• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Perikatan dan Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Akta

N/A
N/A
aldo rato

Academic year: 2025

Membagikan "Hukum Perikatan dan Dasar-Dasar Teknik Pembuatan Akta"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Antonius aldo Rato NPM : 5623221003 Kelas : 1 A

Dosen : Dr. Tetti Samosir, S.H., M.H

Soal :

1. Bacalah materi kuliah diatas dengan teliti dan lengkapilah pemahamannya dari buku wajib:

a) Hukum Perikatan : I Ketut Oka Setiawan b) KUHPerd : R. Subekti

2. Setelah itu diskusikanlah dalam kelompok belajar sdr, kemudian jawablah pertanyaan:

a) Materi kuliah ke-1 : Mengapa isi Buku II BW bersifat tertutup, sedangkan Buku III BW terbuka? Dari mana sdr dpt menyimpulkan itu? Jawabannya dikumpul tidak boleh lewat dari minggu ini, sekaligus sebagai bukti kehadiran.

b) Materi kuliah ke -2 : Sebutkan 3 asas perjanjian, disertai pengecualiannya! Jawabannya dikumpul tidak boleh lewat dari minggu ini, sekaligus sebagai bukti kehadiran.

Jawaban :

1. Kesimpulan mengenai isi Buku II dan ke III BW : a) Buku II BW bersifat tertutup

Buku II BW secara umum mengatur Tentang Barang yang dapat dikatakan juga Hukum Benda. Secara umum benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang, baik barang yang dapat dilihat maupun tidak dapat diilihat. Selanjutnya, karena sifatnya yang dapat dihaki, maka timpulah apa yang disebut hak kebendaan, yakni hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda, yang dapat dipertahankan setiap orang. Dalam Buku II, hak-hak kebendaan yang diakui itu hanya hal-hak kebendaan yang sudah diatur oleh undang-undang, yang memiliki arti bahwa orang tidak dapat

mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang telah diatur oleh undan-undang dan bersifat memaksa. Dapat juga dilihat dalam Pasal 584 yang menyatakan bahwa “Hak Milik atas suatu kebendaan tidak dapat diperoleh selain dengan cara :

- pengambilan, - perlekatan, - daluarsa, - pewarisan, dan - penyerahan.

Hal inilah yang membuat Buku II BW memiliki sifat tertutup b) Buku II BW bersifat terbuka

Buku III BWadalahB uku Tentang Perikatan, yang memberikan kebebasan yang seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, sepanjang tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Selain itu, pasal-pasal dari hukum perikatan merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap, yang berarti bahwa pasal- pasal itu boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat

(2)

perjanjian. Hal ini memperlihatkan bahwa terhadap beberapa ketentuan, apabila

disepekati secara bersama oleh para pihak maka mereka dapat mengatur secara berbeda dibandingkan apa yang diatur didalam BW. suatu kesepakatan atau persetujuan

disimpulkan dalam Pasal 1338 yang menyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Kata “semua”

menurut pembuat undang-undang perjanjian yang dimaksud, ialah bukan saja perjanjian bernama tetapi juga termasuk perjanjian tak bernama.

2. Tiga Asas Perjanjian dan pengecualiannya :

1) Asas konsensualisme (persesuaian kehendak).

Artinya dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak, perjanjian sudah mengikat.

Dalam asas ini terdapat pengecualian, yakni adanya perjanjian riil misalnya perjanjian penitipan barang.

2) Asas kebebasan berkontrak.

Artinya bahwa setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja dan perjanjian itu akan mengikat para pihak yang membuatnya. Pengecualian dalam asas ini adalah asas ini dibatasi oleh adanya hukum yang bersifat memaksa, sehingga para pihak yang membuatnya harus menaati hukum yang sifatnya memaksa tersebut.

3) Asas Itikad Baik.

Merujuk ketentuan Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, yang dimaksud dengan iktikad baik berarti melaksanakan perjanjian dengan iktikad baik. Artinya, dalam melaksanakan perjanjian, kejujuran harus berjalan dalam hati sanubari seorang manusia dan tidak boleh ada maksud-maksud yang bertentangan dengan norma maupun hukum yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

 Perikatan atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum (mengenai harta kekayaan) antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari

Perlindungan Hukum terhadap (Jabatan) Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya selaku Pejabat Umum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

Penggunaan mekanisme internasional demikian merupakan hak asasi setiap orang yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Persekutuan perdata khusus sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1623 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 66 , dalam arti persekutuan perdata yang memiliki kegiatan

Buku III tentang Perikatan (van Verbintennissen) memuat hukum harta kekayaan yang mengenai hak dan kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang.. Buku IV tentang

Hak-hak Barat atas tanah yang diberlakukan di Indonesia ada yang diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seperti Hak Eigendom, Erfacht, Opstal dan

Didalam undang- undang maupun Peraturan Pemerintah yang sekarang ada, tidak diatur secara jelas tentang bagaimana seorang Notaris dan PPAT itu selaku Pejabat

Selain hak dan kewajiban orang tua angkat di atas, orang tua yang akan mengangkat anakpun memiliki hak yang telah diatur dalam ayat 3 pasal 85 Undang-undang Perkawinan dan Keluarga