikasi ke bawah. Komunikasi

ke bawah yaitu pengiriman informasi dari tingkatan yang lebih tinggi

ke tingkatan yang lebih rendah dalam suatu organisasi. Rantai

komando akan menentukan aliran komunikasi ke bawah. Peraturan

tertulis, bulletin, majalah organisasi dan uraian tugas merupakan

beberapa contoh komunikasi ke bawah. Seringkali komunikasi ke

bawah diasumsikan lebih baik daripada petunjuk tertulis yang

dijalankan. Sebagai contoh penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

pegawai memahami lebih sedikit bahan atau aturan yang terdapat

dalam buku pedoman (Rue et al, 2000).

5) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan

kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepeda tingkat yang

lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan

balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi

ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan

(Pace dan Faules, 2002).

Para anggota organisasi selalu ingin didengar oleh atasannya.

Keinginan demikian dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai hal

seperti laporan hasil pekerjaan, masalah yang dihadapi, baik yang

sifatnya kedinasan maupun yang sifatnya pribadi, saran-saran yang

menyangkut pelaksanaan tugas masing-masing. Komunikasi ke atas

bahkan juga terdapat pada organisasi yang dikelola dengan gaya yang

demokratik yaitu berupa kritik membangun demi kepentingan

organisasi (Siagian, 1997).

Organisasi yang efektif memerlukan komunikasi ke atas sama

banyak dengan komunikasi ke bawah yang diperlukannya. Komunikasi

ke atas yang efektif sulit dicapai, tetapi komunikasi ke atas yang

(33)

commit to user

Beberapa arus komunikasi ke atas yang paling umum adalah kotak

saran dan pertemuan kelompok (Gibson, 2000).

Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkatan yang lebih

tinggi dalam suatu kelompok atau organisasi. Komunikasi ini

digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang yang

memegang kekuasaan, memberi mereka informasi tentang proses

pencapaian tujuan, dan menyampaikan masalah-masalah terkini.

Komunikasi ke atas membuat pimpinan selalu mengerti apa yang

dirasakan bawahan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja mereka dan

organisasi secara umum. Pimpinan juga memanfaatkan komunikasi ke

atas untuk memperoleh ide-ide bagaimana memperbaiki kinerja

(Robbins, 1996).

Komunikasi ke atas merupakan komunikasi yang berasal dari

tingkatan bawah ke tingkatan atas dalam suatu organisasi. Sama halnya

dengan komunikasi ke bawah, dalam komunikasi ke atas suatu

organisasi juga berhubungan dengan pimpinan atau kekuasaan.

Komunikasi ke atas dalam organisasi dapat berupa pemberian umpan

balik dari saran, dan pemecahan dari masalah yang ada dari pimpinan

(Neuliep, 1996).

6) Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan

suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas

tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah demikian pula menunjukkan

perhatian besar pada anggota organisasi lainnya

(Pace dan Faules, 2002).

Tim yang berkinerja tinggi sekaligus mempunyai pemahaman

yang jelas tentang tujuan yang harus dicapai dan suatu keyakinan

bahwa sasaran itu merangkum suatu hasil yang pantas atau penting.

Selain itu pentingnya tujuan ini mendorong individu-individu untuk

mengarahkan kembali perhatian-perhatian pribadi kepada

(34)

commit to user

22

tujuan-tujuan tim. Selain itu mereka juga mengetahui apa yang

diharapkan bisa mereka capai dan memahami bagaimana mereka akan

bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan ini (Robbins, 1999).

Sebuah organisasi merupakan kumpulan individu yang

masing-masing harus berkinerja tinggi secara bersinergi. Organisasi yang

efektif dan berkinerja tinggi biasanya mempersyaratkan dukungan,

kerjasama, kepercayaan, kemampuan beradaptasi, kesabaran,

persahabatan, komitmen, keberanian, humor, antusiasme, kecocokan,

dan ketidakegoisan. Organisasi yang kompak menjadi prasyarat

produktivitas kerjanya (Danim, 2008).

4. Semangat Kerja

Semangat kerja atau moril kerja adalah kemampuan sekelompok

orang untuk bekerjasama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar

tujuan. Bekerjasama menekankan dengan tegas hakekat saling hubungan

dari suatu kelompok dengan suatu keinginan nyata untuk bekerjasama

dengan giat dan konsekuen menunjukkan caranya untuk sampai pada

tujuan melalui disiplin bersama (Moekijat, 1979).

Menurut Alex Nitisemito (1982) semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara giat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan lebih

cepat dan lebih baik. Semangat kerja tidak mesti disebabkan oleh

kegairahan kerja, tetapi kegairahan kerja mempunyai pengaruh yang cukup

besar terhadap semangat kerja.

Semangat kerja yang baik menurut Edwin (1982) yaitu semangat

kerja yang ditandai dengan perintah dan peraturan. Selain itu semangat

kerja yang baik juga diikuti kemauan bekerjasama dengan karyawan yang

lain dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Semangat kerja merupakan derajat kepuasan individu terhadap

kondisi organisasi dan lingkungannya. Jadi semangat kerja individu

dikatakan tinggi ketika kondisi lingkungan kerja organisasi menyenangkan

(35)

commit to user

menyenangkan. Semangat kerja dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu

semangat kerja individu dan semangat kerja kelompok (Jeff, 1984).

Semangat kerja yang baik dapat diketahui dari hal-hal berikut:

a. Disiplin

Disiplin yaitu sikap atau tingkah laku dan perbuatan karyawan

dalam hal mentaati, mematuhi dan melaksanakan peraturan yang

ditentukan perusahaan baik tertulis ataupun tidak tertulis. Dalam

menegakkan disiplin kadang kala perlu adanya ancmn atau hukuman.

Meskipun ancaman diberikan bukan untuk menghukum, tetapi

semata-mata hanya untuk mendidik agar karyawan bertingkah laku sesuai

dengan peraturan (Nitisemito, 1982).

Setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus

ditaati oleh para anggota serta memiliki standar yang harus dipenuhi.

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para

anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan organisasi.

Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk

pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,

sikaap, dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara

sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan

yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya (Siagian, 1997).

Disiplin merupakan salah satu cara untuk mengadakan

perubahan tingkah laku di pihak perorangan atau kelompok. Hal itu

dijalankan atas otoritas atau wewenang. Situasi disipliner timbul pada

saat seseorang atau kelompok telah melanggar norma-norma tingkah

laku yang berlaku dalam organisasi. Disiplin yang positif mencakup

usaha menciptakan sikap dan suatu suasana organisasi dimana pegawai

dan pekerja lainnya berkompromi menyusun peraturan dan

undang-undang organisasi (Tambunan, 2005).

Disiplin adalah suatu bentuk hukuman. Disiplin berbeda

dengan hukuman, tetapi pelaksana disiplin tidak selalu memandang

(36)

commit to user

24

penggunaan beberapa bentuk hukuman atau sanksi jika karyawan

menyimpang dari peraturan (Gibson, 2005).

Pendisiplinan tidak untuk memperkuat perilaku yang jelek.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk melakukan pendisiplinan

secara efektif yaitu jangan terlalu emosi, jangan menyerang pribadi,

spesifik, tepat waktu, konsisten, jangan mengancam dan bersikap adil

(Hersey dan Kenneth, 1990).

b. Loyalitas

Karyawan yang bersemangat kerja tinggi mempunyai semangat

rela berkorban dan loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi atau

perusahaan. Loyalitas memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup

dan tercapainya tujuan (Nitisemito, 1982).

Nilai-nilai serta tujuan-tujuan yang menjadi pedoman

keputusan-keputusan individu di dalam organisasi pada umumnya

merupakan tujuan organisasi itu sendiri. Pada mulanya nilai-nilai serta

tujuan-tujuan ini biasanya dikenakan kepada individu dengan

dijalankannya wewenang, tetapi secara berangsur-angsur sebagian

besar dari nilai-nilai ini tertanam dan tergabung di dalam jiwa serta

sikap-sikap individu. Akhirnya seseorang mendapatkan suatu

kecintaan dan kesetiaan atau loyalitas kepada organisasi secara

otomatis yaitu tanpa memerlukan suatu rangsangan luar yang

menjamin bahwa keputusan-keputusannya akan sejalan dengan

tujuan-tujuan organisasi (Simon, 1976).

Kesetiaan atau loyalitas para karyawan terhadap perusahaan

akan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab

tersebut dapat menciptakan semangat dan gairah kerja. Agar dapat

menimbulkan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan maka pihak

perusahaan harus mengusahakan agar para karyawan merasa senasib

dengan perusahaan. Perasaan senasib seperti ini akan membuat para

karyawan merasakan juga kemajuan dan kemunduran perusahaan

(37)

commit to user

Anggota sebuah tim yang efektif menampilkan dedikasi dan

loyalitas yang hebat terhadap timnya. Mereka rela melakukan apa saja

yang harus dilakukan untuk menolong berhasilnya tim mereka. Hal

semacam itu disebut dengan loyalitas dan dedikasinya terhadap tim

disebut dengan komitmen yang disatukan. Komitmen yang disatukan

dicirikan oleh dedikasi pada sasaran dan kerelaan untuk meluangkan

sejumlah besar energi guna mencapai tujuan (Robbins, 1999).

c. Kerjasama

Kerjasama yaitu kesediaan untuk bekerja sama diantara

karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Kerjasama yang baik sesama

karyawan adalah yang diharapakan perusahaan, sehingga apabila

terjadi kerja sama yang baik diharapkan dapat menunjang tercapainya

tujuan perusahaan (Moekijat, 1979).

Konsep kerjasama diperlukan untuk membagi tugas sesuai

kegiatan masing-masing. Kerjasama yang baik diantara karyawan dan

pimpinan mereka akan melancarkan usaha-usaha ynag dibuat untuk

mencapai tujuan. Koordinasi merupakan cara yang baik untuk

memupuk kemauan kerjasama dan melibatkan diri dalam tim kerja

(Tambunan, 2005).

Kerjasama merupakan pemecahan dengan kedua belah pihak

menang dalam suatu konflik. Semua pihak yang terlibat konflik

berusaha untuk memenuhi kepentingan mereka. Kerjasama umumya

dicirikan oleh pembahasan yang terbuka dan jujur diantara semua

pihak, upaya untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh guna

memahami perbedaan, pertimbangan yang seksama mengenai

serangkaian lengkap alternatif untuk mencari pemecahan yang

menguntungkan semua pihak. Kerjasama merupakan pilihan konflik

terbaik manakala tekanan waktunya sangat kecil, manakala semua

pihak dengan serius menginginkan pemecahan yang sama-sama

menguntungkan dan manakala masalah terlalu penting untuk

(38)

commit to user

26

Kerjasama (teamwork) dalam organisasi memiliki beberapa

bentuk, mulai dari bentuk yang informal sampai formal. Kerjasama

adalah setiap bentuk tindakan bersama oleh sekelompok orang untuk

mencapai sasaran bersama. Menurut definisi ini setiap organisasi

adalah tim. Akan tetapi kerjasama mempunyai makna yang lebih dari

sekedar koordinasi dan efisiensi. Kerjasama mengandung arti kesatuan

tujuan, aktivitas yang saling tergantung dan rasa ikut memiliki

(Kast dan James, 1995).

Terdapat dua fungsi yang ada dalam kegiatan kerjasama yaitu

fungsi untuk menjamin pencapaian tujuan dan fungsi untuk menjamin

adanya pengabdian sepenuh hati dari individu-individu dalam

pencapaian tujuan dari kerjasama ini. Jadi kerjasama merupakan

kegiatan sekelompok orang untuk mencapai hasil tujuan yang sama

dan dilakukan dengan sepenuh hati. Agar suatu kerjasama dapat

tercapai diperlukan kemauan untuk bekerja dalam satu tim

(Roethlisberger, 1990).

d. Antusias kerja

Enthusiasm (kegairahan) memiliki beberapa pengertian. Kata

tersebut berasal dari kata Yunani yang artinya “being prossesed by a

god”. Kamus umum Oxford (The Oxford Universal Dictionary)

merumuskannya sebagai “kegiatan perasaan untuk keperluan

seseorang atau untuk keperluan sesuatu sebab”. Kegairahan dapat juga

diartikan sebagai kegembiraan yang dimiliki dalam setiap usaha.

Jelaslah bahwa kegembiraan pertama-tama berhubungan dengan

perasaan, meskipun hal ini hanya terjadi apabila ada keyakinan bahwa

‘orang” atau “alasan” itu merupakan sesuatu yang baik

(Moekijat, 1989).

Kegairahan kerja adalah kesenangan yang mendalam terhadap

pekerjaan yang dilakukan. Antusias atau kegairahan kerja mempunyai

pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja, meskipun

(39)

commit to user

karena itu antara semangat kerja dan antusias atau kegairahan kerja

sulit untuk dipisah-pisahkan (Nitisemito, 1982).

Salah satu bentuk positif attitude adalah antusiasme. Menurut

kamus Webster, salah satu makna antusiasme adalah perasaan senang

luar biasa untuk menggapai sesuatu. Seseorang yang memiliki

antusiasme adalah orang yang sudah benar-benar yakin pada dirinya

sendiri, baik pada pengetahuan, kemampuan serta keahliannya.

Keyakinan yang sangat itulah yang membuat ia dapat menyakinkan

orang lain untuk benar-benar percaya pada dirinya

(Darmawangsa dan Imam, 2008).

Manusia membutuhkan semangat dan perasaan antusias bukan

hanya supaya mereka dapat terus menerus bekerja, tetapi juga akan

membuat mereka melakukan pekerjaan mereka dengan sukacita. Orang

yang memiliki antusiasme tidak pernah dikontrol oleh lingkungan

bahkan dilah yang mengontrol lingkungannya. Jika lingkungan dalam

kondisi baik, ia akan baik. Jika lingkungannya dalam keadaan buruk, ia

akan tetap baik. Antusiasme adalah energy kehidupan yang tertanam di

dalam diri setiap manusia, energi yang membuat seseorang maju

(Antakirana, 2008).

5. Hubungan Antara Iklim Komunikasi Dengan Semangat Kerja

Pentingnya iklim komunikasi organisasi adalah sebagai berikut:

menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas (antara para bawahan

dengan atasan, bawahan dengan bawahan, atasan dengan atasan dan

pegawai dengan organisasi atau lembaga yang bersangkutan),

meningkatkan moral dan disiplin para pegawai, meningkatkan rasa

tanggung jawab semua pegawai, menimbulkan saling pengertian,

meningkatkan kerjasama diantara para pegawai. Selain itu, pentingnya

komunikasi organisasi juga agar semua jajaran pimpinan dapat mengetahui

keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung

pengendalian operasional yang efisien, semua pegawai dapat mengetahui

(40)

commit to user

28

oleh pimpinan organisasi, dan semua informasi, keterangan-keterangan

yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan cepat dan tepat

diperoleh. Yang tidak kalah pentingnya adalah dapat meningkatkan

kegairahan dan semangat kerja para pegawai (Wursanto, 2002).

Iklim komunikasi komunikasi organisasi merupakan fungsi

kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada

anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan

memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko, memberi tanggung

jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyediakan informasi

yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengar dengan penuh

perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus

terang dari anggota organisasi. Selain itu juga secara aktif memeberi

penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat

melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan

dalam organisasi dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu

tinggi dan memeberi tantangan. Seperti pendapat yang diungkapkan

Guzley bahwa iklim komunikasi organisasi yang bagus memberi pedoman

bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil

oleh anggota oeganisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara

efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap

jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara

bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi

lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kuantitatif, dan untuk

menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi

dan operasinya, semua ini dipengaruhi oleh iklim komunikasi organisasi

(Pace dan Faules, 2002).

B. Kerangka Berpikir

Pertanian dilaksanakan oleh petani, namun pembangunan pertanian

tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani sendiri. Oleh karena itu diperlukan

adanya faktor pokok dan faktor pelancar dalam pembangunan pertanian. Salah

(41)

commit to user

pembangunan yang salah satunya melalui proses penyuluhan. Berbeda dengan

faktor pokok, faktor pelancar ini berguna tetapi tidak bersifat mutlak.

Pembangunan pertanian dapat terjadi biarpun salah satu atau lebih dari faktor

pelancar itu tidak ada. Namun demikian beberapa negara memerlukan

pembangunan pertanian secepat mungkin dan untuk mencapai tujuan tersebut

masing-masing faktor pelancar ini dapat sangat membantu ( Mosher, 1970).

Upaya peningkatan kesejahteraan dan perbaikan taraf hidup masyarakat

antara lain dapat dicapai melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian

merupakan suatu proses pendidikan nonformal dengan melibatkan petani,

penyuluh, dan pemerintah yang diarahkan pada tercapainya perubahan

perilaku petani sasaran. Pada dasarnya kegiatan penyuluhan pertanian

dimaksudkan untuk membantu petani agar terdorong dan mampu menolong

dirinya sendiri dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah yang telah aktif

melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian dan berhasil meraih prestasi

dalam bidang pertanian. Keberhasilan penyuluhan pertanian salah satunya

ditentukan oleh semangat kerja penyuluh pertanian dalam melaksanakan

tugas-tugasnya. Secara umum semangat kerja merupakan sikap dari

sekelompok orang yang memiliki tanggung jawab, gairah kerja yang tinggi

yang berpegang pada peraturan dan hukum serta mempunyai hubungan erat

satu sama lain untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini

semangat kerja dapat dilihat dari disiplin, kerjasama, loyalitas, dan antusias

kerja yang ada.

Tentunya semangat kerja seorang penyuluh pertanian ditentukan oleh

beberapa faktor, salah satunya adalah iklim komunikasi yang ada di BPP.

Iklim komunikasi organisasi menggambarkan iklim fisik yang menyatakan

cara orang bereaksi terhadap organisasi dalam menciptakan iklim komunikasi.

Iklim komunikasi organisasi dapat dilihat dari kepercayaan, pembuatan

keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah,

mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan-tujuan

(42)

commit to user

30

Dengan adanya semangat kerja dan rasa tanggung jawab yang tinggi

dalam diri penyuluh pertanian, mereka akan bekerja secara giat dan dapat

menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka dengan hasil yang

baik atau dapat meningkatkan kinerja mereka dan dapat mencapai tujuan BPP

yang diharapkan. Akhirnya diharapkan tujuan dari kegiatan penyuluhan

pertanian yaitu perbaikan taraf hidup serta peningkatan kesejahteraan petani

dan masyarakat dapat terwujud.

Berdasarkan uraian di atas, maka secara sistematis kerangka berpikir

dapat digambarkan sebagai berikut:

[image:42.612.147.510.171.468.2]

Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Antar Variabel

C. Hipotesis

Diduga ada hubungan yang signifikan antara iklim komunikasi

organisasi dengan semangat kerja penyuluh pertanian di Kabupaten

Sukoharjo.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Komponen Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi mengenai

seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat

dipercaya, mendukung, terbuka terhadap anggota, menaruh perhatian Iklim Komunikasi

Organisasi: 1. Kepercayaan

2. Pembuatan keputusan bersama

3. Kejujuran

4. Mendengarkan

komunikasi ke atas 5. Keterbukaan pada

komunikasi ke bawah 6. Perhatian pada tujuan

kinerja yang tinggi

Semangat kerja: 1. Disiplin

(43)

commit to user

kepada anggota, dan secara aktif meminta pendapat mereka serta

memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik.

a) Kepercayaan yaitu persepsi anggota organisasi tentang seberapa jauh

atasan atau bawahan dapat dipercaya. Kepercayaan dapat dilihat

melalui adanya kepercayaan antara koordinator dengan penyuluh dan

penyuluh dengan koordinator.

1). Kepercayaan koordinator terhadap penyuluh, dikelompokkan

menjadi 4 kriteria yaitu:

• Percaya mengenai semua hal : skor 4

• Percaya mengenai masalah pribadinya : skor 3

• Percaya mengenai pekerjaan : skor 2

• Tidak ada kepercayaan : skor 1

2). Kepercayaan penyuluh terhadap koordinator, dikelompokkan

menjadi 4 kriteria yaitu:

• Percaya mengenai semua hal : skor 4

• Percaya mengenai masalah pribadinya : skor 3

• Percaya mengenai pekerjaan : skor 2

• Tidak ada kepercayaan : skor 1

b)Pembuatan keputusan bersama yaitu persepsi anggota organisasi

tentang keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan.

Pembuatan keputusan bersam

Gambar

Gambar 4.1 Susunan Organisasi Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo .............
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan Antar Variabel
Tabel 3. 1 Jumlah dan Sampel Responden Penyuluh Pertanian di Kabupaten
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) terdapat hubungan yang signifikan antara human relations dan iklim organisasi secara bersama dengan semangat kerja pegawai Universitas Muhammadiyah Sumatera

Sumbangan efektif antara iklim organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 0,236 yang berarti kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh iklim organisasi sebesar 23,6 %, sedangkan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: “ Hubungan

Walaupun semangat kerja lebih dominan pengaruhnya terhadap produktivitas alangkah baiknya jika suasana atau iklim komunikasi di dalam kepengurusan PNPM

Adapun hipotesis yang diajukan ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan moral kerja karyawan. Subjek penelitian karyawan

Berdasarkan pada tinjauan teoritis di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: “ ada hubungan positif antara iklim organisasi dengan kepuasan

berdasarkan dari beberapa uraian permasalahan di atas maka peneliti melakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asertivitas komunikasi manajer dan

Dari hasil penelitian hubungan iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan