Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah: Hukum Administrasi Negara Dosen Pengampu: Novita Angraeni, S.H., M.H.
Disusun oleh
HALIZA NUR MADHANI NIM. 2212110028
INDRA EZHA NOOR RIZHAL NIM. 2212110003
NOVINDA AL ISLAMI NIM. 1902110003 ILHAM PERDANA AKBAR
NIM. 2212110007
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA FAKULTAS SYARIAH JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
TAHUN 2024 M/1446 H
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur yang dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat kepada seluruh makhluk-Nya. Sholawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti masa sekarang.
Makalah yang berjudul “Kedudukan Hukum Para Petugas Publik” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Ibu Novita Angraeni, S.H., M.H., selaku dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Administrasi Negara.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini hingga dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan ataupun kesalahan yang oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat memberikan banyak manfaat serta memperluas wawasan terkhusus pada pembahasan materi yang terdapat di dalam makalah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palangka Raya, 10 September 2024
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 2
C.Tujuan Penulisan ... 2
D.Metode Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian dan Kedudukan Petugas Publik ... 3
B. Macam-Macam Petugas Publik ... 6
C. Kewajiban dan Kewenangan Petugas Publik ... 9
D. Asas-Asas Pelayanan Publik ... 11
BAB III PENUTUP ... 15
A. Kesimpulan... 15
B. Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para petugas publik memiliki kedudukan hukum yang sangat penting dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk melayani masyarakat, mereka juga memiliki peran penting dalam melindungi kepentingan publik, menjaga ketertiban, serta menjunjung tinggi keadilan. Agar dapat menjalankan tugasnya, para petugas publik diberikan kedudukan hukum yang di dalamnya terdapat wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan yang selaras dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
Dengan demikian, maka para petugas publik dibebani tanggung jawab yang besar untuk dapat menjaga keamanan dan kesejahteraan masyarakat, serta memastikan bahwa keadilan telah ditegakkan dengan adil dan proporsional.
Dalam menjalankan tugasnya, para petugas publik harus mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, serta diharuskan untuk selalu menjaga independensi dan netralitas. Selain itu, para petugas publik juga harus terbuka terhadap kritik dan saran dari masyarakat, agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan.
Kedudukan hukum para petugas publik merujuk pada status, peran, kewenangan, hak dan tanggung jawab yang dimiliki oleh mereka yang bekerja dalam institusi pemerintah atau organisasi publik. Dalam hal ini, para petugas publik memiliki kedudukan hukum yang khusus dalam sistem hukum suatu negara karena menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dan pelayanan publik.
Secara umum, kedudukan hukum para petugas publik diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, seperti yang mencakup tentang kepegawaian, peraturan pemerintah, dan peraturan menteri. Dengan memiliki kedudukan hukum yang kuat dan kompetensi yang baik, maka para petugas publik dapat memberikan pelayanan yang berkualitas serta dapat menjalankan kebijakan untuk kepentingan umum dan dengan menaati peraturan atau undang-undang.
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, diantaranya adalah:
1. Apa itu petugas publik dan bagaimana kedudukannya?
2. Siapa saja yang termasuk petugas publik?
3. Apa saja kewajiban dan kewenangan petugas publik?
4. Bagaimana asas-asas dari pelayanan publik?
C. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari adanya penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian petugas publik serta kedudukannya.
2. Menjabarkan macam-macam petugas publik.
3. Memaparkan kewajiban dan kewenangan petugas publik.
4. Menjelaskan asas-asas terkait pelayanan publik.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui studi literatur, yaitu dengan melakukan pencarian dan penelusuran berbagai sumber yang berkaitan dengan tema atau topik yang dibahas pada makalah. Sumber-sumber literatur tersebut ialah yang berupa undang-undang, buku, jurnal, artikel, internet, dan atau media lain yang valid serta kredibel. Yang kemudian disusun dan diolah menjadi suatu makalah dengan berpedoman pada format penulisan yang berlaku.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Kedudukan Petugas Publik
Petugas publik adalah orang yang menjalankan tugas-tugas pelayanan umum kepada warga negara. Menurut Philipus M. Hadjon, beberapa macam petugas publik yakni Pejabat Negara/Politik, Pegawai Negeri, Hakim dan Jaksa, serta Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).1
Dalam struktur pemerintahan RI, terdapat istilah “pejabat publik” dan
“pejabat fungsional”. Pejabat publik atau yang biasa disebut pejabat politik, penempatan posisinya selalu dilakukan dengan melalui pemilihan yang diselenggarakan oleh lembaga legislatif, misalnya seperti Gubernur, Walikota, atau Bupati. Sedangkan, pejabat fungsional yang menempati posisinya dengan melalui jenjang karir dan dikukuhkan dengan surat keputusan pengangkatan.
Dalam UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tidak menggunakan istilah jabatan politik, akan tetapi digunakan dalam ketentuan terdahulu yakni UU No. 18 tahun 1961 pada bagian penjelasan dari Pasal 1.
Menurut Sastra Djatmika, istilah jabatan politik tersebut juga dapat diartikan sama dengan para pejabat atau pegawai negeri, sekalipun pejabat negara tidak kehilangan statusnya sebagai pegawai negeri.2 Pada bagian penjelasan Pasal 11 dari UU No. 8 tahun 1974 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pejabat negara, diantaranya yakni:
1. Presiden
2. Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat 3. Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Mahkamah Agung 5. Anggota Dewan Pertimbangan Agung
6. Menteri
1 Philipus M. Hadjon et al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), 76.
2 Abdul Jabar, Hukum Administrasi Negara di Indonesia (Depok: Pena Salsabila, 2021), 118.
7. Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh
8. Gubernur Kepala Daerah
9. Bupati Kepala Daerah/Walikota Madya Kepala Daerah
10. Pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan Pada bagian penjelasan tersebut ditegaskan kembali bahwa pegawai negeri yang diangkat menjadi pejabat negara telah dibebaskan untuk sementara waktu dan jabatan organiknya selama menjadi pejabat negara, kecuali Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Mahkamah Agung Pegawai Negeri yang secara administratif tetap berada pada departemen/lembaga yang bersangkutan serta dapat naik pangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku tanpa terikat pada formasi. Apabila pegawai negeri yang bersangkutan berhenti sebagai pejabat negara, maka akan kembali ke departeman/lembaga yang bersangkutan.3
Pada umumnya, pejabat publik berstatus sebagai pegawai negeri namun tidak semua pejabat publik berstatus pegawai negeri, sebaliknya tidak semua pegawai negeri merupakan pemegang jabatan publik. Dalam UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Pasal (1) angka 1 yang berbunyi: “Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” Selanjutnya, dalam Pasal 2 dinyatakan bahwa penyelenggara negara meliputi:
1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara 2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara 3. Menteri
4. Gubernur 5. Hakim
3 E. Utrecht dan Moh. Saleh Djindang, Pengantar Hukum Administrasi Negara (Jakarta: PT Ichtiar Baru, 1985), 162.
5
6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Menurut Logeman ada lima hal yang wajib dilakukan oleh pejabat sebagai pegawai negeri sipil:
1. Pejabat wajib berusaha menjadi seorang pegawai yang baik
2. Wajib melakukan pekerjaannya sesuai dengan kemampuan kerjanya
3. Perbuatannya wajib sesuai dengan peraturan dan asas hukum yang telah ditentukan
4. Wajib meneladani kehidupan diluar pekerjaannya
5. Wajib mengutamakan kepentingan jabatan diatas kepentingan sendiri UU No. 8 tahun 1974 diatur mengenai kedudukan, kewajiban dan hak- hak pegawai negeri. Kedudukan pegawai negeri adalah unsur Aparatur Negara abdi negara dan Abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan (Pasal 3).
Kewajiban-kewajiban pegawai negeri diantaranya ialah:
a. Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah (Pasal 4).
b. Wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab (Pasal 5).
c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang (Pasal 6).
Hukum Administrasi Negara memandang suatu hubungan hukum kepegawaian sebagai hubungan dinas publik terhadap negara (pemerintah).4
4 Saiful Anwar dan Marzuki Lubis, Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara (Medan: Gelora Madani Press, 2018), 70.
B. Macam-Macam Petugas Publik
Para petugas publik ialah yang termasuk diantaranya pejabat, pegawai, petugas, serta setiap orang yang bekerja di suatu organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.
Dalam kaitan tersebut, maka perlu mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.5
1. Pejabat Negara atau Pejabat Politik
Pejabat negara adalah pejabat yang lingkungan kerjanya berada pada lembaga negara yang merupakan alat kelengkapan negara serta derivatifnya yang berupa lembaga negara pendukung. Pejabat negara harus menjalankan fungsinya untuk dan atas nama negara. Menurut UU No. 20 tahun 2023 tentang ASN pada Pasal 58, yang merupakan Pejabat Negara yaitu:
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
c. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat d. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
e. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung serta Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada semua badan peradilan kecuali Hakim ad hoc
f. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi g. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan h. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Komisi Yudisial
i. Ketua dan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi j. Menteri dan jabatan setingkat Menteri
k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh
l. Gubernur dan Wakil Gubernur
5 Mulyanto Nugroho dan Abdul Halik, “Penerapan Standar Pelayanan Publik pada Kelurahan di Wilayah Kota Kediri”, Jurnal Hasil Penelitian, Vol. 1, No. 02 (September 2016), 252.
7
m. Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota
n. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.6 2. Pegawai Negeri ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) ialah profesi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) ialah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Sedangkan, Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) ialah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.7
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah. Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa.
3. Hakim dan Jaksa
Berdasarkan Pasal 24 UUD 1945, kekuasaan kehakiman menurut UUD 1945 dilakukan oleh Mahkamah Agung dan berdasarkan pada penjelasan Pasal 24 dan 25 UUD 1945 ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Dalam Pasal 1 KUHAP disebutkan pengertian dari hakim dan jaksa yaitu, hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili, sedangkan jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.8
6 Undang-Undang No. 20 Tahun 2023, Pasal 58.
7 Undang-Undang No. 20 Tahun 2023, Pasal 1.
8 TIM, Handbook 5 Kitab Undang-Undang: KUHP, KUHAP, KUHPer, KUHAPer, KUHD (Malang: Literasi Nusantara, 2021), 144-145.
4. Pegawai BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
BUMN memperoleh atribusi wewenang sehingga tergolong sebagai pihak ketiga atau swasta yang bertindak bersama dengan pemerintah (Persero).9
Pengangkatan, pemberhentian, hak dan kewajiban karyawan BUMN ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, segala ketentuan kepegawaian pada PNS kini tidak berlaku lagi terhadap Pegawai/Karyawan di BUMN.
5. TNI dan Polri
Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tentara yang bertanggung jawab atas pertahanan negara dan yang terdiri dari tentara Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.
Sedangkan, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah polisi yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban, serta menegakkan hukum di seluruh wilayah Indonesia.
6. Petugas Pelayanan Publik
Beberapa petugas yang menjadi pelayan publik, diantaranya yaitu:
Pertama, tenaga pendidik yakni seperti guru dan dosen yang bertugas di sekolah-sekolah negeri dan perguruan tinggi negeri.
Kedua, tenaga kesehatan yakni seperti dokter, perawat, bidan, dan tenaga medis lainnya yang bekerja di fasilitas kesehatan milik pemerintah.
Ketiga, yakni seperti pegawai kantor pos, imigrasi, dan bea cukai yang bertanggung jawab atas layanan publik seperti pengiriman surat, pengelolaan dokumen imigrasi, dan pengawasan barang di perbatasan.
9 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Depok: Rajawali Pers, 2018), 82.
9
7. Petugas Keagamaan
Pegawai Kementerian Agama, penyuluh agama, penghulu, dan pegawai di kantor urusan agama yang melayani urusan-urusan keagamaan.
8. Ombudsman
Ombudsman adalah pengawas pelayanan publik yang bertugas mengawasi pelaksanaan pelayanan publik dan memberikan saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.10
Sementara itu, macam-macam petugas publik apabila diklasifikasikan berdasarkan bidang lembaganya maka dapat terbagi menjadi beberapa yakni, lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif, lembaga penegak hukum, lembaga pengawas, dan lembaga pelayanan publik.
C. Kewajiban dan Kewenangan Petugas Publik 1. Kewajiban Petugas Publik
Pejabat negara sebagai petugas publik memiliki kewajiban yaitu:
a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan
b. Menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan c. Menempatkan pelaksana yang kompeten
d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai
e. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik
f. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
g. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik
h. Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan
i. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya
10 Undang-Undang No. 25 Tahun 2009.
j. Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara pelayanan publik
k. Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan
l. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang- undangan.11
Pegawai negeri sebagai petugas publik memiliki kewajiban yaitu:
a. Melakukan kegiatan pelayanan sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh penyelenggara
b. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
c. Memenuhi panggilan untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Memberikan pertanggungjawaban apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang- undangan
e. Melakukan evaluasi dan membuat laporan keuangan dan kinerja kepada penyelenggara secara berkala.12
2. Kewenangan dan Batasan Petugas Publik
Pertama, wewenang untuk mengambil keputusan dan tindakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan, mewakili kepentingan
11 Andika Dwi Yuliardi dan Maharani Nurdin, “Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Menyelenggarakan Pelayanan Publik Guna Meningkatkan Pemenuhan Kebutuhan Layanan Masyarakat”, Jurnal Hukum Sasana, Vol. 9, No. 1 (2023), 128.
12 Endang Komara, “Kompetensi Profesional Pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia”, Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Vol. 4, No. 1 (Maret 2019), 74.
11
masyarakat dalam proses pengambil keputusan, serta wewenang untuk membuat peraturan perundang-undangan. Misalnya seperti, memberikan izin, membuat peraturan, atau mengeluarkan kebijakan.
Kedua, wewenang untuk menyelesaikan suatu sengketa atau perkara tertentu yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Beberapa petugas publik, seperti polisi atau petugas pengawas, memiliki wewenang untuk menegakkan hukum atau aturan serta memberikan sanksi kepada pelanggar.
Ketiga, wewenang untuk mengawasi pelaksanaan peraturan dan kebijakan pemerintah, serta memastikan kepatuhan dari masyarakat.
Keempat, wewenang bagi petugas publik yang bekerja di bidang keuangan publik untuk mengelola dana termasuk anggaran, pendapatan, pengeluaran pemerintah, dan lain sebagainya.
Selain itu, petugas publik juga memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan publik seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, administrasi kependudukan, dan layanan sosial lainnya.
Meskipun memiliki kewenangan yang luas, petugas publik tidak memiliki kekuasaan mutlak. Hal ini karena wewenang mereka dibatasi oleh:
a. Undang-Undang: Semua tindakan yang dilakukan oleh petugas publik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Etika profesi. Petugas publik harus menjunjung tinggi etika profesi dalam menjalankan tugasnya.
c. Hak asasi manusia: Petugas publik tidak boleh melakukan tindakan yang melanggar hak asasi manusia.
d. Kepentingan umum: Semua tindakan yang dilakukan oleh petugas publik harus bertujuan untuk kepentingan umum.
D. Asas-Asas Pelayanan Publik 1. Asas Kepentingan Umum
Asas kepentingan umum adalah asas yang berdasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, maka negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan peristiwa terkait kepentingan umum.13 2. Asas Kepastian Hukum
Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara.
3. Asas Kesamaan Hak
Berdasarkan Pasal 28D UUD 1945 bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta diperlakukan sama di hadapan hukum.
4. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Asas keseimbangan hak dan kewajiban adalah bahwa pemenuhan hak harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan publik.
5. Asas Profesionalitas
Yang dimaksud dengan “Asas Profesionalitas” adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Asas Partisipatif
Asas partisipatif ialah bahwa setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. Asas Persamaan Perlakuan/Tidak Diskriminatif
Merupakan asas yang menjamin bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan yang adil dan merata, tanpa memandang latar belakang pribadi mereka.14
13 Hilda Ainy Apriliany, “Permohonan Kepailitan Demi Kepentingan Umum dalam Perspektif Asas Kepentingan Umum”, Jurnal Logika, Vol. 10, No. 2 (Desember 2019), 76.
14 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999.
13
8. Asas Keterbukaan
Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
9. Akuntabilitas
Asas Akuntabilitas" adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
10. Fasilitas dan Perlakuan Khusus bagi Kelompok
Asas fasilitas merujuk pada penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan agar kelompok tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat. Misalnya, menyediakan aksesibilitas fisik bagi penyandang disabilitas atau fasilitas khusus di tempat umum.
Perlakuan Khusus berarti bahwa penyesuaian atau kebijakan yang diterapkan untuk memastikan kelompok tertentu mendapatkan perlakuan yang adil. Contohnya, kuota dalam perekrutan pekerjaan atau penerimaan universitas untuk kelompok minoritas atau penyandang disabilitas.15
11. Rentan
Asas fasilitas dan perlakuan khusus untuk kelompok adalah prinsip yang memberikan hak istimewa atau bantuan tertentu kepada kelompok tertentu dalam masyarakat dengan tujuan mengatasi ketidaksetaraan dan meningkatkan kesempatan bagi mereka.
12. Asas Ketepatan Waktu
Arti dari asas ketepatan waktu ialah pemberian pelayanan yang dilakukan sesuai dengan standar waktu yang telah ditentukan.
15 Undang-Undang No. 8 Tahun 2016.
13. Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan
Asas kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan dalam pelayanan publik merupakan asas yang fundamental dalam pengelolaan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik harus dapat memastikan bahwa pelayanan dilakukan secara cepat, mudah serta terjangkauan.16
16 Syifaa Afelyna Suryoputri dan Sri Nurhari Susanto, “Analisis Tingkat Pemahaman Perangkat Desa terhadap Asas Pelayanan Publik dalam Rangka Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima”, Administrative Law & Governance Journal, Vol. 5, No. 3 (September 2022), 244.
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Petugas publik adalah orang yang menjalankan tugas-tugas pelayanan umum kepada warga negara. Dalam struktur pemerintahan RI, terdapat istilah “pejabat publik” dan “pejabat fungsional”. Pejabat publik atau pejabat politik, penempatan posisinya selalu dilakukan dengan melalui pemilihan yang diselenggarakan oleh lembaga legislatif. Sedangkan, pejabat fungsional menempati posisinya dengan melalui jenjang karir dan dikukuhkan dengan surat keputusan pengangkatan.
2. Para petugas publik ialah yang termasuk diantaranya pejabat, pegawai, petugas, serta setiap orang yang bekerja di suatu organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik. Misalnya seperti, pejabat negara atau pejabat politik, pegawai negeri ASN, hakim dan jaksa, pegawai BUMN, TNI dan Polri, petugas pelayanan publik, petugas keamanan, Ombudsman, dan lain sebagainya.
3. Kewajiban petugas publik pejabat negara ialah terkait penyediaan pelayanan publik, mempertanggungjawabkan jabatan, dan melaksanakan perintah dari yang berwenang. Sedangkan, kewajiban petugas publik pegawai negeri ialah terkait pelaksanaan pelayanan dan pertanggungjawaban kegiatan, melaksanakan perintah dari yang berwenang, serta juga melakukan evaluasi dan membuat laporan kinerja.
4. Yang merupakan asas-asas dalam pelayanan publik yakni, asas kepentingan umum, asas kepastian hukum, asas kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, asas profesionalitas, asas partisipatif, asas persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif, asas keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok, rentan, asas ketepatan waktu, serta asas terkait kecepatan kemudahan dan keterjangkauan.
B. Saran
Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai materi kedudukan hukum petugas publik dalam hukum administrasi negara, maka penulis menyarankan kepada para pembaca untuk dapat mempelajari serta menganalisis materi tersebut dengan lebih mendalam, agar dapat mengetahui dengan jelas mengenai keabsahan hukum dari pembahasan yang ada di dalam makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Saiful dan Marzuki Lubis. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara.
Medan: Gelora Madani Press, 2018.
Apriliany, Hilda Ainy. “Permohonan Kepailitan Demi Kepentingan Umum dalam Perspektif Asas Kepentingan Umum”, Jurnal Logika, Vol. 10, No. 2.
Desember 2019.
Hadjon, Philipus M. et al. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1995.
HR, Ridwan. Hukum Administrasi Negara. Depok: Rajawali Pers, 2018.
Jabar, Abdul. Hukum Administrasi Negara di Indonesia. Depok: Pena Salsabila, 2021.
Komara, Endang. “Kompetensi Profesional Pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) di Indonesia”, Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Vol. 4, No. 1. Maret 2019.
Nugroho, Mulyanto dan Abdul Halik. “Penerapan Standar Pelayanan Publik pada Kelurahan di Wilayah Kota Kediri”, Jurnal Hasil Penelitian, Vol. 1, No.
02. September 2016.
Suryoputri, Syifaa Afelyna dan Sri Nurhari Susanto. “Analisis Tingkat Pemahaman Perangkat Desa terhadap Asas Pelayanan Publik dalam Rangka Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima”, Administrative Law &
Governance Journal, Vol. 5, No. 3. September 2022.
TIM. Handbook 5 Kitab Undang-Undang: KUHP, KUHAP, KUHPer, KUHAPer, KUHD. Malang: Literasi Nusantara, 2021.
Utrecht, E. dan Moh. Saleh Djindang. Pengantar Hukum Administrasi Negara.
Jakarta: PT Ichtiar Baru, 1985.
Yuliardi, Andika Dwi dan Maharani Nurdin. “Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Menyelenggarakan Pelayanan Publik Guna Meningkatkan Pemenuhan Kebutuhan Layanan Masyarakat”, Jurnal Hukum Sasana, Vol. 9, No. 1. 2023.