• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

10.36419/avicenna.v6i1.830

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI

RAWAT JALAN RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI

The Relationship Level Of Knowledge And Drug Compliance In Pulmonary Tuberculosis Patients In The Outpatient Installation

Of Muhammadiyah Selogiri Hospital

Anung Susilo1, Habid Al Hasbi2), Sri Sayekti Heni Sunaryanti3)4), Rita Dewi Sunarno3), Titik Anggraeni2)3)

1)Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri Wonogiri

2)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo

3)Universitas Karya Husada Semarang

4)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta ss.heni.s29@gmail.com*

ABSTRAK

Latar Belakang: Menurut Global Tuberculosis Control (WHO Report) tahun 2016, Indonesia merupakan penyumbang Tuberkulosis Paru (TB) terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Cina dengan angka kematian sebanyak 275.729 per tahunnnya . Ketidakpatuhan penderita TB Paru dalam minum obat menyebabkan angka kesembuhan penderita rendah, angka kematian tinggi dan resiko kekambuhan meningkat. Pengetahuan mengenai TB Paru sangatlah penting guna menyadarkan pasien agar patuh minum obat.

Tujuan Penelitian: bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang Tuberkulosis Paru dengan kepatuhan minum Obat pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental tehnik sampling purposive dengan kriteria responden bukan merupakan sampel dalam studi pendahuluan . Pengambilan sampel dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan januari – februari 2022 dan menghasilkan responden sejumlah 38 orang. Tingkat pengetahuan dan kepatuhan pasien diukur menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan dan Morysky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Kemudian hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan dianalisis menggunakan uji korelasi kendall tau’ dengan tingkat kebermaknaan sebesar 95%.

Hasil penelitian: Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 42,10%, tingkat pengetahuan sedang sebanyak 55,30% dan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 2,60%. Tingkat kepatuhan minum OAT tinggi pada 44,70% responden, tingkat kepatuhan sedang pada 28,30% responden dan tingkat kepatuhan rendah pada 26,30% responden. Analisis hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat menunjukkan p value 0,000 (< 0,05) dengan nilai korelasi (r) = 0,489.

(2)

Kesimpulan: Sebagian besar pasien TB di Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri, Wonogiri, Jawa Tengah memiliki tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat yang tinggi serta ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat.

Kata kunci : Tuberkulosis Paru, Tingkat Pengetahuan, Kepatuhan Minum Obat.

ABSTRACT

Background: According to the 2016 Global Tuberculosis Control (WHO Report), Indonesia is the 3rd largest contributor to Pulmonary Tuberculosis (TB) in the world after India and China with a mortality rate of 275,729 per year. Non- compliance with pulmonary TB patients in taking medication causes the patient's recovery rate to be low, the death rate to be high and the risk of recurrence to increase. Knowledge of pulmonary TB is very important in order to make patients aware of taking medication obediently.

The Aim: Determine the relationship between the level of knowledge about Pulmonary Tuberculosis with medication adherence in tuberculosis patients at Selogiri Muhammadiyah Hospital, Wonogiri, Central Java.

Method: Non-experimental research with purposive sampling technique with the criteria of respondents not being a sample in the preliminary study. Sampling was carried out at Selogiri Muhammadiyah Hospital, Wonogiri, Central Java in January – February 2022 and produced 38 respondents. Knowledge level and patient compliance were measured using a knowledge level questionnaire and the Morysky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Then the relationship between the level of knowledge and compliance was analyzed using the Kendall tau' correlation test with a significance level of 95%.

Results: Showed that respondents who had a high level of knowledge were 42.10%, a moderate level of knowledge was 55.30% and a low level of knowledge was 2.60%. The level of adherence to taking OAT was high in 44.70% of respondents, moderate level of adherence to 28.30% of respondents and low level of adherence to 26.30% of respondents. The analysis of the relationship between the level of knowledge and the level of adherence to medication showed a p value of 0.000 (<

0.05) with a correlation value (r) = 0.489.

Conclusion: The most TB patients at Selogiri Muhammadiyah Hospital, Wonogiri, Central Java have a high level of knowledge and adherence to taking medication and there is a relationship between the level of knowledge and adherence to taking medication.

Key words : Pulmonary Tuberculosis, Knowledge Level, Drug Compliance.

PENDAHULUAN

Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculose yang merupakan bakteri tahan asam (BTA) (Widiyanto A, 2016). Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis BTA positif pada saat

(3)

Copyright © 2023, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

batuk atau bersin. Penyebaran kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei), sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Kuman yang menyebar di udara kemudian terhirup ke dalam paru orang sehat sehingga dapat terkena infeksi (Kemenkes RI,2016). Gejala klinis TB paru terdiri dari gejala respiratorik berupa batuk ≥2 minggu, batuk disertai darah, nyeri dada, sesak napas. Sedangkan gejala sistemik terdiri dari; demam, keringat malam, malaise, anoreksia, dan penurunan berat badan (Eka Fitria, et al, 2017). Penyakit ini merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab kematian terbesar di dunia (WHO, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) kasus Tuberkulosis (TB) terbesar terjadi di Asia (61% kasus baru) terutama di India, Indonesia, China, dan Pakistan, lalu di Afrika (26% kasus baru) terutama di Afrika Selatan (WHO, 2016).

Berdasarkan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari ketidakpatuhan pasien dalam minum obat, akhirnya WHO merekomendasikan penerapan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dalam pengobatan TB paru (WHO, 2016). Salah satu komponen Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah pengobatan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian tehnik sampling purposive dengan kriteria responden bukan merupakan sampel dalam studi pendahuluan. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian dalam waktu yang bersamaan atau dalam sekali waktu. Populasi dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah seluruh pasien TB Paru di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien TB Paru yang memenuhi kriteria di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri.

Pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah kuesioner yang telah disesuaikan dengan tujuan penelitian, variabel penelitian dan juga berdasarkan pada teori yang telah dirancang. Kuesioner terdiri atas 16 pertanyaan yaitu 1 pertanyaan tentang pengertian TB Paru, 4 pertanyaan tentang penularan TB Paru, 1 pertanyaan tentang penyebab TB Paru, 3 pertanyaan tentang tanda dan gejala TB Paru, 4 pertanyaan tentang pengobatan responden TB Paru dan 3 pertanyaan tentang pencegahan TB Paru. Kuesioner tingkat pengetahuan yang berjumlah 16 item pertanyaan di uji validitasnya terlebih dahulu kepada responden. Dan hasilnya bahwa dari 16 item pertanyaan tersebut ada 6 item yaitu pertanyaan nomer 2, 4, 5, 6, 8 dan 14 yang dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai r hitung < t table yaitu sebesar <0,3061 maka dari itu item yang tidak valid tidak digunakan sebagai data penelitian. Selanjutnya setelah di uji validitas nya lalu di uji reliabilitasnya. Dan hasilnya adalah bahwa 10 item pertanyaan kuesioner tingkat pengetahuan dinyatakan reliabel dengan didapatkan nilai cornbach alpha >0,60.

(4)

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan antara antara rtabel dan rhitung. Jika rhitung > rtabel maka dinyatakan valid, namun jika rhitung

< rtabel maka instrumen tidak valid. Untuk menguji reliabilitas dengan membandingkan nilai Cronbach Alpha, jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 maka pertanyaan kuesioner dapat dikatakan reliabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan usia (n : 38)

Usia Frekuensi (f) Persentase (%)

<25 tahun 3 7,9

26-35 Tahun 5 13,2

36-45 Tahun 13 34,2

46-55 Tahun 15 39,5

56-65 Tahun 2 5,3

Total 38 100

Tabel. 2 Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan (n=38)

Perkawinan Frekuensi (f) Persentase (%)

Belum menikah 7 18,4

Menikah 31 81,6

Total 38 100

Tabel. 3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir (n=38)

Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

Lulus SMP 9 23,7

Lulus SMA 23 60,5

Perguruan tinggi 6 15,8

Total 38 100

Tabel. 4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan (n=38)

Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak bekerja 1 2,6

Pedagang 13 34,2

Swasta 19 50

PNS 5 13,2

Total 38 100

Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru

Tabel. 5 Kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru (n=38)

Kepatuhan Frekuensi (f) Persentase (%)

Rendah 10 26,3

Sedang 11 28,9

Tinggi 17 44,7

Total 38 100

Berdasarkan Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum obat pasien paling banyak kepatuhan tinggi sebanyak 17 orang (44,7%) sedangkan paling sedikit kepatuhan rendah 10 orang (26,3%).

(5)

Copyright © 2023, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

Tabel. 6 Uji analisis Kendall's tau (n=38)

Variabel Korelasi (r) Sig.

Tingkat pengetahuan Kepatuhan

0,481 0,000

Karakteristik responden berdasarkan usia mayoritas berusia 46-55 tahun sebanyak 15 orang (39,5%), sedangkan paling sedikit berusia 56-65 tahun sebanyak 2 orang (5,3%). Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin paling banyak laki-laki sebanyak 24 orang (63,2%) sedangkan paling sedikit perempuan 14 orang (36,8%). Karakteristik responden berdasarkan status perkawinan paling banyak menikah sebanyak 31 orang (81,6%) sedangkan paling sedikit belum menikah 7 orang (18,4%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir paling banyak lulusan SMA sebanyak 23 orang (60,5%) sedangkan paling sedikit perguruan tinggi 6 orang (15,8%). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan paling banyak bekerja di swasta sebanyak 19 orang (50%) sedangkan paling sedikit tidak bekerja 1 orang (2,6%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan pasien mengenai tuberkulosis paru paling banyak berpengetahuan sedang sebanyak 21 orang (55,3%) sedangkan paling sedikit berpengetahuan rendah 1 orang (2,6%). Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum obat pasien paling banyak kepatuhan tinggi sebanyak 17 orang (44,7%) sedangkan paling sedikit kepatuhan rendah 10 orang (26,3%).

Hasil uji analisis Kendall's tau dimana nilai p value 0,000 atau p < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri dengan korelasi sedang (r 0,481).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa distribusi umur dari 43 penderita, sebagian besar penderita berumur 46-55 tahun yaitu sebanyak 15 penderita (39,5%). Dimana pada usia tersebut, penderita TB Paru tergolong kelompok usia produktif. Penderita yang berumur 25-45 tahun cenderung tidak patuh dalam mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis daripada penderita yang berumur > 46 tahun.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Usia mayoritas berusia 46-55 tahun sebanyak 15 orang (39,5%), status perkawinan paling banyak menikah sebanyak 31 orang (81,6%), pendidikan terakhir paling banyak lulusan SMA sebanyak 23 orang (60,5%), pekerjaan paling banyak bekerja di swasta sebanyak 19 orang (50%). Tingkat pendidikan pasien mengenai tuberkulosis paru paling banyak berpengetahuan sedang sebanyak 21 orang (55,3%). Kepatuhan minum obat pasien paling banyak kepatuhan tinggi sebanyak 17 orang (44,7%). Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri dengan korelasi sedang (r 0,481, p value 0,000).

(6)

Saran

Bagi keluarga agar memberikan dukungan dan menjadi pengawas minum obat (PMO) agar penderita tuberkulosis dapat mengkonsumsi obat secara teratur.

Bagi peneliti selanjutnya: kuesioner tingkat pengetahuan perlu disiapkan dengan baik agar dapat mengukur pengetahuan responden terkait semua aspek TB Paru secara lengkap dan menambah faktor-faktor lainya yang mempengaruhi peningkatan kepatuhan pasien TB Paru untuk mengoptimalkan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Absor dkk. (2020). Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan berobat penderita TB paru di Wilayah Kabupaten Lamongan pada Januari 2016- Desember 2018. Medica Arteriana (Med-Art).2.(2):80-87.

Andayani dan Astuti. (2017). Prediksi kejadian penyakit tuberkulosis paru berdasarkan usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2016-2020.Indonesian Journal for Health Sciences. 1.(2):29-33.

Anita, Y., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Pengetahuan Pasien Tuberculosis Tentang Penyakit Tuberculosis dengan Kepatuhan Berobat di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Nursing News:

Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(3).

Azwar, A. (1999). Pengantar Epidemiologi. edisi revisi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Darliana, D. (2011). Manajemen Pasien Tuberculosis Paru. Idea Nursing Journal, 2(1), 27-31.

Dewi, B. P., & Deasy, S. T. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Berobat Di Poli Paru Rumah Sakit Siloam Palembang Tahun 2020. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 10(20), 16-22.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2018. Semarang

Djojodibroto, D. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Erawatyningsih, E., Purwanta, & Subekti, H. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Factors Affecting Incompliance With Medication, 25(3), 117–124.

Fitri, Marlndawani dan Purba. (2018). Kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.7.(1):33-42.

Fitria, E., Ramadhan, R., & Rosdiana, R. (2017). Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten Aceh Besar. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, 4(1), 13-20.

Hartanto dkk. (2019). Analisis spasial persebaran kasus tuberkulosis paru di kota semarang tahun 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7.(4):719-727.

Jaya dan Mediarti. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tuberkulosis paru relaps pada pasien di rumah sakit khusus paru provinsi Sumatera Selatan tahun 2015-2016. Jurnal Kesehatan Palembang.12.(1):71-82.

Kemenkes RI. (2014). Pedoman nasional Pengendalian TB. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Derektorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta

(7)

Copyright © 2023, Avicenna : Journal of Health Research ISSN 2615-6458 (print) | ISSN 2615-6466 (online)

Kemenkes RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2018

“Tuberkulosis”. Jakarta

Kemenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

Kristini dan Hamidah. (2020). Potensi penularan tuberkulosis paru pada anggota keluarga penderita. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia.15. (1):24- 28.

Maftuhah, A.(2018).Hubungan Pengetahuan terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Tuberkulosis di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Provinsi Jawa Barat.

Jurnal Kesehatan Indra Husada. Volume 6 (1)

Mangngi. (2019). Faktor risiko umur, jenis kelamin dan kepadatan hunian terhadap kejadian TB paru di puskesmas Naibonat tahun 2018. Karya Tulis Ilmiah.

Politeknik Kesehatan Kemenkes.

Mientarini, Sudarmanto dan Hasan. (2018). Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru fase lanjutan di kecamatan Umbulsari Jember. Jurnal IKESMA. 14.(1):11-18.

Morisky, D.E., Ang, A., krousel-Woos, M.A., And Ward, H., (2008). Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting, J.

Clin.Hyperten, 10348-354.

Muttaqin, A.(2012). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S.(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurbaety, Wahid dan Suryaningsih. (2020). Gambaran tingkat pengetahuan dan kepatuhan pada pasien tuberkulosis di rumah sakit umum provinsi NYB periode Juli-Agustus 2019. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 1.(1): 8-13.

Nurhaedah dan Herman. (2020). Pengetahuan pasien tentang penyakit TB paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar. Jurnal Ilmah Kesehatan Sandi Husada. 9.(2):609-614.

Nurhayati, I., & Maziyyah, N.(2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Minum Obat Antituberkulosis (Oat) Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Rs Paru Sidawangi, Cirebon, Jawa Barat.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.

Jakarta. Salemba Medika

Octaviani dan Kusuma. (2018). Studi pengaruh status perkawinan dan pekerjaan pada pasien tuberkulosis di rumah sakit DKT Purwokerto. Viva Medika.

2:46-51.

Octavienty, Hafiz dan Khairani. (2019). Hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien tuberkulosis paru (TB) di UPT Puskesmas Similingkar Kota Medan. Jurnal Dunia Farmasi. 3.(3):123- 130.

Pasek, M, dkk.(2013). Hubungan Persepsi dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis dengan Kepatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja Buleleng.

Jurnal Magister Kedokteran Keluarga. Volume 1 (1)

Pieter, Herri Zan dan Lubis, Namora Lumongga. (2010). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.

(8)

Profil RSU Muhammadiyah Selogiri, (2022). Tentang Kami RSU Muhammadiyah

Selogiri. DIakses 15 Februari 2022 dari

https://rsmuhammadiyahselogiri.com/tentang-kami/.

Rozaqi, Andarmoyo dan Dwirahayu. (2018). Kepatuhan minum obat pada pasien TB paru. Artikel Ilmiah Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 104-116.

Setiadi. (2013). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Siregar, Nurmaini dan Nuraini. (2017). Hubungan kondisi fisik rumah dan pekerjaan dengan kejadian tuberkulosis paru di Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tahun 2015. FKM USU.

Sugiyono.,(2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suparyanto.(2010). Konsep Kepatuhan. http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/07/

konsep-kepatuhan.html

Syafefi, Suyanto dan Endriani. (2015). Gambaran pengetahuan dan sikap pasien tuberkulosis paru terhadap penyakit tuberkulosis paru di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru Periode Juni-Desember 2014. JOM FK.2.

(2).

Syarifudin, B. (2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS.

Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Vina, Asrifuddin dan Kandou. (2021). Faktor risiko kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas AMurang Tahun 2020. Jurnal Kesmas.10. (4): 151- 157.

Wawan, A dan Dewi, M.(2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika, Yogyakarta

WHO. (2016). Global Tuberculosis Report. Geneva: WHO Library Cataloguing Widiyanto, A. (2016). Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kesembuhan

Pasien Tuberkulosis Paru BTA Positif di Puskesmas Delanggu Kabupaten Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Volume 6 (1) Wulandari. (2015). Analisis faktor-faktoryang berubungan dengan kepatuhan

pasien tuberkulosis paru tahap lanjutan untuk minum obat di RS Rumah Sehat Terpadu Tahun 2015. Jurnal ARSI. 2.(1):17-28.

Referensi

Dokumen terkait

DATA PENGOBATAN PASIEN ANAK TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PERIODE JANUARI-AGUSTUS

Hasil dari penelitian adalah Golongan obat anti tuberkulosis yang paling banyak digunakan dalam pengobatan pasien TB di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Dan untuk kepatuhan pasien

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara karakteristik penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “ Pemetaan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis Paru Berdasarkan Dukungan Keluarga (Studi pada penderita

Akmallia Puspa Dewi, J500080062, 2011, EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT

pekerjaan) mempengaruhi kepatuhan pasien minum obat tuberkulosis paru. apakah terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pengobatan pada kasus tuberkulosis anak di instalasi rawat jalan Balai Kesehatan Paru Masyarakat Klaten dan mengevaluasi penggunaan

Hubungan antara Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Kualitas Tidur 56 Pasien Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Jiwa RSUD Dr.Soetomo