• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG MEKAR KOTA BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG MEKAR KOTA BANJARMASIN "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG MEKAR KOTA BANJARMASIN

TAHUN 2020

Nidaul Khairiyah

Akhmad Fauzan, SKM., M.Kes / Nuning Irnawulan Ishak, SKM.,M.Kes Fakultas Kesehatan Masyarakat Banjarmasin

Email : nidaulkhairiyah622@gmail.com / 085251927270

ABSTRAK

DBD merupakan masalah yang cukup serius, sehingga banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencegahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar Kota Banjarmasin tahun 2020. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif d e n g a n p e n d e k a t a n cross sectional study. . Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik proporsional Stratified random sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang berada di wilayah puskesmas Karang Mekar terdapat 8 RT sebanyak 87 orang. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Statistik Chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan nilai P-Value = 0.032< signifikansi p = 0,05 yang artinya ada hubungan antara tempat penampungan air responden dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar dan nilai P-Value = 0.015 < signifikansi p = 0,05 yang artinya ada hubungan antara tempat pembuangan sampah responden dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar kemudian nilai P-Value =0.010 <

signifikansi p =0,05 yang artinya ada hubungan antara lingkungan rumah responden dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar. Diharapkan tokoh masyarakat beserta petugas Puskesmas Karang Mekar lebih mensosialisasikan langkah-langkah pencegahan DBD. Masyarakat sendiri agar lebih berperan aktif guna menjaga kualitas sanitasi lingkungan di sekitar kediamannya.

Kata Kunci : Kejadian DBD, Tempat Penampungan Air, Pembuangan Sampah, Lingkungan Rumah Kepustakaan : 30 (2007-2020)

ABSTRACT

DHF is a serious problem, so many efforts must be made to prevent it. The purpose of this study was to determine the relationship between environmental sanitation and the incidence of dengue fever in the working area of Puskesmas Karang Mekar, Banjarmasin City in 2020. This research is a type of quantitative research with a cross sectional study approach. The sampling technique in this study was proportional stratified random sampling technique. The sample in this study were respondents who were in the Karang Mekar health center area, there were 8 RTs as many as 87 people. The analysis used in this study used the Chi Square Test.

The results showed that the value of P-Value = 0.032 <significance p = 0.05, which means that there is a relationship between the respondent's water reservoir and the incidence of dengue fever in the work area of Puskesmas Karang Mekar and the value of P-Value = 0.015 <significance p = 0.05, which means There is a relationship between the respondent's garbage dump and the incidence of dengue fever in the Karang Mekar Health Center working area. then the value of P-Value = 0.010 <significance p = 0.05, which means that there is a relationship between the respondent's home environment and the incidence of dengue fever in the working area of the Karang Mekar Health Center. It is hoped that the community leaders and the Karang Mekar Health Center officers will socialize more about DHF prevention measures. The community itself should play a more active role in maintaining the quality of environmental sanitation around their residence.

(2)

Keywords : DHF incidence, water reservoir, garbage disposal, home environment Literature : 30 (2007-2020)

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang diprioritaskan dalam program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Penyakit DBD merupakan penyakit demam akut yang berpotensi menyebabkan kematian (Mansoer,2011).

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina dan sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir diseluruh belahan dunia terutama dinegara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik .Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. (Aziz Alimul Hidayat, 2011).

Penyakit DBD dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun dewasa, Penyakit ini menyerang segala usia tetapi yang lebih rentan tehadap anak-anak (Anggraini, 2015).

Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vector dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vector Aedes. Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya,DBD disebut the mostmosquito transmitted disease (Fitriani, Sinta, 2015).

Sekarang ini masih ada anggapan yang berkembang di masyarakat yang menunjukan perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa DBD hanya terjadi didaerah kumuh dan pemberantasan sarang nyamuk tidak tampak jelas hasilnya dibanding fogging. Anggapan seperti ini sering diabaikan, padahal sangat berpengaruh terhadap sanitasi lingkungan dalam mengambil keputusan khususnya terhadap penularan DBD (Asmadi, 2014).

Penyebaran kasus DBD sampai di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat di 13 Kabupaten yaitu Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Banjarbaru dan Banjarmasin. Jumlah kasus dan kematian akibat penyakit DBD di Provinsi Kalimantan Selatan selama 2 tahun terakhir dari Tahun 2018-2019 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 dan 2019 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, yaitu tahun 2018 sebanyak 8246 kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun 2019 sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk. (Dinkes Kalsel 2019)

DBD merupakan salah satu penyakit kompleks ,sehingga kerjasama lintas sector yakni pemerintah , swasta, LSM dan masyarakat diperlukan dalam upaya penanggulangan. Faktor yang berpengaruh terhadap penyebaran DBD meliputi pertumbuhan populasi manusia, mobilitas penduduk , kepadatan penduduk , pengelolaan sampah yang kurang baik, pengendalian nyamuk yang kurang efektif, penampungan air yang kurang

Beberapa faktor lingkungan yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar tentang kasus DBD, meliputi Pertama, keadaan lingkungan banyak rumah warga yang kumuh, dan di bawah rumah warga yang kumuh banyak sampah kemudian sampah itu menggenang air dan hiduplah jentik dsana, kedua, ada penampungan air biasanya didepan rumah warga jadi jentik hidup disana, ketiga, bak mandi yang jarang dikuras karenamereka sayang airnya masih bersih, sehingga dapat membantu dalam menurunkan jumlah kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menjadi penyebab penularan penyakit DBD. (Puskesmas Karang Mekar 2019).

Faktor yang mempengaruhi kejadian DBD adalah pendidikan tinggi, sanitasi, pengetahuan umum mengenai DBD, pengetahuan mengenai gejala DBD dan persepsi mengenai DBD. (Titik Respati, dkk)

Laporan data dari Dinas Kesehatan di Puskesmas Karang Mekar, jumlah kasus DBD mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2018 ditemukan sebanyak 8 kasus, dan tahun 2019 sebanyak 13 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar melayani 34 RT khusus daerah Karang Mekar .

(3)

METODE

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuisioner untuk dianalisis.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan menggunakan metode survei dan wawancara dengan pendekatan cross sectional study, yaitu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode. (Hastuti, Oktri. 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Hasil penelitian dari 87 orang responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar yang menjadi sampel penelitian akan disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi menurut pembuangan air, pembuangan sampah, lingkungan rumah dan kejadian DBD.

a. Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar kota Banjarmasin dapat dilihat pada table 4.4 berikut

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi kejadian DBD di di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar

No Kejadian DBD Frekuensi %

1 Tidak DBD 75 86,2

2 DBD 12 13,8

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa kejadian DBD kategori responden yang tidak pernah DBD sebanyak 75 orang atau 86,2%.

b. Tempat Penampungan Air Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar.

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka diketahui Distribusi Frekuensi tempat penampungan air responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Tempat Penampungan Air Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar

No Pembuangan Sampah Frekuensi %

1 Memenuhi Syarat 81 93,1

2 Tidak Memenuhi Syarat 6 6,9

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa penampungan air responden memenuhi syarat sebanyak 81 orang atau 93,1%.

(4)

a. Pembuangan sampah responden wilayah kerja puskesmas Karang Mekar

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka diketahui Distribusi Frekuensi tempat pembuangan sampah Responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Table 4.6

Distribusi Frekuensi Tempat Pembuangan sampah responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar

Teempat Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase

Memenuhi syarat 69 79,3

Tidak memenuhi syarat 18 20,7

Jumlah 87 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa tempat pembuangan sampah responden yang memenuhi syarat sebanyak 69 orang atau 79,3 %.

b. Lingkungan rumah

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, maka diketahui Distribusi Frekuensi Lingkungan Rumah Responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Tempat Pembuangan sampah responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar

Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase Memenuhi Syarat

48 55,2

Tidak Memenuhi Syarat 39

44,8

Jumlah 87

100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa lingkungan rumah responden yang memenuhi syarat sebanyak 48 orang atau 55,2 % .

2. Analisis Bivariat

a. Tempat Penampungan Air dengan Kejadian DBD

Hubungan antara tempat penampungan air dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8

Hasil Analisa Hubungan Antara Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar

Tempat penampungan air

Kejadian DBD

N % P Value

Tidak DBD DBD

N % n %

Memenuhi Syarat 72 89% 9 11,1% 81 100%

0,032

Tidak Memenuhi Syarat 3 47,1% 3 52,9% 6 100%

Jumlah

75 53,9% 1

2 46,1% 87 100%

(5)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa dari 87 sampel responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar diperoleh responden yang tempat penampungan airnya memenuhi syarat sebanyak 81 orang atau 77,6%. Responden yang tempat penampungan airnya tidak memenuhi syarat 6 0rang atau 22,4%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,32< α 0.05 artinya ada hubungan antara tempat penampungan air responden di wilayah kerja Puskwsmas Karang Mekar dengan kejadian DBD.

b. Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian DBD

Hubungan antara tempat penampungan air dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar dapat dilihat pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Hasil Analisa Hubungan Antara Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian DBD di Wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar

Tempat Pembuangan Sampah

Kejadian DBD

N % P Value

Tidak DBD DBD

N % n %

Memenuhi Syarat 63 91,3% 6 8,7% 69 100%

0,015 Tidak Memenuhi

Syarat 12 66,7% 6 33,3% 18 100%

Jumlah 75 86,2% 12 13,8% 87 100%

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 87 sampel responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar diperoleh responden yang tempat pembuangan sampahnya memenuhi syarat sebanyak 69 orang atau 82,6%. Responden yang tempat pembuangan sampahnya tidak memenuhi syarat 18 0rang atau 17,4%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,15< α 0.05 artinya ada hubungan antara tempat pembuangan sampah responden di wilayah kerja Puskwsmas Karang Mekar dengan kejadian DBD..

c. Lingkungan Rumah dengan Kejadian DBD

Hubungan antara lingkungan rumah responden dengan kejadian DBD dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10

Hasil Analisa Antara Lingkungan Rumah Dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar

Lingkungan Rumah

Kejadian DBD

N % P Value Tidak

DBD DBD

n % n %

Memenuhi

Syarat 46 95.8% 2 4,2% 4

8 100%

0,010 Tidak

Memenuhi Syarat

29 74,4% 1

0 25,6% 3 9 100%

Jumlah

75 86,2% 1

2 13,8% 8 7 100%

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 87 sampel responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar diperoleh responden yang tempat lingkungan rumahnya memenuhi syarat sebanyak 48 orang atau 55,1%. Responden yang lingkungan rumahnya tidak memenuhi syarat 39 0rang atau 44,9%. Hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,10< α 0.05 artinya ada hubungan antara tempat lingkungan rumah responden di wilayah kerja Puskwsmas Karang Mekar dengan kejadian DBD.

(6)

PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat a. Kejadian DBD

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa responden yang pernah menderita DBD sebanyak 12 orang (13,8%), dan responden yang tidak pernah menderita DBD sebanyak 75 orang (86,2%). Responden yang menyatakan pernah menderita DBD sebagian besar adalah yang lingkungannya belum memenuhi syarat pencegahan DBD. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang kurang dalam hal sanitasi lingkungan. DBD utamanya datang dari sengatan nyamuk Aedes Aegypti yang berkembang biak pada genangan air hujan yang terendap beberapa lama pada lingkungan sekitar.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang terinfeksi oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina dan sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir diseluruh belahan dunia terutama dinegara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik .Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. (Aziz Alimul Hidayat, 2011).

b. Tempat Penampungan Air

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa responden yang tempat penampungan airnya memenuhi syarat sebanyak 81 orang (93,1%), dan responden yang tempat penampungan airnya tidak memenuhi syarat sebanyak 6 orang (6,9%). Tempat penampungan air adalah suatu hal vital yang harus slalu diperhatikan kebersihan nya dan harus di kuras rutin minimal 2 kali setiap satu minggu agar kebersihannya selalu terjaga dan tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti. Sebagian besar responden yang pernah menderita DBD sebagia besarnya adalah yang tempat penampungan airnya belum memenuhi syarat atau jarang dilakukan pengurasan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa responden yang tempat tempat pembuangan sampahnya memenuhi syarat sebanyak 69 orang (79,3%), dan responden yang tempat tempat pembuangan sampahnya tidak memenuhi syarat sebanyak 18 orang (20,7%). Pembuangan sampah sangat rentan menjadi tembat berkembang biak bakteri dan virus, bahkan juga bisa menjadi tempat berkembang biak Aedes Aegypti. Tempat pembuangan sampah yang ada kemungkinan terdiam beberapa lama sebaiknya jaraknya jangan terlalu dekat dengan rumah atau pemukiman agar segala bakteri tidak mudah masuk ke lingkungan rumah serta tidak boleh ada genangan air pada pembuangan sampah agar tidak menjadi tempat erkembang biak nyamuk penyebab DBD.

c. Lingkungan Rumah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa responden yang lingkungan rumahnya memenuhi syarat sebanyak 81 orang (93,1%), dan responden yang lingkungan rumahnya tidak memenuhi syarat sebanyak 6 orang (6,9%). Lingkungan rumah tentu nya adalah hal yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari yang tentunya jika tidak dijaga dengan baik maka akan menjadi masalah. Nyamuk penyebab demam berdarah biasanya berkembang biak pada genangan sisa air hujan yang tergenang pada wadah berupa bekas kaleng maupun yang lain nya yang bisa menampung air, hendaknya lingkungan rumah bersih dan terhindar dari sesuatu yang bisa menampung air hujan yang tentu saja akan menjadi tempat berkembang biak nya nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD.

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tempat Penampungan Air Dengan Kejadian DBD

Berdasarkan tabel 4.8 hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0.032

< α 0.05 artinya ada hubungan antara tempat penampungan air dengan kejadian DBD. Tempat penampungan aimerupakan salah satu faktor yang berperan penting terhadap tnggi rendahnya kejadian DBD pada suatu wilayah. Jika suatu penampungan air tidak diperhatikan kebersihan airnya dan kelayakan wadahnya, maka akan menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegepty yang menjadi penyebab utama Dmam Berdarah Dengue.

Demam berdarah ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina Aedes yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung dari orang ke orang.16 Nyamuk penular DBD

(7)

ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

b. Hubungan Tempat Pembuangan Sampah Dengan Kejadian DBD

Berdasarkan tabel 4.9 hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0.015

< α 0.05 artinya ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian DBD. Tempat pembuangan sampah menjadi tempat yang tidak kalah prlu perhatian guna mencegah DBD tempat pembuangan sampah yang juga dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti, perlu diperhatikan agar tempat sampah tidak terdapat genangan air yang menjadi tembat berkembang biak nyamuk.

Hasil penelitian ini sesuai dengan William Dimana dari 154 responden yang diteliti keadaan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat terdapat 75 (48,7%) penderita DBD. Sampah seperti kalengkaleng bekas, botol, drum, ban-ban bekas dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti karena barangbarang bekas tersebut dapat menampung air atau menjadi tempat genangan air jika tidak di lakukan pengelolaan sampah secara baik dan benar. (WHO)

c. Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian DBD

Berdasarkan tabel 4.10 hasil analisis menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil nilai p 0.010<

α 0.05 artinya ada hubungan antara lingkungan rumah dengan kejadian DBD.

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Upaya sanitasi dasar meliputi sarana pembuangan kotoran manusia, sarana pembuangan sampah, saluran pembuangan air limbah, dan penyediaan air bersih.(Alfia, Mursid, Nikie. 2016)

Demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia endemis baik di daerah perkotaan (urban) maupun di daerah pedesaan (rural). Di daerah perkotaan vektor penular utamanya adalah nyamuk Aedes aegypti sedangkan di daerah pedesaan oleh nyamuk Aedes albopictus. Namun sering terjadi bahwa kedua spesies nyamuk tersebut terdapat bersamasama pada satu daerah, misalnya di daerah yang bersifat semi-urban (Soedarto, 2009),

PENUTUP KESIMPULAN

1.

responden yang tingkat pendidikannya SMA sebanyak 39 orang atau 44,8% dapat dikatakan bahwa paling banyak responden di Puskesmas Karang Mekar mayoritas berpendidikan SMA

2.

responden yang tidak bekerja sebanyak 42 orang atau 48,3% dengan demikian mayoritas Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Mekar Tahun 2020 adalah tidak bekerja.

3.

kategori responden yang tidak pernah DBD sebanyak 75 orang atau 86,2%,Dengan demikian dikatakan paling banyak responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar Lebih banyak yang belum pernah DBD.

4.

penampungan air responden memenuhi syarat sebanyak 81 orang atau 93,1%paling banyak tempat penampungan air responden di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar memenuhi syarat.

5.

tempat pembuangan sampah responden yang memenuhi syarat sebanyak 69 orang atau 79,3 %paling banyak tempat pembuangan sampah responden di wilayah kerja puskesmas karang mekar lebih banyak yang memenuhi syarat.

6.

Ada hubungan antara tempat penampungan air dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar (p=0,032)

7.

Ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar (p=0,015)

8.

Ada hubungan antara lingkungan rumah dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar (p=0,010)

SARAN

1. Bagi puskesmas

(8)

Bagi Puskesmas agar lebih sering menghimbah masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungannya, rutin mengadakan fogging serta penyuluhan terkait bahaya Demam Berdarah Dengue dan cara pencegahannya

2. Bagi Masyarakat Wilayah Kerja Pukesmas Karang Mekar

Bagi masyarakat khususnya ketua RT dan lapisan masyarakat lainnya agar lebih berperan aktif dalam sosialisasi serta penerapan 3M plus dalam rangka pencegahan Demam Berdarah Dengue di kota Banjarmasih khususnya wilayah kerja Puskesmas Karang Mekar.

3. Bagi Pemerintah Kota Banjarmasin

Pemerintah Kota Banjarmasin agar dapat memperluas cakupan wilayah untuk program 3M plus memberikan sosialisasi tentang pentingnya 3M plus guna mencegah Demam Berdarah Dengue. Dan pemerintah hendaknya memberikan fasilitas pada masyarakat berupa penempungan air yang layak dan tempat pembuangan sampah yang lebih memadai.

4. Bagi Peneliti

Bagi penelitian selanjutnya agar menganalisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor penyebab masih ada nya masyarakat yang terkena Demam Berdarah Dengue dan masih adanya masyarakat yang belum memiliki tempat penampungan air yang layak guna mencegak nyamuk berkembang biak

REFERENSI

Asmadi, 2015. Stop Demam Berdarah Dengue. Bogor. Cita Insan Madani.

Anggraini,2015. Demam Berdarah Dengue Penyakit Cara Pencegahannya.Yogyakarta: Kanisius.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Denguedi Indonesia Jakarta: Depkes RI.

Fitriani,S., 2015. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hastuti,O.,2015. Rancangan Penelitian, Bandung : PT. Raja Grafindo Persada

Mansoer ,2011. Demam Berdarah. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka.

Profil Puskesmas, 2019. Profil Puskesmas Karang Mekar,

Soedarto, 2009. Daerah Rentan Demam Berdarah Dengue, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Rumah Dan Kebiasaan Penderita Dengan Kejadian Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur

The study also recommended that the current women empowerment policy be reviewed to reflect the actual situation and that government should also establish a