• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI SISWA KELAS IV SDN 2 BELAWA KABUPATEN CIREBON

N/A
N/A
Armadina Sipahutar

Academic year: 2024

Membagikan " HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI SISWA KELAS IV SDN 2 BELAWA KABUPATEN CIREBON"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4 No 2 Juli 2023 ISSN: 2721-2033

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI SISWA KELAS IV SDN 2 BELAWA KABUPATEN CIREBON

Inan Nisrina Nur1, Cahyo Nugroho2, Hadiyat Miko3

1‚2‚3) Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

*[email protected]

ABSTRAK

Latar Belakang : Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Asupan gizi merupakan hal yang sangat dibutuhkan pada saat awal tumbuh kembang anak, anak- anak usia sekolah merupakan usia yang paling rentan terhadap kejadian karies gigi karena pola kebersihan anak kurang baik, dan pola makan anak yang tidak baik, sehingga apabila terjadi ketidakseimbangan gizi dapat menimbulkan akibat yang berkepanjangan dan dapat menetap terhadap fungsi biologis dan kelenjar saliva. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan pengalaman karies gigi siswa kelas IV SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian 45 siswa kelas IV SDN 2 Belawa. Analisis data yang digunakan adalah Uji Correlation Spearman. Hasil : Hasil distribusi frekuensi status gizi paling banyak memiliki kategori gizi baik sebanyak 26 responden (57.8%) dan memiliki pengalaman karies gigi paling banyak pada kategori sedang sebanyak 17 responden (37.8%). Kesimpulan : Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kemungkinan terjadinya karies gigi siswa kelas IV SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon dengan kekuatan korelasi kuat dan tidak searah dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 atau p<0,05.

Kata kunci:

Status Gizi Karies Gigi

ABSTRACT Key word:

Nutrional Status Dental Caries

Background : Nutritional status is a condition caused by a balance between intake of nutrients from food and the body's need for nutrients.

Nutritional intake is something that is really needed at the beginning of a child's growth and development, school-age children are the age most vulnerable to the incidence of dental caries because the child's hygiene patterns are not good, and the child's eating pattern is not good, so that if there is an imbalance in nutrition it can cause long-term and lasting effects on biological functions and salivary glands. Research Objectives: This study aims to analyze the relationship between nutritional status and dental caries experience of fourth grade students at SDN 2 Belawa, Cirebon Regency. Methods : The type of research

(2)

used is descriptive analytic with a cross sectional research design. The research sample was 45 grade IV students of SDN 2 Belawa. The data analysis used is the Spearman Correlation Test. Results : The results of the frequency distribution of nutritional status had the most in the good nutrition category with 26 respondents (57.8%) and had the most dental caries experience in the moderate category with 17 respondents (37.8%).

Conclusion : The study shows that there is a relationship between nutritional status and the possibility of dental caries in grade IV students at SDN 2 Belawa Cirebon Regency with a very weak correlation strength and not in the same direction as the Sig. (2-tailed) 0.000 or p<0.05.

PENDAHULUAN

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Asupan gizi yang dibutuhkan oleh setiap individu berbeda-beda. Kebutuhan asupan gizi di pengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan (Nardina, dkk., 2021).

Kesehatan gizi memiliki kadar lebih serta kesehatan gizi kurang. Kualitas makanan menjadi perhatian yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak merupakan kelompok yang rentan terhadap gangguan gizi, karena sudah mulai menentukan sendiri makanan yang akan makan di sekolah. Makan-makanan yang di terima anak dipengaruhi oleh teman sebaya, dan lingkungan (Anggiruling, dkk., 2019).

Anak membutuhkan gizi yang cukup agar tumbuh kembang optimal. Asupan nutrisi yang tidak cukup akan mengakibatkan kerusakan permanen yang tidak dapat diperbaiki pada saat dewasa (Septikasari, 2018).

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi kategori gizi sangat kurus, kurus, dan gemuk pada usia 5-12 tahun masih tinggi yaitu 30,7%, 11,2%, dan 18,8%. Data RISKEDAS menunjukkan bahwa perlu perhatian khusus terhadap status gizi anak yang diakibatkan oleh salah makan makanan.

Makanan yang tidak seimbang kandungan gizinya (Pardosi, dkk., 2022).

Unsur yang terkandung dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, serta mineral-mineral sangat berpengaruh pada masa sebelum dan sesudah tumbuhnya gigi- geligi. Makanan yang bersifat manis, lunak dan melekat pada gigi dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya yang selalu terbebas dari penyakit dan terhindar dari rasa sakit yang berperan secara maksimal yang membuat percaya diri serta hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Asriawal, dkk., 2022).

Asupan gizi merupakan hal yang sangat dibutuhkan pada saat awal tumbuh kembang anak, anak-anak usia sekolah merupakan usia yang paling rentan terhadap kejadian karies gigi karena pola kebersihan anak kurang baik, dan pola makan anak yang tidak baik, sehingga apabila terjadi ketidakseimbangan gizi dapat menimbulkan akibat yang berkepanjangan dan dapat menetap terhadap fungsi biologis dan kelenjar saliva.

Kebutuhan macronutrient dan micronutrient tidak hanya berhubungan dengan status gizi, namun berhubungan juga dengan tingkat keparahan karies gigi (Ruyadany, dan zainur.,

(3)

Karies gigi atau gigi berlubang adalah kerusakan permanen yang terjadi di wilayah permukaan keras gigi yang berkembang mulai dari lubang kecil sampai menjadi lubang yang merusak gigi (Kemenkes RI, 2019). RISKEDAS menunjukkan pada tahun 2018 prevalensi karies pada anak usia sekolah pada kelompok umur 5-9 tahun mencapai 54,0% sedangkan kelompok umur 10-14 tahun mencapai 41,4%. Karies gigi secara nasional memiliki masalah sebesar 45,3% (Kemenkes RI, 2019).

Survei awal yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 16 Januari 2023 di dapatkan 10 orang sampel, yaitu 5 sampel laki-laki dan 5 sampel perempuan. Peneliti melakukan survei kepada siswa kelas IV SDN 2 Belawa dengan melakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan karies gigi. Hasil pemeriksaan status gizi didapatkan bahwa 50% siswa mengalami gizi kurang, dan hasil pemeriksaan karies gigi di dapatkan bahwa 70% siswa mengalami karies gigi.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini 45 siswa kelas IV di SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon dengan teknik Total Sampling. Instrumen penelitian menggunakan IMT/U dan lembar pemeriksaan indeks DMF-T. Uji yang digunakan adalah uji corelation spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 18 40,0%

2. Perempuan 27 60,0%

Total 39 orang 100,0%

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 27 responden (60.0%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Status Gizi

No Status Gizi Frekuensi Persentase

1. Gizi Kurang 14 31,1%

2. Gizi Baik 26 57,8%

3. Gizi Lebih 4 8,9%

4. Obesitas 1 2,2%

Total 45 100,0%

Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi status gizi pada siswa kelas IV SDN 2 Belawa paling banyak memiliki kategori gizi baik sebanyak 26 responden (57.8%). Hasil pengambilan data status gizi pada siswa SDN 2 Belawa dilakukan dengan menggunakan indeks masa tubuh menurut umur.

(4)

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengalaman Karies Gigi

No. Pengalaman Karies Gigi Frekuensi Persentase

1. Sangat Rendah 6 13,3%

2. Rendah 13 28,9%

3. Sedang 17 37,8%

4. Tinggi 6 13,3%

5. Sangat Tinggi 3 6,7%

Total 45 100,0%

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil distribusi frekuensi pengalaman karies gigi pada siswa kelas IV SDN 2 Belawa paling banyak memiliki kategori sedang sebanyak 17 responden (37.8%). Hasil pengambilan data Pengalaman Karies Gigi pada siswa Kelas IV SDN 2 Belawa dilakukan dengan menggunakan indeks DMFT.

Tabel 4 Tabulasi Silang Status Gizi dengan Pengalaman Karies Gigi

Status Gizi Pengalaman Karies Gigi Total

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Gizi Kurang (0) (0) (7) (4) (3) (14)

0,0% 0,0% 15,6% 8,9% 6,7% 31,1%

Gizi Baik (4) (13) (9) (0) (0) (26)

8,9% 28,9% 20,0% 0,0% 0,0% 57,8%

Gizi Lebih (1) (0) (1) (2) (0) (4)

2,2% 0,0% 2,2% 4,4% 0,0% 8,9%

Obesitas (1) (0) (0) (0) (0) (1)

2,2% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 2,2%

Total (6) (13) (17) (6) (3) (45)

13,3% 28,9% 37,8% 13,3% 6,7% 100,0%

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden paling banyak memiliki kategori gizi baik sebanyak 26 responden (57,8%) dengan kategori pengalaman karies gigi paling banyak kategori rendah 13 responden (28,9%), kategori sedang 9 (20,0%), sangat rendah 4 responden (8,9%).

(5)

Tabel 5 Hasil Uji Sperman Rank Status Gizi dengan Pengalaman Karies Gigi

Variabel Koefisien

Korelasi

Sig. (2-tailed) Status Gizi dengan

Pengalaman Karies Gigi

-0,522 0,000

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengalaman karies gigi siswa kelas IV di SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05, sehingga hipotesis diterima. Arah korelasi tidak searah (negatif), dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi status gizi maka semakin rendah angka pengalaman karies gigi yang dimiliki dan memiliki kekuatan korelasi kuat dengan nilai -0,522.

B. Pembahasan

Hasil distribusi frekuensi status gizi pada tabel 2 menunjukkan bahwa status gizi paling banyak memiliki kategori gizi baik 26 responden (57,8%), hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, bahwa prevalensi status gizi anak Indonesia lebih banyak mempunyai status gizi normal (70,8%). Hasil penelitian bahwa status gizi anak paling banyak memiliki kategori normal menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia khususnya ibu telah memberikan asupan gizi yang baik kepada anak, dengan menyediakan dan memberikan makanan yang bergizi.

Hasil penelitian Muchtar (2022), menyatakan bahwa anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan mengalami masalah gizi. Penyebab utama terjadinya masalah gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Asupan makanan sebagai penyebab langsung merupakan penyebab yang memberikan gambaran kecukupan zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan dapat dinilai berdasarkan status gizi (Muchtar, dkk., 2022). Charina (2022), menyatakan bahwa asupan zat gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi proses metabolisme tubuh dan akan tergambar pada status gizi. Status gizi memberikan dampak yang berbeda terhadap risiko penyakit.

Gizi buruk dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi, sedangkan gizi lebih dan obesitas berisiko terhadap penyakit degeneratif (Charina, dkk., 2022).

Hasil distribusi frekuensi pengalaman karies gigi (tabel 3) menunjukkan bahwa pengalaman karies gigi kategori sedang 17 responden (37,8%). Hasil penelitian karies gigi dengan kategori sedang didukung oleh penelitian Ramadhanie (2022), bahwa karies gigi paling banyak dengan kategori sedang sebanyak 53 responden (52,48%).

Hasil penelitian Ramadhanie (2022), menyatakan bahwa penyebab terjadi karies gigi selain tidak terawatnya gigi berlubang, dikarenakan konsumsi minuman dan makanan manis seperti sirup fruktosa atau beberapa campuran sukrosa dan fruktosa, juga dikarenakan kerawanan pangan. Keluarga di Indonesia banyak yang membeli makanan cepat saji di toko, restauran, pojok pasar dan restauran cepat saji yang berakibat berkurangnya pembelian makanan untuk anak akan sayur segar, buah- buahan dan karbohidrat kompleks (Ramadhanie, dkk., 2022).

(6)

Hasil tabulasi silang antara status gizi dengan pengalaman karies gigi (tabel 4) menunjukkan bahwa responden paling banyak memiliki kategori gizi baik sebanyak 26 responden (57,8%) dengan kategori pengalaman karies gigi paling banyak kategori rendah 13 responden (28,9%), kategori sedang 9 (20,0%), sangat rendah 4 responden (8,9%). Hasil penelitian gizi yang baik menunjang karies rendah tersebut didukung oleh penelitian Haryani (2020), yang menunjukkan bahwa karies gigi yang rendah dan status gizinya normal sebanyak 66%.

Karies gigi merupakan hambatan bagi anak untuk mengunyah makanannya, bila gigi anak banyak yang berlubang, anak sering mengalami sakit gigi dan menyebabkan anak susah makan, sehingga dapat mengurangi asupan makan serta dapat mengganggu tumbuh kembang pada anak dan berpengaruh terhadap status gizi anak. Konsumsi makanan anak dengan gizi yang baik dan pola makan yang sehat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, sebaliknya kesehatan gigi dan mulut esensial secara umum sehingga anak dengan status karies gigi anak kategori rendah dan status gizi anak kategori normal sebanyak 66% dengan gizi yang baik dan pola makan yang sehat meningkatkan kesehatan (Haryani, dkk., 2020).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji spearman seperti pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengalaman karies gigi siswa kelas IV di SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Sig. (2-tailed) 0,000 dimana nilai p lebih kecil dari 0,05 atau 0,000<0,05, sehingga hipotesis diterima. Arah korelasi tidak searah (negatif), atau semakin tinggi status gizi maka semakin rendah angka pengalaman karies gigi yang dimiliki dan memiliki kekuatan korelasi kuat dengan nilai -0,522. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengalaman karies gigi siswa kelas IV di SD Negeri 2 Belawa Kabupaten Cirebon didukung dengan penelitian Haryani, (2020), bahwa ada korelasi yang signifikan antara status karies gigi dengan status gizi (p=0,015<0,05) dengan arah hubungan yang negatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi status gizi anak maka semakin rendah status karies gigi.

KESIMPULAN

Penelitian menunjukkan status gizi siswa sebagian besar responden memiliki kategori normal sebanyak 26 responden dengan persentase (57.8%). Pengalaman karies gigi pada siswa sebagian besar responden memiliki kategori sedang sebanyak 17 responden dengan persentase (37.8%). Penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi dengan kemungkinan terjadinya karies gigi siswa kelas IV SDN 2 Belawa Kabupaten Cirebon dengan kekuatan korelasi kuat dan tidak searah dengan nilai Sig. (2- tailed) 0,000 atau p<0,05.

DAFTAR PUSTAKA

Anggiruling, D. O., Ekayanti, I., & Khomsan, A. (2019). Analisis Faktor Pemilihan Jajanan, Kontribusi Gizi dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal MKMI, Vol. 15 No. 1 pp : 81-90.

(7)

Asriawal, Jumriani, & Muhtar, M. (2022). Efektivitas Pelayanan Teledentistry pada Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Masyarakat di Puskesmas Palakka Kahu selama Pandemi Covid 19. Media Kesehatan Gigi, Vol. 21 No. 2 pp : 44-49.

Charina, M. S., Sagita, S., Koamesah, S. M., & Woda, R. R. (2022). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Cendana Medical Journal, Vol. 10 No. 1 pp : 197-2004.

Haryani, W., Setiyobroto, I., & Siregar, I. H. (2020). The Influence of the Knowledge about Cariogenic Food Towards Dental Caries and Nutrition Status among 9-11 Years Old Children. Jurnal Kesehatan Gigi, Vol. 7 No. 1 pp : 40-45.

Kemenkes RI (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Muchtar, F., Rejeki, S., & Hastian. (2022). Pengukuran dan Penilaian Status Gizi Anak Usia Sekolah Menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur. Abdi Masyarakat, Vol. 4 No. 2 pp : 1-5.

Nardina, E. A., Astuti, E. D., Hapsari, S. W., Hasanah, L. N., Sulung, R. M., Triatmajaya, N. T., . . . Rini, M. T. (2021). Tumbuh Kembang Anak. Kudus: Yayasan Kita Menulis.

Pardosi, S. S., Siahaan, Y. L., Restuning, S., & Chaerudin, D. R. (2022). Hubungan Status Gizi terhadap Teradinya Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar. Dental Therapist Journal, Vol. 4 No. 1 pp : 1-9.

Ramadhanie, G. G., Pratiwi, S. H., & Agustin, A. (2022). Status Gizi pada Anak Usia Sekolah yang Mengalami Karies Gigi. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume. 6 No. 3 pp : 2251-2257.

Ruyadany, R., & Zainur, R. (2020). Hubungan Status Gizi dengan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Gigi dan Mulut (JKGM), Vol.2 No. 1 pp : 7-12.

Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yogyakarta: UNY Press.

Referensi

Dokumen terkait

Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi dan Status Gizi Anak TK. Pembina Mojosongo

PERBEDAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR YANG MENDERITA KARIES GIGI DAN TIDAK MENDERITA KARIES GIGI DI SEKOLAH DASAR

sekolah dasar Banyuanyar III Surakarta. d) Menganalisis perbedaan status gizi anak sekolah dasar yang menderita. karies gigi dan tidak menderita karies gigi di sekolah

Secara umum status gizi anak penderita karies gigi berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB berada pada kategori normal, pola konsumsi baik, tetapi frekuensi makanan pokok (nasi) dari

Untuk mengetahui Perbedaan Status Gizi Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies Gigi Siswa Kelas Tiga Tahun 2013 (Survei Dilakukan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Depok

Hasil penelitian perbedaan indeks karies gigi antara siswa dengan status gizi lebih dan status gizi normal di Madrasah Ibtidayah Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin dapat

iv HUBUNGAN KONDISI GIGI BERJEJAL DENGAN PENGALAMAN KARIES PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 17 KOTA TASIKMALAYA ABSTRAK Nur Azizah Latifah Farhani Latar Belakang: Gigi

iv HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENYIKAT GIGI MALAM HARI DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN PENGALAMAN KARIES GIGI PADA SISWA SD NEGERI 3 SUMELAP KOTA TASIKMALAYA Hidayah F1, Triyanto R2,