• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN TERAPI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN TERAPI TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES "

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Judul Penelitian: HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN TERAPI TERHADAP KEPATUHAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI DUA PUSKESMAS DI JAKARTA. Data menunjukkan bahwa sekitar 33-<50% penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 tidak mencapai target A1c, salah satu faktor utamanya adalah rendahnya kepatuhan minum obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pengobatan, kepatuhan pengobatan, kontrol glikemik dan hubungan antara kepuasan pengobatan dan kepatuhan kontrol glikemik, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengobatan, kepatuhan pengobatan dan kontrol glikemik pada pasien DM. tipe 2 di dua wilayah Puskesmas di Jakarta.

Uji Spearman Rho menunjukkan bahwa kepuasan pengobatan berhubungan dengan kepatuhan minum obat (p<0,05) (koefisien korelasi 0,474) dan kontrol glikemik (p<0,05) (koefisien korelasi -0,450). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kepatuhan minum obat berhubungan dengan kontrol glikemik (p<0,05) (koefisien korelasi -0,284). Semakin puas pasien dengan terapi, semakin gigih pasien dalam minum obat, tetapi kepuasan pengobatan yang lebih tinggi dan kepatuhan pengobatan yang lebih tinggi tidak berarti kontrol glikemik yang lebih baik.

Sedangkan faktor yang secara bermakna meningkatkan kepatuhan minum obat dan memperbaiki kontrol glikemik (p<0,05) adalah usia, lama bekerja, adanya penyakit penyerta, lama menderita DM, komplikasi dan tingginya kadar obat non DM.

Tabel 1. Karakteristik Sosio Demografi……………………………………  11  Tabel 2. Karakteristik Klinik………………………………………………
Tabel 1. Karakteristik Sosio Demografi…………………………………… 11 Tabel 2. Karakteristik Klinik………………………………………………

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Bagaimana tingkat kepuasan terapi dan tingkat kepatuhan minum obat serta hubungan keduanya dan faktor yang mempengaruhi pasien DM tipe 2 di dua puskesmas di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan terapi dan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien DM tipe 2 di dua Puskesmas di Jakarta. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepuasan terapi dan kepatuhan minum obat serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan terapi, kepatuhan minum obat dan kontrol glikemik.

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat dan akademisi mengenai tingkat kepuasan terapi dan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien DM tipe 2.

TINJAUAN PUSTAKA…

  • State of the Art terkait Penelitian
  • Nilai Kebaruan Penelitian
  • Kajian terkait Konsep Teori
  • Roadmap Penelitian

Penilaian kepuasan terapi pada pasien DM tipe 2 penting dilakukan oleh apoteker, yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi masalah yang dialami pasien dalam penggunaan obat dan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan pada pasien DM tipe 2 Penilaian kepuasan terapi pada Pasien DM penting bagi petugas kesehatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi masalah yang dialami pasien sehubungan dengan penggunaan napza dan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan (Chaliks, 2012). Salah satu jenis kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan pengobatan pasien adalah Skala Laporan Kepatuhan Pengobatan (MARS) (Lu et al., 2016).

Kuesioner MARS terdiri dari 5 pertanyaan yang dapat menggambarkan tingkat kepatuhan pasien yaitu tingkat kepatuhan tinggi, tingkat kepatuhan sedang, dan tingkat kepatuhan rendah (Farmer et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner MARS versi Indonesia dapat diandalkan untuk digunakan dalam mengukur kepatuhan pada pasien DM (Alfian & Putra, 2017). Berdasarkan hal tersebut peneliti akan mengukur tingkat kepuasan terhadap terapi menggunakan kuesioner SATMED-Q dan tingkat kepatuhan pasien DM tipe 2 menggunakan parameter kadar HbA1C dan kuesioner MARS.

Selain itu, penelitian ini juga melihat adanya korelasi antara kadar HbA1C dengan skor MARS serta adanya korelasi antara kepuasan berobat dengan kepatuhan pada pasien DM tipe 2.

METODE PENELITIAN

  • Alur Penelitian
  • Lokasi penelitian
  • Konsep Metode Penelitian yang Digunakan
  • Populasi dan Sampel atau Subyek Penelitian
  • Cara Pengumpulan Data
  • Instrumen yang Digunakan dan Manajemen Analisis Data
  • Indikator Capaian Hasil Penelitian
  • Fishbone Penelitian

Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif (bukan eksperimental) dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif dimana sumber data yang diperoleh berasal dari 2 kuesioner yang diisi oleh pasien DM tipe 2 dan skrining HbA1c. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang mengikuti Program Pengendalian Penyakit Kronis (PROLANIS) di Puskesmas Menteng dan Jatinegara periode tahun 2020. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang mengikuti PROLANIS di Menteng dan Jatinegara. Puskesmas Periode Tahun 2020 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Pasien DM tipe 2 yang tidak dapat menjawab kuesioner sendiri karena memiliki penyakit pikun, jiwa atau penyakit penyerta lainnya serta kondisi medis yang tidak stabil seperti pasien rawat inap. Materi yang digunakan adalah data rekam medis pasien DM tipe 2 beserta data pengobatannya dan data kajian HbA1c. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi dan rasio variabel yang diteliti, seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, biaya pengobatan, jumlah penyakit penyerta, lama penyakit DM tipe 2, konsumsi OAD, frekuensi DM tipe 2, dan penggunaan obat herbal.

Uji hubungan antara kepuasan terapi dengan kepatuhan minum obat dan kontrol glikemik serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Gambar 3. Fishbone Penelitian Angka ketidakpatuhan
Gambar 3. Fishbone Penelitian Angka ketidakpatuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Wilayah Penelitian

Hasil Penelitian…

Karakteristik tersebut adalah status klinis pasien yang meliputi penyakit penyerta, lama menderita diabetes, komplikasi, obat antidiabetes oral, penggunaan obat herbal, frekuensi pengobatan DM, dan jumlah obat non DM. Hasil kepuasan terhadap terapi di Puskesmas model adalah 54,55% responden yang agak puas terhadap terapi. Berdasarkan hasil perhitungan skor kepatuhan yang diperoleh dari kuesioner MARS, rata-rata hasil kepatuhan pengobatan di puskesmas tempat penelitian adalah 71,82% yang tergolong “kepatuhan sedang”.

Penelitian Bener et al (2014) menemukan bahwa usia yang lebih muda memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi (Bener et al., 2014a). Sedangkan penelitian Redekop et al (2002) membuktikan bahwa semakin muda usia maka semakin rendah tingkat kepuasan (Redekop et al., 2002). Selama pasien mengkonsumsi obat, parameter seperti efek samping, khasiat, kenyamanan, dan kemudahan terapi dapat berhubungan dengan kepatuhan pasien minum obat.

Berikut hubungan antara tingkat kepuasan berobat dengan kepatuhan yang diuji menggunakan uji Spearman rho pada Tabel 7.

Tabel 2. Karakteristik Klinis
Tabel 2. Karakteristik Klinis

Pembahasan

Perdana et al., (2013) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kontrol glukosa yang lebih baik (A. A. Perdana et al., 2013). Pasien yang menderita diabetes tipe 2 dalam waktu lama memiliki kepatuhan minum obat yang kurang (Jasmine et al., 2020). Pada penelitian ini terdapat beberapa faktor dari karakteristik pasien yang berhubungan dengan kepuasan pengobatan yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penyakit penyerta, lama menderita diabetes, komplikasi, penggunaan obat herbal, dan jumlah obat DM non tipe 2 Dari penelitian ini , kita dapat mengatakan bahwa orang tua memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi terhadap pengobatan.

Penelitian Bener et.al. 2014) menemukan bahwa usia yang lebih muda memiliki tingkat kepuasan pengobatan yang lebih tinggi [15]. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Iran yang menemukan bahwa pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi merasa kurang puas. Studi ini menemukan bahwa usia yang lebih tua memiliki tingkat kepatuhan pengobatan yang lebih tinggi.

Sementara itu, penelitian lain menemukan bahwa usia yang lebih muda dikaitkan dengan kepatuhan minum obat yang baik [22]. Hasil ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di Rio de Janeiro, yang menentukan bahwa pasien dengan kinerja kerja yang lebih baik memiliki kepatuhan pengobatan yang lebih tinggi [22]. Namun, satu penelitian juga menunjukkan bahwa kepatuhan pengobatan yang baik dikaitkan dengan durasi diabetes yang lebih lama [22].

Studi serupa menunjukkan bahwa kadar A1c yang lebih tinggi secara signifikan berkorelasi dengan usia yang lebih muda (hal. Dalam studi ini, adanya komorbiditas dan komplikasi, durasi diabetes yang lebih lama dan jumlah obat non-DM yang tinggi dikaitkan dengan kontrol glikemik yang lebih baik. Studi lain memiliki menunjukkan bahwa pasien tanpa komorbiditas memiliki kontrol glikemik yang lebih baik secara signifikan, pasien dengan kontrol glikemik yang buruk memiliki DM tipe 2 selama lebih dari 5 tahun, dan pasien dengan sejumlah besar obat memiliki kontrol glikemik yang buruk [25,26].

Ini berarti kepuasan pengobatan yang lebih besar dan kepatuhan pengobatan yang lebih besar tidak diterjemahkan ke dalam kontrol glikemik yang lebih baik. Hasil ini berbeda dari penelitian lain yang menunjukkan bahwa kepuasan dan kepatuhan pengobatan yang lebih besar dikaitkan dengan kontrol glikemik yang lebih baik (tingkat A1c yang lebih rendah) (6,7,29).

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI…

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI 31

Association between medication adherence and treatment satisfaction among patients with type 2 diabetes in Guangdong Province, China. Relationship between treatment satisfaction and medication adherence among patients with type 2 diabetes in area 2 of a primary health center in Jakarta. The aim of this study was to determine the level of treatment satisfaction, treatment adherence, glycemic control and the relationship between treatment satisfaction and treatment adherence and glycemic control in patients with type 2 diabetes in two primary health center areas in Jakarta.

This study aimed to determine the level of treatment satisfaction, medication adherence, glycemic control and the relationship between the level of treatment satisfaction and medication adherence and glycemic control in patients with type 2 DM in two primary health care centers in Jakarta . Comorbidities will affect treatment satisfaction and medication adherence, in relation to the number of medications taken by patients. The more complex the drug therapy of comorbidities, the less satisfaction with treatment and adherence to medication.

Combination therapy can add to the complexity of drug regimens that further affect treatment satisfaction and medication adherence. Again, the frequency of taking DM drugs will also affect treatment satisfaction and medication adherence. It can be concluded that the SATMED questionnaire is valid and reliable to assess the treatment satisfaction of type 2 DM patients in this research.

Based on Table 6, treatment satisfaction was significantly related to medication adherence (p=0.001, coefficient correlation=0.474) and glycemic control (p=0.001, coefficient correlation=- 0.450). Based on coefficient correlation value, there was negative correlation between treatment satisfaction and glycemic control and also between medication adherence and glycemic control. This means that higher treatment satisfaction and higher medication adherence did not equally translate to better glycemic control.

This result is in contrast to other studies which reported that higher treatment satisfaction and higher medication adherence related to better glycemic control (lower A1c level) (6,7,29). The result showed comorbidities, duration of DM, complications, herbal medicines and the number of non-DM medicines are related to treatment satisfaction. Most studies indicated that comorbidities, duration of DM, complications and the number of non-DM drugs have a negative association with treatment satisfaction.

Chen, “Association between medication adherence and treatment satisfaction among patients with type 2 diabetes in Guangdong province, China,” vol.

Table 1. Socio-Demographic Characteristics
Table 1. Socio-Demographic Characteristics

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Sosio Demografi……………………………………  11  Tabel 2. Karakteristik Klinik………………………………………………
Gambar 3. Fishbone Penelitian Angka ketidakpatuhan
Tabel 1. Karakteristik Sosio Demografi
Tabel 2. Karakteristik Klinis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara pengetahuan sikap pasien dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di BKPM Pati.. Metodologi

Pada hasil penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan gejala klinis skizofrenia disebabkan karena beberapa hal yaitu pada saat

berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Teladan

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh berbagai macam umur dari responden maka dikelompokkan menjadi enam kelompok, dan rentang usia yang paling tinggi

Hasil penelitian ini didukung oleh teori Maharani (2007), yang mengatakan bahwa dengan melakukan pengobatan secara efektif dapat mengurangi terjadinya kekambuhan.Dalam teori

Simpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap tingkat kepatuhan minum obat antidiabetes oral dengan menggunakan kuesioner MGL

Kemudian, ditunjukan pula dengan analisis menggunakan SPSS sebagai berikut, pada hasil tabulasi silang tingkat kepatuhan penggunaan obat dengan kategori GDS, didapati kategori rendah

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Banyuanyar Surakarta yang menyatakan bahwa tingkat kepatuhan minum obat responden mayoritas cukup yaitu 45%, kepatuhan