SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH
2
SISTEM AKUNTANSI
Lap. Keuangan - LRA
- Neraca - LAK - CaLK Proses Akuntansi
- Analisa Transaksi - Jurnal / Entries - Posting
Transaksi - Keuangan - Kekayaan - Kewajiban
Relevan Andal
Dpt dibandingkan Dpt dipahami
Input Process Output
Formulasi Prosedur Transaksi
Bagan StandarAkun
Pengaturan Kelembagaan
Hardware SoftwareDan
Personil Terampil
Standar Akuntansi
HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI
• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.
PUSAP
(PASAL 6)
PMK No 238/PMK.05/2011 Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
PMK 238/2011 - PUSAP
Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan disusun dalam rangka mewujudkan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan Pemerintah secara
nasional.
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan SAP.
Laporan keuangan disusun melalui suatu sistem
akuntansi pemerintahan yang mengacu pada
pedoman umum sistem akuntansi pemerintahan.
PMK 238/2011 - PUSAP
• Pemerintah pusat menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN.
• Pemerintah daerah menyusun laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD.
• Laporan keuangan dari:
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Arus Kas
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Catatan atas Laporan Keuangan
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
▪ Menteri Keuangan menyusun sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat yang mengacu pada Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
▪ Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
• Gubernur/bupati/walikota menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu pada Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Sistem akuntansi pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.
• Sistem akuntansi pemerintah daerah mengacu pada peraturan daerah dan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan keuangan daerah.
PUSAP
PUSAP merupakan lampiran dari PMK 238/2011
Berlaku sejak tanggal ditetapkan
PUSAP
• PENDAHULUAN
• LAPORAN KEUANGAN
• BAGAN AKUN STANDAR
• PENDAHULUAN
• KLASIFIKASI ANGGARAN DAN PELAPORAN
• PEDOMAN UMUM BAGAN AKUN STANDAR BERBASIS AKRUAL
• BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH PUSAT
• BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH DAERAH
• BAGAN AKUN STANDAR UNTUK KONSOLIDASI
• KERANGKA STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH
LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM
» UU 17 Tahun 2003 :
» Pengakuan dan pengukuran dengan basis akrual
» bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP
» PP no 71 TAHUN 2010 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
» Lampiran I tentang SAP berbasis akrual dan harus dilaksanakan selambat-lambatnya tahun 2015.
» Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan
Sistem Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu
pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
TUJUAN PUSAP
» Menjadi acuan yang harus dipenuhi oleh para
penyusun dan pengembang sistem akuntansi baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
» Namun keseragaman penyajian sebagaimana diatur dalam Pedoman Umum tidak menghalangi masing-masing entitas pelaporan keuangan pemerintah untuk memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai kondisi masing-masing entitas
» Menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan, sehingga meningkatkan daya banding di
antara laporan keuangan entitas pemerintah.
RUANG LINGKUP
• PUSAP berlaku untuk penyusunan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan :
– pemerintah pusat
– pemerintah daerah
– konsolidasian.
ACUAN PENYUSUNAN PUSAP
1. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) dan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (ISAP).
2. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Pemerintah di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan.
3. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan laporan keuangan.
4. Jika PSAP memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi,
maka diwajibkan untuk mengikuti ketentuan pemerintah.
GAMBARAN UMUM PUSAP
KETENTUAN LAIN-LAIN
KERANGKA DASAR
LAPORAN KEUANGAN
KEBIJAKAN AKUNTANSI
• Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati-
hatian dan mencakup semua hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam PSAP.
• Apabila PSAP belum, maka pemerintah harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi:
– Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan
– Dapat diandalkan, dengan pengertian:
• mencerminkan kejujuran,
• menggambarkan substansi ekonomi dari dan tidak semata-mata bentuk hukumnya;
• netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
• dapat diverifikasi;
• mencerminkan kehati-hatian; dan
• mencakup semua hal yang material.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
▪ Pemerintah menggunakan pertimbangannya untuk
menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.
▪ Dalam melakukan pertimbangan tersebut pemerintah memperhatikan:
a. persyaratan dan pedoman PSAP yang mengatur hal-hal yang mirip dengan masalah terkait;
b. definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan
penerimaan/pengeluaran pembiayaan yang ditetapkan dalam Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan dan PSAP; dan
c. peraturan perundangan terkait pengelolaan keuangan
pemerintah pusat/daerah sepanjang konsisten dengan huruf a
dan b.
PENYAJIAN
▪ Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar
▪ Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, sedangkan kewajiban menurut urutan jatuh temponya
▪ Laporan Operasional menggambarkan pendapatan dan beban yang dipisahkan menurut karakteristiknya dari kegiatan utama/operasional entitas dan kegiatan yang bukan tugas dan fungsinya.
▪ Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen utamanya dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan
▪ Menjelasan atas pos-pos laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan ukuran kualitatif.
• Perubahan akuntansi wajib memperhatikan perubahan estimasi akuntansi, perubahan estimasi dan kesalahan mendasar
• Pada setiap lembar LK harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas
laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan
keuangan”.
FORMAT UMUM LAPORAN KEUANGAN
• Format laporan keuangan untuk pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur Menteri Keuangan.
• Format laporan keuangan pemerintah daerah mengikuti
ketentuan yang diatur Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
• Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Menteri Dalam yang mengatur mengenai format laporan keuangan
mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan
ketentuan perundangan yang berlaku tentang pengelolaan
keuangan pemerintah pusat dan daerah
NERACA
▪ Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
• FORMAT → ketentuan umum
• Pemerintah pusat mengikuti ketentuan yang diatur Menteri Keuangan.
• Pemerintah daerah mengikuti ketentuan yang diatur Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri.
• Format Neraca mengacu pada Standar Akuntansi
Pemerintahan
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)
▪ LRA menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan- LRA, belanja, transfer, surplus/defisit LRA dan pembiayaan suatu entitas diperbandingkan dengan anggarannya.
▪ Informasi ini berguna untuk mengevaluasi alokasi sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan terhadap anggaran
• FORMAT
• Pendapatan-LRA;
• Belanja;
• Transfer;
• surplus/Defisit-LRA;
• Penerimaan pembiayaan;
• Pengeluaran pembiayaan;
• Pembiayaan neto;
• Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA).
LAPORAN OPERASIONAL
▪ LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
• FORMAT
• Pendapatan-LO;
• Beban;
• Surplus/Defisit dari operasi;
• Kegiatan Non Operasional;
• Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
• Pos Luar Biasa;
• Surplus/Defisit-LO.
LAPORAN ARUS KAS (LAK)
▪ LAK memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
▪ Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
▪ Bagian dari laporan financial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu
yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan dan trnsitoris
• FORMAT – ketentuan umum
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)
▪ LPE menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; koreksi-
koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.
• FORMAT
• Ekuitas awal;
• Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan;
• Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
• Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;
• Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
• Ekuitas akhir.
LAPORAN PERUBAHAN SAL (LPSAL)
▪ PSAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut Saldo Anggaran
• FORMAT
• Saldo Anggaran Lebih Awal;
• Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
• Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
• Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;
• Lain-Lain;
• Saldo Anggaran Lebih Akhir.
LAPORAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK)
▪ LO meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam lapaoran keuangan.
▪ Penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
• FORMAT
• Penjelasan Umum
• Penjelasan Atas Pos-Pos LRA
• Penjelasan Atas Pos-Pos Neraca
• Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Arus Kas
• Penjelasan Atas Pos-Pos Laporan Operasional
• Penjelasan Atas Laporan Perubahan Ekuitas
• Penjelasan Atas Laporan Perubahan SAL
Pengendalian Intern
• Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan dan Kinerja, setiap Entitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan terkait.
• Dalam Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah.
• Aparat pengawasan intern pemerintah pada KementerianNegara/Lembaga/
pemerintah daerah melakukan review atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/gubernur/bupati/walikota kepada pihak-pihaksebagaimana diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 11 (BPK).
• Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menunjuk
apparat pengawasan intern pemerintah untuk melakukan evaluasi efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan kegiatan Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan serta Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan pada
Pengguna Anggaran/kuasa Pengguna Anggaran yang bersangkutan.
Sanksi Administratif
Setiap keterlambatan penyampaian Laporan
Keuangan oleh Pengguna Anggaran/kuasa
Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat
yang disebabkan oleh kesengajaan dan/atau
kelalaian, Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara dapat memberi sanksi berupa
penangguhan pelaksanaan anggaran atau
penundaan pencairan dana.
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Permendagri No 13 Tahun 2006
Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman
Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga
Penerimaan daerah
Pengeluaran daerah
Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
KETENTUAN UMUM
Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan menteri ini meliputi kekuasaan
pengelolaan :
Ruang Lingkup Keuangan Daerah
KETENTUAN UMUM
• keuangan daerah
• azas umum dan struktur APBD
• penyusunan rancangan APBD
• penetapan APBD
• penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD
• pelaksanaan APBD
• perubahan APBD
• pengelolaan kas
• Penatausahaan keuangan daerah
• akuntansi keuangan daerah
• pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
• pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah
• kerugian daerah
• pengelolaan keuangan BLUD
Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
TERTIB TAAT EFEKTIF EFISIEN
EKONOMIS TRANSPARAN BERTANGGUNG
JAWAB KEADILAN
KEPATUTAN MANFAAT
KETENTUAN UMUM
AZAS UMUM DAN STRUKTUR APBD
STRUKTUR APBD
Pendapatan Daerah Belanja Daerah
Pembiayaan Daerah
Pendapatan Daerah
Dikelompokan atas:
❑ Pendapatan Asli Daerah - Pajak daerah
- Retribusi daerah
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
(bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD, BUMN atau Swasta - Lain lain
(jasa giro, pendapatan Bungan, pendapatan denda, pendapatan retribusi dll)
❑ Dana Perimbangan
- Dana bagi hasil (bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak) - Dana alokasi umum
- Dana alokasi khusus.
❑ Pendapatan lain lain yang sah - Hibah
- Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban akibat bencana alam;
- Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
- Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan - Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
Belanja Daerah
Dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.
Klasifikasi belanja menurut urusan wajib mencakup:
o pendidikan;
o kesehatan;
o pekerjaan umum;
o perumahan rakyat;
o penataan ruang;
o perencanaan pembangunan;
o perhubungan;
o lingkungan hidup;
o pertanahan;
o kependudukan dan catatan sipil;
o pemberdayaan perempuan;
o keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
o sosial;
o tenaga kerja;
o koperasi dan usaha kecil dan menengah;
o penanaman modal;
o kebudayaan;
o pemuda dan olah raga;
o kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
o pemerintahan umum;
o kepegawaian;
o pemberdayaan masyarakat dan desa;
o statistik;
o arsip; dan
o komunikasi dan informatika.
Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan mencakup:
o pertanian;
o kehutanan;
o energi dan sumber daya mineral;
o pariwisata;
o kelautan dan perikanan;
o perdagangan;
o perindustrian; dan o transmigrasi.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dikiasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
o pelayanan umum;
o ketertiban dan ketentraman;
o ekonomi;
o lingkungan hidup;
o perumahan dan fasilitas umum;
o kesehatan;
o pariwisata dan budaya;
o pendidikan; dan o perlindungan sosial.
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.
Surplus APBD
terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Defisit anggaran
terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari
anggaran belanja daerah.
Pembiayaan Daerah
Penerimaan pembiayaan
• Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA);
• Pencairan dana cadangan;
• Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
• Penerimaan pinjaman daerah;
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan
• Penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan
• Pembentukan dana cadangan;
• Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah;
• Pembayaran pokok utang; dan
• Pemberian pinjaman daerah.
Pembiayaan neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan
dengan pengeluaran pembiayaan.
Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
• Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan Oktober tahun
anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama.
• Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
• Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
• Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang penjabaran APBD
sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubemur.
PENETAPAN APBD
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah
• Semua pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah.
• Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.
• Setiap SKPD yang memungut pendapatan daerah wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
• SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah
• Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.
• Bukti harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
PELAKSANAAN APBD
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
➢ Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Sebelumnya
- menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil daripada realisasi belanja;
- mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
- mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
➢ Dana cadangan
Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan.
➢ Investasi
Investasi awal dan penambahan investasi dicatat pada rekening penyertaan modal (investasi) daerah.
Pengurangan, penjualan, dan/atau pengalihan ivestasi dicatat pada rekening penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan (divestasi modal).
➢ Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah.
PELAKSANAAN APBD
Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
➢ Piutang Daerah
- Setiap piutang daerah diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu.
- SKPD melakukan penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang
menjadi tanggung jawab SKPD.
- Kepala SKPKD melaksanakan penagihan dan menatausahakan piutang daerah.
- Kepala SKPKD setiap bulan melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada kepala daerah.
PELAKSANAAN APBD
TUJUAN
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
a. Menjaga aset Pemerintah Daerah dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Daerah, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Daerah secara keseluruhan.
d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan
keuangan pemerintah secara efisien
Laporan Keuangan Pokok
• Laporan Realisasi Anggaran
• Neraca
• Laporan Arus Kas
• Catatan atas
Laporan Keuangan
Basis Akuntansi
Yang digunakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah adalah Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran
Basis Akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca
Basis Kas
• Berarti pendapatan diakui pada saat kas
diterima oleh Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
• Entitas pelaporan tidak menggunakan istilah laba
• Penentuan sisa perhitungan anggaran baik lebih
maupun kurang untuk setiap periode tergantung
pada selisih realisasi penerimaan dan realisasi
pembiayaan dengan seluruh belanja yang telah
dibayar
Basis Akrual
Aset, Kewajiban dan Ekuitas dana diakui pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah,
tanpa memperhatikan saat kas atau setara
kas diterima atau dibayar
PP No. 8 Tahun 2006
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
Pelaporan Keuangan dan Kinerja
• Menyediakan Laporan Keuangan & Kinerja
• Pemerintah pusat, pemerintah daerah, K/L, BUN merupakan entitas pelaporan
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Komponen LK
PUSAT/DAERAH
• Laporan realisasi anggaran
• Neraca
• Laporan arus kas
• CALK
K/L
• Laporan realisasi anggaran
• Neraca
• CALK
BUN
• Laporan realisasi anggaran
• Neraca
• Laporan arus kas
• CALK
Penyusunan LK
• Memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD/pengelolaan perbendaharaan daerah
• Disampaikan selambat-lambatnya 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan Kinerja
• Ringkasan keluaran dari masing-masing kegiatan
• Hasil yang dicapai dari program
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
LK atas pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi / tugas pembantuan
• SKPD sebagai pelaksana menyelenggarakan akuntansi dan menyusun LK
Laporan keuangan dan kinerja interim
• Dibuat setiap triwulan kepada menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota
Laporan pertanggungjawaban bendahara
• Menyajikan saldo awal, penambahan, penggunaan, dan saldo akhir uang persediaan yang dikelola
• Disampaikan kepada BUN/BUD atau kuasanya
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
Pengendalian Intern
• Untuk meningkatkan keandalan LK dan Lap Kinerja
• Rekonsiliasi transaksi yang dicatat pengguna anggaran dan BUN/BUD
• Menteri keuangan berwenang menunjung APIP
Sanksi Administratif
Keterlambatan penyampaian LK diberi sanksi berupa
• penagguhan pelaksanaan anggaran
• penundaan pencairan dana
PP No. 8 Tahun 2006 Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah