HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI
SMA NEGERI 11 PADANG
JURNAL
Oleh:
HENNI HIDAYATI NPM. 10060038
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2014
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI
SMA NEGERI 11 PADANG
Oleh:Henni Hidayati
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The problem in this research is how parenting parents with the learning outcomes of students in class XI SMA 11 Padang, seen from: (1) parenting parents of learners. (2)learning outcomes of students. (3) The relationship between parenting parents with the learning outcomes of students in SMAN 11 Padang. The type of this research is quantitative research, descriptive correlational were trying to depict or describe the state of the object of research at the present time. Based on the facts as they appear and then sought to do. The population of students in class XI SMA 11 Champaign totaling 234 people and 70 samples of people. The Sampling using simple random sampling technique. The tools used for data collection in the form of questionnaires and grades. To analyze the data pattern of parenting and student learning outcomes data using analytical techniques percentage, while testing hypotheses to see the relationship between parenting parents with the learning outcomes of students using the Pearson Product Moment Correlation formula, the calculation using the services of a computer with the help of the program Microsoft Excel and SPSS version 16.0. The results of data analysis: (1) parenting parents were in the unfavorable category. (2) student learning outcomes of students at the high category. (3) parenting parents relationship with learners' learning results obtained rcounting 0.299> 0.235 rtable In df 68 with significance level of 0.01 (sig <0.05) with a weak correlation. So based on the results of the study are the relationship between parenting parents with the learning outcomes of students in SMAN 11 Padang.
Keyword: parenting, learning outcomes PENDAHULUAN
Perolehan hasil belajar peserta didik yang rendah di sekolah berkemungkinan sebagai perwujudan kurangnya disiplin peserta didik dalam belajar di rumah dan situasi keluarga yang tidak kondusif dengan pola asuh orang tua yang tidak baik.
Pendidikan pada umumnya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan. Keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam pendidikan di mana pola asuh orang tua sangat berperan penting untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pola asuh orang tua berperan penting dalam mengembangkan nilai-nilai sikap dan berbagai macam keterampilan dalam diri anak atau peserta didik. Pola asuh yang dimaksud adalah tentang bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga.
Menurut Syah (2012:154) bahwa:
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4)
“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.
Kemudian Sudjana (2011:22) mengatakan
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Berdasarkan observasi peneliti pada tanggal 2 September sampai 9 Desember 2013 di lapangan, terlihat pola asuh orang tua ada yang baik bagi pendidikan anak dan ada yang tidak baik bagi pendidikan anak di mana, ditemukan peserta didik yang jarang belajar di rumah, melawan pada orang tua, orang tua yang membiarkan anaknya tidak belajar, orang tua yang suka berkata kasar kepada anaknya, adanya interaksi orang tua anak yang tidak kondusif. Sebaliknya ada juga peserta didik yang rajin belajar di rumah, pola komunikasi orang tua yang baik dengan anak, dan memberikan disiplin belajar pada anak.
Dengan hasil observasi tersebut peneliti ingin meneliti lebih jauh bagaimana hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 28 Desember 2013 dengan beberapa guru di SMA Negeri 11 Padang adanya peserta didik yang berbicara kurang sopan terhadap teman maupun gurunya yang berkemungkinan ada hubungannya dengan pola asuh orang tua di rumah, serta adanya peserta didik yang sering ribut saat guru menerangkan pelajaran, adanya peserta didik yang tidak menghargai gurunya dengan meremehkan guru dan membangkang pada guru, dan hasil belajar peserta didik yang rendah seperti Matematika dengan KKM 79, Bahasa Inggris dengan KKM 77 dan Bahasa Indonesia dengan KKM 77.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Pola asuh orang tua peserta didik.
2. Hasil belajar peserta didik.
3. Hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif korelasional. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI yang berjumlah 234 orang di SMA Negeri 11 Padang. Sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pola Asuh Orang Tua
Hasil penelitian pola asuh orang tua ada 0,00% peserta didik berada pada kategori sangat baik, pola asuh orang tua 34,29% peserta didik berada pada kategori baik, pola asuh orang tua 64,28% peserta didik berada pada kategori cukup baik, pola asuh orang tua 1,43% peserta didik berada pada kategori kurang baik, kemampuan pola asuh orang tua 0,00% peserta didik berada pada kategori tidak baik.
Secara umum gambaran pola asuh orang tua peserta didik di SMA Negeri 11 Padang berada pada kategori cukup baik 45 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 64,28%, kategorikan baik dengan ditemukan sebanyak 24 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 34. 29%, kategori kurang baik dengan ditemukannya sebanyak 1 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 1,43%, Hal ini mengindikasikan sebagian besar peserta didik di SMA Negeri 11 Padang kurang mendapatkan pola asuh yang baik, Meskipun hasil persentase tertinggi pada kategori cukup baik Guru BK dan pihak- pihak yang terkait pada peserta didik juga harus memperhatikan peserta didik yang berada pada kategori kurang baik.
Pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan berdasarkan analisis, penafsiran, temuan penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar. Pembahasan pada jenis hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar.
Jenis pola asuh orang tua terdapat empat sub variabel overprotected, otoritarian, permisif, demokrasi, untuk mencapai hasil belajar peserta didik, sebagai berikut:
a. Pola asuh orang tua overprotected Pola asuh orang tua yang bersifat overprotected 2,86% berada pada kategori sangat baik, 50,00% peserta didik berada pada kategori baik, 47,71%
peserta didik berada pada kategori
cukup baik, 1,43% peserta didik berada pada kategori kurang baik, dan 0,00%
peserta didik berada pada kategori tidak baik.
Berdasarkan hasil pengolahan data tentang hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik yang mana dalam mendeskripsikan data tersebut dilihat dari segi overprotected berada pada kategori kurang baik dengan ditemukannya sebanyak 1 dari 70 orang tua peserta didik dengan persentase 1,43%, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar pola asuh orang tua yang bersifat overprotected kurang baik untuk sebagian peserta didik, masih banyak peserta didik yang berpandangan bahwa pola asuh orang tua yang overprotected akan menyebabkan peserta didik merasa terkekang, kontak yang berlebihan dengan anak, pemberian bantuan kepada peserta didik yang terus menerus, meskipun peserta didik sudah mampu merawat dirinya sendiri, mengawasi kegiatan peserta didik secara berlebihan dan memecahkan masalah peserta didik.
Ternyata pada kategori cukup baik ditemukan sebanyak 32 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 47,71%, kategori baik ditemukan sebanyak 35 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 50,00%, hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh yang bersifat overprotected cukup baik dan baik bagi sebagian peserta didik. Pada kategori sangat baik ditemukan sebanyak 2 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 2.86% hal ini menunjukkan bahwa pola asuh yang bersifat overprotected sangat baik untuk sebagian peserta didik.
b. Pola asuh orang tua otoritarian
Pola asuh orang tua yang bersifat otoritarian 1,43% peserta didik berada pada kategori sangat baik, 2,86% peserta didik berada pada kategori baik, 14,29% peserta didik
berada pada kategori cukup baik, 35,71% peserta didik berada pada kategori kurang baik, dan 45,71%
peserta didik berada pada kategori tidak baik.
Berdasarkan hasil pengolahan data tentang hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik dari segi pola asuh yang bersifat otoritarian dapat dideskripsikan pada kategori tidak baik sebanyak 32 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 45,71%, pada kategori kurang baik sebanyak 25 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 35,71 hal ini mengindikasikan bahwa pola asuh orang tua yang bersifat otoritarian kurang baik untuk sebagian peserta didik. Peserta didik berpandangan bahwa pola asuh orang tua yang bersifat otoritarian akan menyebabkan peserta didik mempunyai sifat dan perilaku yang tidak baik, seperti:
peserta didik merasa tidak bahagia, tidak percaya diri, membangkang, ketakutan ketika sifat ini muncul akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Pada kategori cukup baik ditemukan 10 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 14,29%, pada kategori baik ditemukan sebanyak 2 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 2,86%, hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang bersifat otoritarian cukup baik dan baik bagi sebagian peserta didik, orang tua yang bersifat membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal.
Orang tua kadang-kadang menolak anak dan sering menerapkan hukuman.
Meskipun hasil persentase tertinggi pada kategori kurang baik Guru BK dan pihak-pihak yang terkait juga harus
memperhatikan peserta didik yang dikategorikan sangat baik sebanyak I dari 70 orang peserta didik dengan persentase 1,43% agar perilakunya berkembang dengan baik.
c. Pola asuh orang tua permisif
Pola asuh orang tua yang permisif 0,00% peserta didik berada pada kategori sangat baik, 17,15%
peserta didik berada pada kategori baik, 61,43% peserta didik berada pada kategori cukup baik, 20,00% peserta didik berada pada kategori kurang baik, dan 1,43% peserta didik berada pada kategori tidak baik.
Berdasarkan hasil pengolahan data tentang hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik dilihat dari pola asuh orang tua yang bersifat permisif dapat dideskripsikan pada kategori kurang baik sebanyak 14 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 20,00%,pada kategori tidak baik sebanyak 1 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 1,43%, hal ini menunjukkan adanya peserta didik yang berpandangan bahwa pola asuh orang tua yang bersifat permisif kurang baik karena bisa menyebabkan peserta didik mempunyai kebebasan sehingga peserta didik tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada kategori cukup baik sebanyak 43 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 61,43%, kategori baik sebanyak 12 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 17,14%, hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang bersifat permisif cukup baik bagi sebagian peserta didik, orang tua masih memberikan kebebasan sepenuhnya kepada peserta didik sehingga peserta didik merasa senang . d. Pola asuh orang tua demokrasi
Pola asuh orang tua yang demokrasi 14,29% peserta didik berada
pada kategori sangat baik, 68,56%
peserta didik berada pada kategori baik, 14,29% peserta didik berada pada kategori cukup baik, 2,86% peserta didik berada pada kategori kurang baik, dan 0,00% peserta didik berada pada kategori tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peserta didik SMA Negeri 11 Padang demokrasi berada pada kategori baik dengan frekuensi 48 orang peserta didik dengan persentase sebesar 68,56% dari 100% sampel.
Berdasarkan hasil pengolahan data tentang hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik dalam mendeskripsikannya dilihat dari pola asuh orang tua yang bersifat demokrasi berada pada kategori cukup baik sebanyak 10 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 14,29%, kategori baik sebanyak 48 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 68,56%, kategori sangat baik sebanyak 10 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 14,29%, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik merasa pola asuh yang bersifat demokrasi cukup baik untuk sebagian peserta didik karena peserta didik merasa di hormati apabila mengambil suatu keputusan dalam keluarga selalu di ikut sertakan ini menunjukkan suatu pola asuh orang tua yang sangat baik.
Kemudian pola asuh orang tua yang bersifat demokrasi berada pada kategori kurang baik sebanyak 2 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 2,86%, hal ini menunjukkan bahwa pola asuh demokrasi yang diterapkan orang tua kepada peserta didik masih lemah seharusnya orang tua dapat lebih baik seperti memberikan pujian, hadiah dan sebagainya.
2. Hasil Belajar Peserta Didik.
Hasil belajar 1,43% peserta didik berada pada kategori sangat tinggi, hasil belajar 41,43% peserta didik berada pada kategori tinggi, hasil belajar 35,71%
peserta didik berada pada kategori cukup tinggi, hasil belajar 10% peserta didik berada pada kategori rendah, hasil belajar
11,43% peserta didik berada pada kategori rendah sekali.
Berdasarkan hasil penelitian data tentang hasil belajar menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta didik dapat dikategorikan tinggi sebanyak 29 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 41,43%, kategori cukup tinggi sebanyak 25 dari 70 orang peserta didik.
Hal ini mengidentifikasikan bahwa sebagian besar peserta didik kelas X1 di SMA Negeri 11 Padang memperoleh hasil belajar yang tinggi dan cukup tinggi. Hasil penelitian yang telah penulis dapatkan masih terdapat 8 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 11.43% dapat dikategorikan sangat rendah, kategori rendah sebanyak 7 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 10%. Maka sebaiknya guru BK lebih memperhatikan peserta didik yang hasil belajarnya masih tergolong sangat rendah dan rendah begitu juga sebaliknya guru BK harus memperhatikan peserta didik yang mendapatkan hasil belajar sangat tinggi sebanyak 1 dari 70 orang dengan persentase 1,43% supaya potensi-potensi yang dimiliki peserta didik semakin berkembang.
3. Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Hasil Belajar
Hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar dapat dilihat >
(0,299.>0,235) hal ini dapat di maknai bahwa terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik di SMA Negeri 11 Padang, dengan taraf kepercayaan 0,05, dengan korelasi rendah.
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program statistik SPSS versi 16 maka diperoleh korelasi r hitung sebesar 0,299 dan r tabel sebesar 0,235 df 68 pada taraf signifikansi 005 atau tingkat kepercayaan 95%, artinya r hitung lebih besar dari r tabel sehingga dapat disimpulkan bawa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik. Hasil dari temuan yang peneliti lakukan ini mendukung pendapat yang diungkapkan Syah (2012:154) bahwa Lingkungan sosial
yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh peserta didik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik kelas XI di SMA Negeri 11 Padang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pola asuh orang tua peserta didik dari segi overprotected berada pada kategori sangat baik sebanyak 35 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 50,00%, pola asuh otoritarian berada pada kategori kurang baik sebanyak 32 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 45,71%, pola asuh permisif berada pada kategori baik sebanyak 43 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 61,43% dan pola asuh orang tua demokrasi berada pada kategori baik sebanyak 48 dari 70 orang peserta didik dengan persentase 68,56.
2. Hasil belajar peserta didik pada kategori sangat tinggi sebanyak 1 dari 70 orang peserta didik, kategori tinggi sebanyak 29 dari 70 orang peserta didik, kategori cukup tinggi sebanyak 25 dari 70 orang peserta didik, kategori rendah sebanyak 7 dari 70 orang peserta didik dan kategori sangat rendah sebanyak 8 dari 70 orang peserta didik.
3. Hubungan pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan hasil belajar peserta didik di kelas X1 SMA Negeri 11 Padang, dengan r hitung sebesar 0.299 dan r tabel sebesar 0.235 df 68 pada taraf signifikansi 0.05 atau tingkat kepercayaan 95%, artinya r hitung lebih besar dari r tabel Jadi, pengaruh nilai pola asuh orang tua terhadap hasil belajar peserta didik sebesar 8,94 %.
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Peserta Didik
Agar peserta didik lebih semangat dalam belajarnya dan membangun pola hubungan yang baik dengan orang tua dan lebih memperhatikan proses belajar dan memotivasi diri untuk lebih giat karena bagaimanapun kesuksesan ada di tangan masing-masing individu yang menjalaninya.
2. Guru BK
Guru BK diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik melalui pelaksanaan berbagai layanan bimbingan dan konseling yang berkaitan tentang bagaimana membina hubungan dengan orang tua di rumah dan berupaya meningkatkan hasil belajar seperti layanan informasi tentang bagaimana cara hidup mandiri dan cara disiplin dalam waktu.
3. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bersama personil sekolah lainnya diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian kepada peserta didik dan bekerja sama dengan orang tua peserta didik demi meningkatkan hasil belajar yang lebih baik lagi.
4. Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu memberikan pola asuh yang baik.
Selain itu, orang tua juga bisa membimbing anak dalam belajar, bertingkahlaku, bagaimana cara belajar, dan mencapai hasil belajar yang sesuai dengan potensi mereka.
Usaha ini dapat memupuk kemampuan dan rasa percaya diri anak akan kemampuannya.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam tentang pengaruh lain dari pola asuh orang tua seperti pengaruh lingkungan sosial terhadap hasil belajar peserta didik di sekolah.
KEPUSTAKAAN
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Sudjana, Nana 2011. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surbakti. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda.Jakarta: PT Gramedia
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian.
Padang : UNP Press
Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian.
Padang : UNP Press
Wahyuning, Wiwit dkk.
2003.Mengkomunikasikan Moral Anak. Jakarta: PT Elok Media Komputindo