• Tidak ada hasil yang ditemukan

“HUKUM MEDIA MASSA”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "“HUKUM MEDIA MASSA”"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

“HUKUM MEDIA MASSA”

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK UNIVERSITAS MEDAN AREA

Dr. Abdul Haris, S.Ag.,

M.Si

(2)

DAFTAR PUSTAKA

1.

_______. 2000. Pedoman Jurnalistik Radio Seri 1. Jakarta: Internews Indonesia

2.

Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

3.

Djamal, Hidajanto & Andi Fachruddin. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah, Organisasi,      Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana

4.

Ashadi Siregar. 2000. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2.

Media Pers Dan Negara: Keluar Dari Hegemoni.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

5.

Undang-Undang Pers Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999

6.

Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No.32 Tahun 2002

[1] ________, Pedoman Jurnalistik Radio Seri 1 (Jakarta: Internews Indonesia, 2000), hlm. 1-2

[2] Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah, Organisasi,     Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.13

[3] Eni Maryani, Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya: 2011),hlm.iii-vi

[4] Undang-Undang Pers Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 [5] Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No.32 Tahun 2002

[6] Ashadi Siregar, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2, Media Pers Dan Negara: Keluar Dari Hegemoni (November: 2000), hlm.2

(3)

MEDIA MASSA DI INDONESIA

Media massa di Indonesia terdiri dari beberapa kategori, antara lain media cetak dan elektronik. Dalam

perkembangannya, media massa tak hanya memberikan

konsumsi informasi kepada khalayak atau massa, tetapi juga pendidikan dan hiburan. Saat ini, media massa berbasis

elektronik telah menjamur di berbagai kalangan.

(4)

• Pada massa sebelum kemerdekaan, media massa dijadikan sebagai alat propaganda pemerintahan. Sebagai pengemban misi

politik untuk melemahkan semangat gerakan kebangsaan, mempengaruhi, dan memecah belah pemimpin pergerakan, serta

merenggangkan hubungan rakyat dengan

para pemimpin pergerakan kebangsaan.[2]

(5)

• Dalam konteks Indonesia, pada masa Orde Baru, media massa dipasung seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Namun sejak Orde Baru tumbang, pengelola media menemukan era keterbukaan yang tidak pernah ada

sebelumnya.

(6)

SECARA UMUM, PERUBAHAN PERAN MEDIA MASSA INDONESIA YANG TERJADI DARI ERA ORDE BARU KE ERA REFORMASI INI DITANDAI OLEH BEBERAPA HAL:

Masa transisi yang hingga kini belum tuntas. Pada Orde Baru, pers kita ditekan oleh pemerintah yang otoriter, meski ada unsur

tanggung jawab sosial, pembangunan, religius, dan sekaligus liberal.

Media massa kita kini powerful, saking bebasnya sering melampaui batas (gosip, melanggar privasi, dsb). UU Penyiaraan muncul setelah munculnya stasiun-stasiun TV swasta, begitu juga KPI (Komisi

Penyiaran Indonesia), sehingga meskipun UU itu terasa semakin penting dan peran KPI semakin besar, tetap saja ada kesan bahwa media TV lebih berkuasa daripada pemerintah yang mengeluarkan UU Penyiaran tersebut dan KPI, terlalu banyak acara TV yang tidak mendidik dan remeh.

(7)

Harus kita akui bahwa era Reformasi juga membawa dampak positif kepada masyarakat, selain dampak negatifnya. Misalnya, media bisa

menggalang bantuan untuk para korban bencana seperti dalam bencana tsunami di Aceh dan Mentawai serta bencana letusan gunung berapi.

Lebih penting lagi, media massa sering melaporkan langsung unjuk rasa masyarakat, termasuk mahasiswa, untuk menuntut perbaikan atau

menuntut pejabat berwenang untuk mundur, meskipun tuntutan itu tidak selalu direspon positif.

Era Informasi memang ditandai dengan demokratisasi yang berkembang di berbagai negara, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam konteks inilah, studi-studi kritis mengenai bagaimana peran media dalam masyarakat sedang berkembang menjadi penting.

Dengan ideologi nothing to lose media nonkomersial tampaknya lebih berani berpihak kepada rakyat daripada media komersial.[3]

(8)

TUGAS MANDIRI

(MASA LIBUR KARANTINA)

MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI A1semester VI

Membuat artikel Mandiri dengan judul “Hukum Media Massa Di Indonesia”

Ditulis di kertas ukuran A4 minimal 4 halaman, dikumpulkan 5 hari kemudian via email dosen: harisabdul317@gmail.com

Sumber Referensi:

1. Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

2. Djamal, Hidajanto & Andi Fachruddin. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah, Organisasi,      Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana

3. Undang-Undang Pers Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999

4. Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No.32 Tahun 2002

(9)

HUKUM MEDIA MASSA DI INDONESIA

Media massa merupakan salah satu lembaga penting dalam ikut mencerdasakan serta membangun kehidupan bangsa, dan hanya dapat terlaksana bila media massa memahami tanggungjawab

profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranan sebagai penyebar infpormasi yang obyektif, menyalurkan aspirasi rakyat,

memperluas komunikasi dan partisipasi masyarakat, terlebih lagi melakukan control sosial terhadap fenomena yang timbul berupa

gejala-gejala yang dikhawatirkan dapat memberi suatu dampak yang negatif

(10)

• Ketika media massa masuk dalam ranah

sosial maka media massa perlu diatur untuk menjamin kontribusinya terhadap kebaikan publik.

• Struktur hukum dan kebijakan adalah aturan main yang harus disepakati supaya media

dan masyarakat mendapatkan ranah jaminan

hukum yang pasti.

(11)

UU YANG MENGATUR MEDIA MASSA, ANTARA LAIN UU PERS NO.40 TAHUN 1999 DAN UU

PENYIARAN NO.32 TAHUN 2002.

UU Pers No.40 Tahun 1999 BAB I : KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.

dst.-tercantum di lampiran

(12)

BAB II:  ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.

2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Pasal 4

3. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.

4. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran.

5. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.

6. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak.

(13)

Pasal 5

1.

Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan

2.

menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.

3.

Pers wajib melayani Hak Jawab.

4.

Pers wajib melayani Hak Tolak.

(14)

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :

1.

memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;

2.

menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan

3.

Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;

4.

mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;

5.

melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum;

6.

memperjuangkan keadilan dan kebenaran.[4]

(15)

 UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 BAB I : KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1.Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif

maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.

2.Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat

penerima siaran.

3.Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

4.Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang

menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

5.dst, tercantum di lampiran

(16)

BAB II : ASAS, TUJUAN, FUNGSI, DAN ARAH Pasal 2

Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan,

etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.

Pasal 3

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan

bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

(17)

Pasal 4

1.

(1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa

mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.

2.

(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.

(18)

Pasal 5

1.Penyiaran diarahkan untuk :

2.menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3.menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;

4.meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

5.menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;

6.meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;

7.menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;

8.mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran;

9.mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;

10.memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;

11.memajukan kebudayaan nasional. [5]

(19)

KONSEP HUKUM MEDIA MASSA

Berdasarkan UU Pers No.40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002, dapat diperoleh beberapa konsep hukum media massa, antara lain:

Dalam posisinya sebagai lembaga sosial, media massa

berinteraksi dengan lembaga sosial lain. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi lembaga lain. Dalam keadaan beginilah ia

memiliki regulasi. Regulasi ini bisa saja berbentuk peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, dan undang-undang (UU).

Regulasi yang berupa UU inilah yang kemudian disebut hukum media massa.

(20)

BILA DILIHAT LEBIH JAUH, SEBENARNYA TUJUAN HUKUM MEDIA MASSA BISA

DIKELOMPOKKAN

Pertama, untuk mengendalikan media massa. Dalam konteks ini, hukum media massa merupakan instrumen untuk

membatasi media massa agar tidak melenceng dari keinginan, misalnya pemerintah. Pada titik inilah hukum media massa

disebut memiliki karakter politik.

Kedua, untuk mengatur media massa agar berperilaku wajar sesuai dengan keinginan masyarakat. Agar media massa tidak merugikan masyarakat. Dalam konteks inilah hukum media

massa disebut memiliki karakter sosial.

(21)

• Hukum media massa biasanya dijabarkan melalui pasal-pasal yang terdapat dalam UU. Pasal tersebut biasanya berkaitan dengan keberadaan organisasi

media massa. Kendati begitu, organisasi media massa tidak bisa dikenakan tindakan hukum. Sebab, hanya person yang bisa dikenakan tindakan hukum. Dengan kata lain, kalau ada organisasi media massa yang

dianggap melanggar pasal-pasal dalam UU, maka yang

bisa dikenakan tindakan hukum adalah individu yang

menjadi penanggungjawab media massa tersebut.

(22)

• Sebagai individu, wartawan bisa dikenakan tindakan hukum bila dia melanggar beberapa pasal yang

terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan begitu, hukum kita memperlihatkan bahwa ada tindakan profesional awak media massa yang bisa digolongkan sebagai pelanggaran hukum.

Kalau seorang wartawan sudah dianggap melanggar

hukum, maka dia bisa dikenai ancaman pidana.

(23)

• Sebelum berharap terlalu banyak pada media massa, cobalah bersikap realists. Betul, bahwa institusi media massa sebagai faktor yang

mempengaruhi khalayaknya. Akan tetapi dengan cara pandang lain juga bisa dilihat media massa sebagai cermin dari masyarakat, sebab dia tidak berada di ruang hampa. Bahkan keberadaannya ditentukan oleh kualitas masyarakat yang

melingkupinya.[6]

(24)

PENGUJIAN PARA CALON PENGEMBAN PROFESI

Pertama, sangat mengutamakan evaluasi rasionalitas kognitif yang diterapkan pada bidang khusus tertentu karenanya sangat menekankan unsur intelektual.

Kedua, kriteria penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu. Dalam lingkungan suatu profesi berlaku suatu sistem nilai yang berfungsi sebagai standar nomatif yang harus menjadi kerangka orientasi dalam pengembangan profesi yang bersangkutan.

Ketiga, untuk menjamin bahwa kompetensi dari suatu kompleksitas okupasi (sistem sosial pekerjaan) akan digunakan dengan cara-cara yang secara sosial bertanggungjawab, maka haruslah memiliki sejumlah sarana institusional,

berupa organisasi profesi, etika dan kode etik profesi dengan prosedur penegakannya, serta cara rekrutasi pengemban profesi.

(25)

Berdasarkan kriteria tersebut, secara umum dapat

dikatakan bahwa profesi menunjuk pada kompleks

okupasional yang disiplin-disiplin intelektual di

sekitarnya meliputi humaniora, ilmu alam dan ilmu-

ilmu sosial, terorganisasikan, serta sistem-sistem

kultural (nilai-nilai) yang diolah oleh dan di dalam

kompleks okupasi tersebut. Ciri-ciri khusus okupasi

sebagai suatu sistem okupasional menurut Parsons

adalah bahwa profesi tidak berorientasi pada

disinterestedness.

(26)

TERIMA KASIH

SAMPAI JUMPA

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa ketentuan yang diatur dalam Pasal 67 ayat 1 UU Nomor 30 Tahun 1999 menimbulkan ketidakjelasan dan ketidakpastian hukum karena di dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tidak diatur batas

HUKUM 1 UUPK pasal 45 ayat 1 tentang perlindungan konsumen 2 UU No 36 tahun 2009 pasal 29 berkaitan dengan kelalaian dan pasal 58 tentang mengenai ganti rugi 3 UU No 8 tahun 1999